• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.4 Kriteria Usaha Kecil

Kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang RI No. 9 Yahun 1995 tentang usaha kecil antara lain :

(a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.

1.000.000.000,-(satu milyar rupiah).

(d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; (e) Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. (Sumber : Undang-Undang RI No. 9 tahun 1995 Tentang Usaha Kecil) 2.4.1. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil

Berdasarkan Marbun (1993) hal kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan kecil. Beberapa kekuatan yang dimiliki oleh usaha kecil antara lain: 1) Pengalaman bisnis sederhana, Setiap pengusaha kecil telah mempunyai

pengalaman suka dan duka berusaha dalam suasana Indonesia yang terus berubah.

2) Mandiri, Perusahaan kecil biasanya pemain tunggal, dalam hal ini dalam perusahaan kecil prosedur pengambilan keputusan dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat, dan tidak ada rapat baik dalam hal pembelian, penjualan maupun perekrutan karyawan.

3) Cepat tanggap dan flexible, kehidupan pengusaha kecil yang relatif dinamis dan terus-menerus berhubungan dengan penjual dan pembeli, biasanya memudahkan mereka untuk cepat tanggap terhadap situasi serta dalam mengambil langkah-langkah yang perlu.

4) Cukup dianamis dan ulet, Meraka yang bekerja di perusahaan kecil lebih ulet dalam hal ini terbukti bahwa jam kerja mereka lebih lama dibandingkan

pegawai negeri atau swasta, kebiasaan ini membawa sifat ulet bekerja pada pengusaha kecil.

Di samping kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan kecil, adapula beberapa kelemahan yang dimiliki perusahaan kecil yang umumnya membuat perusahaan kurang bisa maju, antara lain:

1) Tidak atau jarang mempunyai perencanaan tertulis

Perusahaan kecil jarang memiliki perencanaan tertulis, ketidakadaan perencanaan mengakibatkan perusahaan kecil tidak dapat memusatkan segala tenaga dan daya untuk mencapai sasaran yang paling menguntungkan. Selain itu ketidakadaan perencanaan mengakibatkan segala tindakan dan kebijakan hanya bersifat provisoris atau berdasar pengalaman tanpa adanya pedoman yang jelas dan konkret.

2) Tidak berorientasi ke masa depan

Kebanyakan pengusaha kecil memulai usahanya karena melihat usaha orang lain maju, atau sekedar mencoba atau asal jalan karena tidak ada kegiatan. Umunya mereka kurang pengalaman dalam pendidikan, oleh karena itu mereka kebanyakan kurang bisa membaca kecenderungan di masa depan. 3) Tidak memiliki pendidikan yang relevan

Mereka yang bekerja di perusahaan kecil umumnya tanpa pendidikan yang relevan dan sering bukan anak terpandai di antara anggota keluarga mereka. 4) Tanpa pembukuan dan neraca laporan laba-rugi yang teratur

Umumnya perusahaan kecil tidak memiliki dan tidak mempraktekkan pembukuan yang teratur, yang ada hanyalah catatan kecil dan sederhana. Oleh

karena pembukuan yang tidak teratur mengakibatkan mereka tidakmengetahui berapa sebenarnya laba atau rugi yang mereka dapat.

5). Tidak menganalisis pasar yang up to date

Umunya perusahan kecil tidak memiliki analisis pasar yang relevan, perusahaan kecil hanya sekedar mengestimasi dan bertumpu pada pengalaman hari kemarin. Mereka tidak tahu secara pasti besaran potensi pasar, berapa pesaing, apa kekuatan dan kelemahan pesaing, bagaimana perkembangan teknologi atau perkembangan produk lain.

6) Kurang spesialisasi

Kelemahan perencanan dan tidak adanya peramalan yang relevan menjadikan posisi pengusaha kecil tidak jelas. Ketidakadaan analisis pasar otomatis menghambat spesialisasi atau diversifikasi.

7) Kurang inovasi

Jenis barang yang diperdagangkan cenderung sama, tidak ada perubahan dan bahkan hanya meniru dari kebiasaan orang-orang.

8) Tidak ada atau jarang terjadi pengkaderan

Di Indonesia kebanyakan pengusaha kecil jarang melakukan pengkaderan ilmu kepada generasi bawahannya, hal ini mungkin dikarenakan kurangnya percaya diri ataupun tidak ada kesadaran menurunkan ilmu terhadap para kadernya.

9) Cepat puas

Karena tidak ada perencanaan dan peramalan pemilik perusahaan kecil cepat puas dan kurang ambisius.

10) Keluarga sentris

Di Indonesia batas tegas antara bisnis dan keluarga sering tidak jelas. Kebanyakan pemilik perusahaan kecil tidak rela atau tidak biasa mendelegasikan hak dan kewajiban yang luas kepada pembantu yang bukan anggota keluarga. Dalam hal ini pembantu jarang menjadi bagian integral dari kegiatan perusahaan.

11) Kurang percaya pada ilmu modern

Pengusaha kecil jika belajar ilmu modern dianggap mereka hanya membuang-buang waktu saja, pengusaha kecil yang sudah menikmati

2.4.2. Tinjauan Umum Keberadaan Usaha Kecil dan Menengah

UKM adalah konsentrasi geografis antara perusahaan-perusahaan yang saling terkait dan bekerjasama, diantaranya melibatkan pemasok barang, penyedia jasa, industri yang terkait, serta sejumlah lembaga yang secara khusus berfungsi sebagai penunjang dan atau pelengkap. Hubungan antar perusahaan dalam UKM dapat bersifat horisontal atau vertikal. Bersifat horisontal melalui mekanisme produk jasa komplementer, penggunaan berbagai input khusus, teknologi atau institusi. Sedangkan sifat vertikalnya dilakukan melalui rantai pembelian dan penjualan. Manfaat keberadaan UKM secara teoretik maupun empirik telah dikemukakan dalam sejumlah publikasi. UKM akan meningkatkan produktivitas karena kebutuhan UKM dalam mengakses atau memperoleh sumber daya dapat terkonsentrasi di satu tempat. Hal ini membantu meringankan biaya transaksi (transaction costs). Sumberdaya produktif yang dimaksud dapat berupa teknologi, informasi, sumber daya manusia, kapital, atau sumber daya lainnya.

Keberadaan UKM akan mempermudah munculnya bisnis-bisnis baru. Di sejumlah lokasi, sediaan sumber daya produktif, yang semula dimiliki perusahaan besar juga bisa diakses oleh perusahaan start up. Memang diakui, ketersediaan semua sumber daya yang dibutuhkan membuat entry barrier menjadi rendah bagi UKM yang ingin mendirikan bisnis baru. Karena kebutuhan sumber daya sudah tersedia, Namun kenyataan di lapangan, mobilitas tersebut justru membawa akibat positif berupa transfer pengetahuan, baik yang bisa diajarkan atau pun yang bersifat tactic knowledge, ke perusahaan-perusahaan lain di dalam UKM.

2.4.2.1. Keberhasilan dan Kegagalan Usaha Kecil

Selain adanya kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam mendirikan usaha kecil, menurut Lupiyoadi (2007) seseorang wirausahawan juga harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan serta keberhasilan dalam menjalankan usaha kecil. Hal-hal yang mempengaruhi kegagalan usaha kecil antara lain:

1) Banyaknya perusahaan yang kurang dikelola dengan baik oleh manajer yang kurang berpengalaman dalam menjalankan tugasnya.

2) Kurangnya dukungan dari berbagai pihak yang berhungan dalam menjalankan misi.

3) Masih lemahnya system control/pengawasan yang menyebabkan banyak kerugian dan pengguanaan sumber daya berlebihan.

4) Faktor lain yang menyebabkan kegagalan dalam menjalankan usaha kecil yaitu masalah modal yang kurang dalam menjalankan usahanya.

Di samping faktor yang menyebabkan kegagalan seseorang dalam menjalankan usaha kecil, Lupiyoadi juga membahas dari sisi faktor yang menyebabkan keberhasilan dalam menjalankan usaha kecil, antara lain:

1) Mempunyai tipe pemimpin yang ulet dan pekerja keras serta mempunyai dedikasi yang tinggi.

2) Selain itu faktor lainnya yaitu dukungan dari faktor eksternal berupa peningkatan permintaan barang dan jasa sehingga usaha tersebut dapat sukses dan berhasil.

2.4.2.2. Faktor.Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan

Perusahaan Kecil dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Kebijakan pengembangan UKM di orientasikan untuk pengelompokan industri dengan satu industri inti yang saling berhubungan intensif dan membentuk kemitraan dengan industri pendukung dan industri terkait. Industri inti adalah industri yang mempunyai keterkaitan erat dengan industri lain dalam suatu lingkup UKM, serta sangat berpengaruh terhadap pengembangan UKM itu. Industri pendukung adalah industri yang menghasilkan bahan baku dan penolong bagi industri inti. Sedangkan industri terkait adalah industri yang mempunyai hubungan dengan industri inti karena terjadinya kesamaan dalam penggunaan sumber daya seperti bahan baku, teknologi, SDM, maupun saluran distribusi dan pemasarannya. Selain itu, antara satu UKM dengan UKM lainnya akan berhubungan secara. intensif dan membentuk kemitraan yang kemudian menghasilkan produk akhir yang diekspor maupun untuk kebutuhan pasar domestik.

Berikut adalah faktor-faktor yang secara tunggal atau berkombinasi, mempengaruhi daya hidup (viability) UKM. Intensitas dan kekuatan ini beragam, dan hal ini dipengaruhi oeh kondisi internal dan eksternal UKM itu sendiri. Pada kondisi internal, faktor yang berpengaruh antara lain usia kematangan UKM, keragaman usaha (homogeneity), tingkat resiko bisnis diantara UKM di dalamnya, dan probabilitas pelaku usaha dalam UKM akan tetap berafiliasi dengan klasternya. Sedang faktor eksternal, yang menonjol adalah faktor stabilitas ekonomi makro yang mempengaruhi iklim usaha, kelangsungan order, dan pelaku baru (business new entrants) yang memperburuk suasana persaingan pasar, dan last but not least, adalah regulasi pemerintah. Keberhasilan perusahaan kecil atau UKM ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang ekonomi dan sudut pandang sosial. Dari segi ekonomi, keberhasilan perusahaan kecil atau UKM ditinjau dari adanya peningkatan kekayaan perusahaan atau UKM di luar pinjaman, misalnya kenaikan laba, tambahan modal sendiri dan rasio-rasio lainnya. Sedangkan segi sosial, keberhasilan perusahaan kecil atau UKM ditinjau dari kelangsungan hidup perusahaan atau UKM dengan kaitannya keberadaan karyawan di perusahaan. (Kiryanto, dkk,. 2001:204)

2.5. Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pengusaha Kecil Dan

Menengah (Ukm) Atas Keberhasilan (Ukm) Di Tanggulangin Sidoarjo.

Pengusaha kecil dapat mempunyai persepsi yang berbeda atas hal yang sama, yaitu informasi akuntansi. Perbedaan persepsi ini sangat ditentukan dari hasil interpretasi pada tahap encoding and simplification. Pengusaha kecil dapat memiliki informasi yang berbeda dalam schemata yang digunakan untuk

menginterpretasikan nilai informasi akuntansi. Schemata adalah gambaran mental dari suatu kejadian atau suatu obyek (Kreitner dan Kinicki, 2001) dalam Pinasti, (2007). Pengalaman riil akan membentuk schemata yang tepat atas informasi akuntansi.

Temuan-temuan terdahulu menunjukkan bahwa pengusaha kecil mempunyai persepsi ‘negatif’ atas nilai informasi akuntansi. Persepsi tersebut berbarengan dengan ketiadaan penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi oleh pengusaha kecil tersebut. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa persepsi ‘negatif’ tersebut didasari oleh schemata yang bukan berasal dari pengalaman pengusaha kecil dalam menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi. Dengan kata lain, pengalaman penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi dapat mengubah persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi

Dokumen terkait