• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

6.4 Kriteria Pemilihan Metode Pembelajaran

Pemilihan metode pembelajaran tidak dilakukan sembarangan. Guru hendaknya memperhatikan beberapa kriteria dalam menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. Ada enam kriteria pemilihan metode pembelajaran (Irwanto et al., 1983), yaitu tujuan pembelajaran, kemampuan guru, kemampuan siswa, besarnya kelompok, waktu dan fasilitas.

Guru kurang memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada beberapa pertemuan. Pada setiap pertemuan guru kurang memberi siswa waktu untuk mencoba menerapkan materi yang dipelajari pada pertemuan yang bersangkutan. Kegiatan latihan soal yang diadakan guru tidak benar-benar untuk mengembangkan

kemampuan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran karena waktu yang disediakan terkadang terlalu sempit. Hal seperti ini terjadi pada pertemuan pertama dan ketiga. Waktu yang terlalu sempit membuat siswa tidak dapat menyelesaikan latihan soal yang diberikan. Pada beberapa pertemuan guru malah tidak mengadakan latihan soal sehingga siswa tidak berkesempatan untuk berlatih. Kalaupun tersedia waktu yang cukup, guru cenderung membahas latihan soal dengan cara menunjukkan cara menyelesaikannya di papan tulis. Cara seperti membuat guru tidak mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. cara yang cukup baik dilakukan guru pada pertemuan ketujuh dan kedelapan dengan meminta beberapa siswa untuk menunjukkan hasil pekerjaan latihan soal di papan tulis. Sehingga guru dan siswa lain dapat mengetahui cara menyelesaikan yang ditunjukkan tersebut. Jika benar dapat dijadikan contoh bagi siswa lain sedangkan jika terdapat kesalahan, siswa lain dapat mengetahui letak kesalahan dan guru dapat memperbaiki kesalahan tersebut sehingga dapat memperkecil terjadinya kesalahan yang sama.

Guru tampak kurang menguasai metode pembelajaran yang digunakan meskipun hampir selama delapan pertemuan guru menggunakan rangkaian langkah-langkah yang hampir sama. Hal ini tampak dari pada beberapa pertemuan, guru tidak mengelola waktu dengan baik. Beberapa kegiatan yang direncanakan tidak berjalan sesuai dengan rencana. Misalnya saja pada pertemuan ketiga. Guru memberi siswa waktu untuk mengerjakan soal latihan, namun waktu tersebut tidak digunakan oleh siswa untuk mengerjakan latihan soal melainkan digunakan siswa untuk mencatat penjelasan guru sebelumnya. Ini mengakibatkan kegiatan latihan soal tidak berjalan dengan baik karena guru hanya memberikan soal tanpa ada kesempatan yang cukup

untuk siswa mengerjakan latihan soal tersebut. Selain itu guru kurang memberi waktu untuk mencatat. Guru seharusnya memberi waktu yang cukup bagi siswa untuk mencatat penjelasan guru karena pada metode pembelajaran yang diterapkan, guru sebagai sumber informasi yang utama dan siswa hanya berperan sebagai penerima informasi.

Guru menggunakan alat peraga pada pertemuan pertama karena guru merasa siswa sudah memahami pengertian fungsi dan pemetaan, yang telah dipelajari di tingkat sekolah menengah pertama. Guru mencoba mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi tersebut dengan menggunakan alat peraga. Guru merasa bahwa siswa mampu untuk melakukan perintah guru, yaitu menunjukkan contoh relasi yang merupakan fungsi dan bukan fungsi. Siswa pun ternyata mampu menunjukkan contoh relasi yang merupakan fungsi dan bukan fungsi. Sebenarnya metode pembelajaran yang bersifat deduktif dan didominasi guru tidak menuntut kemampuan siswa yang khusus. Siswa hanya perlu memperhatikan penjelasan yang diberikan guru. Ini berarti siswa hanya perlu bersikap pasif. Namun, sikap pasif siswa ini ternyata membuat beberapa siswa tampak tidak fokus pada kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Beberapa siswa tampak tidak memperhatikan guru ketika memberikan penjelasan. Ada siswa yang mengobrol dengan siswa yang lain. Ada juga siswa yang sibuk dengan kegiatan lain. Hal seperti ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan kurang efektif dalam kaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran pada masing-masing siswa. Guru tidak mencoba kegiatan lain yang lebih menuntut keaktifan siswa. Misalnya saja kegiatan diskusi. Beberapa siswa tampak sudah mampu melakukan diskusi. Hal ini

terlihat dari beberapa siswa melakukan diskusi pada saat menyelesaikan soal-soal latihan.

Pada pertemuan pertama, saat guru menggunakan media berupa alat peraga, guru hanya meminta beberapa siswa untuk menggunakan alat peraga tersebut sementara siswa yang lain mengamati dari tempat duduk masing-masing. Langkah yang dilakukan guru sudah tepat jika ditinjau dari banyaknya siswa dalam satu kelas, yaitu 34 siswa. Apabila seluruh siswa diminta untuk menggunakan alat peraga maka akan menghabiskan jam pelajaran yang tersedia. Pada kegiatan ini guru telah memperhatikan banyaknya siswa dalam menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. Selain itu, pelaksanaan langkah-langkah seperti penyajian materi dan penyajian contoh soal yang didominasi guru merupakan salah satu tanda bahwa guru mempertimbangkan banyaknya siswa dalam satu kelas. Ini dikarenakan kegiatan yang didominasi guru tentu lebih memudahkan guru dalam melakukan pengelolaan kelas.

Guru tampaknya kurang memperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan langkah-langkah yang telah direncanakan. Pada pertemuan ketiga misalnya. Guru memberi siswa waktu untuk mengerjakan soal latihan. Namun waktu ini digunakan siswa untuk mencatat karena guru sebelumnya tidak memberi siswa waktu untuk mencatat. Ini berakibat siswa tidak sempat mengerjakan soal latihan karena guru segera meneruskan pembelajaran dengan kegiatan selanjutnya. Contoh yang lain adalah saat guru meminta siswa menyajikan hasil pekerjaan siswa di papan tulis pada pertemuan ketujuh. Jam pelajaran berakhir saat siswa belum selesai menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis. Sehingga hasil pekerjaan siswa yang

disajikan di papan tulis tersebut tidak dapat digunakan sebagai contoh bagi siswa yang lain.

Metode pembelajaran yang digunakan guru tidak memerlukan fasilitas atau perlengkapan yang khusus. Dalam penelitian ini, guru tampak hanya menggunakan papan tulis dan buku paket. Kedua alat tersebut yang digunakan guru pada setiap pertemuan dan telah tersedia dengan baik di kelas. Papan tulis telah tersedia di dalam ruang kelas dan buku paket telah dimiliki oleh setiap siswa. Sehingga guru tidak perlu mempersiapkan secara khusus fasilitas tersebut. Perlengkapan yang dapat dikatakan khusus adalah alat peraga. Alat peraga yang berupa sterofoam dan paku payung hanya digunakan guru sebanyak satu kali dan hanya pada pertemuan pertama. Guru menyiapkan sendiri alat peraga tersebut karena alat peraga tersebut tidak tersedia di dalam ruang kelas. Guru juga selalu melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas selama delapan pertemuan. Guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran di tempat lain, misalnya di luar kelas atau laboratorium.

Dokumen terkait