• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMUSAN KRITERIA PERANCANGAN FISIK

5.2 Kriteria Perancangan Zona Gerbang Masuk

Zona gerbang masuk kampus merupakan ruang penerima dan ruang transisi menuju gedung utama. Kesan pertama yang ditimbulkan dapat mempengaruhi pengguna dalam berperilaku dan beraktivitas di dalamnya. Zona gerbang masuk akan berfungsi secara optimal jika dalam proses perancangannya mengacu pada kriteria yang sesuai dengan tema perancangan. Kriteria tersebut akan menjadi acuan perencanaan dan perancangan baik dalam penyelesaian ruang maupun penampilan bangunan secara keseluruhan. Kriteria-kriteria tersebut antara lain:

1. Dalam merancang zona gerbang masuk menggunakan arsitektur perilaku harus selalu mempertimbangkan analisa besaran ruang pada setiap elemen perancangan, dengan dasar pertimbangan:

a. jumlah personal pemakai.

b. peralatan pendukung yang dipakai.

2. Harus dilakukan pemilihan lokasi zona gerbang masuk kampus yang tepat pada kawasan, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan lokasi gerbang yang ideal. Kriteria dalam menetapkan lokasi dapat dilakukan dengan menganalisa berdasarkan faktor berikut:

a. Kondisi fisik jalan zona gerbang masuk, b. Kemudahan akses zona gerbang masuk,

c. Kemungkinan untuk dilakukan pengembangan agar mampu mengakomodir peningkatan jumlah pengguna di masa mendatang.

3. Bentuk massa gerbang masuk harus didesain kontras dengan bangunan yang ada disekitar kawasan dapat dilakukan melalui penerapan luasan atau bentang yang relatif besar, mempunyai karakter fisik lain dari obyek fisik disekitarnya, serta harus mempunyai unsur unik dan mudah diingat. Penerapan tersebut untuk menjadikan gerbang sebagai landmark kawasan. 4. Massa gerbang masuk menggunakan skala perkotaan, yakni D/H>1, dimana

D = jarak, dan H = tinggi.

5. Agar gerbang masuk memiliki unsur unik dan mudah diingat, maka dianjurkan menggunakan konsep metofora atau perumpamaan untuk desain gerbang. Konsep ini menggunakan ungkapan “bagaikan” atau “seperti” untuk mengidentifikasikan suatu hubungan antara benda tertentu dengan desain. Bentuk dasar yang digunakan harus memberikan kesan bahwa kawasan ini adalah kawasan pendidikan dan tempat untuk menimba ilmu.

6. Untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi, logo kampus harus dimasukkan dalam desain gerbang masuk. Memasukkan identitas kampus dalam desain berfungsi sebagai penanda kawasan.

7. Secara garis besar perancangan fisik untuk gerbang harus sesuai dengan kriteria berikut:

a. Lokasi yang Strategis b. Kemudahan Pencapaian c. Kesan Menerima d. Bentuk yang Menarik e. Perbedaan Suasana

f. Sebagai Titik Kontrol (Keamanan) g. Menjadi Landmark

h. Ada Batasan Fisik (Edge) i. Mempunyai Identitas yang Kuat

8. Bangunan pendukung pada zona gerbang masuk kampus setidaknya memiliki pos keamanan dan shelter informasi kampus. Pos keamanan berfungsi sebagai sistem keamanan pada gerbang masuk, sementara shelter informasi berfungsi sebagai fasilitas untuk pengguna memenuhi kebutuhan informasi seputar kampus.

9. Untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi bangunan pendukung. Maka letak bangunan pendukung direncanakan pada area strategis yang mudah

dijangkau dan dapat langsung terlihat tanpa terhalang sesuatu. Skala bangunan untuk bangunan pendukung juga harus diperhatikan.

10. Untuk efesiensi waktu dalam memenuhi pelayanan publik, maka untuk bangunan pendukung diletakkan tidak jauh di sisi kiri jalur masuk.

11. Agar tidak menimbulkan kemacetan pada zona gerbang masuk, maka bangunan pendukung harus dilengkapi dengan area parkir kendaraan.

12. Desain untuk jalur pedestrian dibuat pada masing-masing jalur masuk dan keluar.

13. Menurut SK Dirjen 43 Tahun 1997 dalam perencanaan trotoar, ketinggian maksimum trotoar adalah 25 cm, namun lebih dianjurkan menggunakan ketinggian 15 cm.

14. Dasar untuk menentukan lebar jalur pedestrian adalah Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 lebar trotoar minimum pada wilayah industri di jalur primer sebesar 3 meter, jika berdasarkan jumlah pejalan kaki lebar minimum untuk 6 orang adalah 2,3–5 meter dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat dalam SK Dirjen 43 Tahun 1997 lebar trotoar berdasarkan pada penggunaan lahan disekitarnya, dalam hal ini lebar minimum trotoar untuk sekolah sebesar 2 meter dan dianjurkan menggunakan lebar 3 meter. Berdasarkan peraturan tersebut maka untuk menggunakan lebar jalur pedestrian digunakan lebar 4 meter pada setiap jalur. Hal ini didasarkan jumlah pengguna yang berjalan pada pedestrian di

dalam kampus bisa dilalui 6 orang berkelompok sekaligus agar mampu untuk mengakomodir perkembangan di masa mendatang.

15. Desain fisik jalur pedestrian harus ramah terhadap kaum difabel. Desain ramp yang landai dengan kemiringan 7° akan memudahkan pengguna kursi roda atau kaum yang memiliki keterbatasan fisik saat berjalan melalui jalur pedestrian. Penggunaan keramik tekstur dengan warna yang cerah sebagai panduan jalur untuk berjalan bagi pengguna dengan keterbatasan penglihatan.

16. Pemilihan material jalur menggunakan material yang relatif datar dengan permukaan yang tidak licin.

17. Desain jalur kenderaan harus dibuat lebih rendah dari jalur pedestrian untuk memberikan rasa aman kepada para pejalan kaki.

18. Jalur kenderaan terdiri dari dua jalur yaitu jalur masuk dan keluar kawasan. Pemisahan jalur masuk dan keluar pada gerbang masuk bertujuan agar sirkulasi dalam zona gerbang masuk lancar sehingga tidak terjadi kemacetan. 19. Jalur masuk dan keluar dipisah oleh median jalan yang juga merupakan taman. Taman pada median ini akan berfungsi sebagai pembayangan terhadap panas matahari dan mampu memberikan kesan nyaman.

20. Lebar jalur kenderaan dibuat cukup lebar. Dengan lebar tersebut, jalur kenderaan akan mampu menampung kenderaan roda empat, sepeda motor, sepeda bahkan dapat dilalui oleh bus. Disarankan lebar 11 meter digunakan pada tiap jalur sesuai dengan preferensi pengguna.

21. Lebar jalur kenderaan sebesar 11 meter ditetapkan karena sudah memenuhi minimal lebar yang disyaratkan pada PP No 34 Tahun 2006 Tentang Jalan yang menyebutkan persyaratan teknis jalan untuk jalan lingkungan sekunder memiliki badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter dan jalur kenderaan pada zona gerbang masuk termasuk dalam jenis jalan sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi dan memiliki paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.

22. Untuk mengontrol laju kenderaan pada jalur kendaraan harus dibuat polisi tidur pada titik tertentu. Desain polisi tidur disesuaikan dengan Keputusan Menteri (KM) Perhubungan Nomor 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan.

23. Setiap polisi tidur juga akan diberi warna yang kontras dengan jalan agar memudahkan pengguna kendaraan untuk mengidentifikasi.

24. Perancangan street furniture dalam zona gerbang masuk setidaknya harus memiliki bangku, kanopi trotoar, lampu jalan, tempat sampah, serta halte dan kios.

25. Pemilihan material street furniture harus tahan terhadap iklim. Material yang digunakan dapat berupa beton, logam, kayu, beton, batu atau kombinasi diantaranya.

26. Desain street furniture harus dapat berfungsi sebagai bagian dalam rangka memperindah zona gerbang masuk.

27. Bentuk desain bangku pada zona gerbang masuk disarankan untuk tidak memiliki ujung atau sudut yang tajam, agar aman untuk digunakan.

28. Kanopi trotoar di desain dalam rangka agar zona gerbang masuk mampu memberikan pelindungan terhadap cuaca. Sehingga ketika hujan atau panas pejalan kaki masih dapat melintasi jalur pedestrian pada zona gerbang masuk.

29. Konsep untuk lampu jalan harus memperhatikan aspek keselamatan pengguna jalan. Pemilihan material yang digunakan harus tahan terhadap iklim seperti tahan terhadap tetesan air hujan dan harus tahan terhadap sentuhan yang tidak disengaja oleh bagian tubuh, seperti tangan.

30. Pemakaian material seperti beton atau baja untuk struktur lampu bertujuan karena tahan terhadap iklim dan mampu memberi kesan kokoh sehingga pengguna merasa aman saat melintasi jalur pedestrian.

31. Tempat sampah pada zona gerbang masuk diletakkan pada jalur pedestrian. Tempah sampah dibedakan menjadi dua jenis, yakni organik dan non organik. Setiap jenisnya dibedakan dengan penggunaan warna dan lambang yang berbeda.

32. Penempatan tempat sampah tidak boleh berdekatan dengan lokasi bangku trotoar, hal ini dikarenakan bau yang ditimbulkan akan membuat tidak nyaman ketika sedang duduk.

33. Desain bak penampung harus memiliki bukaan bak yang besar agar pengguna lebih mau dan lebih mudah untuk memasukkan sampah.

34. Perencanaan halte disesuaikan dengan skala serta luasan minimal yang mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: 271/HK.105/DRJD/96.

35. Street furniture didesain dengan pemilihan bentuk dan warna yang

disesuaikan senada dengan desain elemen lainnya.

Kriteria-kriteria tersebut dapat dijadikan acuan dalam melakukan pendekatan terhadap program dasar perencanaan dan perancangan zona gerbang masuk dengan menggunakan pendekatan arsitektur perilaku.

BAB VI

PENERAPAN/PENGUJIAN KRITERIA PERENCANAAN DAN

Dokumen terkait