• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Arsitektur Perilaku Dalam Perancangan Zona Gerbang Masuk Kampus UNIMED Chapter III VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Arsitektur Perilaku Dalam Perancangan Zona Gerbang Masuk Kampus UNIMED Chapter III VII"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENERA

, Landasan Hukum dan Profil Bangunan

gan berada di Jalan Willem Iskandar, Pasar V-M

esia (Gambar 3.1). Dengan data-data fisik sebaga

= 495.000 m2 (49,5 Ha)

= Fiktif

= Milik Negara

= Relatif Datar

isting = Zona Gerbang Masuk Kampus Universi

Medan (Unimed)

Gambar 3.1 Lokasi Tapak (Google Maps, 2015)

N

Medan Estate,

gai berikut:

(2)

3.1.2 Landasan hukum Universitas Negeri Medan

Terdapat beberapa landasan hukum mengenai Universitas Negeri Medan

(Unimed, 2010), yaitu:

1. Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Undang-undang No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tetang Standar Nasional

Pendidikan.

4. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 271/O/1999

tentang Organisasi Tata Kerja Universitas Negeri Medan, jo. Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 207/O/2002.

5. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 141/O/2001 tentang

Statuta Universitas Negeri Medan.

6. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 205/U/1999 tentang

Kebijakan Umum Departemen Pendidikan Nasional.

7. Kepmendiknas Nomor 271/O/1999 tentang Universitas Negeri Medan.

8. Kepmendiknas Nomor 010/0/2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Departemen Pendidikan Nasional.

3.1.3 Profil bangunan dan ruang di Unimed

Prasarana dan sarana merupakan salah satu pilar penunjang pelaksanaan

tridharma perguruan tinggi untuk mencapai visi Unimed. Prasarana dan sarana

(3)

sistem pengamanan aset. Aset yang ada merupakan barang milik negara (BMN) yang

telah diinventarisasi dalam bentuk dokumen antara lain: laporan sistem informasi

inventaris (SIVENTA), laporan sistem informasi aset tetap, dan laporan sistem

akutansi barang milik negara (SABMN). Untuk menjamin inventarisasi memenuhi

aspek transparansi dan akuntabel maka dilakukan kerjasama dalam bentuk asistensi

dengan badan pemeriksa keuangan dan pembangunan (BPKP) Pusat, daerah dan

Depdiknas.

Gedung dan ruangan Unimed sangat bervariasi dalam jumlah yang banyak dan

berada di tempat berbeda.Sampai tahun 2009 Unimed memiliki aset senilai

Rp.627.866.601.131,- (Enam ratus dua puluh tujuh milyar delapan ratus enam puluh

enam juta enam ratus satu ribu seratus tiga puluh satu rupiah) (laporan SIMAK-BMN

di Neraca per tanggal 31 Desember 2009 dalam Unimed 2010). Aset tersebut terdiri

dari

a. Aset Lancar (Barang Persediaan) senilai Rp.1.564.680.234,- (Satu milyar

lima ratus enam puluh empat juta enam ratus delapan puluh ribu dua ratus

tiga puluh empat rupiah),

b. Aset Tetap:

1) Tanah seluas 546.661M2 dengan rincian luas pada tabel 3.1 senilai

Rp.314.241.820.326,- (Tiga ratus empat belas milyar dua ratus empat

puluh satu juta delapan ratus dua puluh ribu tiga ratus dua puluh enam

(4)

2) Peralatan dan mesin senilai Rp.89.621.336.833,- (Delapan puluh sembilan

milyar enam ratus dua puluh satu juta tiga ratus tiga puluh enam ribu

delapan ratus tiga puluh tiga rupiah),

3) Gedung dan bangunan sejumlah 275 unit dengan nilai

Rp.197.307.081.216,- (Seratus sembilan puluh tujuh milyar tiga ratus

tujuh ribu delapan puluh satu ribu dua ratus enam belas rupiah),

4) Saluran dan Irigasi sejumlah 15 unit dengan nilai Rp.1.679.351.750,-

(Satu milyar enam ratus tujuh puluh sembilan juta tiga ratus lima puluh

satu ribu tujuh ratus lima puluh rupiah),

5) Jaringan sejumlah 12 (dua belas) unit dengan nilai Rp.1.833.443.000

(Satu milyar delapan ratus tiga puluh tiga juta empat ratus empat puluh

tiga rupiah),

6) Aset Tetap Lainnya Senilai Rp.12.691.007.399,- (Dua belas milyar enam

ratus sembilan puluh satu juta tujuh ribu tiga ratus sembilan puluh

sembilan rupiah),

7) Konstruksi dalam pekerjaan senilai Rp.7.995.090.000,- (Tujuh milyar

sembilan ratus sembilan puluh lima juta sembilan puluh ribu rupiah), dan

8) Aset Tak berwujud lainnya senilai Rp.111.285.000,- (Seratus sebelas juta

dua ratus delapan puluh lima ribu rupiah).

9) Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan

senilaiRp.864.935.668,- (Delapan ratus enam puluh empat juta sembilan

(5)

Tabel 3.1 Data Tanah Unimed Versi SIMAK-BMN s.d 2009 (Unimed, 2010)

No Tempat Luas tanah (m2) Total Nilai Akhir 2009

1 Jl. Willem Iskandar 495.000 33.801.075.000 2 Jl. Dr. Sutomo P. Sidempuan 1.496 451.989.000

3 Jl. Teladan 9.144 1.650.000.000

4 Jl. Pelajar Timur 41.021 4.499.900.000

TOTAL 546.661 40.402.964.000

3.1.4 Batas-batas tapak

Batas-batas tapak Universitas Negeri Medan yakni disebelah utara berbatasan

dengan jalan peraturan, disebelah timur berbatasan dengan jalan peraturan

perkampungan dan tol belmerah, disebelah selatan berbatasan dengan jalan pasar V,

disebelah barat berbatasan dengan jalan jalan pasar VII atau dapat dilihat pada

Gambar 3.2.

Batas Sebelah Utara = Jalan Peraturan

Batas Sebelah Timur = Perkampungan dan tol belmerah Batas Sebelah Selatan = Jalan Pasar V

Batas Sebelah Barat = Jalan Pasar VII

Gambar 3.2 Batas Tapak (Google Maps, 2015)

(6)

3.1.5 Letak zona gerbang masuk

Universitas Negeri Medan memiliki 4 pintu gerbang, terdapat 1 pintu gerbang

dijalan pasar VII dan 3 gerbang lainnya ada di jalan pasar V. Letak gerbang masuk

dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Letak Gerbang Masuk (Google Maps, 2015)

3.1.6 Pola sirkulasi eksisting

Pola sirkulasi eksisting di empat zona pintu masuk Universitas Negeri Medan

seluruh terdiri dari jalur dengan dua arah dan lebar jalan yang berbeda. Lebar jalur

pada tiap pintu gerbang dapat dilihat pada Gambar 3.4.

3.1.7 Kondisi zona gerbang masuk Unimed

Kondisi zona gerbang masuk Universitas Negeri Medan saat ini dapat dilihat

pada Gambar 3.5

1

2 3 4

1. Gerbang Teknik

2. Gerbang MIPA 3. Gerbang Rektorat

(7)

Gambar 3.4 Pola Sirkulasi Eksisting (Google Maps, 2015)

Lebar jalan :

(8)

Gambar 3.5 Kondisi Zona Gerbang Masuk (Google Maps, 2015)

1. Gerbang Masuk Teknik

2. Gerbang Masuk MIPA

3. Gerbang Masuk Rektorat

4. Gerbang Masuk Mesjid

1

(9)

3.2 Studi Banding Kasus Proyek Sejenis

3.2.1 Gerbang kampusUNNES (Universitas Negeri Semarang)

UNNES telah berdiri sejak tahun 1965 di kota Semarang, kota tua yang merupakan ibu kota provinsi Jawa Tengah. Dengan tujuh fakultas dan satu program pascasarjana, saat ini UNNES mendidik tidak kurang dari 22.000 mahasiswa yang tersebar dalam jenjang program Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana (UNNES, 2010).

Taman ditengah-tengah jalur masuk dan keluar gerbang menambah kesan indah, asri, dan menarik untuk masuk ke dalam halaman-halaman kampus, yang sebagian besar merupakan taman kampus. Taman pada pada median juga berfungsi sebagai pembayangan terhadap terik matahari. Sirkulasi pada gerbang masuk kampus didesain memiliki jalur masuk yang cukup lebar. Sirkulasi jalur masuk dan keluar gerbang kampus dipisah dengan tujuan untuk menjaga kelancaran sehingga tidak terjadi kemacetan. Kondisi gerbang masuk Unnes dapat dilihat pada Gambar 3.6, 3.7 dan 3.8.

(10)

Massa bangunan khususnya pada perencanaan ketinggian bangunan juga sangat diperhatikan, hal ini untuk menjadikan bangunan gerbang kampus sebagai landmark kawasan. Ketinggian gerbang kampus diatur sehingga menimbulkan kesan kontras dari bangunan sekitar.

Gambar 3.7 Taman Kecil di Depan Gerbang Masuk Berfungsi Sebagai Landmark dan Nodes

(Jayadipa, 2011)

(11)

3.2.2 Gerbang kampus UGM (Universitas Gadjah Mada)

Universitas Gadjah Mada disingkat UGM, merupakan universitas negeri tertua di Indonesia, terletak di Yogyakarta. Didirikan pada 19 Desember 1949, Gadjah Mada merupakan universitas pertama yang didirikan setelah Indonesia merdeka (Wikipedia, 2013).

Bentuk massa bangunan dengan penggabungan bidang kotak dengan bidang segitiga menimbulkan kesan dinamis jika dilihat. Gerbang juga berfungsi sebagai Landmark kampus dengan Bentukan massa yang kontras dengan bangunan sekitar kawasan.

Gambar 3.9 Tampak Depan Gerbang Kampus UGM (Yulianta, 2009)

(12)

Gambar 3.10 Gerbang sebagai Landmark Kampus UGM (Nurhuda, 2012)

Penataan lanscape mulai dari area depan gerbang sampai ke dalam kawasan memberikan kesan asri. Median jalan yang lebar juga berfungsi sebagai taman. Selain itu median jalan juga bertujuan memisah jalur masuk dan keluar kampus agar sirkulasi tetap lancar sehingga tidak terjadi kemacetan.

Dari hasil penjelasan di kedua studi banding kasus proyek sejenis tersebut, maka dapat dilakukan analisa untuk mendapatkan kesimpulan penerapan desain dalam perancangan (Tabel 3.2).

Tabel 3.2 Hasil Analisa Studi Banding Proyek Sejenis

No Proyek Desain Dalam Perancangan

1 Gerbang

Bangunan gerbang masuk terdiri dari 2 jalur masuk dan keluar. Ketinggian bangunan diatur sehingga memberi kesan yang kontras dari bangunan sekitar.

(13)

Tabel 3.2 (Lanjutan)

No Proyek Desain Dalam Perancangan

Lanscape Taman pada pada median jalan mulai dari area depan gerbang sampai kedalam kawasan memberikan kesan asri pada kawasan, juga berfungsi sebagai pembayangan terhadap panas matahari.

Bentukan massayang kontras dengan bangunan sekitar menjadikan gerbang kampus sebagai landmark kawasan.

Fasad

Gerbang kampus didesain menggunakan konsep metafora, hal ini dapat dilihat pada penggunaan bentuk pena sebagai lambang bahwa kawasan kampus merupakan tempat untuk menimba ilmu.

Lanscape Penataan lanscape mulai dari area depan gerbang sampai kedalam kawasan memberikan kesan asri.

Sirkulasi Lebar jalan utama cukup lebar, jalur masuk dan keluar gerbang kampus dipisah oleh taman pada median jalan. Hal ini bertujuan agar sirkulasi lancar sehingga tidak terjadi kemacetan.

Kesimpulan:

Kedua gerbang masuk dari studi kasus proyek sejenis diatas sama-sama menggunakan dua jalur yang cukup lebar untuk jalur keluar dan masuk kedalam kawasan kampus. Keduanya juga menerapkan penggunaan median jalan dengan meletakkan taman yang juga berfungsi sebagai peneduh terhadap sinar matahari. Bentuk massa pada setiap gerbang masuk dibuat kontras dengan bangunan pada kawasan sekitar agar menjadikan gerbang menjadi landmark kampus. Memasukkan identitas kampus sebagai penanda kawasan.

3.3 Relevansi Tema terhadap Zona Gerbang Masuk Kampus Unimed

(14)

Sumatera Utara membuat pengguna dan pengunjung yang belajar dan mengajar serta melakukan kegiatan di bidang pendidikan dalam kampus Unimed menjadi sangat beragam. Hal ini karena latar belakang pengguna yang datang dari berbagai daerah di pulau sumatera bahkan luar sumatera. Dari latar belakang yang beragam tersebut akan memunculkan agama, suku serta kebudayaan yang berbeda dan akan menghasilkan bermacam perilaku yang berbeda pula.

Seiring dengan perkembangan waktu, jumlah civitas akademika dan warga kampus di dalam kampus Unimed pun meningkat. Peningkatan jumlah mahasiswa dan warga kampus ini berimbas kepada meningkatnya interaksi sosial yang dilakukan. Peningkatan interaksi sosial mahasiswa dan warga kampustersebut menghasilkan ketimpangan adaptasi antara aktivitas atau perilaku yang dilakukan dengan tatanan fisik kampus. Hal ini dikarenakan perubahan elemen fisik yang ada tidak mampu untuk berasimilasi mengikuti perubahan peningkatan jumlah mahasiswa dan warga kampus yang ada.

(15)

Agar dapat mewujudkan kualitas sarana dan prasarana zona gerbang masuk kampus yang baik sebagai penunjang aktivitas, maka perlu untuk dikaji antara perilaku pengguna terhadap desain (seting) yang ada serta kebutuhan dari pengguna dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan.

3.4 Eksplorasi Penerapan Tema ke dalam Zona Gerbang Masuk Kampus Unimed

Dalam penelitian ini perilaku pengguna zona gerbang masuk yang akan diamati dan didata akan dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu aksesibilitas dan landmark (Gambar 3.11). Dari hasil data perilaku ini nantinya akan dianalisa untuk menghasilkan kriteria dan konsep rancangan pada zona gerbang masuk.

Gambar 3.11 Faktor-faktor Pembentuk Perilaku

3.4.1 Analisa perilaku

Proses pengamatan pada zona gerbang masuk dilakukan dengan pencatatan pola aktifitas perilaku, foto-foto, dan penghitungan jumlah pengguna yang

AKTIVITAS AKSESIBILITAS

(16)

melintasi zona pintu masuk. Pengumpulan data dengan cara penggambaran peta pola aktifitas dengan tujuan untuk indentifikasi jenis dan frekuensi perilaku agar dapat menjadi pertimbangan perancangan untuk mendapat wujud perancangan yang spesifik. Alur kegiatan pemetaan perilaku untuk mendapatkan data perilaku pemakai dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Bagan Pemetaan Perilaku

Setelah memperoleh data perilaku kemudian tahap selanjutnya menggunakan kuesioner yang sudah disusun, dengan tujuan untuk mengetahui preferensi pengguna zona gerbang masuk kampus ditinjau dari aksesibilitas dan landmark.

(17)

Gambar 3.13 Suasana Zona Gerbang Masuk Teknik

(18)

Gambar 3.15 Suasana Zona Gerbang Masuk MIPA

(19)

Gambar 3.17 Suasana Zona Gerbang Masuk Mesjid

(20)

Berdasarkan pemetaan perilaku pada zona gerbang masuk diketahui bahwa terdapat dua pola sirkulasi pada zona gerbang masuk yaitu sirkulasi manusia dan kenderaan. Dari hasil pengamatan diperoleh data perilaku dari kedua pola sirkulasi tersebut yang dirangkum dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Data Pemetaan Perilaku Zona Gerbang Masuk Kampus

Sirkulasi Manusia Sirkulasi Kenderaan

a. Pedagang kaki lima menggunakan jalur pejalan kaki untuk berjualan, sehingga pejalan kaki harus berjalan pada jalur kenderaan untuk melalui kerumunan pedagang dan angkutan umum sebelum kembali pada jalur pejalan kaki.

b. Pejalan kaki menggunakan trotoar sebagai akses utama,

c. Untuk sirkulasi manusia menggunakan dua jalur bagi pejalan kaki disetiap sisi jalan.

d. Jalur pejalan kaki pada area depan zona gerbang masuk belum ditata dengan baik, jalur pejalan kaki baru ada setelah melalui gerbang masuk menuju ke dalam area kampus.

e. Pejalan kaki tidak melihat kenderaan yang lewat sebelum menyeberang dan sibuk berjalan sambil menggunakan gadget sehingga membahayakan diri. f. Pejalan kaki harus berjalan pada jalur

kenderaan di gerbang masuk dikarenakan pintu khusus pejalan kaki ditutup.

g. Dikarenakan tidak disediakannya jalur penyeberangan pada jalur kenderaan di zona gerbang masuk menyebabkan pejalan kaki menyeberang disembarang tempat.

h. Pejalan kaki membuang sampah pada jalur pedestrian dan drainase karena minimnya tempat sampah pada zona

c. Pengguna kenderaan bermotor berkendara dengan kecepatan tinggi dan terlalu dekat dengan pejalan kaki

d. Pengendara sepeda motor sering memarkirkan kenderaannya pada jalur kenderaan bukan pada area parkir di dalam kampus.

e. Pengendara kenderaan bermotor tidak mengalah saat pejalan kaki akan menyeberang.

(21)

Dari pemetaan perilaku yang sudah dilakukan, maka dapat dikaji bahwa setiap individu memiliki alur kegiatan yang berbeda-beda berdasarkan cara masuk ke dalam kampus. Cara masuk ini terbagi menjadi dua yaitu dengan cara berjalan kaki dan dengan berkendara. Untuk individu yang masuk ke dalam kampus dengan berjalan kaki memiliki alur kegiatan (Gambar 3.19) yang berbeda dengan alur kegiatan individu yang berkendara (Gambar 3.20).

Gambar 3.19 Diagram Alur Kegiatan Individu yang Berjalan Kaki

Gambar 3.20 Diagram Alur Kegiatan Individu yang Berkendara

Dari data perilaku pengguna zona gerbang masuk, maka disusun kuesioner untuk menjaring preferensi pengguna zona gerbang masuk kampus berdasarkan variabel pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dari aspek aksesibilitas dan landmark.

Datang Kegiatan Administrasi

Kegiatan Pendidikan

Berkumpul/Berorganisasi Berjalan

(22)

Sebelum menyebar kuesioner (Lampiran 6) pada responden harus terlebih dahulu menentukan jumlah respoden kuesioner yang akan dijaring. Jumlah responden diperolah dari perhitungan dengan menggunakan rumus:

n = N / (Nd2 + 1)... (3.1) Dimana: N = Jumlah populasi

d = Derajat kecermatan n = Jumlah sampel

Untuk penelitian ini nilai derajat kecermatan diambil 5% yang berarti bahwa derajat kecermatan yang diinginkan menunjukkan tingkat ketepatan dalam mencapai 95% jaminan ketepatan. Berdasarkan Renstra Unimed 2011-2015 dalam Unimed (2010) data tahun 2009 menyebutkan jumlah mahasiswa Unimed sebanyak 21.364 mahasiswa. Dengan menggunakan rumus diatas dapat dihitung jumlah responden yang akan diteliti sebanyak:

n = 21.364 / ((21.364 x 0,05² )+ 1) = 393 responden

Jumlah responden dari lokasi penelitian yaitu sebanyak 393 civitas akademika. Berdasarkan kuisioner yang telah disebar, diperoleh sebaran data sebagai berikut:

(23)

8. Dosen sebanyak 26 responden dengan presentase sebesar 6.62 % 9. Pegawai sebanyak 12 responden dengan presentase sebesar 3.05 %

Hasil sebaran data yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok yakni gender, umur dan pekerjaan. Grafik dari sebaran data dapat dilihat pada Gambar 3.21, 3.22 dan 3.23.

Gambar 3.21 Grafik Gender Responden

Gambar 3.22 Grafik Umur Responden

(24)

Gambar 3.23 Grafik Pekerjaan Responden

Setelah hasil persentase untuk setiap kajian pada zona gerbang masuk kampus Unimed dari semua kuesioner didata, dirangkum dan ditabelkan (Tabel 3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9).

Tabel 3.4 Hasil Rangkuman Kuesioner Nomor 1 s.d 10

No Pertanyaan Jawaban

SN N KN TN STN

1 Apakah anda nyaman dengan

kondisi akses masuk pada gerbang saat ini?

0.51% 5.34% 61.32% 31.81% 1.02%

2 Apakah bentuk gerbang saat ini

memberikan rasa nyaman ketika melihat?

0.00% 4.58% 5.85% 74.81% 14.76%

3 Saat berjalan di area gerbang

apakah anda merasa nyaman tanpa takut tersenggol oleh kenderaan?

0.76% 1.53% 68.70% 23.66% 5.34%

4 Apakah sistem keamanan pada

gerbang di zona gerbang masuk saat ini membuat anda nyaman?

0.76% 3.82% 21.12% 63.61% 10.69%

5 Apakah anda nyaman ketika

(25)

Tabel 3.4 (Lanjutan)

No Pertanyaan Jawaban

SN N KN TN STN

6 Apakah anda nyaman saat berjalan

pada trotoar pada zona gerbang masuk?

0.76% 1.02% 15.01% 71.25% 11.96%

7 Apakah dengan adanya beda

ketinggian antara jalur kenderaan dan trotoar membuat anda merasa nyaman untuk menggunakannya?

73.79% 23.66% 2.54% 0.00% 0.00%

8 Apakah anda nyaman dengan kondisi

kebersihan pada jalur pedestrian saat ini?

4.33% 68.96% 18.83% 7.12% 0.76%

9 Apakah anda nyaman dengan

pedagang kaki lima yang berjualan di zona gerbang masuk?

0.00% 2.29% 9.41% 84.73% 3.56%

10 Apakah anda nyaman ketika

mengakses pintu khusus pejalan kaki pada gerbang masuk?

Tabel 3.5 Hasil Rangkuman Kuesioner Nomor 11 s.d 20

No Pertanyaan Jawaban

T TT

11 Apakah menurut anda bentuk gerbang yang ada saat ini terlihat

indah? 0.76% 99.24%

12 Apakah menurut anda desain gerbang saat ini terlihat

memberikan rasa aman? 76.34% 23.66%

13 Apakah menurut anda desain gerbang saat ini terlihat mampu

memberikan perlidungan terhadap cuaca? 1.78% 98.22%

14 Apakah saat ini gerbang terlihat memiliki unsur unik dan mudah

diingat dari obyek fisik disekitarnya? 2.04% 97.96%

15 Apakah bentuk gerbang saat ini terlihat memiliki nilai historis

dan estetis di dalamnya? 2.04% 97.96%

16

Apakah bentuk bangunan pendukung misal: pos satpam saat ini terlihat memiliki unsur unik dan mudah diingat dari obyek fisik disekitarnya?

(26)

Tabel 3.5 (Lanjutan)

No Pertanyaan Jawaban

T TT

17 Apakah pos satpam saat ini terlihat memiliki nilai historis atau

estetis dalam desainnya? 2.04% 97.96%

18 Apakah anda melihat adanya penataan pada perencanaan bentuk

pola paving trotoar saat ini? 2.29% 97.71%

19

Apakah lampu jalan saat tidak digunakan terlihat berfungsi sebagai bagian dalam rangka memperindah zona gerbang masuk?

1.02% 98.98%

20 Apakah kondisi gerbang saat ini terlihat bersih? 79.64% 20.36%

Keterangan: T : Terlihat

TT : Tidak Terlihat

Tabel 3.6 Hasil Rangkuman Kuesioner Nomor 21 s.d 30

No Pertanyaan Jawaban

M S

21 Apakah anda merasa mudah saat berjalan atau berkendara di

zona gerbang masuk? 96.18% 3.82%

22 Apakah saat ini gerbang mudah untuk diindentifikasi? 87.53% 12.47%

23 Apakah anda dapat dengan mudah mencari dan

mengidentifikasi pos satpam di area zona gerbang masuk? 94.91% 5.09%

24 Apakah anda merasa mudah saat melalui jalur kenderaan

pada zona gerbang masuk? 96.18% 3.82%

25 Apakah anda mudah untuk mencari tempat sampah pada zona

gerbang masuk? 0.76% 99.24%

26 Dengan kondisi lampu jalan saat ini, apakah anda mudah

melalui jalur kenderaan pada saat malam hari? 2.80% 97.20%

27 Apakah penyandang cacat dapat mudah untuk berjalan di

trotoar zona gerbang masuk? 1.02% 98.98%

28 Apakah jika shelter informasi diletakkan di samping trotoar

memudahkan anda untuk mengakses? 95.17% 4.83%

29 Apakah saat jam tertentu, misal saat jam pulang atau saat

wisuda anda mudah untuk melalui jalur kenderaan? 3.56% 96.44%

30 Apakah anda mudah untuk menemukan bangku pada jalur

trotoar di zona gerbang masuk? 1.27% 98.73%

Keterangan: M : Mudah

(27)

Tabel 3.7 Hasil Rangkuman Kuesioner Nomor 31 s.d 48

No Pertanyaan Jawaban

P CP TP

31

Apakah perlu menggunakan bentuk yang khas dengan pendidikan untuk desain gerbang kampus sebagai landmark ?

40.46% 41.98% 17.56%

32

Apakah desain gerbang harus mempunyai bentuk yang jelas dalam luasan atau bentang yang relatif besar?

86.77% 9.92% 3.31%

33

Apakah perlu penataan lampu yang menarik pada gerbang agar terlihat indah saat malam hari?

88.04% 9.41% 2.54%

34

Apakah pada zona gerbang masuk perlu dibuat shelter atau bangunan informasi kampus yang berisi peta kampus serta pengumuman terbaru dari kegiatan yang ada di kampus?

83.97% 7.89% 8.14%

35 Apakah perlu dipisahkan jalur sepeda motor

dan mobil pada zona pintu masuk? 37.66% 22.14% 40.20%

36 Apakah perlu dibuat jalur khusus sepeda pada

zona pintu masuk kampus? 16.79% 64.12% 19.08%

37 Apakah trotoar perlu dilengkapi dengan kanopi

untuk pelindungan terhadap cuaca? 86.01% 10.69% 3.31%

38 Apakah pada trotoar perlu diberi tanaman

peneduh? 84.22% 8.91% 6.87%

39 Apakah perlu diletakkan bangku pada trotoar

zona gerbang masuk? 92.62% 5.09% 2.29%

40 Apakah perlu diletakkan tempat sampah pada

trotoar zona gerbang masuk? 94.91% 3.31% 1.78%

41

Apakah perlu membuat desain yang mempunyai unsur unik dan mudah diingat pada aksesoris jalan seperti tempat sampah, bangku, kanopi, lampu jalan, halte dan lain sebagainya?

93.38% 5.85% 0.76%

42

Apakah perlu meletakkan polisi tidur pada jalur kenderaan untuk mengurangi kecepatan kenderaan?

93.38% 5.60% 1.02%

43 Apakah perlu disediakan kios bagi pedagang

untuk menata area depan zona gerbang masuk? 92.11% 5.34% 2.54%

44

Apakah perlu disediakan halte untuk angkutan umum agar mengurai kemacetan di area depan gerbang masuk?

83.97% 7.89% 8.14%

45 Apakah perlu untuk membuat desain pola

penataan paving pada trotoar? 93.64% 3.31% 3.05%

46 Apakah perlu ditambah penerangan khusus

untuk pejalan kaki pada jalur trotoar? 34.10% 22.14% 43.77%

47

Apakah menurut anda perlu untuk memasukkan budaya lokal dalam tema rancangan zona gerbang masuk?

(28)

Tabel 3.7 (Lanjutan)

No Pertanyaan Jawaban

P CP TP

48 Apakah rancangan gerbang nantinya perlu

meletakkan simbol Unimed di dalamnya? 84.48% 8.65% 6.87%

Keterangan: P : Perlu

CP : Cukup Perlu

TP : Tidak Perlu

Tabel 3.8 Hasil Rangkuman Kuesioner Nomor 49

No Pertanyaan Jawaban

< 6,5 m 6,5 m 7,5 m 9 m 11 m

Tabel 3.9 Hasil Rangkuman Kuesioner Nomor 50

No Pertanyaan Jawaban

< 1 m 1,5 m 2 m 2,5 m >2,5 m

50

Menurut anda berapa seharusnya lebar jalur trotoar zona gerbang masuk yang membuat nyaman anda jika berjalan diatasnya?

3.82% 13.99% 39.44% 25.19% 17.56%

(29)

Gambar 3.24 Grafik Preferensi Pengguna untuk Kuesioner Nomor 01-10

Gambar 3.25 Grafik Preferensi Pengguna untuk Kuesioner Nomor 11-20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sangat Nyaman 0.51% 0.00% 0.76% 0.76% 0.51% 0.76% 73.79% 4.33% 0.00% 0.00% Nyaman 5.34% 4.58% 1.53% 3.82% 63.87% 1.02% 23.66% 68.96% 2.29% 3.05% Kurang Nyaman 61.32% 5.85% 68.70%21.12% 34.10%15.01% 2.54% 18.83% 9.41% 62.34% Tidak Nyaman 31.81% 74.81% 23.66%63.61% 1.02% 71.25% 0.00% 7.12% 84.73% 32.32% Sangat Tidak Nyaman 1.02% 14.76% 5.34% 10.69% 0.51% 11.96% 0.00% 0.76% 3.56% 2.29%

0.00%

Hasil Preferensi Pengguna untuk Kuesioner Nomor 01-10

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Terlihat 0.76% 76.34% 1.78% 2.04% 2.04% 2.04% 2.04% 2.29% 1.02% 79.64% Tidak Terlihat 99.24% 23.66% 98.22% 97.96% 97.96% 97.96% 97.96% 97.71% 98.98% 20.36%

0.00%

(30)

Gambar 3.26 Grafik Preferensi Pengguna untuk Kuesioner Nomor 21-30

Gambar 3.27 Grafik Preferensi Pengguna untuk Kuesioner Nomor 31-48

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Mudah 96.18% 87.53% 94.91% 96.18% 0.76% 2.80% 1.02% 95.17% 3.56% 1.27% Sulit 3.82% 12.47% 5.09% 3.82% 99.24% 97.20% 98.98% 4.83% 96.44% 98.73%

0.00%

Hasil Preferensi Pengguna untuk Kuesioner Nomor 21-30

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48

Perlu 40.4 86.7 88.0 83.9 37.6 16.7 86.0 84.2 92.6 94.9 93.3 93.3 92.1 83.9 93.6 34.1 24.9 84.4

Cukup Perlu 41.9 9.92 9.41 7.89 22.1 64.1 10.6 8.91 5.09 3.31 5.85 5.60 5.34 7.89 3.31 22.1 19.8 8.65

Tidak Perlu 17.5 3.31 2.54 8.14 40.2 19.0 3.31 6.87 2.29 1.78 0.76 1.02 2.54 8.14 3.05 43.7 55.2 6.87

0.00%

(31)

Gambar 3.28 Grafik Preferensi Pengguna untuk Kuesioner Nomor 49

Gambar 3.29 Grafik Preferensi Pengguna untuk Kuesioner Nomor 50

Hasil Preferensi Pengguna untuk Kuesioner Nomor 49

50

(32)

Dari data kuesioner diatas, maka dapat ditarik hasil preferensi untuk tiap kajian zona gerbang masuk. Kuesioner nomor 1 sampai 10 mengenai kenyamanan pada zona gerbang masuk menghasilkan data preferensi sangat nyaman sebesar 8.14%, nyaman 17.81%, kurang nyaman 29.92%, tidak nyaman 39.03% dan sangat tidak nyaman sebesar 5.08%. Selanjutnya untuk kuesioner nomor 11 sampai 20 mengenai akses visual zona gerbang masuk menghasilkan preferensi sebesar 16.99% terlihat dan 83.01% tidak terlihat. Kemudian untuk preferensi kuesioner nomor 21 sampai 30 mengenai kemudahan aksessibilitas pada zona gerbang masuk adalah 47,94% menyatakan mudah dan 52,06% menyatakan sulit.

Mengenai penataan fisik zona gerbang masuk pada kuesioner nomor 31 sampai 48 menghasilkan preferensi 72.86% perlu, 14.56% cukup perlu dan 12.58% menyatakan tidak perlu. Untuk kuesioner nomor 49 mengenai lebar jalur kenderaan menghasilkan data 3.56% lebar <6.5 meter, 6.11% untuk lebar 6.5 meter, 7.12% untuk lebar 7.5 meter, 35.62% lebar 9 meter dan 47.58% lebar 11 meter. Lalu kuesioner 50 mengenai lebar jalur trotoar menghasilkan preferensi untuk lebar < 1 meter sebesar 3.82%, lebar 1.5 meter 13.99%, lebar 2 meter sebesar 39.44%, lebar 2.5 meter 25.19% dan lebar > 2.5 meter sebesar 17.56%.

(33)

masuk. Kemudian dalam hal penataan fisik zona gerbang masuk, masih perlu dilakukan penataan. Preferensi terakhir mengenai lebar jalur kenderaan dan trotoar, pengguna sebagian besar menginginkan lebar jalur kenderaan 11 meter dan 2 meter untuk lebar jalur trotoar.

3.4.2 Analisa fungsional

Proses pengamatan analisa fungsional pada zona gerbang masuk dilakukan pada elemen-elemen dalam setting fisik zona gerbang masuk yang akan direncanakan. Hasil dari pengamatan dari pemanfaatan pada setiap elemen akan menjadi pertimbangan dalam penentuan kriteria dan perencanaan konsep zona gerbang masuk. Kegiatan analisis fungsional diawali dengan pengambilan data awal dan penghayatan elemen dalam tapak yang akan direncanakan.

Simon (1990) berkaitan dengan kegiatan analisis tapak menyebutkan bahwa “Peningkatan feel of the land merupakan kunci keberhasilan dari sebuah kegiatan perencanaan tapak, dan hal ini bisa didapatkan jika telah dilakukan kegiatan analisis tapak yang baik dan benar”.

Pengamatan dimulai pada area depan zona gerbang masuk, angkutan umum sering sembarangan berhenti sehingga mengakibatkan kemacetan. Area depan gerbang belum mampu menampung seluruh kegiatan pemakai. Terdapat beberapa gerbang yang tertutup, sehingga tidak maksimalnya pemakai untuk mengakses kampus dari keempat gerbang yang ada.

(34)

pedestrian yang tidak seragam memberikan kesan tidak rapi. Terdapat kerusakan pada sebagian jalur pedestrian, sehingga pemakai dengan kebutuhan khusus tidak bisa menggunakan.

3.5 Rangkuman Hasil Eksplorasi

(35)

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN FISIK

4.1 Penetapan Zona Gerbang Masuk Kampus

Penetapan lokasi zona gerbang masuk kampus dimaksudkan untuk mendapatkan

lokasi yang ideal untuk menerapkan konsep perancangan. Dari 4 zona yang ada,

nantinya akan dipilih satu zona yang cocok untuk diterapkan hasil kriteria dan konsep

perancangan zona gerbang masuk kampus dengan pendekatan arsitektur perilaku.

Dalam melakukan penetapan lokasi gerbang perlu ditinjau beberapa kondisi

untuk mendapatkan zona gerbang masuk yang sesuai dengan elemen penetapan lokasi

yang ideal. Elemen dalam menetapkan lokasi tersebut antara lain:

a. Aksessibilitas yang terdiri dari aksessibilitas kendaraan pribadi, kendaraan

umum dan pejalan kaki.

b. Fasilitas pendukung seperti permukiman dan daerah komersil dengan radius

500 m dari lokasi pemilihan.

c. Berada di kawasan sub urban yang merupakan daerah pengembangan

perdagangan dan rekreasi dengan radius 500 m dari lokasi pemilihan.

Berdasarkan elemen diatas, maka dilakukan analisa pada setiap zona gerbang

kampus yang ada. Analisa dilakukan untuk menetapkan lokasi zona gerbang masuk

(36)

Tabel 4.1 Hasil Analisa Elemen Penetapan Lokasi Zona Gerbang Masuk

2 Fasilitas pendukung

a. Permukiman (500 m) +++ + + +++

b. Daerah komersil (500 m) +++ ++ ++ +

3

Berada di kawasan sub urban

yang merupakan daerah

pengembangan perdagangan dan

Dari hasil analisa pemilihan diatas melalui elemen penetapan lokasi, maka

dapat ditetapkan perancangan zona gerbang masuk kampus dengan menggunakan

arsitektur perilaku dilakukan pada zona teknik. Penetapan tersebut didasarkan karena

zona teknik memiliki skor tertinggi dibandingkan dengan zona lainnya.

Selain dari hasil skor analisa lokasi, penetapan zona teknik juga didukung

dengan adanya Key Building (Gambar 4.1) berupa Auditorium dan taman kampus

(37)

masuk dan keluar di pusatkan pada zona teknik, akan memudahkan pengguna dalam

mengakses kampus, karena zona ini memiliki pola jalur mengelilingi kampus.

Faktor pendukung lainnya dari penetapan zona gerbang masuk kampus di zona

teknik adalah adanya jalur kenderaan menuju zona teknik yang lebar dengan 2 lajur

untuk dua arah yang dipisahkan dengan median jalan. Jalur yang lebar dengan 2 lajur

dan median ini akan memudahkan dan menghindarkan pengguna dari kemacetan

dalam mengakses gerbang masuk kampus.

4.2 Konsep Gerbang Masuk

Sesuai dengan kesimpulan pada analisa studi kasus proyek sejenis, bentuk

massa gerbang masuk harus didesain kontras dengan bangunan yang ada disekitar

kawasan. Penerapan tersebut untuk menjadikan gerbang masuk kampus sebagai

landmark kawasan. Hal ini sejalan dengan Yuliantoro (2004) yang menyebutkan

suatu obyek dapat dikatakan sebagai landmark jika memiliki kriteria antara lain

mempunyai bentuk yang jelas dalam luasan atau bentang yang relatif besar,

mempunyai karakter fisik lain dari obyek fisik disekitarnya, serta mempunyai unsur

unik dan mudah diingat.

Sesuai dengan penjelasan diatas maka massa gerbang masuk harus

menggunakan skala perkotaan, yakni D/H>1. Ilustrasi perbandingan D/H oleh objek

(38)

Gambar 4.1 Key Building dalam Penetapan Zona Gerbang Masuk Kampus Universitas Negeri Medan (Universitas Negeri Medan, 2015)

Auditorium dan taman kampus dipilih sebagai Key Building untuk memperkuat penetapan Gerbang Teknik sebagai zona gerbang masuk

(39)

Gambar. 4.2 Ilustrasi Perbandingan D/H Oleh Objek (Google Images, 2015)

Agar gerbang masuk memiliki unsur unik dan mudah diingat, maka digunakan

konsep metofora atau perumpamaan. Konsep ini menggunakan ungkapan “bagaikan”

atau “seperti” untuk mengidentifikasikan suatu hubungan antara benda tertentu

dengan desain.

Bentuk dasar dari gerbang direncanakan untuk konsep metafora gerbang

digunakan bentuk pena dan buku (Gambar 4.3). Hal ini bertujuan untuk memberikan

kesan bahwa kawasan ini adalah kawasan pendidikan dan tempat untuk menimba

ilmu. Memasukkan unsur pendidikan dengan bentuk pena dan buku bertujuan sebagai

(40)

Gambar 4.3 Pena dan Buku (Google Images, 2015)

Agar gerbang masuk mudah diingat dan diidentifikasi, maka logo Universitas

Negeri Medan dimasukkan dalam desain gerbang masuk kampus. Memasukkan

identitas kampus dalam desain berfungsi sebagai penanda suatu kawasan.

Desain gerbang terdiri dari dua jalur, yakni untuk jalur masuk dan keluar

kawasan. Pemisahan jalur masuk dan keluar pada gerbang masuk bertujuan agar

sirkulasi lancar sehingga tidak terjadi kemacetan. Jalur masuk dan keluar tersebut

dipisah oleh median jalan yang berfungsi juga sebagai taman. Taman pada median ini

memiliki fungsi sebagai pembayangan terhadap panas matahari dan mampu

memberikan kesan nyaman sehingga pengguna tidak enggan masuk kedalam

kawasan.

Penggunaan warna dominan dalam desain gerbang menggunakan warna yang

ada pada logo universitas yaitu hijau, merah, kuning dan hitam (Gambar 4.4).

Pemakaian warna tersebut agar pengguna tidak merasa asing karena sudah sangat

(41)

Gambar 4.4 Logo Unimed (Google Images, 2015)

Warna kuning, melambangkan keceriaan, gembira, hangat, mampu

membangkitkan semangat, menghadirkan akal, baik untuk konsentrasi, pikiran.

Warna kuning mencerminkan sifat kreatif, intelek serta kepemimpinan. Kuning dapat

merangsang mata dan saraf untuk lebih fokus, berkonsentrasi, dan memunculkan

kesan hidup yang membuat siapa yang melihat bersemangat. Warna hijau,

melambangkan ketenangan,bersantai, dan warna segar. Baik untuk relaksasi dan area

istirahat. Sedangkan warna merah, melambangkan kegairahan, energi, kekuasaan, dan

semangat.

Kuning dan merah merupakan warna panas, warna panas memberikan kesan

positif, merangsang, energik, agresif, dan aktif. Sedangkan hijau merupakan warna

dingin, warna dingin memberikan kesan tenang, aman, dan hening. Diharapkan

dengan penggunaan warna tersebut mampu memberikan semangat kepada pengguna

khususnya mahasiswa untuk giat belajar, serta mampu memberikan rasa tenang dan

(42)

4.3 Konsep Bangunan Pendukung

Bangunan pendukung yang akan direncanakan adalah pos kemanan dan shelter

informasi kampus. Bangunan pendukung dirancang sebagai bagian dalam rangka

memfasilitasi kebutuhan pengguna agar merasa nyaman saat melintasi zona gerbang

masuk. Pos keamanan digunakan untuk mendukung sistem keamanan pada gerbang

masuk, sementara shelter informasi berfungsi sebagai fasilitas untuk pengguna

memenuhi kebutuhan informasi seputar kampus.

Konsep bangunan pendukung harus mudah diidentifikasi, hal ini berkaitan

dengan pengorganisasian ruang. Bangunan pendukung harus diletakkan pada area

strategis yang mudah dijangkau dan dapat langsung terlihat tanpa terhalang sesuatu.

Hal ini berhubungan dengan efesiensi waktu dalam hal pelayanan publik, maka untuk

bangunan pendukung disimpulkan diletakkan tidak jauh di sisi kiri jalur masuk.

Bangunan yang dapat dengan mudah diakses akan membuat pengguna merasa

nyaman.

Untuk menampilkan karakter bangunan pendukung dapat dilakukan melalui

perencanaan bentuk bangunan. Skala bangunan juga harus diperhatikan.

Penggabungan bentuk geometri bulat dan persegi dapat digunakan karena memiliki

beberapa keunggulan (Tabel 4.2). Bangunan pendukung direncanakan memiliki

(43)

Tabel 4.2 Kriteria Bentuk Bangunan (Realita, 2010)

Kriteria

Bentuk Dasar Bangunan

Kesesuaian Bentuk Site Baik Baik Kurang Baik

Orientasi Bangunan Baik, Orientasi Jelas

Baik, Orientasi

Jelas ke segala arah Tidak Jelas

Efesiensi Ruang Efisien Kurang Efisien Tidak Efisien

Efesiensi Struktur dan

Konstruksi Bangunan Lebih Mudah CukupSulit Mudah

Kesan yang ingin

dicapai Baik Baik Kurang Baik

Ekonomi Bangunan Lebih Hemat Hemat Tidak

Ekonomis

Untuk warna pada bangunan pendukung menggunakan konsep analisator,

analisator diciptakan dari perpaduan dua atau tiga warna. Konsep analisator akan

member efek tenang dan ramah. Agar tidak menimbulkan kemacetan pada zona

gerbang masuk, maka bangunan pendukung harus dilengkapi dengan area parkir

kenderaan.

4.4 Konsep Jalur Pedestrian

Sesuai dengan desain gerbang yang direncanakan terdiri dari dua jalur untuk

(44)

masing-masing jalur yang ada. Hasil preferensi pengguna mengenai jalur pedestrian

menginginkan adanya perencanaan bentuk pola paving trotoar, desain jalur yang

ramah terhadap penyandang cacat, dan desain lebar jalur sebesar 2 meter.

Untuk dapat menghasilkan desain yang ramah terhadap kaum difabel, material

dan desain fisik yang digunakan harus mudah untuk dilalui (Gambar 4.5). Desain

ramp yang landai dengan kemiringan 7° akan memudahkan pengguna kursi roda atau

kaum yang memiliki keterbatasan fisik saat berjalan melalui jalur pedestrian. Untuk

pengguna dengan keterbatasan penglihatan digunakan keramik tekstur dengan warna

yang cerah sebagai panduan jalur untuk berjalan.

Pemilihan material paving jalur menggunakan material yang relatif datar, agar

memudahkan pengguna kursi roda saat berjalan. Material paving dipilih dengan

permukaan yang tidak licin. Untuk pola disesuaikan dengan ukuran jalur.

(45)

Menurut SK Dirjen 43 Tahun 1997 ketinggian maksimum trotoar adalah 25 cm,

dan dianjurkan menggunakan ketinggian 15 cm. Untuk lebar trotoar, menurut

Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 lebar trotoar minimum pada

wilayah industri di jalur primer sebesar 3 meter, jika berdasarkan jumlah pejalan kaki

lebar minimum untuk 6 orang adalah 2,3–5 meter. Sedangkan menurut Keputusan

Direktur Jenderal Perhubungan Darat dalam SK Dirjen 43 Tahun 1997 lebar trotoar

berdasarkan pada penggunaan lahan disekitarnya, dalam hal ini lebar minimum

trotoar untuk sekolah sebesar 2 meter dan dianjurkan menggunakan lebar 3 meter.

Berdasarkan peraturan diatas maka untuk penetapan lebar jalur sebesar 2 meter

menurut preferensi pengguna tidak bisa dipakai dalam perencanaan jalur pedestrian.

Hal ini dikarenakan lebar jalur sebesar 2 meter masih dibawah standar ketentuan yang

dianjurkan pemerintah dan tidak akan mampu mengakomodir pejalan kaki (dalam hal

ini mahasiswa) yang sering berjalan berkelompok dalam jumlah yang lebih dari 3

orang sekaligus. Maka dari itu lebar jalur pedestrian yang akan direncanakan adalah

sebesar 4 meter pada setiap jalur. Hal ini didasarkan jumlah pengguna yang berjalan

pada pedestrian di dalam kampus bisa dilalui 6 orang berkelompok sekaligus dan

diharapkan dengan lebar 4 meter akan mampu mengakomodir perkembangan kampus

di masa mendatang.

4.5 Konsep Jalur Kenderaan

Sesuai dengan konsep gerbang, maka jalur kenderaan juga terdiri dari dua jalur

(46)

gerbang masuk bertujuan agar sirkulasi dalam zona gerbang masuk lancar sehingga

tidak terjadi kemacetan. Jalur masuk dan keluar dipisah oleh median jalan yang

berfungsi juga sebagai taman. Taman pada median ini memiliki fungsi sebagai

pembayangan terhadap panas matahari dan mampu memberikan kesan nyaman.

Desain jalur kenderaan harus lebih rendah dari jalur pedestrian untuk memberikan

rasa aman kepada para pejalan kaki.

Preferensi pengguna yang menginginkan lebar jalur sebesar 11 meter

diakomodir. Dengan lebar tersebut, maka jalur kenderaan akan mampu menampung

kenderaan roda empat, sepeda motor, sepeda bahkan dapat dilalui oleh bus.

Pengakomodiran penggunaan lebar jalur kenderaan sebesar 11 meter dikarenakan

dengan lebar tersebut sudah memenuhi minimal lebar yang disyaratkan pada PP No

34 Tahun 2006 Tentang Jalan yang sudah dijelaskan pada Bab sebelumnya yang

menyebutkan persyaratan teknis jalan untuk jalan lingkungan sekunder memiliki

badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter dan jalur kenderaan pada zona

gerbang masuk termasuk dalam jenis jalan sedang, dengan pengendalian jalan masuk

tidak dibatasi dan memiliki paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan

lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.

Untuk mengontrol laju kenderaan pada jalur akan dibuat polisi tidur pada titik

tertentu. Sesuai dengan Keputusan Menteri (KM) Perhubungan Nomor 3 Tahun 1994

tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan (Lampiran 5), polisi tidur

(47)

harus diberi warna yang kontras dengan jalan agar memudahkan pengguna kendaraan

untuk mengidentifikasi.

Gambar 4.6 Desain Polisi Tidur (KepMenHub, 1994)

4.6 Konsep Street Furniture

Konsep street furniture pada zona gerbang masuk murujuk pada pemaksimalan

fungsi utama street furniture yakni sebagai petunjuk atau sebagai pelayanan agar

pemakai nyaman dalam melakukan aktifitas di zona gerbang masuk. Street furniture

yang akan dirancang dalam zona gerbang masuk adalah bangku, kanopi trotoar,

lampu jalan, tempat sampah, serta halte dan kios.

1. Bangku

Bangku pada trotoar berfungsi untuk memberi ruang istirahat bila lelah

(48)

lingkungan sekitarnya. Material bangku direncanakan terbuat dari logam,

kayu, beton, batu atau kombinasi diantaranya. Bentuk bangku didesain tidak

memiliki ujung atau sudut yang tajam, agar aman untuk digunakan. Bentuk

yang diterapkan dalam rancangan bangku pada trotoar adalah perpaduan

antara bujur sangkar dan lingkaran (Gambar 4.70). Untuk warna yang

digunakan disesuai dengan konsep rancangan pada setting fisik yang lain agar

senada.

Gambar 4.7 Contoh Bentuk Bangku pada Trotoar Jalan (Google Images, 2015)

2. Kanopi trotoar

Kanopi trotoar di masukkan untuk mengakomodir keinginan pengguna yang

ingin trotoar dilengkapi dengan kanopi untuk pelindungan terhadap cuaca.

Kanopi trotoar juga digunakan untuk mempercantik jalur pedestrian zona

gerbang masuk. Pemilihan material kanopi harus dapat tahan terhadap iklim.

Material yang digunakan dapat berupa beton atau logam. Untuk skala dan

(49)

Bentuk yang akan digunakan pada desain kanopi menggunakan setengah

lingkaran. Bentuk geometri lingkaran digunakan untuk menimbulkan kesan

dinamis.

3. Lampu jalan

Desain konsep lampu jalan harus memperhatikan aspek keselamatan

pengguna jalan. Perencanaan penempatan lampu penerangan jalan harus

merujuk pada standar perencanaan desain nasional (Gambar 4.8). Pemilihan

material yang digunakan harus tahan terhadap iklim seperti tahan terhadap

tetesan air hujan dan harus tahan terhadap sentuhan yang tidak disengaja oleh

bagian tubuh, seperti tangan. Kualitas pencahayaan direncanakan agar dapat

memberikan keselamatan, kemudahan dan kenyamanan saat melalui zona

gerbang masuk pada malam hari. Saat siang hari lampu jalan dapat berfungsi

sebagai bagian dalam rangka memperindah zona gerbang masuk. Untuk itu

bentuk lampu jalan didesain dengan pemilihan bentuk dan warna yang

disesuaikan agar senada dengan desain gerbang dan elemen lainnya. Penataan

letak lampu jalan pada tiap jalur dan ditata dengan kombinasi antara di kiri

dan kanan jalan berhadapan. Pemakaian material beton untuk struktur bawah

lampu bertujuan untuk memberi kesan kokoh agar pengguna merasa aman

(50)

Gambar 4.8 Gambaran Umum Perencanaan Penempatan Lampu Penerangan Jalan

(Standar Nasional Indonesia, 2008)

4. Tempat sampah

Tempat sampah diletakkan di jalur pedestrian agar jalur tetap bersih, sehingga

kenyamanan pejalan kaki tetap terjaga. Tempah sampah dibedakan menjadi

dua jenis, yakni organik dan non organik. Setiap jenis dibedakan dengan

penggunaan warna yang berbeda, hijau untuk organik dan biru untuk non

organik. Penempatan tempat sampah diletakkan tidak boleh berdekatan

dengan lokasi bangku trotoar, hal ini dikarenakan bau yang ditimbulkanakan

membuat pejalan kaki tidak nyaman ketika sedang duduk. Desain tempah

(51)

dengan bukaan bak yang besar agar pengguna mau dan lebih mudah untuk

memasukkan sampah.

5. Halte dan kios

Halte dan kios pada area depan zona gerbang masuk didesain berdasarkan

preferensi pemakai yang menginginkan area depan gerbang lebih tertata dan

rapi oleh angkutan umum dan pedagang. Diharapkan dengan lebih teraturnya

area di depan gerbang mengurangi tingkat kemacetan. Perencanaan halte

disesuaikan dengan skala serta luasan minimal yang mengacu pada Keputusan

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor.271/HK.105/DRJD/96

(Lampiran 7). Bentuk serta warna halte dan kios disesuaikan dengan konsep

(52)

BAB V

RUMUSAN KRITERIA PERANCANGAN FISIK

5.1 Asumsi/Premis Anggapan Dasar

Asumsi dalam perancangan zona gerbang masuk kampus merupakan hal yang

harus dirumuskan secara jelas, serta memiliki fungsi untuk memperkuat

permasalahan agar memiliki dasar berpijak. Asumsi ini akan membantu peneliti

dalam memperjelas, dan mempertegas variabel elemen fisik perancangan zona

gerbang masuk kampus untuk mendapatkan kesimpulan hasil eksplorasi.

Terdapat beberapa asumsi dalam perancangan zona gerbang masuk kampus,

yaitu:

1. Elemen-elemen dalam seting fisik zona gerbang masuk Unimed, belum

mampu mengakomodir kegiatan dan perilaku pengguna, hal ini berdasarkan

hasil preferensi kuesioner pengguna yang masih merasa belum nyaman

dengan keadaan zona gerbang masuk yang ada ditinjau dari faktor-faktor

yang mempengaruhi yaitu aksesibilitas dan landmark.

2. Elemen-elemen perancangan dalam setting fisik zona gerbang masuk,

meliputi:

a. Pintu Gerbang

b. Bangunan Pendukung

c. Jalur Pedestrian

(53)

e. Street Furniture

3. Kriteria elemen setting fisik zona gerbang masuk diperoleh dari hasil

menghubungkan studi litertur, hasil analisa studi kasus serta hasil data

preferensi pengguna.

4. Sebelum memperoleh kriteria perancangan dilakukan proses pengumpulan

dan analisis data.

5.2 Kriteria Perancangan Zona Gerbang Masuk

Zona gerbang masuk kampus merupakan ruang penerima dan ruang transisi

menuju gedung utama. Kesan pertama yang ditimbulkan dapat mempengaruhi

pengguna dalam berperilaku dan beraktivitas di dalamnya. Zona gerbang masuk akan

berfungsi secara optimal jika dalam proses perancangannya mengacu pada kriteria

yang sesuai dengan tema perancangan. Kriteria tersebut akan menjadi acuan

perencanaan dan perancangan baik dalam penyelesaian ruang maupun penampilan

bangunan secara keseluruhan. Kriteria-kriteria tersebut antara lain:

1. Dalam merancang zona gerbang masuk menggunakan arsitektur perilaku

harus selalu mempertimbangkan analisa besaran ruang pada setiap elemen

perancangan, dengan dasar pertimbangan:

a. jumlah personal pemakai.

b. peralatan pendukung yang dipakai.

(54)

2. Harus dilakukan pemilihan lokasi zona gerbang masuk kampus yang tepat

pada kawasan, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan lokasi gerbang yang

ideal. Kriteria dalam menetapkan lokasi dapat dilakukan dengan

menganalisa berdasarkan faktor berikut:

a. Kondisi fisik jalan zona gerbang masuk,

b. Kemudahan akses zona gerbang masuk,

c. Kemungkinan untuk dilakukan pengembangan agar mampu

mengakomodir peningkatan jumlah pengguna di masa mendatang.

3. Bentuk massa gerbang masuk harus didesain kontras dengan bangunan yang

ada disekitar kawasan dapat dilakukan melalui penerapan luasan atau

bentang yang relatif besar, mempunyai karakter fisik lain dari obyek fisik

disekitarnya, serta harus mempunyai unsur unik dan mudah diingat.

Penerapan tersebut untuk menjadikan gerbang sebagai landmark kawasan.

4. Massa gerbang masuk menggunakan skala perkotaan, yakni D/H>1, dimana

D = jarak, dan H = tinggi.

5. Agar gerbang masuk memiliki unsur unik dan mudah diingat, maka

dianjurkan menggunakan konsep metofora atau perumpamaan untuk desain

gerbang. Konsep ini menggunakan ungkapan “bagaikan” atau “seperti”

untuk mengidentifikasikan suatu hubungan antara benda tertentu dengan

desain. Bentuk dasar yang digunakan harus memberikan kesan bahwa

(55)

6. Untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi, logo kampus harus

dimasukkan dalam desain gerbang masuk. Memasukkan identitas kampus

dalam desain berfungsi sebagai penanda kawasan.

7. Secara garis besar perancangan fisik untuk gerbang harus sesuai dengan

kriteria berikut:

a. Lokasi yang Strategis

b. Kemudahan Pencapaian

c. Kesan Menerima

d. Bentuk yang Menarik

e. Perbedaan Suasana

f. Sebagai Titik Kontrol (Keamanan)

g. Menjadi Landmark

h. Ada Batasan Fisik (Edge)

i. Mempunyai Identitas yang Kuat

8. Bangunan pendukung pada zona gerbang masuk kampus setidaknya

memiliki pos keamanan dan shelter informasi kampus. Pos keamanan

berfungsi sebagai sistem keamanan pada gerbang masuk, sementara shelter

informasi berfungsi sebagai fasilitas untuk pengguna memenuhi kebutuhan

informasi seputar kampus.

9. Untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi bangunan pendukung. Maka

(56)

dijangkau dan dapat langsung terlihat tanpa terhalang sesuatu. Skala

bangunan untuk bangunan pendukung juga harus diperhatikan.

10. Untuk efesiensi waktu dalam memenuhi pelayanan publik, maka untuk

bangunan pendukung diletakkan tidak jauh di sisi kiri jalur masuk.

11. Agar tidak menimbulkan kemacetan pada zona gerbang masuk, maka

bangunan pendukung harus dilengkapi dengan area parkir kendaraan.

12. Desain untuk jalur pedestrian dibuat pada masing-masing jalur masuk dan

keluar.

13. Menurut SK Dirjen 43 Tahun 1997 dalam perencanaan trotoar, ketinggian

maksimum trotoar adalah 25 cm, namun lebih dianjurkan menggunakan

ketinggian 15 cm.

14. Dasar untuk menentukan lebar jalur pedestrian adalah Keputusan Menteri

Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 lebar trotoar minimum pada wilayah

industri di jalur primer sebesar 3 meter, jika berdasarkan jumlah pejalan kaki

lebar minimum untuk 6 orang adalah 2,3–5 meter dan Keputusan Direktur

Jenderal Perhubungan Darat dalam SK Dirjen 43 Tahun 1997 lebar trotoar

berdasarkan pada penggunaan lahan disekitarnya, dalam hal ini lebar

minimum trotoar untuk sekolah sebesar 2 meter dan dianjurkan

menggunakan lebar 3 meter. Berdasarkan peraturan tersebut maka untuk

menggunakan lebar jalur pedestrian digunakan lebar 4 meter pada setiap

(57)

dalam kampus bisa dilalui 6 orang berkelompok sekaligus agar mampu

untuk mengakomodir perkembangan di masa mendatang.

15. Desain fisik jalur pedestrian harus ramah terhadap kaum difabel. Desain

ramp yang landai dengan kemiringan 7° akan memudahkan pengguna kursi

roda atau kaum yang memiliki keterbatasan fisik saat berjalan melalui jalur

pedestrian. Penggunaan keramik tekstur dengan warna yang cerah sebagai

panduan jalur untuk berjalan bagi pengguna dengan keterbatasan

penglihatan.

16. Pemilihan material jalur menggunakan material yang relatif datar dengan

permukaan yang tidak licin.

17. Desain jalur kenderaan harus dibuat lebih rendah dari jalur pedestrian untuk

memberikan rasa aman kepada para pejalan kaki.

18. Jalur kenderaan terdiri dari dua jalur yaitu jalur masuk dan keluar kawasan.

Pemisahan jalur masuk dan keluar pada gerbang masuk bertujuan agar

sirkulasi dalam zona gerbang masuk lancar sehingga tidak terjadi kemacetan.

19. Jalur masuk dan keluar dipisah oleh median jalan yang juga merupakan

taman. Taman pada median ini akan berfungsi sebagai pembayangan

terhadap panas matahari dan mampu memberikan kesan nyaman.

20. Lebar jalur kenderaan dibuat cukup lebar. Dengan lebar tersebut, jalur

kenderaan akan mampu menampung kenderaan roda empat, sepeda motor,

sepeda bahkan dapat dilalui oleh bus. Disarankan lebar 11 meter digunakan

(58)

21. Lebar jalur kenderaan sebesar 11 meter ditetapkan karena sudah memenuhi

minimal lebar yang disyaratkan pada PP No 34 Tahun 2006 Tentang Jalan

yang menyebutkan persyaratan teknis jalan untuk jalan lingkungan sekunder

memiliki badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter dan jalur

kenderaan pada zona gerbang masuk termasuk dalam jenis jalan sedang

dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi dan memiliki paling sedikit

2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh)

meter.

22. Untuk mengontrol laju kenderaan pada jalur kendaraan harus dibuat polisi

tidur pada titik tertentu. Desain polisi tidur disesuaikan dengan Keputusan

Menteri (KM) Perhubungan Nomor 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali

dan Pengaman Pemakai Jalan.

23. Setiap polisi tidur juga akan diberi warna yang kontras dengan jalan agar

memudahkan pengguna kendaraan untuk mengidentifikasi.

24. Perancangan street furniture dalam zona gerbang masuk setidaknya harus

memiliki bangku, kanopi trotoar, lampu jalan, tempat sampah, serta halte

dan kios.

25. Pemilihan material street furniture harus tahan terhadap iklim. Material yang

digunakan dapat berupa beton, logam, kayu, beton, batu atau kombinasi

diantaranya.

26. Desain street furniture harus dapat berfungsi sebagai bagian dalam rangka

(59)

27. Bentuk desain bangku pada zona gerbang masuk disarankan untuk tidak

memiliki ujung atau sudut yang tajam, agar aman untuk digunakan.

28. Kanopi trotoar di desain dalam rangka agar zona gerbang masuk mampu

memberikan pelindungan terhadap cuaca. Sehingga ketika hujan atau panas

pejalan kaki masih dapat melintasi jalur pedestrian pada zona gerbang

masuk.

29. Konsep untuk lampu jalan harus memperhatikan aspek keselamatan

pengguna jalan. Pemilihan material yang digunakan harus tahan terhadap

iklim seperti tahan terhadap tetesan air hujan dan harus tahan terhadap

sentuhan yang tidak disengaja oleh bagian tubuh, seperti tangan.

30. Pemakaian material seperti beton atau baja untuk struktur lampu bertujuan

karena tahan terhadap iklim dan mampu memberi kesan kokoh sehingga

pengguna merasa aman saat melintasi jalur pedestrian.

31. Tempat sampah pada zona gerbang masuk diletakkan pada jalur pedestrian.

Tempah sampah dibedakan menjadi dua jenis, yakni organik dan non

organik. Setiap jenisnya dibedakan dengan penggunaan warna dan lambang

yang berbeda.

32. Penempatan tempat sampah tidak boleh berdekatan dengan lokasi bangku

trotoar, hal ini dikarenakan bau yang ditimbulkan akan membuat tidak

nyaman ketika sedang duduk.

33. Desain bak penampung harus memiliki bukaan bak yang besar agar

(60)

34. Perencanaan halte disesuaikan dengan skala serta luasan minimal yang

mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor:

271/HK.105/DRJD/96.

35. Street furniture didesain dengan pemilihan bentuk dan warna yang

disesuaikan senada dengan desain elemen lainnya.

Kriteria-kriteria tersebut dapat dijadikan acuan dalam melakukan pendekatan

terhadap program dasar perencanaan dan perancangan zona gerbang masuk dengan

(61)

BAB VI

PENERAPAN/PENGUJIAN KRITERIA PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN FISIK ZONA GERBANG MASUK KAMPUS

Perencanaan dan perancangan zona gerbang masuk kampus didesain untuk

mampu menjawab tuntutan utamanya yakni sebagai ruang penerima dan ruang

transisi menuju gedung utama yang nyaman bagi pengguna. Zona gerbang masuk

juga harus menjadi generator aktivitas yang positif sekaligus sebagai identitas dan

penanda keberadaan kampus dalam hal ini Universitas Negeri Medan. Kriteria

perancangan yang sudah dihasilkan sebelumnya dijadikan acuan perencanaan dan

perancangan dalam penyelesaian ruang maupun penampilan bangunan secara

keseluruhan. Berikut adalah penjelasan mengenai hasil perancangan zona gerbang

masuk kampus unimed menggunakan kriteria dengan pendekatan arsitektur perilaku

(Gambar 6.1).

Gambar 6.1 Site Plan Zona Gerbang Masuk

1. Gerbang Masuk Kampus 2. Pos Keamanan

3. Shelter Informasi 4. Kanopi Trotoar

5. Street Furniture (Bangku, Lampu Jalan, dan Tempat Sampah)

(62)

6.1 Hasil Perencanaan

Perencanaan gerban

ditetapkan sebelumnya.

bentuk buku dan pena

untuk menimba ilmu. B

kontras dengan bangun

pengguna untuk mengid

keinginan responden ya

pendidikan untuk desain

Gambar 6.2 Bentuk P

an dan Perancangan Fisik Gerbang Masuk

ang didesain sesuai dengan konsep perancanga

a. Penggunaan konsep metofora atau perumpa

a digunakan untuk merepresentasikan kampus se

. Bentuk pena pada setiap sisi gerbang didesai

unan yang ada disekitar kawasan, sehingga

gidentifikasi. Bentuk buku dan pena dipakai unt

yang menginginkan penggunaan bentuk yang

in pintu gerbang kampus (Gambar 6.2).

(63)

Skala gerbang yang

agar tidak menimbulka

merupakan jarak dan H

kenderaan dan pejalan

menginginkan lebar 11

untuk jalur pejalan kaki

depan desain pintu gerba

Gamba

Gambar

ng direncanakan sesuai dengan perancangan awal

lkan kesan sempit dan tertekan saat melintas

H adalah tinggi bangunan. Lebar gerbang mas

lan kaki disesuaikan dengan keinginan res

1 meter untuk jalur kenderaan pada setiap jalur

ki (Gambar 6.3). Logo dan nama kampus diletak

rbang sebagai identitas kawasan (Gambar 6.4).

bar 6.3 Tampak Depan Desain Gerbang Masuk

6.4 Nama Kampus Sebagai Identitas Kawasan

al yakni D/H>1

tasi, dimana D

asuk pada jalur

esponden yang

lur dan 4 meter

(64)

Desain gerbang te

publik untuk civitas aka

kawasan kampus. Pere

kriteria yang dihasilkan

Desain gerbang senga

ambar 6.5 Rancangan Zona Gerbang Masuk

an dan Perancangan Fisik Bangunan Pendukun

pendukung yakni pos keamanan dan shel

riteria perancangan yakni diletakkan tidak jauh di

Hal ini untuk memberikan efesiensi waktu dalam

kademika serta masyarakat yang baru pertama k

rencanaan untuk pos keamanan sudah disesu

an (Gambar 6.7, 6.8, 6.9). Perencanaan warna p

gaja diletakkan menjorok ke dalam kampus agar dapat e di depan gerbang. Hal ini untuk memberikan kesan ingga pengguna tidak takut untuk masuk ke dalam kam

(65)

menggunakan tiga warn

informasi menggunakan

sesuai dengan konsep p

konsep analisator yaitu d

G

arna dominan yakni biru, kuning dan coklat. S

an peach, coklat muda dan kuning. Perencana

perancangan warna bangunan pendukung yang

diciptakan dari perpaduan dua atau tiga warna.

Gambar 6.6 Letak Bangunan Pendukung

Gambar 6.7 Desain Pos Keamanan

Bangunan pend diletakkan pad mudah dijangk kiri jalur masu

. Sedang shelter

naan warna ini

g menggunakan

(66)

Ga

Gam

Bangunan shelter i

memenuhi kebutuhan i

terbuka untuk memudah

ambar 6.8 Tampak Depan Pos Keamanan

ambar 6.9 Tampak Belakang Pos Keamanan

r informasi akan berfungsi sebagai fasilitas un

informasi seputar kampus. Bangunan sengaj

(67)

nama pada depan ban

memudahkan untuk me

masyarakat yang pertam

bangunan shelter inform

akan dituju serta informa

Area parkir shelter i

sebelum bangunan utam

untuk mengakses. Dua

dan kesan lebih menerim

(Gambar 6.12 dan 6.13).

G

angunan shelter informasi dibuat dengan skal

mengidentifikasi (Gambar 6.11). Hal ini dima

ma kali memasuki kampus dapat langsung meng

rmasi berada agar dapat bertanya mengenai lokas

masi lain mengenai kegiatan kampus.

r informasi dengan dua jalur masuk yang lebar ju

tama, agar memudahkan masyarakat dan civit

a jalur masuk yang lebar juga akan memberikan

rima bagi pengguna yang akan memasuki area she

.

(68)

Gam

Gambar 6.12 Shelter

mbar 6.11 Tampak Depan Shelter Infromasi

er Informasi Memiliki Jalur Masuk dan Keluar yan

Nama depan dibua skala b pengg mengi saat a menu inform

ang Berbeda a pada an bangunan uat dengan la besar agar

gguna mudah ngidentifikasi t akan

(69)

Gamba

6.3 Hasil Perencanaan

Jalur pedestrian unt

dan keluar zona gerbang

jalur pedestrian, digun

permukaan jalan kende

mengenai ketinggian ma

Lebar jalur pedestri

meter jalur pedestrian

diharapkan mampu untu

6.14).

bar 6.13 Tampak Belakang Shelter Informasi

an dan Perancangan Fisik Jalur Pedestrian

ntuk pejalan kaki dibuat satu pada masing-masin

ng masuk. Untuk memberikan rasa aman saat berj

unakan ketinggian jalur pedestrian sebesar 2

deraan yang disesuaikan dengan SK Dirjen 43

aksimum trotoar.

trian dibuat sebesar 4 meter pada setiap jalur. D

n akan mampu dilalui 6 orang berkelompok

tuk mengakomodir perkembangan di masa menda

(70)

Hasil preferensi pe

perencanaan desain jal

menghasilkan desain ya

kemiringan 7° yang a

memiliki keterbatasan f

Material paving untuk

tidak licin. Pemberian

memberikan arah bagi p

Gambar 6.14 Desain Jalur Pedestrian

pengguna mengenai jalur pedestrian menging

jalur yang ramah terhadap penyandang cacat.

yang ramah terhadap kaum difabel, digunakan

akan memudahkan pengguna kursi roda atau

fisik saat berjalan melalui jalur pedestrian (G

k perkerasaan jalur dipilih karena memiliki per

n keramik bertekstur pada jalur pedestrian b

pengguna tuna netra yang melalui.

nginkan adanya

t. Maka untuk

n ramp dengan

tau kaum yang

(Gambar 6.15).

ermukaan yang

Gambar

Gambar 3.8 Taman Ditengah-Tengah Akses Masuk Dan Keluar Pintu Gerbang   (Jayadipa, 2011)
Gambar 3.9 Tampak Depan Gerbang Kampus UGM (Yulianta, 2009)
Tabel 3.2 Hasil Analisa Studi Banding Proyek Sejenis
Gambar 3.14 Kegiatan pada Zona Gerbang Masuk Teknik
+7

Referensi

Dokumen terkait