• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Perancangan Permukiman Kampung Aur Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Dan Lingkungan Chapter III VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Perancangan Permukiman Kampung Aur Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Dan Lingkungan Chapter III VII"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Tahapan penelitian ini akan dibuat berdasarkan proses riset dan perencanaan lingkungan (RPL) yang dikemukakan oleh Cherulnik (Haryadi dan Setiawan, 2014). Namun akan dilakukan pengolahan lebih lanjut oleh penulis (Tabel 3.1).

NO Riset dan Perencanaan Lingkungan (Cherulnik)

1 Analisis latar belakang dari acting

Tahapan pengumpulan data berupa data kependudukan, sosial, ekonomi,sejarah, budaya, dan kondisi lingkungan Kampung Aur

Bab IV

Data yang dikumpulkan berupa data sosial, demografi, ekonomi penduduk dan data lingkungan serta data unit hunian

2 Tujuan-tujuan perilaku untuk perencanaan perancangan Tahapan pengumpulan data berupa data perilaku masyarakat

Bab V

Data perilaku yang dihasilkan adalah berupa data deskripsi ruang dan data deskripsi perilaku

Perilaku

Masyarakat di Setting

Lingkungan 3 Hubungan lingkungan dan

perilaku yang relevan

Penambahan teori-teori ataupun pendekatan lainnya yang diperlukan.

Analisa Pendukung yang dapat membantu dalam mengembangkan perencanaan antara lain : analisa crowding, figure ground, cakupan lokasi pekerjaan dan kondisi banjir di Kampung Aur

(2)

NO Riset dan Perencanaan

4 Rancangan spesifik/ komponen perencanaan

Penerapan hasil analisa yang diperoleh dalam bentuk kriteria-kriteria perancangan

Kriteria

Perancangan Unit Hunian

Analisa Potensi dan Permasalahan

Analisa dilakukan terhadap kedua kelompok data perilaku yang diperoleh (deskripsi ruang dan deskripsi perilaku) sehingga dihasilkan kriteria perancangan untuk hunian dan lingkungan.

Kriteria Perancangan Lingkungan

5 Perancangan/Perencanaan Menghasilkan suatu konsep perancangan permukiman Kampung Aur yang didasarkan fakta setting perilaku dan lingkungan

berdasarkan kriteria perancangan yang sudah dihasilkan

Berikut akan dibahas secara bertahap mengenai tahapan penelitian yang sudah disampaikan.

3.1 Tahapan Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data akan dilakukan dalam 2 (dua) bagian yaitu pengumpulan data umum dan pengumpulan data terkait perilaku masyarakat Kampung Aur.

3.1.1 Pengumpulan data umum

Pengumpulan data terkait lokasi penelitian meliputi data kependudukan, sosial budaya dan ekonomi masyarakat serta data terkait kondisi lingkungan Sumber: Haryadi dan Setiawan, 2014,

(3)

Kampung Aur itu sendiri yang meliputi kondisi fisik bangunan, jalan, drainase, persampahan, air bersih, ruang terbuka, fasilitas bersama.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui observasi langsung dan pengambilan data dari Kelurahan Aur (Gambar 3.1).

3.1.2 Pengumpulan data perilaku masyarakat Kampung Aur 3.1.2.1 Populasi dan sampel

Pada bab II, telah dijelaskan bahwa yang mendasari pendekatan perilaku-lingkungan adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Sehingga data perilaku yang dikumpulkan adalah data perilaku masyarakat berdasarkan kelompok budayanya. Pada permukiman Kampung Aur diketahui bahwa terdapat 2 kelompok etnis masyarakat yang dominan, yaitu kelompok masyarakat Etnis Minang dan kelompok masyarakat Etnis Cina. Kedua etnis Masyarakat inilah yang kemudian akan dijadikan sebagai populasi penelitian yang akan dilakukan.

Untuk pengambilan sampelnya sendiri dibuat dengan rumus Slovin dengan taraf signifikansi sebesar 20 % untuk masing-masing kedua kelompok etnis masyarakat tersebut.

Gambar 3.1 Skema Pengumpulan Data Umum

KAMPUNG AUR Pengumpulan Data - DATA PENDUDUK - DATA LINGKUNGAN

(4)

Etnis Minang

n = 9,78 atau dibulatkan menjadi 10 keluarga Etnis China

n = 7,5 atau dibulatkan menjadi 8 keluarga

Namun data perilaku yang diperoleh tidak akan secara keseluruhan ditampilkan di dalam laporan. Hanya satu data perilaku dari masing-masing etnis yang akan ditampilkan. Sedangkan data perilaku lainnya akan ditempatkan pada bagian lampiran. Ini dilakukan agar laporan yang disajikan lebih mudah untuk dibaca.

3.1.2.2 Variabel penelitian

Lingkungan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar yaitu lingkungan objektif (berupa lingkungan fisik) dan lingkungan fenomenologi (membahas tentang persepsi manusia terhadap lingkungannya) (Laurens, 2005).

Lingkungan fenomenologi akan membahas tentang perilaku manusia itu sendiri terkait dengan lingkungannya, sedangkan lingkungan objektif akan membahas tentang keadaan nyata lingkungan fisik yang ada. Ketika kita berbicara tentang permukiman, maka lingkungan fisik yang dimaksud adalah berupa unit hunian dan lingkungan (sirkulasi (jalan) serta fasilitas lainnya (ruang terbuka, ruang bermain,

n =

1 + 460(0,1) 460

n =

(5)

tempat cuci bersama, warung dan sebagainya)) dan lingkungan fenomenologi itu akan berbicara tentang bagaimana masyarakat berinteraksi dengan lingkungan fisik yang ada tersebut.

Pola interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan lingkungan objektifnya yang sudah stabil ini disebut dengan behavior setting atau unit tatar perilaku. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan dalam Gambar 3.2 berikut.

Pengumpulan data perilaku ini akan dilakukan dalam tingkatan unit tatar perilaku / behavior setting dengan menggunakan metode observasi partisipatif dan wawancara dan hasil yang diperoleh adalah berupa data deskripsi perilaku dan data deskripsi ruang. Deskripsi ruang akan ditampilkan dalam bentuk 7 (tujuh) komponen pengartian lingkungan yang dikemukakan oleh Rapoport, sedangkan untuk deskripsi perilaku akan dijelaskan dalam poinpoin perilaku masyarakat yang dianggap penting

(6)

dan dapat mempengaruhi perancangan yang dilakukan nantinya secara langsung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Data akhir yang diperoleh dalam pengamatan perilaku masyarakat berupa data deskripsi ruang dan data deskripsi perilaku. Data deskripsi perilaku akan berbicara mengenai bagaimana masyarkat berperilaku dalam lingkungan objektif tertentu, sedangkan data deskripsi ruang akan berbicara bagaimana konteks ruang lingkungan objektif yang ada. Ketika kita berbicara tentang ruang maka tentu ada variabel-variabel yang dibicarakan. Terdapat 12 poin yang dapat digunakan dalam mengartikan pemahaman ruang, (1) tingkat kompleksitas unsur atau obyek; (2) urban grain dan texture; (3) skala, tinggi dan kepadatan bangunan; (4) warna, material dan detail; (5) manusia; (6) tanda-tanda; (7) tingkat aktivitas; (8) pemanfaatan ruang; (9)

(7)

tingkat kebisingan; (10) tingkat penerangan; (11) unsur alami; dan (12) bau dan kebersihan (Rapoport, 1982). Dalam perkembangannya hal ini dapat disederhanakan menjadi (1) warna, (2) ukuran dan bentuk, (3) perabot dan penataannya, (4) suara, (5) temperatur dan (6) pencahayaan (Haryadi dan Setiawan, 2014). Enam (6) aspek inilah yang akan menjadi variable penelitian dalam mengumpulkan data deskripsi ruang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.4.

3.1.2.3 Data perilaku terhadap unit hunian

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam lingkungan objektif permukiman terdiri dari unit hunian dan lingkungan (sirkulasi, ruang terbuka, ruang bermain, tempat cuci, dan sebagainya).

(8)

Untuk itu pengamatan data perilaku juga akan dilakukan terhadap kedua bagian tersebut, yaitu data perilaku pada unit hunian dan data perilaku pada lingkungan. Pada unit hunian, pengamatan ini akan dilakukan terhadap masing-masing kelompok masyarakat yang ada yaitu kepada etnis Minang dan etnis Cina. Untuk data perilaku pada unit hunian akan dijelaskan dalam diagram berikut (Gambar 3.5).

3.1.2.4 Data perilaku terhadap lingkungan

Pada Bab V dan VI nantinya akan diketahui bahwa ada beberapa komponen lingkungan yang berdampak cukup besar terhadap kehidupan masyarakat Kampung Aur yang terdiri dari, warung, ruang terbuka umum, ruang terbuka anak, tempat cuci bersama / bantaran sungai, pelataran mesjid, tempat jajanan malam, jalan (sirkulasi). Pengamatan perilaku akan dilakukan kepada ke tujuh komponen lingkungan ini.

(9)

Pengumpulan data perilaku pada setting lingkungan akan dijelaskan dengan diagram berikut (Gambar 3.6).

3.2 Analisa Pendukung

Pada bagian analisa pendukung akan dibahas tentang analisa tambahan yang dianggap dapat membantu dalam perencanaan permukiman Kampung Aur (Tabel 3.2).

NO Analisa Pendukung Tujuan

1 Crowding

Pembahasan mengenai perbedaan kepadatan dan kesesakan serta tingkat penerimaan masyarakat terhadap kepadatan yang ada. Didasari oleh Teori

Mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Kampung Aur terhadap tingkat kepadatan yang ada.

Gambar 3.6 Pengumpulan Data Perilaku Pada Setting Lingkungan

(10)

NO Analisa Pendukung Tujuan

2 Tingkat Kepuasan Hidup

Pembahasan mengenai bagaimana pandangan masyarakat terhadap kehidupan di Kampung Aur

Mengetahui opini masyarakat secara umum tentang kenyamanan hidup di Kampung Aur.

3 Figure Ground

Pembahasan mengenai tingkat kepadatan bangunan yang ada di Kampung Aur.

Mengetahui kemungkinan tipologi bangunan yang mungkin untuk dibangun di Kampung Aur berdasarkan tingkat kepadatan bangunannya.

4 Cakupan Lokasi Pekerjaan

Pembahasan mengenai jarak lokasi pekerjaan masyarakat dengan huniannya.

Mengetahui kemungkinan layak atau tidak layaknya jika dilakukan relokasi permukiman

5 Keadaan Banjir

Pembahasan mengenai keadaan banjir di Kampung Aur dan waktu terjadinya banjir

Mengetahui perlu atau tidaknya dilakukan perbaikan daerah bantaran sungai atau pembangunan tanggul di pinggir sungai

Dari analisa pendukung yang disampaikan maka akan dihasilkan masukan-masukan dalam melaksanakan perancangan permukiman Kampung Aur.

3.3 Analisa Potensi dan Permasalahan

Analisa potensi dan permasalah dilakukan terhadap data perilaku yang sudah dikumpulkan (deskripsi ruang dan deskripsi perilaku) baik dari setting unit hunian, maupun setting lingkungan.

(11)

Dari hasil analisa ini nantinya akan dihasilkan kriteria perancangan unit hunian berdasarkan etnis dan kriteria perancangan lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram berikut (Gambar 3.7).

3.4 Konsep Perancangan

Setelah diperoleh kriteria perancangan, maka dapat dibuat konsep perancangan permukiman Kampung Aur, yang juga dibagi menjadi dua bagian besar yaitu konsep perancangan unit hunian (berdasarkan etnis) dan konsep perancangan lingkungan. Kriteria dan konsep perancangan ini akan menjelaskan bagaimanan kajian yang dihasilkan terhadapa perancangan permukiman masyarakat di Kampung Aur dengan pendekatan perilaku dan lingkungan.

DESKRIPSI RUANG

Pada Setting Tertentu (Unit Hunian Dan

Lingkungan)

Pada Setting Tertentu (Unit Hunian Dan

Lingkungan)

(12)

Tahapan Metode Penelitian dapat dirangkumkan secara keseluruhan sebagai berikut (Gambar 3.8).

(13)

BAB IV

KAWASAN PERMUKIMAN KAMPUNG AUR MEDAN

4.1. Tinjauan Lokasi Permukiman Kampung Aur (Lingkungan IV), Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan

Kelurahan Aur merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Maimun, Medan, yang memiliki luasan total ± 60 Ha (Gambar 4.1).

(14)

Berdasarkan wawancara dengan staff kelurahan dan penduduk Kampung Aur, sejarah berdirinya Kelurahan Aur ini diawali ketika pada zaman penjajahan Belanda. Perkebunan yang dikelola oleh Belanda memerlukan tenaga kerja dalam mengerjakan perkebunan tersebut, oleh karena itu banyak pekerja yang berdatangan ke Kota Medan, diantara pekerja tersebut terdapat pekerja-pekerja yang berasala dari Padang, Sumatera Barat. Aur dalam bahasa Minang berarti bambu. sekitar tahun 1943-an ketiga orang yang pertama kali menjadikan lahan ini berubah menjadi pemukiman adalah Sabaruddin, Muncak Roro dan Amirudin, kemudian diikuti oleh pekerja-pekerja suku Minang lainnya. Titik pusatnya ketiga orang tersebut membuka lahan pemukiman adalah di jalan Mantri (lingkungan III) dan di jalan Kampung Aur (lingkungan IV). Itu sebabnya Kampung Aur di dominasi oleh orang Minang, bahkan dari generasi ke generasi tetap bertahan untuk tinggal di Kampung Aur. Mereka menganggap Kampung Aur adalah tempat titik berkumpulnya warga Minang.

(15)

Secara administratif, kelurahan ini terbagi atas 10 (sepuluh) lingkungan yang terdiri dari 2.469 KK dengan total jumlah penduduk keseluruhan ± 9.484 jiwa (Gambar 4.2).

(16)

Sedangkan untuk pembagian jumlah penduduk per lingkungannya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

No Lingkungan KK Jumlah Jiwa

1 I 219 715

2 II 550 2.967

3 III 280 988

4 IV 493 1.907

5 V 118 219

6 VI 86 110

7 VII 121 190

8 VIII 310 1.300

9 IX 170 765

10 X 122 323

JUMLAH 2469 9.484

Sehubungan dengan judul tesis yang diambil, yaitu terkait dengan permukiman Kampung Aur, maka lokasi yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah

Sumber: Kantor Kelurahan Aur

(17)

lingkungan iv (empat) dari Kelurahan Aur dan lingkungan iv ini adalah kawasan yang dikenal oleh masyarakat luas sebagai Kampung Aur (Gambar 4.3).

Gambar 4.3 Peta Lokasi Kampung Aur (Google Earth, 2016)

Jl. Letjen Suprapto

(18)

4.2. Kondisi Permukiman Kampung Aur

Berdasarkan hasil pembahasan di Bab II yang menyatakan bahwa pengamatan perilaku akan dilakukan terhadap 2 (dua) setting yaitu setting unit hunian dan setting lingkungan (sarana/prasarana dan fasilitas umum) dan dimana yang menjadi objek penelitian adalah perilaku manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat (yang utamanya dipengaruhi oleh faktor sistem budayanya), maka deskripsi mengenai kondisi Kampung Aur ini juga akan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu kondisi masyarakat Kampung Aur, kondisi unit hunian berdasarkan etnis yang menempatinya, serta kondisi lingkungan Kampung Aur secara umum.

4.2.1 Kondisi masyarakat Kampung Aur

4.2.1.1 Kondisi demografi masyarakat Kampung Aur

a. Perkembangan jumlah penduduk

Tingkat pertambahan penduduk Kampung Aur tidak jauh berbeda dengan tingkat peetumbuhan penduduk Kecamatan Medan Maimun yaitu sebesar 0,8%. Ini berarti kurang lebih pertambahan penduduk kampung aur adalah sebesar 15 orang pertahunnya.

b. Jumlah kepala keluarga dan distribusi penduduk

(19)

perempuan (WNI) dan 56 orang laki-laki dan 62 orang perempuan (WNI Keturunan). Data ini lebih lengkapnya dijelaskan pada Tabel 4.2.

Lingkungan Jenis Kelamin

Hanya saja berdasarkan hasil survei yang dilakukan lebih lanjut diketahui bahwa jumlah nyata yang ada di lapangan (Tabel 4.3).

Lingkungan Jenis Kelamin

4.2.1.2 Kondisi sosial budaya penduduk Kampung Aur

Kondisi Sosial Budaya penduduk Kampung Aur ini bisa diwakili dengan mengetahui jumlah penduduk berdasarkan etnisnya. Berdasarkan hasil survei, untuk lokasi Kampung Aur hanya terdapat 5 suku saja yaitu suku China, Minang, Nias,

Sumber: Kantor Kelurahan Aur

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kampung Aur

(20)

Tamil dan Manado. Dimana masing etnis ini memiliki domainnya masing-masing. Berikut data kepala keluarga berdasarkan etnisnya (Tabel 4.4).

No Suku/Etnis Jumlah KK Persentase (%)

1 Minang 356 91,42

2 China 30 7,8

3 Tamil (India) 1 0,26

4 Manado 1 0,26

5 Nias 1 0,26

Jumlah 389 100

4.2.1.3 Kondisi ekonomi penduduk Kampung Aur

Untuk keadaan ekonomi penduduk, berdasarkan hasil survei yang dilakukan, sebagian besar penduduk memiliki pekerjaan informal, mulai dari bekerja sebagai pedagang, tukang parkir, pengusaha kedai makanan, membuka toko kelontong, dan sebagainya.

Selain pekerjaan utama, beberapa keluarga juga mempunyai beberapa usaha sampingan seperti menyewakan ruangan kamar. Permintaan kamar sewa ini berasal dari pegawai yang berkantor di sepanjang jalan Brigjen Katamso dan Letjen Suprapto.

(21)

4.2.2 Kondisi unit hunian di Kampung Aur

Kondisi unit hunian masayarakat di Kampung Aur akan dijelaskan berdasarkan etnis yang paling dominan yaitu etnis Minang dan Cina.

4.2.2.1 Kondisi unit hunian Masyarakat Minang

Secara umum ada tiga (2) tipe unit hunian yang dihuni oleh penduduk beretnis Minang jika diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, (1) unit hunian yang sepenuhnya sebagai rumah tinggal; (2) unit hunian yang digunakan sebagian sebagai tempat usaha.

Jika ditinjau letak permukiman masyarakat yang beretnis Minang terhadap permukiman Kampung Aur, maka bisa dikatakan bahwa Masyarakat Minang ini bermukim mulai dari daerah pinggiran bantaran sungai hingga ke bagian tengah permukiman Kampung Aur (Gambar 4.4).

Jl. Letjen Suprapto

Jl. Brigjend Katamso

Gambar 4.4 Lokasi Permukiman Etnis Minang di Kampung Aur

(22)

1. Unit hunian sebagai rumah tinggal

Terdapat 157 unit hunian milik penduduk beretnis Minang yang dipergunakan secara penuh sebagai rumah tinggal (87,2 % dari total unit hunian penduduk yang beretnis Minang). Tipe unit hunian ini juga dapat dibagi lagi menjadi tiga (3) bagian yaitu unit hunian berlantai 1 dan unit hunian berlantai 2 (Gambar 4.5-4.7).

Gambar 4.6 Unit Hunian 1 Lantai Gambar 4.7 Unit Hunian 2 Lantai Hunian

Darurat Unit Hunian 1,2 lantai

(23)

2. Unit hunian bergabung dengan tempat usaha

Terdapat 15 unit hunian milik penduduk beretnis Minang yang difungsikan bergabung dengan tempat usaha (8,3 % dari total unit hunian penduduk yang beretnis Minang). Bentuk usaha yang dijalankan adalah toko (yang menjual bahan makananan seperti sayuran, bumbu dapur, dsb sebanyak 4 unit), toko kelontong (sebanyak 1 unit), rumah makan (sebanyak 3 unit), unit hunian yang digabung dengan usaha penyewaan kamar (sebanyak 6 unit) dan tukang jahit (1 unit) (Gambar 4.8-4.11).

Gambar 4.8 Rumah Makan Gambar 4.9 Toko Kelontong

(24)

3. Unit hunian darurat

Unit hunian darurat ini adalah bentuk unit hunian yang dibuat seadanya dan terletak tepat di pinggiran sungai. Terdapat 8 unit hunian milik penduduk beretnis Minang yang berbentuk unit hunian darurat (4,4 % dari total unit hunian penduduk yang beretnis Minang) (Gambar 4.12).

4.2.2.2 Kondisi unit hunian Masyarakat Cina

Secara umum ada tiga (3) tipe unit hunian yang dihuni oleh penduduk beretnis Cina jika diklasifikasikan berdasarkan fungsinya yaitu, (1) unit hunian yang sepenuhnya sebagai rumah tinggal; (2) unit hunian yang digunakan sebagian sebagai tempat usaha; (3) Unit hunian yang sepenuhnya digunakan sebagai tempat usaha.

Penduduk beretnis Cina biasanya tinggal di bangunan di sepanjang Jalan Letjen Suprapto dan Jl. Brigjen Katamaso (yang sebagian besar digunakan sebagai

(25)

tempat usaha). Serta sebagian kecil tinggal di Jl. Kampung Aur dan Jalan Syahbandar (yang sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai rumah tinggal) (Gambar 4.13).

1. Unit hunian sebagai rumah tinggal

Terdapat 34 unit hunian milik penduduk beretnis Cina yang dipergunakan secara penuh sebagai rumah tinggal (56,6 % dari total unit hunian penduduk yang beretnis Cina). Tipe unit hunian ini juga dapat dibagi lagi menjadi tiga (3) bagian yaitu unit hunian berlantai 1 dan unit hunian berlantai 2 yang terletak di Jalan Kampung Aur dan unit hunian berlantai 3 yang terletak di Jalan Syahbandar. Hunian etnis cina memiliki wilayah tersendiri dan terkesan terpisah dari wilayah hunian etnis Minang. Walaupun tidak memiliki pemisah fisik seperti dinding ataupun bentuk lainnya, namun secara teritori terkesan jelas ada pemisahan yang terjadi,

Gambar 4.13 Lokasi Permukiman Etnis Cina

Jl. Letjen Suprapto

Jl. Brigjend Katamso

Jl. Kampung Aur

(26)

dimana penduduk etnis Cina menempati wilayah sebelah timur Kampung Aur , sedangkan etnis Minang menempati wilayah sebelah barat (Gambar 4.14-4.17).

Gambar 4.14 Unit Hunian Rumah Tinggal

Gambar 4.15 Unit Hunian 1 Lantai Gambar 4.16 Unit Hunian 2 Lantai

Gambar 4.17 Unit Hunian 3 Lantai 3 Lantai

(27)

2. Unit hunian bergabung dengan tempat usaha

Terdapat 3 unit hunian milik penduduk beretnis Cina yang difungsikan bergabung dengan tempat usaha yang terletak di Jalan Kampung Aur (5 % dari total unit hunian penduduk yang beretnis Cina). Bentuk usaha yang dijalankan adalah toko kelontong sebanyak 3 unit (Gambar 4.18).

3. Unit hunian sepenuhnya sebagai tempat usaha

Terdapat 23 unit hunian milik penduduk beretnis Cina yang difungsikan sepenuhnya sebagai tempat usaha yang terletak di Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Letjen Suprapto (38,3 % dari total unit hunian penduduk yang beretnis Cina). Bentuk usaha yang dijalankan bermacam-macam, namun didominasi oleh toko perabotan, toko karpet dan kantor (Gambar 4.19).

(28)

4.2.2.3 Kondisi unit hunian Masyarakat Nias

Untuk unit hunian masyarakat beretnis Nias hanya ada satu (1) saja, dikarenakan jumlah kepala keluarga beretnis Nias juga hanya berjumlah satu (1). Tipe unit huniannya merupakan sepenuhnya rumah tinggal (Gambar 4.20).

(29)

4.2.2.4 Kondisi unit hunian Masyarakat Tamil

Untuk unit hunian masyarakat beretnis Tamil hanya ada satu (1) saja, dikarenakan jumlah kepala keluarga beretnis Tamil juga hanya berjumlah satu (1). Tipe unit huniannya merupakan sepenuhnya rumah tinggal (Gambar 4.21).

Gambar 4.20 Unit Hunian Masyarakat Etnis Nias

(30)

4.2.2.5 Kondisi unit hunian Masyarakat Manado

Untuk unit hunian masyarakat beretnis Manado hanya ada satu (1) saja, dikarenakan jumlah kepala keluarga beretnis Manado juga hanya berjumlah satu (1). Tipe unit huniannya merupakan sepenuhnya rumah tinggal (Gambar 4.22).

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka dapat dibuat sebuah rangkuman yang menjelaskan mengenai keberadaan tipe permukiman yang ada di permukiman Kampung Aur (Tabel 4.5).

(31)

NO ETNIS TIPE HUNIAN PENJELASAN SUB

Rumah Tinggal Darurat Berupa rumah yang dibuat

seadanya dan terletak di bantaran sungai

Tempat Usaha Saja Ruko di Jalan Katamso dan

Suprapto

23 23 9,4

3 Nias Rumah Tinggal Difungsikan sebagai rumah tinggal

saja

1 1 0,41

Tabel 4.5 Rangkuman Tipe Unit Hunian Berdasarkan Etnisnya

(32)

NO ETNIS TIPE HUNIAN PENJELASAN SUB JUMLAH

JUMLAH TOTAL

PERSENTASE (%)

4 Tamil Rumah Tinggal Difungsikan sebagai rumah tinggal

saja

1 1 0,41

5 Manado Rumah Tinggal Difungsikan sebagai rumah tinggal

saja

1 1 0,41

TOTAL 243 100

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa unit hunian penduduk di Kampung Aur cukup berbeda antara satu dengan yang lain jika dibandingkan berdasarkan etnisnya maka pembahasan terhadap unit hunian akan dilakukan terhadap (2) etnis dominan saja yaitu etnis Minang dan etnis Cina, dikarenakan 3 etnis lainnya hanya memiliki masing-masing satu unit hunian dan dianggap tidak signifikan.

Tabel 4.5 (lanjutan)

(33)

4.2.3 Kondisi lingkungan di Kampung Aur

Seperti sudah dijelaskan pada Bab sebelumnya, yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah sarana dan prasarana serta fasilitas bersama/fasilitas sosial yang ada di permukiman Kampung Aur yang secara langsung berkaitan dengan perilaku masyarakat setempat. Pada penjelasan di bab ini, akan dipaparkan komponen lingkungan yang mungkin akan berkaitan dengan perilaku masyarakat.

4.2.3.1 Kondisi sarana dan prasarana di Kampung Aur 1. Jalan

Ada 2 akses jalan utama untuk memasuki Kampung Aur, yaitu Jalan Syahbandar dan Jalan Kampung Aur (Gambar 4.23 dan 4.24).

Kondisi Jalan Kampung Aur dan Jalan Syahbandar adalah perkerasan dengan aspal dengan lebar jalan sekitar 3 (tiga) meter. Jalan ini hanya bisa dilewati oleh satu jalur kendaraan roda empat, sedangkan untuk Gambar 4.23 Kondisi Jalan Syahbandar Gambar 4.24 Kondisi Jalan Kampung Aur

(34)

kendaraan roda dua dan pejalan kaki, jalan ini bisa dikatakan cukup lapang.

Kondisi jalan dengan lebar 3 meter ini hanya bertahan hingga kurang lebih 100 meter dari simpang jalan tersebut. Setelah itu ukuran jalan mengecil dan hanya merupakan jalan yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan pejalan kaki dengan lebar jalan bervariasi mulai dari 1-2 meter (Gambar 4.25).

2. Persampahan

Untuk pengaturan sampah, masing-masing rumah mempunyai tong sampah sendiri namun tidak berupa bak sampah standar, melainkan hanya ember plastik saja. Untuk pembuangan sampah ada petugas yang mengutip setiap dua hari sekali. Namun hal ini terjadi untuk permukiman yang berada tidak langsung berbatasan dengan sungai. Untuk

(35)

permukiman yang berada di bantaran sungai, pembuangan sampah biasanya langsung ke arah sungai. Pada beberapa gang kecil juga sesekali terlihat timbunan sampah yang jarang dibersihkan (Gambar 4.26).

3. Air Bersih

Untuk penyediaan air bersih, masyarakat masih mengandalkan air PDAM. Untuk penggunaan air PDAM, tidak tiap rumah memiliki meteran air sendiri, biasanya satu meteran air dipakai secara bersama oleh beberapa rumah.

4. Drainase

Untuk saluran pembuangan air, hanya unit hunian yang ada di bagian depan saja yang (ruko yang menghadap ke jalan Suprapto dan Katamso

(36)

serta bangunan yang ada sekitar 200 meter dari jalan utama) yang mempunyai saluran drainase ke riol di Jalan besar. Sedangkan untuk bangunan yang ada di bagian tengah dan di pinggiran bantaran sungai, saluran drainasenya langsung mengarah ke sungai (Gambar 4.27dan 4.28).

Gambar 4.27 Arah Pembuangan Saluran Drainase

(37)

4.2.3.2 Kondisi fasilitas umum di Kampung Aur

1. Mesjid

Di permukiman Kampung Aur hanya terdapat 1 (satu) buah mesjid yang melayani kegiatan keagamaan. Mesjid ini terletak di bagian tengah permukiman Kampung Aur (Gambar 4.29).

Fungsi mesjid di Kampung Aur ini tidak hanya sebagai pusat kegiatan ibadah semata. Di bagian pelataran mesjid terdapat sedikit ruang kosong yang biasanya digunakan oleh anak-anak untuk bermain atau sebagai tempat berkumpul orang dewasa (Gambar 4.30).

(38)

2. Tempat cuci bersama

Tempat cuci bersama ini tidak digunakan oleh seluruh masyarakat. Hanya sebagian besar penduduk yang bertempat tinggal di sekitaran bantaran sungai dan di bagian tengah permukiman yang menggunakannya. Untuk masyarakat lainnya, terutama yang bermukim di bagian tengah permukiman hingga ke arah Jalan Brigjen Katamso, kegiatan mencuci dilakukan sendiri di rumah masing-masing (Gambar 4.31).

Gambar 4.30 Pelataran Mesjid di Kampung Aur

(39)

3. Ruang terbuka

Ruang terbuka yang dimaksud disini bukan termasuk dalam defenisi ruang terbuka yang memang sengaja dirancang untuk memfasilitasi kegiatan interaksi sosial di masyarakat, melainkan ruang sisa antar bangunan yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berkumpul.

Ada dua (2) lokasi ruang terbuka yang terdapat di Kampung Aur, (1) ruang terbuka yang berada di pelataran mesjid; (2) ruang terbuka yang terletak sekitar 100 meter dari ujung jalan Kampung Aur yang berupa ruang kosong bekas runtuhan bangunan (Gambar 4.32).

4. Ruang bersama

Selain ruang terbuka terdapat juga ruang bersama yang bentuknya bukan ruang terbuka. Tempat-tempat seperti warung atau kedai kerap

(40)

dipergunakan warga, terutama laki-laki dewasa, sebagai tempat berkumpul. Ada 3 (tiga) kedai/warung yang terdapat di Kampung Aur, (1) warung yang terletak pangkal jalan Kampung Aur; (2) dua warung yang terletak di pangkal jalan Syahbandar (Gambar 4.33).

Dari pengamatan awal yang dilakukan terhadap setting lingkungan diketahui bahwa ada beberapa komponen lingkungan yang akan dijadikan objek pembahasan karena dianggap berhubungan langsung dengan perilaku masyarakat di permukiman Kampung Aur antara lain : warung, ruang terbuka umum, ruang terbuka anak, tempat cuci bersama atau bantaran sungai, pelataran mesjid, tempat jajanan malam, jalan (sirkulasi).

(41)

BAB V

EKSPLORASI PERILAKU MASYARAKAT

DI PERMUKIMAN KAMPUNG AUR

Sejalan dengan hasil yang diperoleh pada bab sebelumnya, diketahui bahwa dalam melakukan observasi perilaku, hal yang paling berpengaruh adalah aspek sosial budaya penghuni. Berdasarkan data terdapat lima (5) etnis di Kampung Aur yaitu etnis Minang, etnis Cina, etnis Manado, etnis Nias dan Tamil. Berdasarkan data yang ada pada bab sebelumnya terlihat dengan jelas bahwa etnis yang paling dominan adalah etnis Cina dan Etnis Melayu dan ke 2 (dua) etnis ini juga tidak tinggal membaur satu dengan yang lain, melainkan masing-masing memiliki kawasannya sendiri (Gambar 5.1).

Gambar 5.1 Pembagian Kawasan Hunian Berdasarkan Etnis CINA

(42)

Namun untuk kawasan yang dihuni etnis Cina sendiri terbagi menjadi dua (2) bagian yaitu kawasan hunian dan kawasan ruko, sedangkan untuk kawasan yang dihuni oleh etnis Melayu hampir seluruhnya digunakan sebagai hunian (Gambar 5.2).

5.1. Perilaku Masyarakat pada Setting Unit Hunian 5.1.1 Masyarakat Etnis Minang

Sebelum masuk kepada perilaku yang terjadi dalam unit hunian etnis Minang, perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik dari penduduk etnis Minang. Untuk itu dilakukan survei awal mengenai karakteristik penduduk etnis Minang dan unit huniannya (Tabel 5.1).

Gambar 5.2 Pembagian Kawasan Hunian Etnis Cina RUKO

(43)

Keluarga Pekerjaan Tipe Hunian Riwayat Keluarga

Batilis Tanjung

Batilis Tanjung (60) Tukang Jahit Rumah tinggal 1

lantai dan tempat jahit

Memiliki 2 orang anak laki-laki, tetapi tinggal di luar Kampung Aur, kerap berkunjung dengan intensitas 1 bulan 1 kali, sudah tinggal kurang lebih 30 tahun di Kampung Aur

Isteri (56) Serabutan/Ibu

rumah tangga

Auzar Baron

Auzar Baron (52) Pekerja

serabutan

Rumah tinggal 2 lantai

Hanya terdiri dari 3 anggota keluarga, tinggal di Kampung Aur sudah selama 10 tahun

Isteri (48) Serabutan/Ibu

rumah tangga Anak perempuan (7) -

Riko dan Cut Maya Sari

Riko (42) Pegawai Swasta Rumah tinggal 2

lantai

Terdiri dari 2 keluarga, dimana rumah ini peninggalan dari orangtua isteri. Sudah tinggal selama kurang lebih 40 tahun

Isteri (40) Serabutan/Ibu

rumah tangga

Cut Maya Sari (44) Serabutan Merupakan kakak dari

isteri Riko dan sudah bercerai

Syarifuddin

Syarifuddin (61) Berjualan di

kedai depan rumah

Rumah tinggal 2 lantai dan kedai

Sudah tinggal kurang lebih 30 tahun.

Isteri (56) Berjualan di

kedai depan rumah

Anak I (35) Pegawai Swasta

Anak II (32) Pegawai Swasta

Anak III (28) Penjaga

kemananan

Anak IV (23) Kuliah

Anak V (20) Kuliah

(44)

Keluarga Pekerjaan Tipe Hunian Riwayat Keluarga

Zainal, Anak I dan Keluarga, Anak II dan keluarga

Zainal (55) Pedagang

Makanan

Rumah Tinggal 2 lantai

Sudah tinggal kurang lebih 20 tahun di Kampung Aur

Isteri (50) Pedagang

Makanan Keluarga Anak I

Anak I (28) Membantu

orang tua

Suami anak I (30) Pegawai

Keamanan Anak perempuan (7) Sekolah Anak perempuan (5) Belum Sekolah Keluarga Anak II

Anak II (24) Membantu

orang tua Suami anak II (26) Pekerja

Bangunan Anak perempuan (4) Belum Sekolah Anak perempuan (3) Belum Sekolah

Zulkifli, Rizal (Suami anak I), Jasmi (Suami anak II)

Zulkifli (58) Pensiunan

pegawai negeri

Rumah tinggal 2 lantai dan rumah makan

Sudah tinggal di Kampung Aur kurang lebih 30 tahun

Isteri (56) Membuka

rumah makan Keluarga Rizal

Rizal (32) Pegawai swasta

Isteri (28) Membantu ibu

Anak perempuan (5) Belum Sekolah Anak perempuan (3) Belum Sekolah Keluarga Jasmi

Jasmi (28) Pegawai swasta

Isteri (26) Membantu ibu

Anak perempuan (5) Belum Sekolah Anak perempuan (4) Belum Sekolah Masrizal

Masrizal (56) Membuka kedai Rumah tinggal 2

lantai dan kedai

Sudah tinggal di

Kampung Aur kurang lebih 20 tahun.

Isteri Pegawai di

kelurahan

(45)

Keluarga Pekerjaan Tipe Hunian Riwayat Keluarga

Anak laki-laki (25) Pegawai swasta Anak laki-laki (20) Kuliah

Anak laki-laki (17) Sekolah Buyung Bazar

Buyung bazar (59) Serabutan, mempunyai kamar sewa di lantai 2

Rumah 2 lantai dan rumah sewa

Sudah tinggal di Kampung Aur kurang lebih 30 tahun. Memiliki 2 orang anak laki-laki tetapi tidak lagi tinggal di Kampung Aur

Isteri (54) Serabutan,

pedagang di pasar

Pengamatan perilaku pada etnis Minang pada setting unit hunian dilakukan pada beberapa keluarga, namun sebagai kajian pendalamannya akan dilakukan pemaparan perilaku pada satu keluarga yang dijadikan sampel penelitian (Tabel 5.2).

No Nama kepala keluarga Surya Sumardi, Nasrul dan Dodi 1 Fungsi Hunian Rumah Tinggal (2 lantai)

2 Jumlah anggota

keluarga

9 orang (multi famili)

Nasrul (47 tahun) – 3 orang (1 anak perempuan berumur 20 tahun, suami dan istri)

Surya Sumardi (38 tahun) – 5 orang (1 anak perempuan umur 4 tahun, 2 anak laki-laki umur 7 tahun dan 13 tahun , suami dan istri)

Dodi (31 tahun) – belum berkeluarga

(46)

No Nama kepala keluarga Surya Sumardi, Nasrul dan Dodi 3 Lokasi

4 Pekerjaan Nasrul dan istri bekerja sebagai pedagang musiman dan pada saat dilakukan pengamatan sedang menekuni pekerjaan sebagai pembuat gula merah. Anak perempuannya bekerja sebagai pegawai di salah satu supermarket di dekat Kampung Aur. Surya Sumardi bekerja sebagai pegawai keamanan di perusahaan swasta di dekat lokasi penelitian dan isterinya sebagai ibu rumah tangga sekaligus menjual kartu untuk kuota internet. 2 anak laki-lakinya masih bersekolah di tingkat SD dan SMP sedangkan anak perempuannya belum bersekolah. Dodi bekerja sebagai pekerja serabutan. Pada saat penelitian dilakukan sedang bekerja sebagai pekerja bangunan di RT sebelah (masih di Kelurahan Aur juga)

5 Riwayat Keluarga Rumah ini merupakan rumah peninggalan orang tua terhadap ketiga anaknya (istri Surya Sumardi, Nasrul dan Dodi) yang bersuku Melayu.

Nasrul merupakan anak pertama diikuti istri Surya Sumardi dan Dodi.

(47)

Berikut ditampilkan mengenai foto dari bangunan keluarga Sumardi beserta sketsa denah yang ada (Gambar 5.3 dan 5.4).

Gambar 5.3 Tampak Depan Rumah Surya Sumardi

Gambar 5.4 Denah Rumah Tinggal Surya Sumardi Lantai 1

(48)

Observasi juga dilakukan pada bagian dalam bangunan pada bagian ruangan yang dinggap perlu dan terpengaruh secara langsung terhadap perilaku penggunanya (Gambar 5.4).

RUANG TAMU RUANG TAMU/RUANG KELUARGA

DAPUR KAMAR MANDI

GUDANG/ RUANG TIDUR RUANG TIDUR

(49)

5.1.1.1 Deskripsi ruang dan deskripsi perilaku pada rumah Surya Sumardi 1. Deskripsi ruang

a. Bentuk dan ukuran ruang

Berdasarkan observasi yang dilakukan diketahui bahwa ukuran baik itu ukuran bangunan maupun ukuran ruang sifatnya sangat fleksibel. Bisa dikatakan bagaimana pun ukuran yang tersedia akan dimanfaatkan oleh pemilik rumah didasarkan pada jumlah penghuni yang tersedia dan tentu kemampuan ekonomi pemilik rumah. Penambahan ruang dilantai dua digunakan sebagai tambahan kamar tidur serta gudang yang merangkap sebagai kamar tidur. Penambahan ataupun pembagian ruang dilakukan seiring dengan pertambahan jumlah anggota keluarga. Sedangkan mengenai standar ukuran ruang sifatnya juga sangat fleksibel. Tidak ada ukuran tertentu yang bisa dijadikan sebagai pedoman. Pada satu kamar dapat berukuran 4x3 m2 sedangkan kamar lainnya bisa berukuran 2,5 x 3 m2. Pemberian ukuran ruang ini biasanya didasarkan dari kemudahan pengerjaannya.

b. Perletakan perabotan

(50)

tambahan yang diletakkan di ruang tamu/ruang keluarga yang dapat digunakan sebagai ruang tidur tambahan jika ada tamu yang menginap. Selain itu pada ruang ini juga terdapat tirai yang dapat dijadikan pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga jika sewaktu-waktu ruang keluarga tersebut dijadikan sebagai kamar tidur tambahan (Gambar 5.5).

c. Pemilihan warna

Warna yang banyak digunakan adalah warna cerah, baik itu untuk bagian interior maupun bagian eksterior bangunan. Khusus untuk rumah keluarga Suya Sumardi ini warna yang digunakan adalah warna biru dan putih untuk bagian eksterior bangunan dan warna hijau muda pada bagian interior. Pemilihan warna ini dilakukan karena ingin memberikan kesan “segar” pada bangunan.

(51)

d. Pengkondisian udara

Tidak ada rumah tinggal etnis Minang yang menggunakan mesin pengkondisian udara dan penghawaan secara alami juga pada kebanyakan rumah tidak menjadi perhatian utama. Hal ini juga yang terjadi pada rumah keluarga Surya Sumardi. Penghawaan alami tidak dibuat karena letak bangunan yang berdempetan serta ketidaktahuan akan pentingnya penghawaan alami di dalam bangunan. Masalah temperatur udara di dalam rumah yang cukup tinggi ini hanya diselesaikan dengan penggunaan kipas angin serta membuka pintu rumah bagian belakang dan depan.

e. Pencahayaan

Kebanyakan rumah yang ada di Kampung Aur tidak mempunyai pencahayaan alami yang baik, hanya menggunakan jendela pada bagian depan dan belakang rumah saja. untuk beberapa rumah yang tidak langsung berdempetan masih memungkinkan untuk membuat bukaan pada bagian samping bangunan.

(52)

f. Kebisingan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan faktor kebisingan merupakan aspek ruang yang tidak mendapat perhatian. Tidak ada usaha khusus yang dilakukan untuk mengurangi kebisingan walaupun letak rumah yang berdempetan. Kita dapat mendengar percakapan dari tetangga yang ada di sebelah rumah jika volume percakapannya cukup besar. Namun hal ini tidak menjadi suatu permasalahan karena memang hubungan antar tetangga yang sudah sangat dekat.

2. Deskripsi perilaku

a. Pola aktivitas penghuni rumah

Hasil dari observasi yang dilakukan terhadap pola aktivitas penghuni rumah dapat dilihat pada Tabel 5.3.

(53)

Kerluarga Waktu

Nasrul Nasrul dan isterinya memiliki pekerjaan sebagai pedagang musiman dan sampingan sebagai pembuat gula merah. Jika tidak sedang berdagang maka kegiatan sepanjang hari biasanya dihabiskan di rumah sambil membuat gula merah. Namun jika sedang berdagang maka sepanjang siang-sore hingga malam hari akan dihabiskan berdagang dan baru pulang sekitar pukul 23.00 WIB.

Istirahat Isteri

Anak Perempuan Bekerja di

supermarket

Bekerja di supermarket

istirahat

Namun waktu kerja ini dapat berubah ketika mendapat shift kerja yang berbeda

Keluarga Surya Sumardi

Surya Sumardi Bekerja sebagai penjaga keamanan

Bekerja sebagai penjaga keamanan

istirahat

Namun waktu kerja ini dapat berubah ketika mendapat shift kerja yang berbeda

Isteri Mengurus rumah

dan berjualan kuota internet

Mengurus rumah dan berjualan kuota internet

Perempuan (4 tahun) Bermain di rumah Bermain di rumah Istirahat Laki-laki (7 tahun) Bersekolah Bersekolah Istirahat Laki-laki (13 tahun) Bersekolah Bersekolah Istirahat Keluarga Dodi

(54)

Kerluarga Waktu Dodi Memiliki pekerjaan yang tidak tetap

sehingga tidak bisa diprediksi waktu kerjanya. Namun pada saat dilakukan pengamatan pekerjaan yang sedang dilakukan adalah sebagai pekerja bangunan, sehingga waktu kerja biasanya dari pagi hingga sore hari.

Istirahat

b. Privasi dan teritori

Bagian ruang yang bersifat privat hanya terdapat pada bagian kamar tidur saja. Kamar tidur juga digunakan sebagai tempat menyimpan barang-barang yang sifatnya pribadi dan hanya digunakan sebagai tempat beristirahat saja (hanya pada malam hari). Hampir seluruh kegiatan lainnya dilakukan di luar kamar tidur dan berada di ruang publik. Ruang lainnya seperti ruang tamu/ruang keluarga sifatnya publik, artinya tetangga (terutama tetangga yang ada di sebelah rumah) bebas masuk ke bagian ini , sedangkan ruang lainnya seperti dapur dan kamar mandi sifatnya semi publik/semi privat, artinya untuk tetangga yang benar-benar cukup dekat dengan keluarga ini akan bebas menggunakannya, sedangkan untuk tetangga biasa, tidak akan sampai ke ruangan ini (Gambar 5.7).

(55)

d. Interaksi sosial di teras rumah

Bagian teras depan akan langsung terhubung dengan jalan dan juga digunakan sebagai tempat interaksi dengan penduduk Kampung Aur lainnya. Pada bagian teras depan biasanya disediakan sejenis dudukan

PRIVAT SEMI PRIVAT PRIVAT

PUBLIK

PUBLIK

Dapur dan kamar mandi kerap digunakan dan dimasuki oleh tetangga dekat.

Kamar tidur merupakan satu-satunya bagian rumah yang dapat dikatakan sebagai bagian yang memiliki privasi bagi penghuni

Ruang keluarga/ruang tamu serta teras dapat dikategorikan sebagai ruang publik. Hampir semua tetangga biasanya dapat dengan mudah masuk ke bagian ruang ini

(56)

yang bisa digunakan oleh pemilik rumah ataupun tetangga untuk duduk dan berbincang (Gambar 5.8).

e. Penambahan ruang

Penambahan ruang terjadi biasanya disebabkan oleh bertambahnya jumlah anggota keluarga. Penambahan ruang pada umunya terjadi secara vertikal dikarenakan keterbatasan lahan yang tersedia. Material yang digunakan pada umumnya adalah material semi permanen seperti kayu. Pada beberapa kasus hal ini lah yang menimbulkan kesan kumuh bagi permukiman Kampung Aur jika dilihat oleh masyarakat umum lainnya.

f. Penentuan jumlah kamar tidur

Dalam penambahan ruang, biasanya kebutuhan yang paling dominan adalah untuk penambahan ruang tidur. Penambahan ruang tidur ini juga memiliki aturan tertentu setiap anggota keluarga yang sudah

(57)

berkeluarga akan mendapatkan kamar sendiri dan anak perempuan yang sudah dianggap dewasa (biasanya ketika mulai mencapai usia SMA) akan mendapatkan kamarnya sendiri dan bila memiliki adik/keponakan perempuan lainnya akan tidur bersamaan dalam satu kamar yang sama (Gambar 5.9).

Berdasarkan hasil pengamatan dari aspek perilaku dan aspek ruang yang sudah dilakukan maka dapat dibuat suatu analisa potensi dan masalah yang ada

Walaupun terdapat tiga keluarga, kamar bagian depan ini

dikhususkan untuk kamar satu orang anak wanita yang sudah dewasa

(58)

sehingga dapat dihasilkan suatu kriteria perancangan permukiman etnis Minang berdasarkan pendekatan perilaku-lingkungan di Kampung Aur (Tabel 5.4 dan 5.5).

Deskripsi Ruang

Ukuran dan Bentuk Ruang

Pada ruang tamu/keluarga, kamar tidur dan dapur pada umumnya sifatnya fleksibel mengikuti kebutuhan penghuni rumah, teras sifatnya terbuka dan kamar mandi umumnya kurang memenuhi standar. Sedangkan untuk penambahan ruang biasanya sejalan dengan pertambahan jumlah keluarga dan biasanya menggunakan bahan semi permanen.

Perletakan Perabotan

Pada ruang tamu/ruang keluarga, dapur dan kamar mandi perletakan perabotan fleksibel dan cenderung tidak teratur. Hanya kamar yang memiliki pengaturan perabotan tertentu

Warna

Pemilihan warna cerah untuk bagian luar dan dalam ruangan, kecuali kamar tidur biasanya memiliki warna putih

Temperatur

Kondisi penghawaan secara alami minim Pencahayaan

Kondisi pencahayaan secara alami minim Kebisingan

(59)

Deskripsi Perilaku

Pola Aktivitas Penghuni Rumah

Penghuni pada umumnya memiliki pekerjaan tidak tetap dan cenderung berubah-ubah. Hal ini berpengaruh secara langsung terhadap perubahan fungsi ruang serta perletakan perabotan di tiap ruangan

Privasi/Teritori

Pada masyarakat Minang pada umumnya privasi masing-masing unit hunian hanya terdapat pada bagian kamar tidur masing-masing, sedangkan untuk ruang tamu dan ruang lainnya sifatnya biasanya berada pada ruang publik ataupun semi publik/privat.

Hal ini menyebabkan rasa kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi. Kemudahan dalam melaksanakan kegiatan yang sifatnya kegiatan bersama.

Aktivitas Sosial di Teras Rumah

Teras rumah pada umumnya digunakan sebagai tempat bersosialisasi oleh ibu-ibu rumah tangga pada sore hari

Penambahan Ruang

Penambahan ruang didasarkan pada penambahan jumlah anggota keluarga yang sudah berkeluarga

Penentuan Jumlah Kamar Tidur

Selain jumlah anggota keluarga yang sudah memiliki keluarga sendiri, pertambahan jumlah kamar juga dipengaruhi oleh ada atau tidaknya anak perempuan yang sudah dewasa.

Sebagai catatan akhir ada beberapa karakteristik etnis Minang yang perlu diperhatikan dalam melakukan perancangan antara lain :

1. Kebanyakan memiliki pekerjaan informal, sehingga dihasilkan suatu bentuk kehidupan masyarakat yang dinamis, dimana pola aktivitas

(60)

masyarakat cenderung berubah-ubah sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakannya.

2. Sebagian besar merupakan keluarga yang tingal turun temurun di sini, sehingga biasanya dalam satu rumah didapati lebih dari satu keluarga. Kebanyakan anak akan tetap tinggal di rumah orangtuanya setelah berkeluarga.

3. Karena merupakan keluarga yang tinggal turun temurun di sini, antar tetangga biasanya sudah sangat saling mengenal, sehingga tingkat interaksi sosial yang terjadi cukup tinggi yang menyebabkan batasan antara privasi dan teritori hampir tidak ada.

5.1.2 Masyarakat Etnis Cina

Sebelum masuk kepada perilaku yang terjadi dalam unit hunian, perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik dari penduduk etnis Cina. Untuk itu dilakukan survei awal mengenai karakteristik penduduk etnis Cina dan unit huniannya (Tabel 5.6).

Keluarga Pekerjaan Tipe Hunian Riwayat Keluarga

Rudy Darwin

Rudy Darwin (32) Pegawai toko Rumah tinggal 1

lantai

Sudah tinggal di Kampung Aur sekitar 1 tahun

Isteri (29) Pegawai swasta

(61)

Tabel 5.6 (lanjutan)

Keluarga Pekerjaan Tipe Hunian Riwayat Keluarga

Amin (53) Pedagang (kios) Rumah tinggal 2

lantai

Sudah tinggal di Kampung Aur sekitar 8 tahun, membeli rumah ini dari sesama etnis Cina

Isteri (50) Pedagang (kios)

Anak laki-laki (27) Pegawai Anak laki-laki (25) Pegawai Anak laki-laki (23) Pegawai Apit

Apit (56) Pedagang Rumah tinggal 1

lantai

Sudah tinggal di Kampung Aur sekitar 9 tahun, membeli rumah ini dari etnis Cina lainnya

Isteri (53) Pedagang

Akiong

Akiong (51) Pedagang Rumah tinggal 1

lantai

Sudah tinggal di Kampung Aur sekitar 10 tahun.

Isteri (49) Pedagang

Anak perempuan (18)

Sekolah Anak laki-laki (15) Sekolah Aong

Aong (60) Tidak ada Rumah tinggal 1

lantai

Sudah tinggal di Kampung Aur selama 10 tahun, memiliki 3 orang anak, tetapi sudah tinggal di luar Kampung Aur, masih sering dikunjungi oleh anak sekitar 1 kali dalam seminggu

(62)

No Nama kepala keluarga Eni Tenggara

1 Fungsi Hunian Rumah Tinggal (1 lantai) 2 Jumlah anggota keluarga 5 orang (single famili)

Suami – sudah meninggal dunia Isteri (57 tahun) – Eni Tenggara Anak Perempuan (18 tahun)

Anak laki-laki I (30 tahun) – sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota

Anak laki-laki II (26 tahun) – sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota.

3 Lokasi

4 Pekerjaan Eni Tenggara bekerja sebagai ibu rumah tangga, dimana sekarang masalah keuangan sudah banyak dibantu oleh anak laki-laki yang sudah bekerja. Sebelumnya bersama suami berdagang di pajak sambas di dekat lokasi (membuka kios).

Anak Perempuan belajar di tingkat pendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA)

5 Riwayat Keluarga Rumah ini merupakan rumah yang dibeli oleh Eni Tenggara dan suaminya pada sekitar tahun 2003. Sebelumnya menyewa rumah juga tidak jauh dari lokasi sekarang

(63)

Berikut juga ditampilkan gambar eksterior hunian beserta sketsa denahnya. (Gambar 5.10- 5.12)

Gambar 5.10 Tampak Depan Rumah Eni Tenggara

(64)

5.1.2.1 Deskripsi ruang dan deskripsi perilaku pada rumah Eni Tenggara 1. Deskripsi ruang

a. Bentuk dan ukuran ruang

Berdasarkan obervasi terhadap perilaku penghuni rumah tinggal pada kalangan etnis Cina diketahui bahwa ukuran dan bentuk ruang sifatnya fleksibel sesuai dengan luasan lahan yang ada, namun fungsi ruang sifatnya kaku. Dimana fungsi ruang tamu/keluarga sebagai tempat bertamu atau berkumpul keluarga, ruang makan sebagai tempat makan, dsb, tidak ada ruang yang berfungsi ganda dalam keadaan normalnya. Jika dibandingkan dengan hunian penduduk etnis Minang tentu akan berbeda dimana fungsi ruang dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhannya, misalnya ruang tamu yang dapat dijadikan sebagai kamar tidur tambahan. Walaupun perletakan perabotan masih tidak terlalu beraturan tetapi berada dalam lingkup ruang yang tepat.

RUANG TAMU RUANG TAMU/RUANG KELUARGA

(65)

b. Perletakan perabotan

Perletakan perabotan bisa dikatakan cukup fleksibel, namun tidak sampai melewati batasan fungsi ruangnya. Sebagai contoh jika dilihat pada Gambar 5.13 mengenai perletakan perabotan di bagian dapur, masih banyak barang tambahan yang digantungkan atau pun diletakkan di lantai, namun masih dalam batasan fungsi ruangnya. Ini akan berbeda jika kita membandingkan dengan perletakan perabotan pada hunian etnis Minang. Dimana pereletakan perabotan tambahan yang mendukung pekerjaan yang sedang dilaksanakannya sama sekali tidak teratur (Gambar 5.13).

c. Pemilihan warna

Warna yang digunakan adalah warna cerah baik itu untuk bagian eksterior maupun bagian interior bangunan. Pemilihan warna cerah dilakukan untuk memberikan kesan “segar” pada hunian. Khususnya

(66)

pada rumah Ibu Eni Tenggara warna yang digunakan adalah pencampuran antara warna putih dan ungu muda di bagian luar serta warna putih untuk bagian dalam.

d. Pengkondisian udara

Usaha untuk membuat sistem penghawaaan secara alami sudah ada. Pembuatan lubang angin di bagian depan rumah serta dinding bagian atas ruang kamar juga diberi jaring sehingga bisa dilalui udara. Bisa dikatakan bahwa keadaan temperatur di dalam rumah juga cukup nyaman (Gambar 5.14).

e. Pencahayaan

Untuk permasalahan pencahayaan, sama dengan hunian etnis Minang, kebanyakan rumah letaknya berdempetan sehingga usaha untuk memanfaatkan pencahayaan alami sulit untuk dilakukan. Hanya pada bagian teras dan dapur saja yang mungkin memanfaatkan pencahayaan

(67)

alami, sedangkan ruang lainnya tetap harus menggunakan pencahayaan buatan walaupun pada siang hari.

f. Kebisingan

Kebanyakan bangunan rumah tinggal penduduk etnis Cina menggunakan material luar bangunan dari batu bata, sehingga tingkat kebisingan bisa dikatakan kecil. Ini juga didukung oleh pola aktivitas masyarakat yang padat dan jarang berada di rumah serta sifat masyarakat yang lebih menjaga privasi masing-masing keluarga.

2. Deskripsi perilaku

a. Pola aktivitas penghuni rumah

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui penghuni rumah memiliki aktivitas sebagai berikut (Tabel 5.8).

Kerluarga Waktu

Pagi Keluarga Eni Tenggara

Eni Tenggara (Ibu) Menyiapkan

sarapan pagi, membersihkan

rumah, istirahat (berada dirumah hingga siang hari)

(68)

Kerluarga Waktu Pagi

(7.00-12.00)

Siang-Sore (12.00-19.00)

Malam (19.00-7.00) Anak Perempuan sekolah Sekolah dan baru

pulang hingga menjelang sore hari (sekitar pukul 17.00 WIB)

istirahat

b. Privasi dan teritori

Pada hunian etnis Cina, hampir semua ruang dalam rumah bersifat privat. Bagian rumah yang dijadikan tempat berinteraksi dengan tetangga adalah bagian teras depan rumah. Pihak yang diperbolehkan untuk masuk ke ruang tamu adalah saudara ataupun orang yang sangat sudah dikenal. Sebagai contoh sewaktu melakukan wawancara penelitian, penulis sendiri biasanya hanya diperbolehkan untuk duduk di bagian teras bangunan serta bagian yang boleh difoto hanya pada bagian ruang tamu saja (Gambar 5.15).

(69)

c. Interaksi sosial yang sangat minim

Melihat dari tingginya tingkat privasi masyarakat Cina terhadap huniannya, hal ini juga berpengaruh langsung terhadap teritori yang dibentuk oleh masyarkat etnis Cina. Hal yang sifatnya sebagai kepemilikan bersama hampir tidak ada, interaksi sosial juga sangat rendah terutama kepada masyarakat dari etnis lainnya. Interaksi dengan sesama etnis Cina memang terjadi, namun tidak sering. Adapun kemungkinan terjadinya interaksi adalah hanya pada bagian teras rumah (Gambar 5.16).

PRIVAT KELUARGA

PRIVAT PRIBADI

SEMI PRIVAT

PUBLIK

(70)

d. Kebiasaan menanam tanaman

Hampir semua rumah di Kampung Aur tidak memilki halaman yang luas, namun pada hunian etnis Cina ada kebiasaan untuk menanam tanaman baik langsung di tanah maupun di dalam pot.

Berdasarkan hasil pengamatan dari aspek perilaku dan aspek ruang yang sudah dilakukan maka dapat dibuat suatu analisa potensi dan masalah yang ada sehingga dapat dihasilkan suatu kriteria perancangan permukiman etnis Cina berdasarkan pendekatan perilaku-lingkungan di Kampung Aur (Tabel 5.9 dan 5.10).

(71)

Deskripsi Ruang

Ukuran dan Bentuk Ruang

Bentuk dan ukuran ruang cukup fleksibel, namun sudah mempunyai fungsi yang tetap, artinya ruang tamu akan berfungsi sebagai ruang tamu dan tidak akan digunakan sebagai ruang tidur tambahan ,ruang berjualan ataupun ruang lainnya. Perletakan Perabotan

Jika dilihat dari pengamatan yang sudah dilakukan, perletakan perabot terkadang masih kurang beraturan namun tidak sejauh seperti yang terjadi pada pemukiman etnis Minang

Warna

Pemilihan warna cerah untuk bagian luar dan dalam ruangan, kecuali kamar tidur biasanya memiliki warna putih

Temperatur

Kondisi penghawaan secara alami sedang Pencahayaan

Kondisi pencahayaan secara alami sedang Kebisingan

Tingkat kebisingan cukup rendah, hal ini terkait dengan privasi yang tinggi. Ini juga tercermin dalam penggunaan material permanen dalam penyekat ruangan

Deskripsi Perilaku

Pola Aktivitas Penghuni Rumah

Penghuni pada umumnya memiliki pekerjaan tetap ataupun memiliki aktivitas yang sudah tetap sepanjang hari, ini akan langsung berpengaruh terhadap aktivitas yang terjadi di dalam ruangan

Privasi dan Teritori

Pada masyarakat etnis Cina privasi bisa dikatakan sangat tinggi. Sangat tidak suka jika ruang pribadinya dimasuki oleh orang lain.

Hal ini menyebabkan rasa kebersamaan yang kurang serta interaksi dengan masyarakat etnis lain yang rendah.

Tabel 5.9 Deskripsi Ruang

(72)

Deskripsi Perilaku

Interaksi Sosial yang Sangat Minim

Interaksi sosial sangat minim terjadi dan hanya mungkin terjadi pada bagian teras depan rumah.

Kebiasaan Menanam Tanaman

Kebanyakan masyarakat etnis Cina menyempatkan diri untuk menanam dan merawat tanaman yang memang sengaja ditata di bagian depan teras rumah

Sebagai catatan akhir ada beberapa karakteristik etnis Cina yang perlu diperhatikan dalam melakukan perancangan antara lain :

1. Sebagian besar penduduk etnis Cina memiliki pekerjaan dengan waktu kerja tetap dan masing-masing anggota keluarga juga sudah mempunyai aktivitas tertentu, contonya ayah/ibu akan pergi bekerja dari pagi hingga sore hari, anak akan bersekolah dari pagi hari hingga siang hari, dan sebagainya. Kemungkinan penduduk etnis Cina untuk menghabiskan waktu di rumah hanya bisa terjadi pada hari libur.

2. Kebanyakan anak dari keluarga etnis Cina akan pergi meninggalkan Kampung Aur setelah tamat sekolah/kuliah atau setelah berkeluarga. Sehingga kebiasaan yang terjadi adalah sering terjadi jual beli rumah di antara penduduk etnis Cina dan rumah bukan merupakan rumah keluarga secara turun temurun.

3. Dikarenakan sifat pekerjaan serta pola hidup keluarga etnis Cina yang cenderung meninggalkan Kampung Aur setelah dewasa, maka biasanya

(73)

tingkat interaksi yang terjadi sangat minim. Interaksi antar sesama etnis Cina sesekali masih terjadi, namun interaksi antara etnis Cina dengan etnis lainnya sangat jarang terjadi.

5.2 Perilaku Masyarakat pada Setting Lingkungan

Pengamatan perilaku masyarakat pada setting lingkungan akan mencakup perilaku pada komponen lingkungan yang dianggap penting dan secara langsung berhubungan dengan perilaku masyarakat di Kampung Aur seperti, warung, ruang terbuka umum, ruang terbuka anak, tempat cuci bersama/bantaran sungai, pelataran mesjid, tempat jajanan malam, jalan (sirkulasi).

(74)

Gambar 5.17 Pembagian Teritori Berdasarkan Etnis di Permukiman Kampung Aur

Teritori Etnis Minang Teritori Etnis Cina

Teritori Bersama

(75)

Pada masing-masing teritori tersebut terdapat komponen-komponen lingkungan yang dianggap penting terkait dengan perancangan berdasarkan pendekatan perilaku-lingkungan yang akan dilakukan (Gambar 5.18).

Gambar 5.18 Peta Komponen Lingkungan Kampung Aur

1 2

6 5 4

7

8

12

9

11

10

3

(76)

Keterangan

1 : Warung (ruang bersama/tempat berkumpul) 1 2 : Warung (ruang bersama/tempat berkumpul) 2 3 : Warung (ruang bersama/tempat berkumpul) 3 4 : Warung (ruang bersama/tempat berkumpul) 4 5 : Ruang terbuka tempat berkumpul 1 (anak) 6 : Ruang terbuka tempat berkumpul 2 7 : Pelataran Mesjid sebagai ruang bersama 8 : Tempat jajanan malam

9 : Kawasan jalan yang ramai (berwarna kuning)

10 : Kawasan jalan dengan tingkat keramaian sedang (berwarna merah) 11 : Kawasan jalan dengan tingkat keramaian rendah/sepi (berwarna hijau) 12 : Tempat cuci bersama

(77)

5.2.1 Warung

Berdasarkan hasil observasi serta analisa yang dilakukan diketahui bahwa warung yang berada di pintu masuk menuju Kampung Aur ini tidak hanya berfungsi sebagai warung saja. Warung ini memiliki 4 fungsi utama, sebagai warung tempat menjual makanan dan minuman, tempat terjadinya interaksi sosial penduduk etnis Minang laki-laki dewasa, penanda masuk ke Kampung Aur, serta sebagai pos penjagaan terhadap kemanan di Kampung Aur (pos ronda atau persinggahan ronda malam).

Untuk itu konsep perancangan terhadap warung ini nantinya harus dapat memenuhi ke-4 kriteria tersebut. Karena bisa dikatakan bahwa keberadaan warung di Kampung Aur adalah salah satu fasilitias sosial yang sangat penting (Gambar 5.19).

WARUNG Fungsi Penjaga Keamanan Fungsi Penanda

Fungsi Wadah Interaksi Sosial

Fungsi Sebagai Warung

(78)

Berikut ditampilkan gambar situasi mengenai keadaan warung yang ada di Kampung Aur (Gambar 5.20).

5.2.2 Ruang terbuka tempat berkumpul 1 (ruang terbuka anak)

Ruang terbuka anak ini dapat muncul sebenarnya berhubungan dengan fungsi bangunan yang ada di dekatnya. Jika dilihat pada peta permukiman Kampung Aur, ruang terbuka anak ini berbatasan langsung dengan tempat belajar mengaji bagi anak-anak. Hanya saja keberadaan bangunan tempat mengaji ini tidak lagi berjalan dengan semestinya. Kegiatan pengajian tidak lagi berjalan rutin, hanya

menjelang-WARUNG 4

Gambar 5.20 Keadaan Warung di Kampung Aur

(79)

hari-hari besar keagamaan seperti selama bulan puasa tempat belajar mengaji ini berjalan dengan lancar.

Untuk itu konsep perancangan yang direncanakan untuk ruang terbuka ini adalah akan dibuat langsung berhubungan dengan tempat belajar mengaji, yang juga langsung berhubungan dengan pelataran Mesjid. Dengan menghidupkan ruang terbuka anak ini juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan timbulnya patologi sosial yang berlokasi tidak jauh dari ruang terbuka ini (Gambar 5.21).

Jika dilihat pada gambar di atas, terlihat bahwa dengan menghidupkan ruang terbuka anak akan terjadi pergerakan anak. Pergerakan ini diharapkan juga dapat

Tempat Mengaji

Mesjid

Ruang Terbuka Anak

Daerah Muncul Patologi Sosial

Keterangan :

Arah Pergerakan Anak

Ruang terbuka anak yang langsung berhubungan dengan tempat mengaji dan pelataran mesjid

(80)

menjadi salah satu faktor “natural surveillance” terhadap daerah mulai menjunjukkan munculnya patologi sosial. Hal ini tentu didukung dengan memberikan tambahan lampu penerangan pada jalan di dareah ini serta memberikan gambar/warna cerah pada dinding bangunan yang berbatasan langsung dengan jalan tersebut (Gambar 5.22).

5.2.3 Ruang terbuka tempat berkumpul 2 (ruang terbuka umum)

Berdasarkan hasil observasi dan analisa yang dilakukan diketahui bahwa ruang terbuka umum ini berfungsi sebagai tempat PKL berjualan serta juga sebagai tempat berkumpul dan terjadinya interaksi sosial penduduk etnis Minang di Kampung Aur. Ruang terbuka umum ini terhubung langsung dengan ruas jalan yang paling ramai di Kampung Aur, dan juga terhubung dengan ruang terbuka anak yang sudah dibahas terlebih dahulu. Selain itu ruang terbuka ini juga terhubung dengan ruang terbuka yang terdapat di pelataran Mesjid.

Ke depannya akan dilakukan penataan terhadap ruang terbuka umum ini dengan memberikan elemen peneduh/shading dalam bentukan vegetasi dan mengatur letak PKL yang ada. Fungsi tambahan juga akan diberikan terhadap ruang terbuka

Gambar 5.22 Keadaan Ruang Terbuka Anak

(81)

umum ini yaitu sebagai “pengawas” terhadap kegiatan yang terjadi di ruang terbuka anak, mengingat letaknya yang langsung berbatasan (Gambar 5.23).

Berdasarkan konsep zoning yang ditampilkan pada gambar di atas akan ada kesinambungan antara ruang terbuka dengan jalan yang dimanfaatkan sebagai tempat interaksi serta ada kesinambungan antara ruang terbuka dengan kumpulan PKL yang juga berjualan di samping Mesjid yang ada di Kampung Aur. Selain itu ruang terbuka ini juga berfungsi mengawasi kegiatan yang terjadi di ruang terbuka anak (Gambar 5.24).

Fungsi Pengawasan Terhadap Ruang Terbuka Anak

Ruang Terbuka di Pelataran Mesjid

Jalan Sebagai Tempat Interaksi

PKL PKL

Ruang Terbuka Umum

Gambar 5.23 Zoning Pada Ruang Terbuka Umum

(82)

5.2.4 Ruang terbuka pada pelataran Mesjid dan tempat cuci bersama

Pada bagian ini ada beberapa hal yang akan dibahas secara bersamaan, mulai dari konsep zoning ruang terbuka di pelataran mesjid, tempat cuci bersama , keberadaan hunian darurat yang ada di pinggir bantaran sungai serta efek banjir yang sering terjadi terhadap penduduk Kampung Aur.

Dimulai dari ruang terbuka yang ada di pelataran Mesjid yang memiliki banyak fungsi. Pada kesehariannya ruang terbuka ini digunakan oleh PKL untuk menjual dagangannya. Namun ruang terbuka ini juga memiliki fungsi tambahan lainnya. Pada bulan puasa akan digunakan sebagai ruang tempat menjual bukaan puasa, pada hari besar keagamaan bisa dipergunakan sebagai tambahan untuk ruang ibadah, pada hari besar nasional seperti hari kemerdekaan dipergunakan sebagai tempat pertandingan olahraga ataupun ceramah. Sehingga dapat dikatakan bahwa ruang terbuka ini merupakan ruang terbuka serbaguna.

Untuk keberadaan tempat cuci bersama, dapat dikatakan bahwa pemanfaatan fasilitas ini hampir bisa dikatakan sama sekali tidak efektif. Penggunanya hanya berasal dari rumah penduduk yang ada di bantaran sungai. Sebagian besar penduduk tidak lagi menggunakannya.

(83)

di tepi bantaran sungai. Namun jika kita kita mempertimbangkan kelayakan rumah yang ada di bantaran sungai ini yang sifatnya darurat dan tidak memenuhi standar rumah sehat, maka opsi pembongkaran rumah yang ada di bantaran sungai ni bukan merupakan hal yang ada diluar kewajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diketahui juga bahwa keberadaan rumah yang berada di bantaran sungai ini mengakibatkan munculnya patologi sosial bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya selain disebabkan dari sisi ketidaklayakan bangunan, keberadaan bangunan yang ada di bantaran sungai yang jauh dari jangkauan khalayak ramai memberikan kesempatan bagi munculnya tindakan kriminal.

Melihat pertimbangan yang telah disampaikan sebelumnya, adapun zoning konsep perancangan untuk ruang terbuka yang ada di pelataran mesjid ini dapat dilihat pada Gambar 5.25.

Tanggul

Ruang Hijau / Ruan Terbuka Serbaguna

Pelataran

Mesjid Mesjid

(84)

Pembuatan tanggul bertujuan untuk dapat menahan luapan air sungai ketika terjadi banjir, sehingga air tidak masuk lagi ke permukiman Kampung Aur, tanggul ini nantinya diharapakan juga dapat digunakan sebagai tempat “menonton” terhadap kegiatan yang dilaksanakan di Sungai Deli. Beberapa tahun lalu dapat dikatakan bahwa cukup banyak terjadi kegiatan yang melibatkan Sungai Deli ini, seperti lomba kayak, panjat pinang di sungai , dll yang terutama dilaksanakan pada hari kemerdekaan RI. Kegiatan-kegiatan seperti ini diharapkan dapat muncul kembali sehingga muncul rasa menghargai masyarakat terhadap Sungai Deli.

Dilakukan pembongkaran terhadap hunian darurat yang ada di sepanjang bantaran sungai digantikan dengan ruang terbuka serbaguna atau ruang hijau yang dapat digunakan untuk acara-acara tertentu jika dibutuhkan, mengingat kurangnya ruang terbuka yang dapat mengakomodasi kegiatan sosial masyarakat. Pembuatan ruang terbuka di samping tanggul ini juga diharapkan dapat mengubah orientasi masyarakat yang selama ini hidup membelakangi sungai menjadi permukiman yang menjadikan pinggiran sungai sebagai halamannya.

(85)

Gambar 5.26 Keadaan Ruang Terbuka Umum

(86)

5.2.5 Tempat jajanan malam

Jika kita melihat karakteristik tempat usaha yang disampaikan pada bab sebelumnya diketahui bahwa tempat usaha ini kebanyakan berfungsi sebagai tempat penjualan barang (terutama perabotan) serta kantor.

Pola aktifitas yang terjadi hampir sama dengan pola aktifitas toko pada umumnya, dimana kegiatan terlaksana mulai dari pagi hari sekitar pukul 8.00-9.00 WIB hingga sore hari sekitar pukul 17.00-18.00 WIB. Setelah itu, kegiatan akan berubah menjadi tempat jajanan malam yang dimulai dari sekitar pukul 19.00 WIB, pada pelataran ruko yang ada di tepi Jalan Letjend Suprapto. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kebanyakan ruko yang ada tidak dipergunakan sebagai tempat tinggal oleh pemiliknya, sehingga pelataran ruko dapat disewakan kepada pedagang untuk berjualan di malam hari. Adapun zoning konsep perancangan yang diajukan terkait dengan hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.28.

Penambahan Tempat Jajanan Malam Jajanan Malan Eksiting

Ruko di Jalan Letjend Suprapto

Gambar

figure ground, cakupan lokasi kondisi
Tabel 3.1  (lanjutan)
Gambar 3.7 Tahapan Analisa Potensi dan Permasalahan
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Aur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sensor garis Sedangkan sensor PIR yang merupakan sensor yang peka terhadap suhu berfungsi untuk mendeteksi manusia atau benda lainnya yang berada di sekitar robot

Maksud dari judul penelitian pengaruh kebermaknaan hidup ditinjau dari tingkat penerimaan diri yaitu penelitian yang mengukur tingkat keberpengaruhan kebermaknaan hidup terhadap

• Pada tab Page Layout, dibagian Page Setup group, klik Margins. • Di bagian bawah drop down menu galeri Margins,

Miles and Huberman ,1984, Analisa Data Kualitatif .Buku Sumber Tantang Metode- Metode Baru , Jakarta: UI Press.. Pratama ,2011,Analisis Strategi Pemasaran (Studi Kasus: Outlet

Negara Maju di Dunia TEMA II PERKEMBANGAN MASYARAKAT 12 JP INDONESIA. MENUJU

2 Pengaruh metode pembelajaran SAVI terhadap hasil belajar matematikasiswa kelas VII MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Sumbergempol SPSS: nilai Sig.(2- tailed) sebesar

Media adalah alat bantu pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi (Djamarah Syaiful. Wahana dari sumber pesan

Daerah perumahan akan diklasifikasikan dengan 4 tingkat kondisi sosial yang berbeda yaitu Kondisi Sangat Mewah, Kondisi Mewah, Kondisi Sederhana, Kondisi Sangat