• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI PERILAKU MASYARAKAT DI PERMUKIMAN KAMPUNG AUR

PRIVAT KELUARGA

5.2 Perilaku Masyarakat pada Setting Lingkungan

Pengamatan perilaku masyarakat pada setting lingkungan akan mencakup perilaku pada komponen lingkungan yang dianggap penting dan secara langsung berhubungan dengan perilaku masyarakat di Kampung Aur seperti, warung, ruang terbuka umum, ruang terbuka anak, tempat cuci bersama/bantaran sungai, pelataran mesjid, tempat jajanan malam, jalan (sirkulasi).

Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan, maka diketahui teritori di Kampung Aur terbagi menjadi dua bagian besar yaitu teritori etnis Cina dan teritori etnis Minang (Gambar 5.17).

Gambar 5.17 Pembagian Teritori Berdasarkan Etnis di Permukiman Kampung Aur

Teritori Etnis Minang Teritori Etnis Cina

Teritori Bersama

Pada masing-masing teritori tersebut terdapat komponen-komponen lingkungan yang dianggap penting terkait dengan perancangan berdasarkan pendekatan perilaku-lingkungan yang akan dilakukan (Gambar 5.18).

Gambar 5.18 Peta Komponen Lingkungan Kampung Aur

1 2 6 5 4 7 8 12 9 11 10 3 126

Keterangan

1 : Warung (ruang bersama/tempat berkumpul) 1 2 : Warung (ruang bersama/tempat berkumpul) 2 3 : Warung (ruang bersama/tempat berkumpul) 3 4 : Warung (ruang bersama/tempat berkumpul) 4 5 : Ruang terbuka tempat berkumpul 1 (anak) 6 : Ruang terbuka tempat berkumpul 2 7 : Pelataran Mesjid sebagai ruang bersama 8 : Tempat jajanan malam

9 : Kawasan jalan yang ramai (berwarna kuning)

10 : Kawasan jalan dengan tingkat keramaian sedang (berwarna merah) 11 : Kawasan jalan dengan tingkat keramaian rendah/sepi (berwarna hijau) 12 : Tempat cuci bersama

5.2.1 Warung

Berdasarkan hasil observasi serta analisa yang dilakukan diketahui bahwa warung yang berada di pintu masuk menuju Kampung Aur ini tidak hanya berfungsi sebagai warung saja. Warung ini memiliki 4 fungsi utama, sebagai warung tempat menjual makanan dan minuman, tempat terjadinya interaksi sosial penduduk etnis Minang laki-laki dewasa, penanda masuk ke Kampung Aur, serta sebagai pos penjagaan terhadap kemanan di Kampung Aur (pos ronda atau persinggahan ronda malam).

Untuk itu konsep perancangan terhadap warung ini nantinya harus dapat memenuhi ke-4 kriteria tersebut. Karena bisa dikatakan bahwa keberadaan warung di Kampung Aur adalah salah satu fasilitias sosial yang sangat penting (Gambar 5.19).

WARUNG Fungsi Penjaga Keamanan Fungsi Penanda

Fungsi Wadah Interaksi Sosial

Fungsi Sebagai Warung

Berikut ditampilkan gambar situasi mengenai keadaan warung yang ada di Kampung Aur (Gambar 5.20).

5.2.2 Ruang terbuka tempat berkumpul 1 (ruang terbuka anak)

Ruang terbuka anak ini dapat muncul sebenarnya berhubungan dengan fungsi bangunan yang ada di dekatnya. Jika dilihat pada peta permukiman Kampung Aur, ruang terbuka anak ini berbatasan langsung dengan tempat belajar mengaji bagi anak-anak. Hanya saja keberadaan bangunan tempat mengaji ini tidak lagi berjalan dengan semestinya. Kegiatan pengajian tidak lagi berjalan rutin, hanya menjelang-

WARUNG 4

Gambar 5.20 Keadaan Warung di Kampung Aur

hari-hari besar keagamaan seperti selama bulan puasa tempat belajar mengaji ini berjalan dengan lancar.

Untuk itu konsep perancangan yang direncanakan untuk ruang terbuka ini adalah akan dibuat langsung berhubungan dengan tempat belajar mengaji, yang juga langsung berhubungan dengan pelataran Mesjid. Dengan menghidupkan ruang terbuka anak ini juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan timbulnya patologi sosial yang berlokasi tidak jauh dari ruang terbuka ini (Gambar 5.21).

Jika dilihat pada gambar di atas, terlihat bahwa dengan menghidupkan ruang terbuka anak akan terjadi pergerakan anak. Pergerakan ini diharapkan juga dapat

Tempat Mengaji Mesjid Ruang Terbuka Anak Daerah Muncul Patologi Sosial Keterangan :

Arah Pergerakan Anak

Ruang terbuka anak yang langsung berhubungan dengan tempat mengaji dan pelataran mesjid

menjadi salah satu faktor “natural surveillance” terhadap daerah mulai menjunjukkan munculnya patologi sosial. Hal ini tentu didukung dengan memberikan tambahan lampu penerangan pada jalan di dareah ini serta memberikan gambar/warna cerah pada dinding bangunan yang berbatasan langsung dengan jalan tersebut (Gambar 5.22).

5.2.3 Ruang terbuka tempat berkumpul 2 (ruang terbuka umum)

Berdasarkan hasil observasi dan analisa yang dilakukan diketahui bahwa ruang terbuka umum ini berfungsi sebagai tempat PKL berjualan serta juga sebagai tempat berkumpul dan terjadinya interaksi sosial penduduk etnis Minang di Kampung Aur. Ruang terbuka umum ini terhubung langsung dengan ruas jalan yang paling ramai di Kampung Aur, dan juga terhubung dengan ruang terbuka anak yang sudah dibahas terlebih dahulu. Selain itu ruang terbuka ini juga terhubung dengan ruang terbuka yang terdapat di pelataran Mesjid.

Ke depannya akan dilakukan penataan terhadap ruang terbuka umum ini dengan memberikan elemen peneduh/shading dalam bentukan vegetasi dan mengatur letak PKL yang ada. Fungsi tambahan juga akan diberikan terhadap ruang terbuka

Gambar 5.22 Keadaan Ruang Terbuka Anak

umum ini yaitu sebagai “pengawas” terhadap kegiatan yang terjadi di ruang terbuka anak, mengingat letaknya yang langsung berbatasan (Gambar 5.23).

Berdasarkan konsep zoning yang ditampilkan pada gambar di atas akan ada kesinambungan antara ruang terbuka dengan jalan yang dimanfaatkan sebagai tempat interaksi serta ada kesinambungan antara ruang terbuka dengan kumpulan PKL yang juga berjualan di samping Mesjid yang ada di Kampung Aur. Selain itu ruang terbuka ini juga berfungsi mengawasi kegiatan yang terjadi di ruang terbuka anak (Gambar 5.24). Fungsi Pengawasan Terhadap Ruang Terbuka Anak Ruang Terbuka di Pelataran Mesjid Jalan Sebagai Tempat Interaksi PKL PKL

Ruang Terbuka Umum

Gambar 5.23 Zoning Pada Ruang Terbuka Umum

5.2.4 Ruang terbuka pada pelataran Mesjid dan tempat cuci bersama

Pada bagian ini ada beberapa hal yang akan dibahas secara bersamaan, mulai dari konsep zoning ruang terbuka di pelataran mesjid, tempat cuci bersama , keberadaan hunian darurat yang ada di pinggir bantaran sungai serta efek banjir yang sering terjadi terhadap penduduk Kampung Aur.

Dimulai dari ruang terbuka yang ada di pelataran Mesjid yang memiliki banyak fungsi. Pada kesehariannya ruang terbuka ini digunakan oleh PKL untuk menjual dagangannya. Namun ruang terbuka ini juga memiliki fungsi tambahan lainnya. Pada bulan puasa akan digunakan sebagai ruang tempat menjual bukaan puasa, pada hari besar keagamaan bisa dipergunakan sebagai tambahan untuk ruang ibadah, pada hari besar nasional seperti hari kemerdekaan dipergunakan sebagai tempat pertandingan olahraga ataupun ceramah. Sehingga dapat dikatakan bahwa ruang terbuka ini merupakan ruang terbuka serbaguna.

Untuk keberadaan tempat cuci bersama, dapat dikatakan bahwa pemanfaatan fasilitas ini hampir bisa dikatakan sama sekali tidak efektif. Penggunanya hanya berasal dari rumah penduduk yang ada di bantaran sungai. Sebagian besar penduduk tidak lagi menggunakannya.

Jika kita berbicara mengenai banjir yang sering terjadi di Kampung Aur, dapat dikatakan bahwa satu-satunya jalan untuk dapat mengatasi banjir yang terjadi ini adalah dengan membangun tanggul di sepanjang bantaran sungai, sehingga jika sungai meluap tidak akan lagi masuk ke permukiman warga. Pembuatan tanggul ini tentu memerlukan pembongkaran terhadap beberapa rumah yang letaknya langsung

di tepi bantaran sungai. Namun jika kita kita mempertimbangkan kelayakan rumah yang ada di bantaran sungai ini yang sifatnya darurat dan tidak memenuhi standar rumah sehat, maka opsi pembongkaran rumah yang ada di bantaran sungai ni bukan merupakan hal yang ada diluar kewajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diketahui juga bahwa keberadaan rumah yang berada di bantaran sungai ini mengakibatkan munculnya patologi sosial bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya selain disebabkan dari sisi ketidaklayakan bangunan, keberadaan bangunan yang ada di bantaran sungai yang jauh dari jangkauan khalayak ramai memberikan kesempatan bagi munculnya tindakan kriminal.

Melihat pertimbangan yang telah disampaikan sebelumnya, adapun zoning konsep perancangan untuk ruang terbuka yang ada di pelataran mesjid ini dapat dilihat pada Gambar 5.25.

Tanggul Ruang Hijau / Ruan Terbuka Serbaguna Pelataran Mesjid Mesjid

Pembuatan tanggul bertujuan untuk dapat menahan luapan air sungai ketika terjadi banjir, sehingga air tidak masuk lagi ke permukiman Kampung Aur, tanggul ini nantinya diharapakan juga dapat digunakan sebagai tempat “menonton” terhadap kegiatan yang dilaksanakan di Sungai Deli. Beberapa tahun lalu dapat dikatakan bahwa cukup banyak terjadi kegiatan yang melibatkan Sungai Deli ini, seperti lomba kayak, panjat pinang di sungai , dll yang terutama dilaksanakan pada hari kemerdekaan RI. Kegiatan-kegiatan seperti ini diharapkan dapat muncul kembali sehingga muncul rasa menghargai masyarakat terhadap Sungai Deli.

Dilakukan pembongkaran terhadap hunian darurat yang ada di sepanjang bantaran sungai digantikan dengan ruang terbuka serbaguna atau ruang hijau yang dapat digunakan untuk acara-acara tertentu jika dibutuhkan, mengingat kurangnya ruang terbuka yang dapat mengakomodasi kegiatan sosial masyarakat. Pembuatan ruang terbuka di samping tanggul ini juga diharapkan dapat mengubah orientasi masyarakat yang selama ini hidup membelakangi sungai menjadi permukiman yang menjadikan pinggiran sungai sebagai halamannya.

Sedangkan pelataran mesjid tetap dipergunakan sebagai ruang berjualan bagi PKL namun tetap dilakukan penataan dan diberikan peneduhan berupa vegetasi. Pelataran ini juga tetap dapat dipergunakan sebagai ruang tambahan untuk beribadah ketika diperlukan (Gambar 5.26 dan 5.27).

Gambar 5.26 Keadaan Ruang Terbuka Umum

5.2.5 Tempat jajanan malam

Jika kita melihat karakteristik tempat usaha yang disampaikan pada bab sebelumnya diketahui bahwa tempat usaha ini kebanyakan berfungsi sebagai tempat penjualan barang (terutama perabotan) serta kantor.

Pola aktifitas yang terjadi hampir sama dengan pola aktifitas toko pada umumnya, dimana kegiatan terlaksana mulai dari pagi hari sekitar pukul 8.00-9.00 WIB hingga sore hari sekitar pukul 17.00-18.00 WIB. Setelah itu, kegiatan akan berubah menjadi tempat jajanan malam yang dimulai dari sekitar pukul 19.00 WIB, pada pelataran ruko yang ada di tepi Jalan Letjend Suprapto. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kebanyakan ruko yang ada tidak dipergunakan sebagai tempat tinggal oleh pemiliknya, sehingga pelataran ruko dapat disewakan kepada pedagang untuk berjualan di malam hari. Adapun zoning konsep perancangan yang diajukan terkait dengan hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.28.

Penambahan Tempat Jajanan Malam Jajanan Malan Eksiting

Ruko di Jalan Letjend Suprapto

Penambahan tempat jajanan malam di pelataran ruko di Jalan Brigjend Katamso. Hal ini mungkin untuk dilakukan karena deretan ruko yang ada di di jalan ini memiliki pelataran yang cukup lebar yang sama sekali tidak dipergunakan pada malam hari. Pembuatan tempat jajanan malam ini dimana sebagian besar penjualnya berasal dari penduduk Kampung Aur tentu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

5.2.6 Jalan (sebagai sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki)

Jalan dengan tingkat keramaian tinggi (berada pada teritori etnis Minang) selain berfungsi sebagai sirkulasi baik itu manusia maupun kendaraan, berfungsi juga sebagai tempat terjadinya interaksi sosial di masyarakat dan terkadang dapat berfungsi sebagai tempat terjadinya kegiatan ekonomi. Untuk itu diperlukan perancangan jalan yang dapat menyediakan tempat untuk terjadinya interaksi sosial dan kegiatan ekonomi secara bersamaan.

Jalan dengan tingkat keramaian sedang (berada di permukiman penduduk etnis Cina (teritori bersama)) dibuat dengan tujuan menimbulkan interaksi antar penduduk etnis Cina dengan penduduk sekitar.

Sedangkan jalan dengan tingkat keramaian rendah (berada pada teritori etnis Minang) yang juga termasuk pada daerah yang menunjukkan mulai munculnya patologi sosial masyarakat akan dilakukan dengan menerapkan kriteria desain yang dapat mencegah terjadinya tindak kriminal.

Berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah disampaikan di atas maka akan dibuat suatu kriteria perancangan terkait komponen lingkungan yang ada di Kampung Aur dengan pendekatan perilaku-lingkungan.

5.3. Analisa Pendukung

Dokumen terkait