• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERANCANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG AUR

JAJANAN MALAM

yang sudah dibahas pada konsep perancangan hunian etnis Cina, maka pada bagian sempadan jalan akan dibuat ruang tanam untuk tanaman sehingga diharapkan dapat terjadi interaksi dengan penduduk sekitar ketika pemilik rumah sedang melakukan perawatan tanaman. Selain hal tersebut penempatan lampu jalan sebagai penerangan juga dapat memungkinkan terjadinya aktivitas ruangan walaupun hari sudah mulai gelap dan pemberian warna cerah pada bagian jalan yang dapat mempengaruhi psikologi penduduk menjadi lebih positif (Gambar 6.48).

Ruang tanam tidak ditempatkan pada seluruh rumah etnis Cina yang ada, untuk beberapa rumah yang memiliki kendaraan roda 4, maka sempadan jalan akan digunakan sebagai parkiran (Gambar 6.49 dan 6.50).

Gambar 6.48 Konsep Perancangan Jalan di Permukiman Etnis Cina

Penempatan Lampu Jalan Penempatan

Ruang Tanam Grafiti Pada Jalan

6.2.7.2 Konsep perancangan jalan di permukiman penduduk Etnis Minang

Jalan di Permukiman Etnis Minang selain berfungsi sebagai sirkulasi baik itu manusia maupun kendaraan, berfungsi juga sebagai tempat terjadinya interaksi sosial di masyarkat dan terkadang dapat berfungsi sebagai tempat terjadinya kegiatan ekonomi. Pada perancangan unit hunian Minang, fungsi jalan sebagai tempat

Gambar 6.49 Penempatan Ruang Tanam

interaksi sosial ini sudah dibantu dengan disediakannya tempat duduk permanen yang ada di bagian depan rumah (Gambar 6.51).

Penempatan dudukan di teras hunian memungkinkan terciptanya kumpulan interaksi penduduk yang selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh PKL untuk melakukan kegiatan ekonomi nya (Gambar 6.52).

Penempatan Lampu Jalan

Penempatan Dudukan Pada Teras Hunian

Gambar 6.51 Konsep Perancangan Jalan di Permukiman Etnis Minang

6.2.7.3 Konsep perancangan jalan di permukiman yang menunjukkan munculnya patologi sosial

Daerah ini terletak pada permukiman etnis Minang, munculnya kondisi seperti ini salah satunya disebabkan oleh karena kondisi jalan pada daerah ini yang sunyi dan cukup gelap (karena terletak langsung dibalika bangunan ruko 3 lantai).

Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan terlebih dahulu perancangan jalan pada daerah ini akan dilakukan dengan menerapkan kriteria desain yang dapat mencegah terjadinya tindak kriminal, penanganannya dilakukan dengan, (1) penerapan natural surveillance; (2) pemberian penerangan yang memadai; (3) memberi komponen warna cerah yang secara tidak langsung dapat berpengaruh pada psikologi manusia.

Penanganan pertama sudah dilakukan dengan membuat ruang terbuka anak yang letaknya tidak jauh dari daerah ini. Pembuatan ruang terbuka ini tentunya dapat meningkatkan pergerakan anak dari berbagai arah di permukiman Kampung Aur, termasuk juga dari daerah yang akan dirancang ini. Ini berarti akan terjadi pengawasan secara alami yang terjadi dari pergerakan yang ada tersebut.

Penanganan kedua dan ketiga akan ditampilkan dalam konsep perancangan yang dapat dilihat pada Gambar 6.53 dan 6.54.

Penempatan Lampu Jalan

Gambar 6.53 Konsep Perancangan Jalan di Permukiman yang Menunjukkan Munculnya Patologi Sosial

Ruang Terbuka

Anak Gambar Pada Dinding Bangunan

Penempatan Lampu Jalan Gambar Pada Dinding Bangunan Gambar 6.54 Kondisi pada Jalan yang Menunjukkan Munculnya Patologi Sosial

BAB VII

KESIMPULAN

Dari hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan maka didapat beberapa kesimpulan.

1. Pengamatan perilaku di permukiman Kampung Aur menunjukkan adanya perbedaan karakteristik penduduk didasarkan pada etnisnya.

2. Penduduk etnis Minang adalah kelompok penduduk yang sifatnya dinamis, memiliki tingkat interaksi sosial yang tinggi, mempunyai teritorialitas yang sangat tinggi dan tingkat privasi yang rendah. Dapat dikatakan karakter ini sama sekali tidak mencerminkan karakter penduduk kota besar pada umumnya, beberapa ahli mengatakan bahwa ini adalah karakteristik penduduk yang terdapat pada “Kampung Kota”.

3. Penduduk etnis Cina sebaliknya memiliki karakteristik penduduk kota besar pada umunya, sifatnya individualistis, tingkat interaksi sosial yang rendah dan lebih banyak beraktivitas di luar rumah.

4. Berdasarkan karakteristik penduduk yang ada dapat dikatakan bahwa bentuk perancangan permukiman yang tepat adalah melalui perbaikan / peningkatan kualitas permukiman.

5. Permukiman penduduk etnis Minang dapat dikatakan tidak dapat didefenisikan memiliki kriteria ukuran ruang tertentu. Tidak ada ruang sifatnya terlalu besar ataupun terlalu kecil, tidak ada fungsi ruang yang tetap semua ruang bisa berfungsi sebagai ruang lainnya. Faktor keleluasaan harus menjadi faktor utama dalam perancangannya. Peningkatan akan difokuskan pada masalah teknis bangunan seperti pencahayaan alami, penghawaan alami dan faktor kebersihan sanitasi bangunan.

6. Permukiman penduduk etnis Cina dapat dikatakn sudah hampir memenuhi standar kelayakan bangunan yang ada pada umumnya. Faktor yang harus menjadi pertimbangan utama dalam perancangan adalah bagaimana dihasilkan hunian yang dapat membantu terjadinya interaksi sosial dengan tetangga. Pembuatan ruang tanam pada halaman dan ruang tanam pada sempadan jalan dianggap dapat membantu terjadinya interaksi sosial tersebut.

7. Terdapat 6 (enam) komponen lingkungan yang secara langsung mempengaruhi aktivitas / perilaku hidup masyarakat di Kampung Aur, (1) warung yang ada pada pintu masuk menuju Kampung Aur; (2) ruang terbuka umum yang digunakan terutama oleh orang dewasa untuk berkumpul; (3) ruang terbuka anak yang digunakan sebagi tempat bermain oleh anak-anak dan berdekatan dengan tempat pengajian; (4) ruang terbuka di Pelataran Mesjid yang terhubung langsung dengan bantaran sungai; (5) tempat jajanan malam; (6) serta karakteristik jalan berdasarkan lokasi dimana jalan tersebut berada.

8. Warung yang ada di pintu masuk Kampung Aur ini memiliki 4 (empat) fungsi utama yaitu sebagai warung pada umunya, tempat interaksi sosial laki-laki dewasa, sebagai pos penjaga keamanan dan sebagai penanda masuk ke Kampung Aur.

9. Ruang terbuka umum yang ada memiliki fungsi sebagai tempat interaksi sosial penduduk dewasa (terutama ibu-ibu) dan sebagai tempat berjualan bagi pedagang kaki lima dan juga secara tidak langsung berfungsi sebagai pengawas terhadap kegiatan yang terjadi di ruang terbuka anak.

10. Ruang terbuka anak berfungsi sebagai tempat bermain anak dan kedepannya akan dibuat langsung terhubung dengan tempat pengajian yang ada dan juga terhubung dengan pelataran mesjid. Selain itu dibuat juga penambahan komponen tempat bermain anak yang dapat mengembangkan kreativitas anak. 11. Ruang terbuka di pelatarn mesjid pada umumnya digunakan sebagai tempat

berjualan pedagang kaki lima, oleh karena itu akan dilakukan penataan terhadap letak PKL yang ada. Selain itu ruang ini juga berfungsi sebagai tempat berolahraga, sehingga akan dibuat sebuah lapangan badminton bagi warga untuk dapat melakukan aktivitas olahraganya.

12. Ruang pada bantaran sungai diperlebar dengan melakukan pembongkaran terhadap bangunan darurat yang ada, dengan begitu didapatkan ruang tambahan di bantaran sungai yang kemudian dimanfaatkan untuk membuat derah sempadan sungai yang dapat digunakan sebagai temapat untuk menyaksikan kegiatan yang terjadi di sungai (terutama pada hari besar

nasional dan hari libur) serta pembuatan tanggul untuk dapat menahan banjir yang sering terjadi.

13. Tempat jajanan malam eksisting berada di pelataran Jalan Letjend Suprapto, hal ini dapat terjadi karena sifat ruko yang hanya berfungsi sebagai tempat usaha dan beraktivitas hanya pada singa hari. Ruko yang ada di Jalan Brigjend Katamso juga memiliki karakteristik yang sama, untuk itu dilakukan perancanaan agar pada daerah ini juga dibuat tempat jajanan malam. Material yang digunakan untuk tempat jajanan malam adalah material non permanen yang mudah untuk dibongkar pasang.

14. Ada 3 (tiga) karakteristik utama jalan yang ada di Kampung Aur yaitu jalan dengan tingkat keramaian tinggi yang berada di jalan terusan Jalan Kampung Aur, jalan dengan tingkat keramaian sedang yang berada pada Jalan Kampung Aur dan Jalan Syahbandar serta jalan yang sepi yang berada pada dareah permukiman yang menunjukkan munculnya patologi sosial. Untuk jalan ramai perancangan yang dilakukan adalah mengakomodasi kemungkinan terjadinya interaksi sosial dengan membuat tempat duduk pada teras setiap hunian, untuk jalan dengan keramaian sedang yang berada pada permukiman Cina akan dilakukan perencanaan yang dapat mendorong terjadinya interaksi sosial, sedangkan untuk jalan yang sepi akan dilakukan penambahan penerangan, melakukan kegiatan menggambar dinding oleh anak-anak serta membuat jalan ini menjadi lebih sering dilalui dengan membuatnya langsung terhubung dengan ruang bermain anak.

Dokumen terkait