a. Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan :
Penerangan yang merata
Keamanan dan kenyamanan bagi pengendara
Arah dan petunjuk (guide) yang jelas.
Pada sistem penempatan parsial, lampu penerangan jalan harus memberikan adaptasi yang baik bagi pengelihatan pengendara sehingga efek kesilauan dan ketidaknyamanan pengelihatan dapat dikurangi.
b. Pemilihan jenis lampu penerangan jalan didasarkan efektifitas dan nilai ekonomi lampu, yaitu nilai efektifitas (lumen/watt) lampu yang tinggi umur rencana yang panjang.
c. Perbandingan kemerataan pencahayaan (Uniformity Ratio) dapat dilihat pada Tabel 2.16
Tabel 2.16 Perbandingan Kemerataan Cahaya
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991
d. Kualitas penerangan
Kualitas penerangan pada suatu jalan menurut klasifikasi fungsi jalan ditentukan seperti pada Tabel 2.17
Tabel 2.17 Kualitas Penerangan
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991
3. Kriteria Penempatan
a. Sistem penempatan lampu penerangan jalan yang disarankan adalah seperti terlihat pada Tabel 2.18
Tabel 2.18 Sistem Penempatan Lampu
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991
b. Gambaran umum perencanaan dan penempatan lampu penerangan jalan dapat dilihat pada Gambar 2.22
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991 Gambar 2.22 Gambaran Umum Perencanaan dan Penempatan Lampu
Dimana :
h = tinggi tiang lampu
L = lebar badan jalan, termasuk median jika ada e = jarak interval antar tiang lampu
s1+s2 = proyeksi kerucut cahaya lampu s1 = jarak tiang lampu ke tepi perkerasan
s2 = jarak dari tepi perkerasan ke titik penyinaran terjauh i = sudut inklinasi pencahayaan/penerangan
c. Besaran-besaran kriteria penempatan dapat dilihat pada Tabel 2.19
Tabel 2.19 Besaran Kriteria Penempatan
No URAIAN BESARAN-BESARAN
1. Tinggi Tiang Lampu (H)
10-15 m 13 m 20-50 m
30 m - Lampu standar
Tinggi Tiang rata-rata digunakan - Lampu Menara
Tinggi Tiang rata-rata digunakan
2. Jarak Interval Tiang Lampu (e)
3.0 h – 3.5 h 3.5 h – 4.0 h 5.0 h – 6.0 h 30 m - Jalan Arteri - Jalan Koletor - Jalan Lokal
- minimum jarak interval tiang
3. Jarak dari Tiang Lampu ke Tepi Perkerasan (s1)
Minimum 0.7 m 4. Jarak dari Tepi Perkerasan ke Titik
Penerangan Terjauh (s2)
Minimum L/2
5. Sudut Inklinasi (i) 20°-30°
Keterangan : h = Tinggi tiang lampu (meter) L = Lebar badan jalan (meter)
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991
Penataan/pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur sebagaimana terlihat pada Tabel 2.20
Tabel 2.20 Penataan Penempatan Lampu Penerangan
Keterangan : h = tinggi tiang lampu (meter), L = lebar badan jalan (meter)
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991 PENATAAN PENEMPATAN LAMPU PENERANGAN
TEMPAT PENATAAN/PENGATURAN LETAK
Jalan Satu Arah - di Kiri atau Kanan jalan
- di Kiri dan Kanan jalan berselang-seling
- di Kiri dan Kanan jalan berhadapan - di bagian tengah / Median jalan Jalan Dua Arah - di bagian tengah/Median jalan
- kombinasi antara di kiri dan kanan berhadapan dengan di bagian tengah Median jalan
- katenasi
Persimpangan - dapat dilakuka dengan
menggunakan lampu Menara dengan beberapa lampu, umumnya ditempatkan di pulau-pulau, di median jalan, diluar daerah persimpangan (dalam damija ataupun dawasja)
KETENTUAN-KETENTUAN YANG DISARANKAN - di Kiri atau Kanan jalan L < 1.2 h - di Kiri dan Kanan Jalan
berselang-seling
1.2 h < L < 1.0 h - di Kiri dan Kanan Jalan
Berhadapan 1.6 h < L < 2.4 h - di Median Jalan 3L < 0.8 h
Terdapat 2 jenis lampu penerangan jalan berdasarkan jenis sumber cahayanya, yaitu lampu merkuri dan lampu sodium seperti yang terlihat pada Gambar 2.23
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991 Gambar 2.23 Jenis Lampu Penerangan Berdasarkan Jenis Sumber Cahaya
Sedangkan lampu penerangan jalan beradasarkan bentuk tiang terbagi menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Tiang lampu dengan lengan tunggal seperti terlihat pada Gambar 2.24. tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau kanan jalan.
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991 Gambar 2.24 Lampu Lengan Tunggal
2. Tiang lampu dengan lengan ganda seperti yang terlihat pada Gambar 2.25. Tiang lampu ini khusus diletakkan di bagian tengah/median jalan, dengan catatan jika kondisi jalan yang akan diterangi masih mampu dilayani oleh satu tiang.
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991 Gambar 2.25 Lampu Lengan Ganda
3. Tiang lampu tegak (tanpa lengan) seperti yang terllihat pada Gambar 2.26. tiang lampu ini diperlukan untuk menopang lampu menara, yang pada umumnya ditempatkan di persimpangan-persimpangan jalan
ataupun tempat-tempat yang luas seperti interchange, tempat parkir, dll.
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991 Gambar 2.26 Lampu Tanpa Lengan
4. Lampu tanpa tiang seperti yang terlihat pada Gambar 2.27. Lampu ini adalah lampu yang diletakkan pada dinding ataupun langit-langit suatu konstruksi seperti dibawah konstruksi jembatan, di bawah konstruksi jalan layang atau di dinding maupun langit-langit terowongan, dll.
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991 Gambar 2.27 Lampu Tanpa Tiang
5. Pondasi lampu penerangan standar dapat dilihat pada Gambar 2.28
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991 Gambar 2.28 Pondasi Lampu Penerangan Standar
Gambaran umum penempatan lampu penerangan jalan berdasarkan pemilihan letaknya dapat dilihat pada Gambar 2.29
Sumber : Spesifikasi Penerangan Jalan Perkotaan, No.12/S/BNKT/1991 Gambar 2.29 Tipikal Penempatan Lampu
2.2.14 Trotoar
Fasilitas pejalan kaki adalah semua bangunan yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
Dimensi trotoar mengacu pada ketentuan dari ruang bebas trotoar adalah sebagai berikut :
a. Tinggi ruang bebas trotoar tidak kurang dari 2.5 m.
b. Kedalaman bebas trotoar tidak kurang dari 1 m dari permukaan trotoar. c. Kebebasan samping trotoar tidak kurang dari 0.3 m.
d. Perencanaan pemasangan utilitas selain harus memenuhi ruang bebas trotoar, harus juga memenuhi ketentuan dalam buku petunjuk pelaksanaan pemasangan utulitas. Ruang bebas trotoar dapat dilihat pada Gambar 2.30
Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar, No. 007/T/BNKT/1990 Gambar 2.30 Ruang Bebas Trotoar
Lebar minimum trotoar menurut penggunaan lahan dan sekitarnya menurut BNKT No.007 Tahun 1990 dapat dilihat pada Tabel 2.21
Tabel 2.21 Lebar Minimum Trotoar
Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar, No. 007/T/BNKT/1990
Konstruksi trotoar dapat dilihat pada Gambar 2.31
Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar, No. 007/T/BNKT/1990 Gambar 2.31 Konstruksi Trotoar
2.2.15 Kerb
Kerb adalah bangunan pelengkap jalan yang dipasang sebagai pembatas jalur lalu-lintas dengan bagian jalan lainnya dan berfungsi juga sebagai penghalang/mencegah kendaraan keluar dari jalur lalu-lintas, pengaman terhadap pejalan kaki, mempertegas tepi perkerasan jalan, dan estetika.
Pembuatan kerb bisa secara cor di tempat ataupun pabrikasi dalam bentuk-bentuk standar, namun demikian masih dimungkinkan bentuk-bentuk-bentuk-bentuk di luar standar untuk kerb yang ditempatkan kerb standar, seperti di ujung lengkungan (nouse) atau bentuk lingkaran dengan R kecil. Jenis atau Bentuk kerb pada umumnya adalah seperti pada Gambar 2.32
Sumber : Standar Spesifikasi Kerb, No. 011/S/BNKT/1990 Gambar 2.32 Jenis/Bentuk Kerb
Ukuran yang ditentukan berdasarkan jenis dan bentuk kerb dapat dilihat pada Gambar 2.33 dan Tabel 2.22
Sumber : Standar Spesifikasi Kerb, No. 011/S/BNKT/1990 Gambar 2.33 Dimensi Kerb
Tabel 2.22 Dimensi Kerb
Sumber : Standar Spesifikasi Kerb, No. 011/S/BNKT/1990
Kerb dengan bukaan dipasang pada setiap jarak 6 m. Kerb dengan bukaan dapat dilihat pada Gambar 2.34
Sumber : Standar Spesifikasi Kerb, No. 011/S/BNKT/1990 Gambar 2.34 Kerb Dengan Bukaan