• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Kriteria Seleksi Produksi Terna Kering 1 Analisis Korelasi dan Analisis Lintas

Dari Tabel 7 terlihat bahwa panjang tangkai daun (X1) mempunyai korelasi positif sangat nyata dengan produksi terna kering (r1y=0.47). Hal ini berarti panjang tangkai daun dapat digunakan sebagai penduga produksi terna kering. Korelasi positif sangat nyata juga ditunjukkan antara diameter tangkai daun (X2), panjang daun (X4), lebar daun (X5), luas daun (X6), tebal daun (X7), jumlah tulang daun (X8), dan panjang ruas pada sulur terpanjang (X10) terhadap produksi terna kering, masing-masing dengan nilai r2y=0.70, r4y=0.60, r5y=0.49, r6y=0.89, r7y=0.82, r8y=0.79, dan r10y=0.55 . Hal ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan nilai pada karakter tersebut maka produksi terna kering akan meningkat. Produksi terna kering yang tinggi disebabkan karena panjang tangkai daun yang panjang, yang didukung oleh semakin besarnya diameter tangkai daun dan bertambahnya panjang, lebar, luas, dan tebal daun, serta jumlah tulang daun dan panjang ruas pada sulur terpanjang. Korelasi yang tinggi antara berbagai karakter tersebut dengan produksi terna kering menjadi informasi yang penting bagi pemuliaan tanaman karena seleksi terhadap genotipe dengan produksi terna kering yang tinggi dapat dilakukan secara tidak langsung atau simultan melalui karakter tersebut. Soemartono (1988) menjelaskan bahwa perbaikan hasil dapat dilakukan dengan menyeleksi karakter yang berkorelasi tinggi dengan hasil.

Dengan panjang tangkai daun yang semakin panjang maka diameter tangkainya akan semakin besar. Selain itu, daunnya akan semakin panjang, lebar, luas, dan tebal, demikian pula halnya dengan jumlah tulang daunnya akan semakin banyak dan panjang ruas pada sulur terpanjangnya akan bertambah sehingga produksi terna keringnya akan semakin tinggi. Fakta ini didukung oleh hasil analisis korelasi sederhana

Tabel 7 Nilai koefisien korelasi antara komponen pertumbuhan dan produksi terna kering pada tanaman pegagan

Karakter X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 rxy

Panjang tangkai daun 1 0.58** -0.004ns 0.60** 0.65** 0.59** 0.48** 0.36* 0.24ns 0.53** 0.47**

Diameter tangkai daun 1 -0.37* 0.83** 0.73** 0.83** 0.82** 0.81** -0.36* 0.69** 0.70**

Jumlah daun induk 1 -0.28ns -0.06ns -0.46** -0.44** -0.63** 0.51** -0.27ns -0.51**

Panjang daun 1 0.87** 0.76** 0.66** 0.68** -0.17** 0.65** 0.60**

Lebar daun 1 0.74** 0.56** 0.46** -0.09ns 0.66** 0.49**

Luas daun 1 0.82** 0.86** -0.33ns 0.64** 0.89**

Tebal daun 1 0.82** -0.36* 0.59** 0.82**

Jumlah tulang daun 1 -0.57** 0.55** 0.79**

Jumlah sulur 1 -0.14ns -0.29ns

Panjang ruas pada sulur terpanjang 1 0.55**

Keterangan: X1: panjang tangkai daun, X2: diameter tangkai daun, X3: jumlah daun induk, X4: panjang daun, X5: lebar daun, X6: luas daun, X7: tebal daun, X8:

jumlah tulang daun, X9: jumlah sulur, X10: panjang ruas pada sulur terpanjang, rxy: korelasi antara komponen pertumbuhan dengan produksi terna

yang menunjukkan bahwa karakter-karakter tersebut berkorelasi positif sangat nyata dengan panjang tangkai daun (Tabel 7).

Korelasi negatif nyata ditunjukkan oleh jumlah daun induk dengan produksi terna kering (r3y=-0.51), artinya bahwa terdapat hubungan yang saling berlawanan antara karakter tersebut dengan produksi terna kering. Ini berarti bahwa tanaman dengan jumlah daun induk sedikit akan lebih tinggi produksi terna keringnya dibandingkan dengan tanaman yang jumlah daun induknya banyak. Dengan semakin banyaknya jumlah daun induk maka panjang tangkai daunnya lebih pendek, diameter tangkai daunnya semakin kecil, panjang dan lebar daunnya lebih pendek dan sempit, luas daunnya semakin sempit, dan tebal daunnya semakin tipis. Selain itu, jumlah tulang daunnya sedikit dan panjang ruasnya semakin pendek sehingga produksi terna keringnya akan rendah (Tabel 7).

Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat untuk fotosintesis karena pada daun terdapat pigmen khlorofil yang berperan dalam menyerap cahaya matahari. Cahaya matahari berpengaruh besar dalam berbagai proses fisiologi seperti fotosintesis untuk membentuk karbohidrat (Salisbury & Ross 1992). Lestari (2009) melaporkan bahwa daun merupakan bagian tanaman yang paling banyak mengandung asiatikosida, kadar asiatikosida di daun berkisar antara 2.53- 6.91%. Sebagai bagian tanaman pegagan yang paling banyak mengandung asiatikosida, luas daun memiliki pengaruh langsung yang kuat dibandingkan dengan karakter lainnya yang menentukan produksi terna kering. Hal ini terlihat dari nilai pengaruh langsungnya yang hampir sama besar dengan nilai korelasinya (P2=0.81, r6y=0.89), sehingga nilai koefisien korelasinya tersebut seutuhnya mengukur derajat keeratan hubungan antara luas daun dan produksi terna kering, artinya seleksi berdasarkan karakter luas daun akan efektif (Tabel 8). Totowarsa (1982) mengkategorikan hasil seperti tersebut di atas kedalam kategori I, yaitu nilai korelasinya hampir sama besar dengan nilai pengaruh langsungnya. Hal ini dapat dikatakan bahwa sumbangan luas daun tersebut cukup besar

Tabel 8 Pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sepuluh komponen pertumbuhan terhadap produksi terna kering

Peubah bebas Pengaruh Pengaruh tidak langsung melalui peubah Pengaruh

Karakter yang langsung total

dibakukan (Pi) (rxy)

Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10

1. Panjang tangkai daun Z1 -0.03 - -0.08 0.00 -0.01 -0.09 0.48 0.18 -0.01 0.02 0.01 0.47

2. Diameter tangkai daun Z2 -0.14 -0.02 - 0.03 -0.01 -0.01 -0.09 0.67 0.31 -0.02 -0.03 0.70

3. Jumlah daun induk Z3 -0.09 0.00 0.05 - 0.01 0.01 -0.37 -0.17 0.02 0.04 -0.01 -0.51

4. Panjang daun Z4 -0.02 -0.01 -0.12 0.02 - -0.11 0.61 0.25 -0.02 -0.01 0.01 0.60

5. Lebar daun Z5 -0.13 -0.01 -0.10 0.01 -0.02 - 0.54 0.21 -0.01 -0.01 0.01 0.49

6. Luas daun Z6 0.81 -0.01 -0.12 0.04 -0.01 -0.09 - 0.31 -0.02 -0.03 0.01 0.89

7. Tebal daun Z7 0.38 -0.01 -0.11 0.04 -0.01 -0.07 0.66 - -0.02 -0.05 0.01 0.82

8. Jumlah tulang daun Z8 -0.03 -0.01 -0.11 0.05 -0.01 -0.06 0.69 0.31 - -0.05 0.01 0.79

9. Jumlah sulur Z9 0.08 -0.00 0.05 -0.04 0.00 0.01 -0.27 -0.14 0.02 - -0.00 -0.29

10. Panjang ruas pada sulur Z10 0.02 -0.01 -0.09 0.02 -0.01 -0.08 0.51 0.22 -0.02 -0.01 - 0.55

dalam menentukan produksi terna kering. Implikasinya, luas daun dapat digunakan untuk seleksi terhadap produksi terna kering pada pegagan.

Tabel 8 memperlihatkan hubungan pengaruh langsung dan tidak langsung komponen pertumbuhan terhadap produksi terna kering. Jika koefisien korelasi bernilai positif, tapi pengaruh langsungnya negatif atau dapat diabaikan, maka pengaruh tidak langsungnya menjadi penyebab korelasi. Dengan demikian semua variabel bebas harus diperhatikan dan diperhitungkan secara serempak (Totowarsa 1982). Indikasi ini ditunjukkan oleh panjang tangkai daun, diameter tangkai daun; panjang, lebar, dan tebal daun; jumlah tulang daun, dan panjang ruas pada sulur terpanjang. Hubungan melalui pengaruh tidak langsung antara produksi terna kering dengan panjang tangkai daun; panjang, lebar, dan tebal daun; jumlah tulang daun, dan panjang ruas pada sulur terpanjang ditemukan melalui luas daun, masing-masing sebesar 0.48, 0.61, 0.54, 0.66, 0.69, dan 0.51. Hubungan antara produksi terna kering dengan diameter tangkai daun memberikan korelasi positif sangat nyata (0.70) dan pengaruh langsungnya negatif (-0.14), pengaruh tidak langsung hubungan ini adalah melalui tebal daun (0.67) karena memberikan kontribusi lebih besar dan positif dibanding pengaruh langsungnya. Kecilnya pengaruh langsung dari karakter-karakter tersebut menunjukkan bahwa ketujuh karakter tersebut tidak dapat digunakan sebagai kriteria seleksi yang efektif untuk menduga produksi terna kering. Hubungan yang keterkaitannya rendah ialah antara produksi terna kering dengan jumlah daun dan jumlah sulur karena nilai korelasi rendah (r3y=-0.51 dan r9y=-0.29) dan pengaruh langsungnya rendah (P3=-0.09 dan P9=0.08).

r

xy 0.47** 0.70** -0.51** 0.60** 0.49** 0.89** 0.82** 0.79** -0.29ns 0.39 Residu (R) 0.55**

Gambar 8 Diagram analisis lintas antara komponen pertumbuhan terhadap produksi terna kering

Berdasarkan nilai duga heritabilitas pada Tabel 9, dapat dikemukakan bahwa seleksi dengan menggunakan karakter luas daun akan lebih efektif dibandingkan dengan karakter lainnya, karena luas daun memiliki pengaruh langsung yang hampir sama besar dengan nilai korelasinya dan nilai heritabilitasnya tinggi yang akan diwariskan secara kuat pada keturunannya, sehingga akan memberikan respon yang cepat. Nilai heritabilitas menunjukkan besarnya proporsi faktor genetik dalam fenotipe suatu karakter (Falconer & Mackay 1996). Muhuria (2007) menyatakan bahwa nilai heritabilitas dapat digunakan untuk menduga gen-gen pengendali suatu karakter, nilai heritabilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa karakter tersebut merupakan karakter yang dikendalikan oleh gen-gen mayor. Untuk nilai heritabilitas yang rendah menunjukkan bahwa karakter tersebut merupakan karakter kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen.

Produksi terna kering P1:-0.03 P2:-0.14 P3:-0.09 P4:-0.02 P5:-0.13 P6:0.81 P7:0.38 P8:-0.03 P9:0.08

Diameter tangkai daun

Jumlah daun induk

Panjang daun

Lebar daun

Luas daun

Tebal daun

Jumlah tulang daun

Jumlah sulur Panjang tangkai daun

Panjang ruas pada sulur terpanjang

Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa pengaruh langsung sisaan antara komponen pertumbuhan dengan produksi terna kering adalah 0.39 (Gambar 8), artinya analisis lintas yang dibangun dengan menggunakan sepuluh karakter sebagai karakter bebas mampu menjelaskan ragam produksi terna kering sebesar 0.61 atau 61%.

3.2. Heritabilitas

Semua karakter yang diamati mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi kecuali tebal daun dan jumlah sulur memiliki heritabilitas rendah, sedangkan panjang dan diameter tangkai daun memiliki heritabilitas sedang (Tabel 9). Hal ini sesuai dengan klasifikasi heritabilitas menurut Stansfield (1991) dan Mangoendidjojo (2003): h250% = tinggi, 20%  h250% = sedang, dan h2 20% = rendah. Pada tanaman nilam, Martono (2009) juga melaporkan heritabilitas yang tinggi untuk karakter panjang dan lebar daun.

Berdasarkan nilai korelasi, koefisien lintas, dan heritabilitas maka karakter yang dapat digunakan untuk kriteria seleksi terhadap produksi terna kering adalah panjang tangkai daun, diameter tangkai daun; panjang, lebar, luas, dan tebal daun serta jumlah tulang daun dan panjang ruas pada sulur terpanjang (Tabel 7, 8, dan 9). Karakter luas daun berpengaruh langsung terhadap produksi terna kering, sedangkan panjang tangkai daun, diameter tangkai daun; panjang, lebar, dan tebal daun serta jumlah tulang daun dan panjang ruas pada sulur terpanjang berpengaruh tidak langsung terhadap produksi terna kering melalui karakter lainnya. Seleksi akan efektif jika dilakukan pada karakter panjang, lebar, dan luas daun serta jumlah tulang daun dan panjang ruas pada sulur terpanjang, karena kelima karakter tersebut mempunyai nilai heritabilitas tinggi yaitu 90.32, 93.70, 94.68, 99.00, dan 99.92% (Tabel 9). Sifat tersebut akan mudah diwariskan pada keturunannya, sehingga seleksi yang dilakukan akan memberikan harapan kemajuan genetik yang tinggi. Karakter panjang dan diameter tangkai daun memiliki nilai heritabilitas yang sedang, artinya faktor lingkungan pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan faktor genetik.

Tabel 9 Nilai heritabilitas dalam arti luas komponen pertumbuhan pada pegagan

No. Karakter Hbs Kriteria

(%)

1. Panjang tangkai daun 41.45 Sedang

2. Diameter tangkai daun 37.50 Sedang

3. Jumlah daun induk 78.56 Tinggi

4. Panjang daun 90.32 Tinggi

5. Lebar daun 93.70 Tinggi

6. Luas daun 94.68 Tinggi

7. Tebal daun 0.00 Rendah

8. Jumlah tulang daun 99.00 Tinggi

9. Jumlah sulur 7.51 Rendah

10. Panjang ruas pada sulur terpanjang 99.92 Tinggi

4. Seleksi Plasma Nutfah Pegagan Berdasarkan Seleksi Penyisihan Bebas

Dokumen terkait