• Tidak ada hasil yang ditemukan

UTAMI NURANI PUTRI. Pengaruh Aplikasi Soil-Sement terhadap Pertumbuhan Vegetatif Lima Spesies Legum Penutup Tanah (LCC). (Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA).

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pertumbuhan vegetatif lima spesies LCC pada empat taraf aplikasi soil-sement. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Lewikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Darmaga-Bogor, pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010.

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) RKLT dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah spesies tanaman kacangan penutup tanah yang terdiri dari lima taraf perlakuan, yaitu : Centrosema pubescens (L1), Calopogonium mucunoides (L2), Pueraria javanica (L3), Crotalaria juncea (L4), dan Crotalaria usaramoensis (L5). Sedangkan sebagai anak petak adalah aplikasi Soil-Sement yang terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu : Soil-Sement dengan konsentrasi 0% (S0), 33% (S1), 67% (S2), dan 100% (S3). Penelitian ini diulang sebanyak tiga ulangan, sehingga terdapat 60 satuan percobaan.

Pengamatan dilakukan terhadap peubah sifat tanah dan peubah pertumbuhan tanaman. Peubah vegetatif yang diamati meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun, kecepatan penutupan tanah, bobot kering, kadar air, serta indeks luas daun, sedangkan sifat tanah yang diamati meliputi pH tanah, kadar air, dan kadar nitrat. Data hasil penelitian diolah menggunakan analisis ragam (Anova). Apabila hasil analisis menunjukkan perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spesies Crotalaria juncea mempunyai tinggi, jumlah daun, kecepatan penutupan tanah dan bobot kering tertinggi dibanding keempat spesies LCC lainnya. Pada 7 MST, rata-rata tinggi Crotalaria juncea mencapai 124.9 cm dan jumlah daun Crotalaria juncea mencapai 47 helai. Crotalaria juncea mampu mencapai penutupan tanah 100% pada 8 MST. Rata-rata bobot kering Crotalaria juncea mencapai 11.11 ton per hektar.

sement pada empat taraf konsentrasi tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi maupun jumlah daun tanaman, pada 1 hingga 5 MST. Pemberian soil-sement pada tanah meningkatkan pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman, pada 6 hingga 7 MST.

Penanaman lima spesies LCC dan aplikasi soil-sement tidak mempengaruhi kadar air tanah dan pH tanah. Penanaman lima spesies LCC meningkatkan kadar nitrat tanah pada kedalaman 0-40 cm, dengan peningkatan sebesar 0.8-24.9 kg/ha. Perlakuan soil-sement meningkatkan kadar nitrat tanah pada kedalaman 0-30 cm, dengan peningkatan kadar nitrat sebesar 0.7-5.2 kg/ha.

Latar Belakang

Penggunaan lahan pertanian secara terus menerus, serta penggunaan pupuk kimia yang berlebihan akan memacu terjadinya degradasi lahan. Menurut Kyaine (2008), dampak negatif degradasi lahan bagi lingkungan dapat dilihat dari tiga aspek. Pertama, aspek fisik terutama pada tanah permukaan (penimbunan air dan pengapungan) serta pada profil tanah (penurunan porositas dan permeabilitas). Kedua dari aspek khemis, yang dapat dilihat dari penurunan kadar unsur hara makro dan mikro bagi tanaman. Ketiga dari aspek biologis yang dapat dilihat dari penurunan jumlah mikroorganisme di dalam tanah. Hal tersebut mendorong pengembangan metode rehabilitasi tanah. Menurut Arsyad (2000), salah satu metode yang dikembangkan untuk merehabilitasi tanah adalah dengan menggunakan metode vegetatif, yaitu menggunakan tanaman penutup tanah yang umumnya berasal dari famili Leguminosa atau biasa disebut dengan Legume Cover Crop (LCC).

Menurut Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1986), beberapa peran tanaman penutup tanah adalah menahan atau mengurangi kerusakan akibat butiran hujan dan aliran air di permukaan tanah, menambah bahan organik tanah, dan melakukan transpirasi yang mengurangi kadar air tanah saat kadar air tanah tinggi. Menurut Arsyad (2000), peningkatan kandungan bahan organik tanah akibat adanya tanaman penutup tanah dapat memperbaiki sifat tanah, seperti meningkatkan ketahanan struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air hujan yang jatuh, serta menambah unsur hara.

Hasil penelitian dari Hidayati et al. (2006), menunjukkan adanya potensi dari beberapa spesies LCC seperti Centrosema pebescens, Calopogonium mucunoides, dan Micania cordata dalam membersihkan logam kontaminan pada limbah penambangan emas. Berdasarkan penelitian tersebut, Micania cordata dan Calopogonium mucunoides mampu menyerap logam dengan konsentrasi tinggi, namun tidak dapat memproduksi biomassa dengan tinggi pada limbah penambangan emas, sedangkan Centrosema pubescens mampu menghasilkan biomassa yang tinggi walaupun penyerapan logamnya tidak terlalu tinggi.

Permasalahan penanaman LCC adalah persentase perkecambahan benih yang rendah, sehingga dibutuhkan metode untuk meningkatkan persentase perkecambahan LCC tersebut. Salah satu alternatifnya adalah mengaplikasikan soil-sement saat penanaman benih LCC. Soil-sement yang diaplikasikan di permukaan tanah dapat membantu mengurangi tingkat evaporasi tanah, sehingga kelembaban tanah dapat terjaga. Selain itu, menurut Midwest Industrial Supply (2002), soil-sement juga dapat membantu memperbaiki stabilitas tanah, serta efektif untuk mengontrol efek erosi dan melindungi ekosistem lingkungan.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mempelajari pertumbuhan vegetatif lima spesies LCC

2. Mempelajari pengaruh aplikasi soil-sement terhadap pertumbuhan vegetatif lima spesies LCC.

3. Mempelajari pengaruh penanaman lima spesies LCC dan aplikasi soil-sement terhadap sifat kimia tanah.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Aplikasi soil sement dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif lima spesies LCC.

2. Penanaman lima spesies LCC dan aplikasi soil-sement dapat memperbaiki sifat kimia tanah.

Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi. Selain itu, tanaman penutup tanah juga digunakan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah baik pada sistem pergiliran tanaman maupun dalam sistem rehabilitasi lahan kritis. Menurut Kartasapoetra (1989), terdapat beberapa syarat penggunaan tumbuhan sebagai tanaman penutup tanah dan dipergunakan dalam sistem pergiliran tanaman, yaitu:

 tidak menjadi kompetitor bagi tanaman utama dalam pemanfaatan sumberdaya alam;

 pertumbuhan cepat, rapat dan rimbun;  mampu bersaing dengan gulma;

 tidak menjadi inang bagi hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman utama.

Menurut Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1986), beberapa peran tanaman penutup tanah adalah menahan atau mengurangi kerusakan akibat butiran hujan dan aliran air di permukaan tanah; menambah bahan organik tanah; dan melakukan transpirasi yang mengurangi kadar air tanah saat kadar air tanah tinggi. Menurut Arsyad (2000), peningkatan kandungan bahan organik tanah akibat adanya tanaman penutup tanah dapat memperbaiki sifat tanah, seperti meningkatkan ketahanan struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air hujan yang jatuh, serta menambah unsur hara.

Osche et al. dalam Arsyad (2000) mengelompokkan tanaman penutup tanah menjadi lima bagian berdasarkan bentuknya, yaitu :

 Tanaman penutup tanah rendah (rumput, tanaman menjalar dan tanaman merambat),

 Tanaman penutup tanah sedang (berupa semak),  Tanaman penutup tanah tinggi (pohon-pohonan),  Tumbuhan rendah alami, dan

Menurut Arsyad (2000), tanaman dari genus leguminosa lebih sesuai dijadikan sebagai tanaman penutup tanah karena dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. untuk menambat nitrogen dalam tanah. Menurut Nugroho (2008), Secara umum legum mempunyai ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai bintil akar yang dapat berfungsi sebagai penyubur tanah. b. Daunnya berbentuk kecil-kecil dan bersirip tunggal.

c. Buahnya termasuk buah polong. d. Bunganya berbentuk kupu-kupu.

e. Pada legum spesies pohon biasanya berakar tunggang, sedangkan legum yang bukan spesies pohon berakar serabut.

f. Mampu mengikat nitrogen bebas dari udara.

g. Legum tropik biasanya bersifat perennial (hidup lebih dari satu tahun). h. Sifat tumbuhnya merayap dan membelit batang-batang dapat

mengeluarkan akar dari tiap ruas batangnya. Ada juga spesies legum yang tumbuh tegak.

Beberapa spesies legum yang biasa digunakan sebagai penutup tanah diantaranya adalah Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, Crotalaria juncea, dan Crotalaria usaramoensis.

Centrosema pubescens (Benth.)

Centrosema pubescens merupakan tanaman perdu yang berasal dari Amerika selatan. Tanaman ini mempunyai tulang daun yang menyirip, helai daun berjumlah 3 buah, memiliki bunga yang berwarna ungu. Polong Centrosema pubescens berwaran hijau dengan panjang 9-17 cm. Setiap polong umumnya menghasilkan 12-20 biji yang berwarna coklat (Gambar 1.)

Centrosema pubescens tahan terhadap naungan dan sangat cocok dijadikan sebagai tanaman sela di perkebunan, serta dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan iklim tropis maupun subtropis. Tanaman ini juga dapat tumbuh subur pada tanah yang miskin hara serta resisten terhadap kekeringan, namun pertumbuhannya terhambat pada keadaan tergenang (Skerman, 1977).

Centrosema pubescens hidup pada daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 250 m dpl dengan curah hujan tahunan lebih dari 1.270 mm dan dapat

tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai struktur ringan sampai sedang. Keunggulan tanaman ini adalah dapat di tanam pada tanah yang kurus dan masam tanpa menggunakan pupuk buatan, dapat menghasilkan daun yang banyak dan batangnya tidak membentuk kayu walaupun umur tanaman sudah mencapai 18 bulan (Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, 1986).

Gambar 1. Centrocema pubescens Benth. : (a) Daun, (b)Bunga, (c) Polong, (d) Benih

Berdasarkan hasil penelitian dari Sutedi et al. (2005), Centrosema pubescens dapat tumbuh dengan baik pada musim kemarau maupun musim hujan dibandingkan dengan spesies Centrosema lainnya. Hal tersebut ditunjukkan berdasarkan penampakan warna daun, pembungaan, dan pembentukan biji.

Calopogonium mucunoides (Desv.)

Calopogonium mucunoides merupakan tanaman yang merambat, menjalar dengan batang ditutupi bulu-bulu halus, tumbuh dengan cara membelit atau memanjat. Calopogonium mucunoides dapat tumbuh sepanjang tahun, namun tidak tahan terhadap kemarau panjang dan genangan air. Curah hujan tahunan 1125 mm atau lebih merupakan curah hujan yang baik untuk pertumbuhan Calopogonium mucunoides (Skerman, 1977).

Calopogonium mucunoides mempunyai daun yang membulat dengan helai daun berjumlah tiga helai dan mempunyai bunga yang berwarna ungu. Polong Calopogonium mucunoides berwarna kuning kecoklatan dengan bentuk pipih dan pendek berukuran sekitar 3-4 cm. Setiap polong berisi 4-8 biji berwarna coklat muda atau coklat tua (Gambar 2).

Calopogonium mucunoides dapat membentuk hamparan dengan ketinggian sekitar 45 cm (Rukmana, 2005). Dalam satu tahun, daun yang jatuh

dari tanaman ini dapat mencapai 7 ton/ha, sedangkan total produksi hijauannya dapat mencapai 10 ton/ha, bahkan dapat meningkat hingga 15 ton/ha pada puncak produksi (Fanindi dan Prawiradiputra, 2003).

Gambar 2. Calopogonium mucunoides Desv. : (a) Daun, (b) Bunga, (c) Polong, (d) Benih

Hasil penelitian dari Hidayati et al. (2006), menunjukkan adanya potensi dari Calopogonium mucunoides, dalam membersihkan logam kontaminan pada limbah penambangan emas. Berdasarkan penelitian tersebut, Calopogonium mucunoides mampu menyerap logam dengan konsentrasi tinggi, namun tidak dapat memproduksi biomassa dengan tinggi pada limbah penambangan emas.

Menurut Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1986), keunggulan Calopogonium mucunoides diantaranya adalah:

 Menghasilkan bahan organik yang tinggi karena produksi daunnya yang tinggi (dalam waktu enam bulan mampu membentuk hamparan setebal ±60 cm).

 Membentuk akar-akar yang keluar dari setiap buku batang, sehingga baik untuk penutup tanah dan pencegah erosi.

 Dapat mencegah pertumbuhan alang-alang dan semak-semak liar.

Pueraria javanica (Benth.)

Pueraria javanica merupakan tanaman penutup tanah dengan batang melilit atau merambat. Tanaman ini menpunyai panjang sulur sekitar 1-3 m, membentuk akar yang dalam pada tiap bukunya bila tumbuh menjalar, dapat tumbuh pada tanah yang miskin hara dan tahan terhadap naungan yang ringan maupun penyinaran penuh (Skerman, 1977).

Menurut Rukmana (2005), setiap buku dari Pueraria javanica dapat memiliki banyak cabang dan dapat membentuk hamparan dengan ketinggian mencapai 60-75 cm. Pueraria javanica mempunyai daun majemuk dengan tiga helai anak daun per tangkai. Daun muda dari tanaman ini ditutupi bulu berwarna cokelat. Tanaman ini memiliki bunga seperti kupu-kupu berwarna ungu kebiru-biruan. Polong tanaman ini pipih sedikit melengkung dengan panjang kurang dari 10 cm. Produksi hijauan bahan kering dari Pueraria javanica berkisar antara 5-10 ton per hektar. Bagian-bagian tanaman Pueraria javanica dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pueraria javanica Benth.: (a) Daun, (b) Bunga, (c) Polong, (d) Benih

Crotalaria juncea L.

Crotalaria juncea merupakan tanaman perdu dengan tinggi 1-2 meter. Tanaman ini memiliki cabang, namun tidak banyak menghasilkan daun, batangnya tidak keras dan mempunyai sifat yang cepat melapuk. Crotalaria juncea tahan terhadap pemangkasan dan dapat tumbuh pada tanah kritis terutama pada daerah dataran rendah (Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, 1992).

Pada Gambar 4 dapat dilihat bentuk tanaman, bunga, polong, serta biji Crotalaria juncea. Bunga tanaman ini berwarna kuning dan muncul berkelompok pada ujung batang. Crotalaria juncea memiliki polong yang bulat berwarna hijau ketika masih muda dan berubah menjadi coklat ketika sudah masak. Setiap polong terdiri dari 10-12 biji yang pipih dan membentuk huruf C berwarna coklat kehitaman.

Gambar 4. Crotalaria juncea L. : (a) Tanaman, (b) Bunga, (c) Polong, (d) Benih

Selain digunakan sebagai tanaman penutup tanah, Crotalaria juncea juga berpotensi sebagai pupuk hijau. Hasil penelitian Sugiyanta (2007), menunjukkan bahwa pada bulan ketiga Crotalaria juncea yang dijadikan sebagai pupuk hijau pada pertanaman padi telah melapuk 63.5% dan melepas 84% N, 87 % P, dan 83% K.

Menurut Cook dan White (1996), saat ini Crotalaria juncea banyak digunakan sebagai bahan pembuatan kertas dan media tanam untuk penanaman di dalam pot. Selain itu, Crotalaria juncea juga digunakan sebagai pupuk hijau untuk memperbaiki sifat tanah dan mengurangi serangan nematoda pada akar.

Crotalaria usaramoensis (Baker F.)

Crotalaria usaramoensis umumnya mempunyai tinggi 1-1,5 meter. Tanaman ini mempunyai banyak cabang, daunnya merupakan daun trifoliet, bunganya berwarna kuning dan muncul berkelompok pada ujung batang, seperti bunga pada Crotalaria juncea. Polong Crotalaria usaramoensis memiliki ukuran 3-4 cm dengan bentuk yang membulat pada ujung polong (Gambar 5).

Gambar 5. Crotalaria usaramoensis Baker F. (a) Tanaman, (b) Bunga, (c) Polong

Menurut Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1992), Crotalaria usaramoensis dapat tumbuh pada dataran tinggi yang tandus atau kritis, dimana tanaman pupuk hijau lainnya tidak dapat tumbuh. Tanaman ini juga tahan terhadap kekeringan dan tahan terhadap hujan yang berkepanjangan. Pada musim kemarau, batang Crotalaria usaramoensis mengering, tetapi kuncup baru segera muncul pada permulaan musim hujan berikutnya.

Soil-Sement

Soil-Sement merupakan emulsi polimer berwarna putih pekat dan kental. Menurut PM10 (2007), Soil-Sement biasa digunakan dalam pengendalian erosi dan stabilisasi tanah. Soil-Sement dapat membentuk ikatan yang sangat baik dengan permukaan tanah dan mempunyai fleksibilitas yang baik. Hal tersebut disebabkan oleh fomulasi yang terdapat dalam Soil-Sement merupakan formulasi polimer molekul yang tersusun dari molekul-molekul yang menempel pada rantai yang relatif lurus dan saling berikatan di antara rantai lain, sehingga panjangnya dapat mencapai 1.000.000 molekul. Umumnya struktur molekul minyak, kalsium, resin dan aspal hanya berkisar antar 100 sampai 10.000 molekul. Hal tersebut mengakibatkan soil-sement dapat memiliki sifat yang kuat sepeti baja namun lentur seperti karet.

Gambar 6. Soil Sement

Beberapa keunggulan Soil-Sement diantaranya adalah :

 Tidak mengandung bahan organik terdeteksi polisiklik (POM) yang meliputi hidrokarbon aromatik polynuclear (PAH).

 Aman bagi lingkungan, tidak beracun, tidak korosif, tidak mudah terbakar dan tidak mencemari air tanah.

 Memiliki efek kumulatif dan menciptakan kestabilan permukaan.

 Meningkatkan kekuatan dukung beban semua spesies tanah dan permukaan.  Mencegah perembesan air dari permukaan.

Menurut Midwest Industrial Supply (2006), beberapa karakter fisik dan kimia dari Soil-Sement adalah sebagai berikut :

 Formula: Aqueous Acrylic Vinyl Acetate Polymer Emulsion  Titik lebur pada tekanan 760 mm Hg : 212 ° F

 Tekanan uap pada suhu 20 ° C : 17 mmHg

 Gravitasi Spesifik atau Kerapatan Bulk: 1,01-1,15  Tampilan : Larutan berwana putih susu

 Aroma : Karakteristik Acrylic  pH: 4.0-9.5

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lewikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang terletak pada ketinggian 190 m di atas permukaan laut (dpl) dengan tipe tanah latosol. Areal penelitian memiliki curah hujan rata-rata 1500-3000 mm per tahun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Desember 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih tanaman penutup tanah yaitu Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, Crotalaria juncea, dan Crotalaria usaramoensis. Bahan lainnya yang digunakan pada percobaan ini adalah soil-sement, air bebas ion, larutan buffer pH 7.0, KCl 1M, KCl 2M, H2SO4, dan HCl 1M.

Alat yang digunakan adalah sprayer, neraca analitik, oven, spektrofotometer, pH meter, termometer, pinggan alumunium, penjepit, eksikator, bor tanah, botol kocok, gelas ukur, pipet mikro, mesin pengocok, labu semprot, dan gelas plastik.

Metode Percobaan

Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak-Split Plot dengan dua faktor dan tiga ulangan.

Petak utama adalah spesies tanaman kacangan penutup tanah yang terdiri dari lima taraf perlakuan, yaitu :

Centrosema pubescens (L1) Calopogonium mucunoides (L2) Pueraria javanica (L3)

Crotalaria juncea (L4)

Sedangkan sebagai anak petak adalah aplikasi Soil-Sement yang terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu :

Soil-Sement dengan konsentrasi 0% (S0) Soil-Sement dengan konsentrasi 33% (S1) Soil-Sement dengan konsentrasi 67% (S2) Soil-Sement dengan konsentrasi 100% (S3)

Penelitian ini diulang sebanyak tiga ulangan, sehingga terdapat 60 satuan percobaan. Rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-k, spesies LCC ke-i dan perlakuan soil sement ke-j

µ : Rataan umum

Li : Pengaruh spesies LCC pada taraf ke-i, i = 1,2,3,4,5

Sj : Pengaruh perlakuan soil-sement pada taraf ke j, j = 1,2,3,4 Uk : Pengaruh ulangan ke-k, k = 1,2,3

(LU)ik : Pengaruh interaksi spesies LCC dan ulangan (galat a) (LS)ij : Pengaruh interaksi spesies LCC dan perlakuan soil-sement εijk : Galat percobaan (galat b)

Data hasil pengamatan akan dianalisis menggunakan uji-F. Apabila hasil analisis menunjukkan perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1993).

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan meliputi karakterisasi fisik dan kimia Soil-Sement,yang terdiri dari: titik didih, pH, dan laju penguapan air. Pengukuran titik didih dilakukan dengan memanaskan larutan soil sement dan diukur suhunya saat larutan mendidih. Untuk pengukuran pH Soil-Sement, dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pengamatan laju penguapan air dilakukan dengan cara menghitung laju kehilangan bobot pada sampel tanah di dalam

cawan. Sampel tersebut diberi perlakuan berbeda-beda, yaitu diberi perlakuan soil-sement dengan konsentrasi 0%, 33%, 67%, dan 100%, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan. Selanjutnya setiap sampel diamati laju pengurangan bobotnya setiap hari. Pengurangan bobot menunjukkan jumlah air yang menguap dari tanah. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap.

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan dua minggu sebelum dilakukan penanaman. Pengolahan lahan meliputi pembajakan dan pembalikan tanah. Selanjutnya lahan dibagi menjadi 60 petakan dengan ukuran 2.5 m x 2.5 m. Setelah itu, tanah diberi kapur pertanian dengan dosis 500 kg per hektar.

Penanaman

Penanaman benih LCC dilakukan dengan cara menyebar benih dalam larikan berjarak 50 cm dengan kedalaman 5 cm. Kebutuhan benih untuk masing-masing LCC adalah 12 kg per hektar.

Setelah benih ditanam, larikan ditutup dengan tanah. Lalu tanah diberikan pupuk urea dengan dosis 50 kg per hektar, pupuk KCl dengan dosis 100 kg per hektar, dan pupuk SP18 dengan dosis 200 kg per hektar. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar di antara dua larikan benih. Setelah itu, tanah disiram hingga menjadi lembab dan diberi pelakuan soil-sement dengan volume semprot 833 liter per hektar dengan konsentrasi berbeda-beda setiap petaknya sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan morfologi tanaman serta pengamatan sifat tanah. Pengamatan terhadap morfologi tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, kecepatan penutupan tanah, bobot kering tanaman, kadar air tanaman, dan indeks luas daun. Sedangkan untuk sifat tanah, pengamatan meliputi pH tanah, kadar air tanah, dan kadar nitrat tanah.

Variabel Pengamatan

1. Morfologi Tanaman

Tinggi Tanaman

Pengukuran terhadap tinggi tanaman dilakukan pada 2 MST hingga 7 MST dengan cara mengukur panjang dari pangkal batang hingga ujung tajuk. Pengamatan dilakukan terhadap lima tanaman untuk setiap satuan percobaan.

Jumlah Daun per Tanaman

Jumlah daun per batang ditentukan dengan menghitung jumlah helai daun yang terdapat pada satu tanaman dengan jumlah sampel lima tanaman pada setiap satuan percobaan. Pengamatan terhadap variabel ini dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST hingga tanaman berumur 7 MST.

Kecepatan Penutupan Tanah

Kecepatan penutupan tanah diukur menggunakan kuadran berjaring dengan luas permukaan 1 m x 1 m yang didalamnya terdiri dari 100 lubang berukuran 10 cm x 10 cm. Pengukuran kecepatan penutupan tanah dilakukan pada 2 MST hingga 10 MST. Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan kuadran di atas petak percobaan, lalu diamati jumlah lubang yang terisi oleh daun tanaman. Setelah itu dihitung kecepatan penutupan tanah dengan rumus :

Bobot Kering Tanaman

Pengamatan terhadap bobot kering tanaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman sampai akar, pada petak ukuran 50 cm x 50 cm. Selanjutnya, tanaman dibersihkan dari tanah yang menempel. Setelah itu, sampel tanaman dioven pada suhu 80oC selama 48 jam., kemudian tanaman ditimbang. Pengamatan terhadap bobot kering tanaman

dilakukan pada 12 MST. Bobot kering tanaman per hektar dapat dihitung menggunakan rumus :

Kadar Air Tanaman

Pengamatan terhadap kadar air tanaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman sampai akar, pada petak ukuran 50 cm x 50 cm. Selanjutnya, tanaman dibersihkan dari tanah yang menempel, lalu ditimbang. Setelah itu, sampel tanaman dioven pada suhu 80oC selama 48 jam. Kemudian tanaman ditimbang kembali. Pengamatan terhadap kadar air tanaman dilakukan pada 12 MST. Kadar air tanaman dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Indeks Luas Daun

Indeks luas daun (ILD) merupakan perbandingan luas total daun dengan luas tanah yang ditutupi. Pengamatan terhadap ILD tanaman dilakukan pada 12 MST Pengukuran ILD dilakukan dengan cara menghitung total luas daun pada petak berukuran 30 x 30 cm. Indeks luas daun dapat dihitung menggunakan rumus :

Dokumen terkait