hukum perkembangan ekonomi umat manusia yang niscaya menuju penghapusan masyarakat berkelas
4. Kriteria teori sosiologi feminis dapat digunakan untuk menentang, meniadakan atau mengubah suatu status
quo yang merugikan atau merendahkan derajat
• Sandra Harding merumuskan metode (epistemologi) feminis sebagai alternatif. Ia merumuskan lima macam kecenderungan penelitian interdisipliner yang perlu dikembangkan oleh kaum feminis:
1. Suatu penelitian yang adil didorong oleh politik reformis liberal untuk menguji perlawanan dan diskriminasi terhadap wanita di dalam dunia ilmiah. Pendidikan serta proses sosialisasinya menanamkan minat dan bakat dalam ilmu pengetahuan.
2. Penelitian terhadap penyalahgunaan ilmu-ilmu sosial, bilogi dan teknologi diperlukan untuk menunjukkan adanya proyek-proyek sosial yang bersifat sexist, racist dan homophobic
3. Kajian dari kaum konstruktivisme sosial diperlukan untuk mengusahakan kemungkinan adanya ilmu pengetahuan murni.
4. Kajian kelompok dekonstruksionis diperlukan untuk menemukan kebenaran laporannya, terutama yang berkaitan dengan batas bahasa, struktur retoris dan lain sebagainya.
5. Kajian epistemologis diperlukan untuk mengeksplorasi fundasi-fundasi pengetahuan dalam kaitannya dengan relasi sosial, perwujudannya serta kaitannya dengan struktur kekuasaan.
• Shulamit Reinharzt mengemukakan sepuluh tema metodologi feminis ( dalam Feminst Methods In Social Research, 1992) sebagaiu berikut: 1. Feminisme adalah suatu perpektif bukan metode penelitian
2. Feminist menggunakan bermacam-macam metode penelitian
3. Penelitian femins melibatkan kritik berkelanjutan terhadap penelitian dan kegiatan ilmiah di luar Kajian feminis
4. Penelitian feminis dituntun oleh teori feminis
5. Penelitian feminis bersifat interdisipliner/multididipliner
6. Penelitian feminis bertujuan untuk menciptakan perubahan sosial
7. Penelitian feminis berupaya untuk menampilkan keberagaman manusia. 8. Penelitian feminis sering menyertakan peneliti sebagai seorang pribadi 9. Penelitin fiminis sering berupaya mengemvbangkan hubungan khusus
dengan orang-orang yang diteliti (penelitian interaktif, partisipatif)
10. Penelitian feminis sering menetukan hubungan khusus dengan pembaca ( Shulamit; : 336).
• Richardson dan Taylor menyusun lima metode feminis sebagaimana
dikamukakan oleh Judith Cook dan Mary Margaret Fonow sebagai berikut:
1. Memperkenalkan tentang adanya pengaruh gender (male biased) ketimpangan gender dalam semua kegiatan sosial manusia.
2. Menyingkapkan bagaimana hubungan gender dengan system lain yang
mempengaruhi perbedaan seperti: ras, kelas sosial, etnis, umur dan lain sebagainya. Ada pengalaman dan harapan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan antara kelas, ras kulit putih dengan kulit hitam dan berwarna.
3. Meningkatkan dan menyebarkan kesadaran (conciuosness rising) yang diyakini dapat membantu memperkecil atau menghilangkan ketidak adilan/penindasan terhadap kaum perempuan.
4. Memikirkan dan mengubah pandangan dualisme antara si peneliti dengan obyek yang diteliti dengan pandangan yang dialogis, partisipatif. Karena tuntutuan
obtektivitas ilmiah ternyata membuat hubungan yang tidak sejajar (tidak adil). Dialog dan sikap kritis diperlukan untuk memahami perspektif, pengalaman dan harapan kaum perempaun.
5. Menekankan perlunya pemberdayaan dan transformasi yang secara tidak langsung telah menimbulkan berbagai kritik.
• Dalam proses pengetahuan ini yang terjadi bukanlah dualisme subyek-obyek, rasio dan emosi. Akan tetapi proses yang menyatukan antara tangan, kepala dan hati (hand, brain, and heart).
• Dalam pandangan ini ilmu pengetahuan menjadi holistik, relasional serta
bertangungjawab terhadap berbagai proses keputusan kelompok. Ada tiga pengertian analitis menuju ke suatu teori yang holistik (terpadu) yaitu:
1. Memberi tempat bagi mereka yang tertekan, sebagai cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian yang adil,
bertangungjawab. Subyek yang dijadikan sebagai obyek penelitiasn justru harus diposisikan sebagai mitra dialog;
2. Ilmu dan penelitian diakui tidak netral, terdapat hubungan antara gaya kognitif dengan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan sosial;
3. Ciri relasional ilmu dan penelitian mengakui dan menjalani proses, dan tidak dapat meninggalkan sumbangan pengalaman prarasional sekalipun. (lihat tulisan J.B. Banawiratma, dalam, Budi Susanto, 1994, 97).
Table 1. 2 Interpretive Paradigms (Denzin & Yvonna, 1998; 27):
Paradigm/Theory Kriteria Bentuk teori Tipe Narasi Positivist/postpositiv
ist
Internal, validitas eksternal Logical-deductive, ilmiah, grounded (teori dari dasar)
Laporan ilmiah Konstruktivis Keterpercayaan,
ckredibilitas, dapat ditransfer, konfirmabilitas
Formal-substantif Interpretasi, studi kasus, ethnografik, fiksi
Feminist Lokal, pengalaman hidup, dialok, Kepedulian, akuntabilitas, ras, klas, gender,
reflesivitas, praxis, perasaan, didasarkan fakta nyata
Kritis, standpoint Essei, historis, . tulisan
eksperimentasi
Ethnic Afrosentris, pengalaman hidup, dialog, keprihatinan, akuntabilitas, ras, klass,gender
Standpoint, kritis, historis
Essei, cerita (narasi), drama
Marxist Teori emansi-
patoris, dapat difalsifikasi, dialogis, ras, klas, gender
historis-kultural, economis Historis, ekonomis, analisis sosial-budaya Cultural Studies (studi budaya)
Praksis budaya, Teks sosial, subjektif
Kritisisme Sosial Teori budaya sebagai kritik
Table 1. 2 Interpretive Paradigms (Denzin & Yvonna, 1998; 27):
Paradigm/Theory Kriteria Bentuk teori Tipe Narasi
Positivist/postpo sitivist Internal, validitas eksternal Logical-deductive, ilmiah, grounded (teori dari dasar)
Laporan ilmiah
Konstruktivis Keterpercayaan,
ckredibilitas, dapat ditransfer,
konfirmabilitas
Formal-substantif Interpretasi, studi
kasus, ethnografik, fiksi
Feminist Lokal, pengalaman
hidup, dialok, Kepedulian,
akuntabilitas, ras, klas, gender,
reflesivitas, praxis, perasaan, didasarkan fakta nyata
Kritis, standpoint Essei, historis, .
tulisan eksperimentasi Ethnic Afrosentris, pengalaman hidup, dialog, keprihatinan, akuntabilitas, ras, klass,gender Standpoint, kritis, historis
Essei, cerita, drama
Marxist Teori emansipatoris,
dapat difalsifikasi, dialogis, ras, klas, gender historis-kultural, economis Historis, ekonomis, analisis sosial-budaya
Bagaimana ilmu pengetahuan terkait dengan kepentingan, dengan kuasa dan nilai emansipatoris dapat dilihat dalam table berikut:
P. Positivis P. Interpretatif P. Feminis Asumsi dasar Fenomena/fakta sosial
dapat dion\bservasi, obyektif, bebas dari bias peneliti Fenomena sosial dikonstruksi dari pemaknaan simbolik yang dapat terlihat/terobservasi dari tingkahlaku manusia, interaksi manusia dan bahasa. Realitas beragam, kompleks, terdiri dari berbagai perspektif, subyektif.
Ada kuasa &kepentingan yang mengendalikan/mempengaruhi fenomena sosial dan tingkahlaku seseorang. Realitas bersifat terkonstruksi dan “negosiable” . Perbedaannya tergantung pada konsteks osial-budaya dan kuasa
Sumber evidensi/ fakta
Fakta yang tersingkap melalui prosedur penelitian yang terstandarisasi dan bebas konteks Pemaknaan diperoleh dari perspektif, pengalaman dan tingkahlaku dalam suatu konteks sosial-budaya
Kuasa, kontrol dan faktor-faktor kontekstual yang dapat diketahui dari pendapat personal/kelompok sebagai refleksi berbagai versi dari realitas
Metode Cara pengumpulan data yang terstruktur, terukur & terkontrol ketat
Contoh: survei, eksperimen laboratorium, observasi terstruktur dan skala rating
Semi structural. Observasi dan pertanyaan terbuka memungkinkan partisipasi untuk mengekspresikan pikiran & Tingkahlaku secata alamiah. Contoh: Wawancara mendalam, riset partisipatif, Studi kasus. Observasi pertisipatoris, dialog terarah, memungkinkan dua kelompok (dominan-marjinal) mengemukakan pendapat, pengalaman dan keinginannya
Contoh: penelitian partisipatoris, mendengar aktif dan reflektif, Mengupayaklan perubahan dan menghilangkan hambatan oersonal dan politis. Kecendrungan/Ara h Penelitian Pendekatan kuantitatif, Erklaeren, verifikasi, prediksi tingkah-laku melalui hubungan kausalitas dan asosiasi. Studi kualitatif, memahami tingkahlaku manusia dalam konteksnya
Studi feminis mencari pemahaman dari pengaruh gender terhadap sikap & tingkahlaku, termasuk perbedaan kuasa dan kontrol dalam kerangka perubahan/emansipasi sosial Tingkat Partisipasi Subyek penelitian
menjawab pertanyaan spesifik dalam bentuk respon yang terformat
Partisipasi, pertanyaan terbuka, spontan dan natural
Partisipan memiliki kebebasan dalam mengarahkan proses pengumpulan data dan dalam menentukan tindakan selanjutnya
Pengaruhnya terhadap Partisipasi
Subyek/peneliti & Obyak yang diteliti tidak saling mempengaruhi (Netral) Partisipan menyadari peran keterlibatannya dalam proses penelitian. Memperoleh pemahaman sesuai dengan persoektif & tingkahlaku sesuai topik penelitian
Pemberdayaan dan emansipasi. Hasil penelitian mengarahkan aksi untuk perubahan sosial