• Tidak ada hasil yang ditemukan

bahan-kuliah Filsafat Ilmu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "bahan-kuliah Filsafat Ilmu"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BIDANG/WILAYAH FILSAFAT

MANUSIA F. Ilmu Logika Metodologi Estetika Etika, Religi

(3)

Problem yang dibahas dalam

Filsafat Ilmu Pengetahuan:

• Problem Epistemologis tentang ilmu

• Problem metafisis (ruang-waktu,

asumsi-asumsi, kausalitas Dll.)

• Problem metodologis tentang ilmu

• Problem logis tentang Ilmu

• Problem etis tentang ilmu

(4)

Filsafat Ilmu dibedakan:

• Philosophy of Science in-general (Filsafat Ilmu umum). Membahas permasalahan/prinsip ilmu pengetahuan secara umum

• Filsafat Ilmu Pengetahuan umum, bisa dibedakan atas: • Filsafat Ilmu Pengetahuan alam dan Filsafat Ilmu sosial &

Humaniora

• Philosopies of Specific Sciences (Filsafat Ilmu Pengetahuan khusus: Filsafat matematik, fisika, teknologi, fisafat ilmu pengetahuan sosial, dll.)

(5)

Sumber Pengetahuan (Ted

Hondrich, 1995. 935):

1. Persepsi (Perception).

2. Reason (rasio): Deduction, induction,

abduction; dialectic

3. Introspection

4. Sumber lain: Intuition, telepathy,

clairfoyance, precognition.

(6)

Sumber Pengetahuan (Hosper,

1967, 123-24):

1. Sense experience (pengalaman indrawi)

2. Reason

3. Authority

4. Intition

5. Relevation (Wahyu)

6. Faith (kepercayaan)

(7)

Obyek Pengetahuan

1. Fenomena/gejala alam fisis (External

world)

2. Masa lalu (the Past)

3. Masa depan (The future)

4. Values (etis, estetis, religius)

5. Abstraksi

(8)

Struktur pengetahuan (hubungan Subyek-Obyek):

1. Obyektivisme (subyek pasif)

2. Subyektivisme (subyek aktif)

3. Relativisme

4. Fenomenalisme

5. Konstruktivisme

(9)

• F. Bacon (1561-1626) menyebut filsafat

sebagai “the great mother of the sciences”

(ibu agung dari ilmu-ilmu)

• “The queen of all sciences” (ratu dari

ilmu-ilmu

• Hrndry Sidwick (1839-1900) Scientia

Scientiarum” (ilmu dari Ilmu-ilmu)

(10)

• Pengetahuan prailmiah = commonsense = pengetahuan

eksistensial

• Filsuf Sophis (yang mempermasalahkan segala sesuatu,

mempertanyakan pengetahuan; pendiri epistemologi)

• Relativisme (Protagoras): manusia individu ukuran

segalanya

• Epistemology : episteme (pengetahuan) + logos (teori,

ilmu) = pengetahuan sistematis mengenai pengetahuan

(Theory of knowledge)

• Plato dan Aristoteles menanggapi pandangan para sofis

(ada pengetahuan yang tetap dan abadi)

(11)

• Filsafat & pengetahuan awalnya menyatu

• Filsafat disebut induk ilmu (matter

scientarum)

• Ilmu memisahkan diri dari filsafat dengan

tuntutan jastifikasi ilmiah dapat

(12)

Teori Kebenaran:

1. T. Korespondensi (the correspondence theory of truth). Aristoteles

“Veritas est adequatio intellectus et rhei”

2. T. Konsistensi atau koherensi (the Concistence theory of truth)

3. T. Pragmatis (The Pragmatic theory of truth). Tokoh pragmatisme

Amerika Charles Sander Pierce (1834-1914);m William James (1842-1920); John Dewey (1859-19 ), Kemanfaatan, kegunaan, efekltivitas yang menetukan kebenaran. James “Something is true it is works”. Ilmu dilihat sebagai problem solving. Ilmu sebagai

instrumen(talisme).

4. T. Performatif atau tindak bahasa (John Langshaw Austin

(1911-1960)

(13)

• Batas Pengetahuan

• Batas pengetahuan tergantung pada jenis

pengetahuan:

1.Pengetahuan biasa

2.Pengetahuan ilmiah

3.Pengetahuan filosofis

4.Pengetahuan teologis

(14)

Paradigma Newtonian

• Ilmu pengetahuan modern didasarkan atas paradigma Newtonian yang memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut;

• Alam semesta adalah sebuah mesin yang mengikuti hukum-hukum sebab-akibat (cause-effect);

• Ruang dan waktu adalah realitas yang obyektif yang keberadaannya terlepas dari pengamat;

• Atom adalah unit terdasar dari materi (ingat penemuan sub-atomik dan quantum makanik);

• Manusia seperti mesin, panas tubuh adalah akibat gelombang radio yang bergerak kontinyu;

• Ilmu pengetahuan pada akhirnya dapat membawa pengetahuan yang sempurna (obyektif) tentang universe ( bandingkan dengan

tentative theory dari Popper dan Kritik Thomas Kuhn dan

(15)

• Stephen Korner, Fundamental Questions

in Philosophy: One Philosopher‟s Answer,

1971,278-280 (Philosophical replection will

cease only when non-philosophical

reflection too is at its end” (pemikiran

filsafat berhenti hanya bilamana pemikiran

no-filsafat juga tiba pada akhir

(16)

Positivisme

• Positivisme bertujuan untuk menjadikan ilmu pengetahuan dengan

fundasi yang kuat dan terpercaya. Ajaran dasar positivisme antara lain:

• Dalam alam terdapat hukum-hukum yang dapat diketahui

• Penyebab adanya benda-benda dalam alam tidak dapat diketahui,

karena ilmuwan tidak dapat melihat penyebab itu (misalnya apakah alam diciptakan atau alam terjadi dengan sendirinya berada di lusar jangkauan indrawi).

• Setiap pernyataan yang secara prinsip tidak dapat dikembalikan

pada fakta tidak mempunyai arti nyata dan tidak masuk akal.

• Hanya hubungan antara fakta-fakta saja yang dapat diketahui. • Perkembangan intelektual merupakan sebab utama perubahan

(17)

• Prosedur penelitian empiris-eksperimental Comte dapat dirumuskan sebagai berikut:

– Observasi: meneliti dan mencari hubungan antara fakta-fakta, lalu meninjaunya dari hukum statika dan dinamika sosial. Dari Observasi dapat dirumuskan hipotresa yang akan dibuktikan melalui penelitisan. – Eksperimen: fenomen sosial dengan cara tertentu diintervensi cara

tertentu, sehingga dengan demikian dapat dijelaskan sebab-akibat fenomena masyarakat ( Misalnya studi tentang pathologi dan

keresahan) dan mendapat pemahaman tentang bagaimana masyarakat yang normal.

– Perbandingan (komparasi) dan metode historis, misalnya dalam biologi dikenal anatomi komparatif. Dalam sosiologi studi komparatif bisa

dilakukan antara dua masayarakat/kebudayaan (studi antropologi) atau antara dua periode dalam masyaratakt tertentu (sosiologi historis).

Metode historis dimaksudkan adalah penelusuran terhadap hukum-hukum yang menguasai petkembangan pemikiran manusia.

(18)

Susunan ilmu pengetahuan (hirarkhi) yang didasarkan atas logika ilmiah menurut Comte dapat dilukiskan sebagai berikut: (Osbern Richard, 2001: 135).

Tata Logis Tata yang benar-benar di dapat (kompleksitas) Matematika 1 6 Astronomi 2 5 Fisika 3 4 Kimia 4 3 Biologi 5 2 Sosiologi 6 1 .

(19)

• Soberg dan Nett ,mengemukakan berberapa asumsi-asumsi yang teradapat dalam metode ilmiah antara lain:

• Bahwa ada peristiwa atau fenomena yang terjadi secara berulang kembali atau peristiwa yang mengikuti alur/pola tertentu.

• Ilmu pengetahuan adalah lebih utama dari kebodohan.

• Ada keyakinan bahwa pengalaman memberikan dasar yang dapat dipercaya bagi kebenaran ilmu pengetahuan.

• Ada tatanan kausalitas dalam fenomena alam dan fenomena sosial dan manusia.

• Ada asumsi yang berkaitan dengan pengamat, antara lain: • Dorongan untuk memperolah pengetahuan sebagai alat

memperbaiki kehidupan manusia.

• Pengamat/peneliti mampu menarik hakekat yang ada pada fenomena yang diteliti.

• Masyarakat ilmiah mendukung metode empiris sebagai dasar pencarian ilmu pengetahuan (Chadwick, 1991: 14).

(20)

• Makna verfikasi adalah:

• Satu proposisi hanya berarti bila proposisi itu dapat dibuktikan

benar-salahnya. Misalnya, kalau saya katakan, bahwa , ada tuyul di dalam kelas, atau Si Ali sakit karena santet, maka pernyataan itu dinyatakan tidak ilmiah karena tuyul dan santet itu tidak dapat

diverifikasi (tidak dapat dibuktikan).

• Ada bentuk-bentuk kebenaran logis dan bentuk-bentuk kebenaran faktual. Kebenaran logis dan matematis adalah kebenaran yang sifatnya rasional, sedangkan kebenaran faktual jastifikasinya

(pembenarannya) adalah verifikasi fakta yang dapat dilakukan oleh orang yang indranya baik (normal).

• Kebenaran faktual hanya dapat dibuktikan melalui pengalaman indrawi (verifikasi). (bandingkan dengan Osborne, 2001; 149). • Dari pembahasan di atas dapat dirumuskan asumsi-asumsi yang

terkandung dalam paradigma positivisme itu melalui tabel berikut, (bandingkan dengan Smith, 1998; 76,. Lubis, ):

(21)

Asumsi Definisi Implikasi Naturalisme Positivis mengakui pandangan

bahwa fenomena alam sama (manusia secara prinsip sama dengan hewan, dan alam fisis), karenanya metode ilmu alam dapat diterapkan pada ilmu sosial-budaya (unification of

method, kesatuan metode ilmiah)

Ilmu hanya sosial-budaya bertolak dari tingkah laku, dan institusi masyarakat yang

teramati. Dalam cara yang sama manusia dapat diteliti sebagai proses kimia atau biologi. Ilmu alam menjadi model untuk penelitian sosial-budaya

Fenomenalis me

Ilmu pengetahuan hanya bersum ber dari fenomena yang dapat diamati (fisikalisme), hal yang abstrak dan metafisik berada di luar ilmu pengetahuan

Realitas dibatasi pada yang dapat dilihat diraba, disentuh, didengar dan dicium saja. Kesadaran, motivasi, tujuan hidup/kebahagiaan adalah hal yang subyektif (ada dalam pikiran) saja.

Nominalisme Konsep universal sebagai gambaran

murni sulit diterima karena hanya

didasarkan pada fakta individual. Konsep adalah suatu nama/sebutan kebahasa- an yang disepakati.

Semua konsep dan Ide yang tidak didasarkan atas pengamatan lang- sung tidak bermakna. Konsep: kesadaran, keadilan, jiwa, makna/ tujuan hidup dinyatakan tidak bermakna

(22)

Atomisme Atomisme adalah pendekatan khusus untuk mendefinisikan obyek studi. Objek dapat dipecah dalam bagian-bagian kecil. Objek merupakan jumlah total dari komponen atomiknya.

Unit terkecil yang dapat diobservasi menjadi fokus riset. Dalam penelitian sosiologi ia bertolak dari individu;

masyarakat dipandang tidak lain dari kumpulan individu-individu.

Hukum-hukum ilmiah

Tujuan ilmu pengetahuan adalah nememukan hukum (nomotetis). Bertolak dari observasi terhadap fenomena alam dicari

“empirical-regularity”. Hukum

ilmiah adalah

pernyataan umum yang dapat menjelaskan keberaturan pengalaman pada tempat dan waktu yang berbeda

Pencarian hukum ilmiah diadopsi oleh

ilmuwan sosial dengan asumsi keteraturan empiris, misalnya: merokok menyebabkan kanker paru-paru. Biasanya dirumuskan: jika p maka q.

Fakta dan Nilai

Fakta dan nilai dilihat sebagai dua hal yang berbeda/terpisah. Fakta dapat diobservasi, diukur dan diverifikasi. Nilai-nilai termasuk penilaian subyektif, tuntutan tentang apa yang seharusnya tidak boleh masuk dalam wilayah ilmu pengetahuan

Para ahi ilmu sosial-budaya yang menerima asumsi ini menyatakan bahwa proposisi ilmiah bebas dari nilai.

(23)

• Dari penelitian yang dilakukan Durkheim dapat ditarik lima aturan fundamental dalam metodenya ( lihat Giddens, Anthony, Daniel Bell, dan Michel Forse‟ Cs. (2004, 47) yaitu:

1. Mendefinisikan obyek yang dikaji secara obyektif.

Obyek dan focus penelitian adalah peristiwa (fenomena)

masyarakat yang dapat diobservasi yang berada di luar kesadaran individu. Definisi tidak boleh mengandung prasangka dan terlepas dari apapun yang kira-kira akan menjadi kesimpulan studi. Misalnya Durkheim merumuskan definisi tujuan pendidikan sebagai berikut, “Pemdidikan adalh tindakan yang dilaksanakan oleh

generasi-generasi dewasa kepada generasi-generasi yang belum dewasa dalam

kehidupan sosial. Pendidikan bertujuan untuk membangkitkan dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik, intelektual dan moral pada anak seperti yang dituntut masyarakat politik terhadap si anak

dalam keseluruhan dan lingkungan sosial yang diperuntukkannya” 2. Memilih satu atau beberapa kriteria yang obyektif.

Dalam buku pertamanya De la division du travail socia l (pembagian Kerja Sosial). Durkheim mempelajari bebagai bentuk solidaritas

sosial yang berbeda-beda dari sudut hukum. Ia juga berusaha mencari penyebab tindakan bunuh diri dengan mempergunakan angka klematian akibat bunuh diri. Kana tetapi harus diperhatian berbagai kriteria yang digunakan dalam menganalisis bunuh diri itu

(24)

3. Menjelaskan kenormalan patologi

Ada beberapa situasi yang bersifat kebetulan dan sementara yang bisa mengacaukan keteraturan peristiwa. Kita harus dapat

membedakan situasi normal yang menjadi dasar bagi kesimpulan-kesimpulan teoritis. Dapat kita bendingkan dengan pemikiran

dengan metode ideal-tipikasl dari Max Weber. Yang riil akan selalu terlihat orisinal dalam kompleksitasnya, akan tetapi bisa pula kita mencari struktur dan ciri khas yang menonjol .

4. Menjelaskan masalah sosial secara sosial.

Satu peristiwa sosial tidak hanya dapat dijelaskan melalui keinginan individual yang sadar namun juga melalui peristiwa atau tindakan sosial sebelumnya. Semua tindakan kolektifmemiliki sati

sugnifikansi dalam sebuah sistem interaksi dan sejarah. Inilah yang disebut dengan metode fungsionalis.

5. Mempergunakan metode komparatif secara sistematis demonstrasi sosiologis.

(25)

old paradigm” (paradigma lama) yang pandangannya

terlalu ekstrem dan mengandung beberapa ciri dan kelemahan antara lain:

• menyingkirkan hegemoni agama (Kristen) pada zaman Pertengahan dengan menggantinya dengan hegemoni ilmu pengetahuan (Paul Feyerabend, 1975). Reduksi realitas pada fakta yang teramati telah menyingkirkan dimensi dan perspektif lain, dan memandang

manusia hanya sebagai obyek, pandangan ini tidak dapat dibenarkan;

• positivisme telah menciptakan satu model rasionalitas ilmiah (rasionalitas instrumental menurut Habermas) dengan

menyingkirkan model rasionalitas lain. Selama tiga dasawarsa terakhir proyek-proyek besar dan kebenaran absolut dan ide

rasionalisme Pencerahan (modern) mulai berantakan diserang dari berbagai sisi oleh perkembangan fisika kuatum, postrukturalis dan dekonstruksionis (tentang postrukturalis & Dekonstruksionis akan dibahas secara khusus pada kuliah selanjutnya).

(26)

• positivisme tidak mengakui sifat kontigensi, relativitas dan historisitas pikiran (rasio) manusia. Pendukung positivisme seperti dikemukakan Hillary Putnam, seakan dapat memposisikan diri sebagaimana Tuhan melihat realitas dengan transparan apa

adanya. Pandangan ini ditolak oleh Putnam (1983; 1989), Gadamer, Heidegger. Kuhn , Rorty, dan tokoh paradigma Konstruktivis (tema ini akan dibahas

selanjutnya). Putnam dan Rorty dengan jelas mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas, sehingga tidak mampu melihat realitas dengan transparan dan holistik

• pandangan evolusionisme, pandangan tentang keseragaman serta kesatuan hukum alam (grand theory) tidak mampu menjelaskan keberagaman budaya manusia,

karena itu pandangan positivisme ini cendrung ditolak oleh pendukung

pascapositivisme dan postmodernisme. Pandangan kesatuan ilmu pengetahuan tidak mampu memperhitungkan situasi budaya lokal, etnis, budaya multikultural, psikologi pribumi (indigeneous psychology), studi budaya-budaya, dan teori-teori feminis yang banyak menjadi perhatian pada pluralisme budaya sekarang ini. Grand-theory tidak menerima cerita-cerita kecil dan suara dari kelompok yang terpinggirkan, karena itu dalam ilmu sosial-budaya pandangan ini banyak dikritik dan ditinggalkan.

• Kepercayaan bahwa ilmu pengetahuan akan membawa pada kemajuan ternyata di sisi lain juga menimbulkan hal-hal yang negatif bagi kehidupan (persaingan

senjata/perang, kesenjangan antara negara kaya dan miskin, masalah ekologi) dan lain-lain. Masalah ini menjadi salah satu kritik kaum pospositivis terhadap

pandangan positivisme ilmiah yang sangat mempercayai kemampuan ilmu

pengetahuan untuk menciptakan kemakmuran, keadilan dalam masyarakat modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata bersifat ambivalen, artinya di samping memberi harapan dan kemudahan bagi umat manusia, akan tetapi di sisi lain menimbulkan dampak negatif yang sangat memprihatinkan.

(27)
(28)

Untuk memberikan gambaran lebih lengkap tentang perbedaan antara ilmu-ilmu empiris dengan nonempiris dapat dilihat pada tabel berikut:

No Kelompo k Ilmu

Subjek-Objek Metode Tujuan 1 Ilmu

Formal (apriori)

- Obyeknya Dunia III

- Universal

- Deduktif- axiomatis - Kepastian - Universalitas 2 Ilmu Alam - Obyek anorganis - Jarak S-O - Empiris - Deduktif - Induktif - Eksplanasi kausal-mekanis - Prediksi, - Retrodiksi - Nomotetis 3 Ilmu Hayat

- Obyek organik - Empiris: - Deduktif - Induktif - Eksplanasi - Fungsional 4 Ilmu Sosial - Manusia dan Masyarakat - Empiris - Deduktif - Induktif - Intuitif - Fenomenologis - Hermeneutis - Eksplanasi - Kualitatif - Verstehen 5 Ilmu Budaya (termasuk Cultural Studies berkemba ng tahun 1980-an) - Manusia dan budaya/ Kar-yanya (Cultur-al studies: Budaya pop, budaya mas-sa, budaya tinggi, buda-ya kulit hi-tam, budaya pinggiran dll). - Empiris - Fenomenologi, - Hermeneutika, - Semiotika, - Framing, dll. - Deskripsi, - Retrodiksi - Verstehen - Kualitatif

(29)

The Basic Beliefs (metaphysics) of alternative Inquiry Paradigms Item Positivis

m

Postpositivism Critical Theory et. al. Constructivism Onto lo-gy Naive realism- Critical realism-“real” reality but only imperfectly and probabilis-tically apprehend-able

Historical realism-virtual reality shaped by social, political, cultural, economic, ethnic, and gender values Relativism-local and specific constructed realities Epist e-molo gy Dualist, objectivist ; findings true Modified dualist/objectivist, critical tradition/ community, findings probably true Transactional/sub-jectivist, value-madiated findings Transactional/ subjectivist; created findings Meto - dolo gy Experime ntal/manip ulative, verificatio n of hypothesi s; chiefly quantitati ve methods Modified experimental/ma-nipulative; critical multiplism; falsification of hypotheses, may include qualitative methods

Dialogic/ dialectical Hermeneutical/

(30)

Perbedaan doktrin pronaturalis (Paradigma positivisme) dan antinaturalis (Anti Positivisme) :

o

Problem Ilmu-ilmu Alam/ Biologi Ilmu Sosial-Humaniora

1 Generalisasi Ya: Uniformitas alam Tidak: Keunikan & heterogenitas

2 Eksperimen Ya: Terkontrol Tidak/sulit dikontrol

3 Kebaruan Statis Dinamis

4 Kompleksit

as

Tidak rumit/dapat diisolasi Kompleks/sulit diisolasi 5 Prognosa/

prediksi

Ya Sulit

6 Obyektivita s

Ya Tidak: interaksi subjek-obyek

7 Holisme Tidak (tapi atomistis) Ya (Ganzheit)

8 Interpretasi/ Intuisi

Tidak Ya

9 Nominalis-Esensialis

Nominalis: konsep umum hanya nama (wakil) fakta-fakta individual

Esensialis: memahami

1 0

(31)

• Kuhn menggunakan pengertian paradigma

dengan dua puluh satu pengertian yang

berbeda-beda. Masterman membantu untuk

menjelaskan pengertian paradigma Kuhn

dengan mereduksir kedua puluh satu konsep

Kuhn itu pada tiga tipe paradigma. Tipe

paradigma itu antara lain: 1) paradigma

metafisik (metaphysical paradigm) ,: 2)

Paradigma sosiologis (sociological paradigm)

dan; 3) Paradigma konstruk (construct

(32)

• Paradigma metafisik, memerankan beberapa fungsi:

• Untuk menentukan masalah ontologi (realitas, obyek)

yang menjadi fokus atau obyek kajian ilmiah dari

komunitas ilmuwan tertentu. Misalnya dalam paradigma

Positivisme dalam sosiologi obyek yang dikaji adalah

fakta sosial

• Menunjuk pada komunitas ilmuwan tertentu bagaimana

mereka menemukan realitas atau obyek (problem

ontologi) yang menjadi pusat perhatiannya.

• Menunjuk kepada ilmuwan yang berharap untuk

menemukan sesuatu yang sunguh-sungguh ada sesuai

dengan pandangan (1) dan (2). (Bandingkan dengan

Ritzer; 2002; 5).

(33)

• Paradigma sosilogi;Pengertian yang dikemukakan Masterman tentang paradigma sosilogi ini mirip dengan exemplar pada Kuhn. Eksemplar berkaitan dengan bekiasaan-kebiasaan, keputusan-keputusan dan aturan yang diterima serta hasil penelitian yang

diterima secara umum, Hasil penelitian yang diterima secara umum inilah yang dimaksudkan dengan eksemplar. Misalnya penelitian Durkheim, Max Weber, Atfred Schulz dalam sosiologi; Freud,

Skinner, Maslow dalam psikologi, yang hasil penelitian ini kamudian dijadikan contoh penelitian oleh pendukung paradigma tersebut. Durkeim menjadi model bagi paradigma fakta sosial, Max Weber dengan Social Action-nya menduduki eksempakr bagi sosiologi interpretatif, sehingga mereka disebut sebagai “jembatan

paradigma”. Hal Yang sama tentu dapat diberikan pada Freud (paradigma Psikoanalisa; Skinner (paradigma Behaviorisme) dan Maslow (paradigma Humanistik) sebagai “jembatan paradigma” ilmiah dalam psikologi

(34)

• Paradigma Konstruk; adalah konsep

yang paling sempit dari ketiga paradigma

yang dikemukakan Masterman. Untuk

menjelaskan paradigma konstruk ia

memberikan contoh: pembangunan

reaktor nuklir merupakan paradigma

konstruk dalam fisika nuklir, mendirikan

laboratorium menjadi paradigma konstruk

bagi psikologi eksperimental

(35)

• Pergeseran paradigma ilmiah itu mengandung beberapa unsur/pengertian:

• Munculnya cara berpikir baru mengenai masalah masalah baru • Dapat berupa prinsip yang selalu hadir, akan tetapi tidak kita

kenal/sadari (bandingkan dengan dimensi yang teka terungkap menurut Michel Polanyi)

• Paradigma baru tidak dapat diterapkan kecuali dengan

meningggalkan paradigma lama (prinsip incommonsurable)

• Paradigma baru selalu dihadapi/ditanggapi dengan kecurigaan dan permusuhan (ingat tantangan terhadap Giordano Bruno dan Gelileo Galilei sewaktu mereka mengajukan teori heliosentris yang

menggeser teori geosentris yang didukung oleh tokoh-tokoh gereja) (Smith, Linda & W. Raeper,2000, 247).

(36)

• Dalam sosiologi menurut George Ritzer setidaknya ada

tiga paradigma yang bersaing dengan beberapa varian

teori yang dipayunginya. Paradigma itu antara lain:

• paradigma fakta sosial dengan variannya: a) teori

fungsionalisme struktural; b) teori konflik; c) teori sistem;

d) teori siologi makro.

• Paradigma Definisi sosial dengan varian teori yang

dipayunginya antara lain: a) teori aksi (action thory); b)

interaksionisme simbolik (simbolic interactionism); c)

fenomenologi (Phenomenology).

• Paradigma perilaku sosial yang dikenal juga dengan

pendekatan behavioris. Varian teorinya adalah, a)

Sosilogi tingkah-laku (behavioral sociology); b) teori

exhange atau teori pertukaran Ritzer, 2002).

(37)

Skema Revolusi ilmiah Kuhn

(Smith;1998; ):

. Pra paradigma

Paradigma A normal Science

Anomalies Crisis Scientific

Revolution Paradigma B

(38)

Ian Hacking mengemukakan bahwa pemikiran Kuhn telah

menghancurkan beberapa gagasan penting dalam ilmu pengetahuan (khususnya positivisme), antara lain:

1. Realisme ilmiah: di mana ilmu pengetahuan dianggap sebagai upaya untuk menemukan/menjelaskan suatu dunia nyata, bahwa kebenaran teori adalah sesuai dengan realitas/ obyek apa adanya, dengan demikian teori adalah pencerminan realitas tanpa keterlibatan subjek di dalamnya.

2. Demarkasi, maksudnya ada garis batas yang jelas dan tegas antara teori ilmiah dengan non-ilmiah atau jenis keperca-yaan lainnya.

3. Kumulasi, yang mengandung pengertian bahwa ilmu penge-tahuan berkembang secara kumulatif dan berkembang berdasarkan apa yang sudah diketahui dan berdasarkan paradigma sebelumnya.

4. Pemilahan antara teori dengan observasi, karena tidak ada keterkaitan antara teori/paradigma dengan observasi.

5. Fundasionalisme, karena adanya pandangan bahwa observasi dan

eksperimen merupakan fundasi terpercaya bagi kebenaran hipotesa dan teori (karena dapat diverifikasi).

(39)

6. Struktur deduktif teori, yakni bahwa pengujian atas teori-teori

berlangsung dengan cara mendeduksi laporan-laporan observasi dari postulat-postulat teoretis.

7. Presisi, yakni bahwa konsep-konsep ilmiah memiliki ketepatan dan memiliki makna yang pasti.

8. Penemuan dan pembenaran, yakni bahwa antara konteks

pembenaran dan konteks penemuan adalah dua hal yang benar-benar terpisah. Dalam ilmu pengetahuan harus benar-benar-benar-benar

dipisahkan secara tegas antara dimensi sosial, histo-ris, psikologis di mana suatu penemuan dilakukan dengan basis logismetodologis yang mengukuhkan kepercayaan pada fakta-fakta yang ditemukan. 9. Kesatuan ilmu pengetahuan, yakni bahwa ilmu pengetahuan

ditegakkan di atas fundasi (bahasa, obyek, metode) yang sama. Paradigma positivisme (metode ilmu alam) menjadi model

terpercaya dan dapat diandalkan bagi semua ilmu pengetahuan (Hacking, 1981: 1-2).

(40)

Critical Theory

ajaran Marx yang ditinggalkan oleh Tokoh Mazhab Frankfurt antara lain: 1. Teori nilai pekerjaan Marx dianggap kehilangan arti, karena dalam

masyarakat industri maju ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tenaga produktif yang utama. Jika Marx menganggap ekonomi sebgaia infrastruktur yang menentuka suprastriuktur, maka pada abad xxi ini sering disebut

sebagai era ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan dianggap sebagai modal (capital) utama.

• Pertentangan modal (kapital) dengan pekerjaan juga kehilangan

relevansinya, karena penindasan manusia tidak lagi penindasan kaum

kapitalis pada pekerja (buruh), akan tetapi semuanya ditindas oleh sistem, di mana proses produksi yang ditentukan oleh teknologi sudah tidak

terkontrol lagi. Dengan demikian analisis kelas yang begitu penting dalam pemikiran Marx, kehilangan fundamennya atau tidak relevan lagi.

• Hilangnya pertentangan kelas, disebabkan meleburnya kaum proletariat ke

dalam “sistem” sehingga tidak lagi memiliki semangat revolusioner, Proletariat bukan lagi subyek bagi revolusi menyeluruh.

(41)

Critical Theory

• Generasi I Teori Kritis menghasilkan karakter Teori

sbb :

1. Teori bersifat historis, maksudnya teori didasarkan

atas situasi mesyarakat yang kongkrit, lalu

melakukan kritik terhadap kondisi masyarakat yang

tidak adil dan tidak manusiawi.

2. Teori Kritis bersifat kritis terhadap

pandangan/teorinya sendiri

3. Metode dialektik yang digunakan memunculkan

kecurigaan terhadap kondisi masyarakat aktual.

4. Teori tidak bersifat kontemplatif tapi bertujuan

praxis, di mana teori mendorong transformasi

masyarakat yang hanya mungkin bisa diterapkan

melalui praxis

(42)

Kritik Teori Kritis mencakup:

1. Kritik terhadap marxisme yang terlalu deterministik. Teori kritis mengatasi determinisme ekonomi dengan memperhatikan

aspek sosial-budaya di samping ekonomi

2. Kritik terhadap positivisme yang menyamakan kehidupan sosial-budaya dengan alam (fisikalisme), Habermas

menyatakan bahwa positivisme mengabaikan peran individu (actor, egent). Positivisme merendahkan pandangan terjhadap manusia dan hukum ilmiah tidak begitu saja berlaku bagi

manusia.

3. Kritik terhadap positivisme dalam sosiologi yang menyebabkan sosiologi berwatak konservatif dan mempertahankan

status-quo.

4. Teori Kritis menolak ilmu yang kontemplatif dengan mengaitkan teori dengan praxis –emansipatoris.

(43)

Keterkaitan antara pengetahuan dengan Kepentingan

:

No Kelompok Ilmu Tujuan Kepentingan 1 Empiris Analitis (Ilmu alam & Positivisme Ilmu Sosial Nomotetis (rasio Instrumental) Teknis & Penguasaan,Kontrol alam/manusia 2 Historis-Hermeneutis (Sejarah-ilmu Humaniora) Menangkap makna Perluasan Intersubyektivitas, saling memahami & Komunikasi 3 Kritis-Refleksif (Filsafat, Psikoanalisa, K, Ideologi) Refleksi diri dan Lingkungan kekuasaan Pencerahan, Emansipatoris

(44)

Ilmu dan kepentingan (Habermas)

o

Kelompok Ilmu Tujuan & Kepentingan

1

Empiris-analitis:

ilmu-ilmu alam & Ilmu sosial Positivis Nomotetis: mencari hukum alam Kepentingan : teknis 2 Historis-Hermenutis: Sejarah, sastra Idiografis: pengungkapan makna Kepentingan: Perluasan wawasan dan komunikasi, tindakan bersama 3 Ilmu-ilmu Tindakan: Sosiologi, politik, filsafat, teori feminisme Refleksi kritis Kepentingan: Emansipatoris

(45)

No Pandangan Positivisme Logis Rasionalisme Kritis Teori Kritis 1 1 Ilmu bebas nilai Mendukung ilmu bebas nilai

Menolak: Pandangan itu ideologis dan menyembunyikan kepentingan yang ada di dalamnya 2 2 Verifikasi sebagai dasar validitas ilmiah Ditolak: Validitas ilmiah didasarkan pada putusan ilmuwan untuk menyepakati dasarnya

Ditolak: Validitas diarah kan oleh rasionalitas-kepentingan ilmuwan/manusia 3 Persoalan basis (fakta atomik sebagai basis pernyataan ilmiah) Konsensus ilmuwan yang menentukan bahwa pernyataan (teori) sesuai dengan realitas

Pengamatan tidak bebas nilai, Kepentingan untuk menguasai alam menjadi dasar

ilmu-ilmu alam. Hasil penelitian diarahkan oleh metode penelitian (pilihan peneliti)

(46)

Teori Ilmiah Teori Kritis 1 Tujuan Nomotetis, Manipulasi dunia eksternal Mencerahkan, Emansiparoris, menemukan kepentingan sejati masyarakat 2 Struktur kognitif Mengobyektivasi, merepresentasikan obyek Refleksi, teori merupakan bgn dari obyek yg dideskripsikan

3 Konfirmasi Empiri &

Verifikasi sbg Justifikasi Scr Kognitif diterima jika mampu bertahan oleh proses evaluasi; teori benar-benar refleksif

(47)

n Scientific Theories Critical Theories 1 Tujuan Nomotetis;

manipulasi dunia eksternal

Emansipatoris & Mencerahkan; menyadarkan represi terselubung, sehingga dapat membebaskan, mampu menemukan kepentingan nyata/sejati masyarakat 2 Struktur kognitif Mengobyektivasi, teori merepresentasikan obyek, -refleksi

- Teori merupakan bagian dari obyek yang dideskripsikan

3 Konfir masi Empiri & eksperimen sebagai legitimasi (verifikasi)

Secara kognitif diterima jika ia mampu bertahan oleh proses evaluasi rumit; apakah teori benar-benar refleksif

(48)

Emancipatory Politics Life Politics 1 Pembebasan kehidupan sosial

dari tradisi dan adat-istiadat

Keputusan keputusan politik yang keluar dari kebebasan memilih dan kekuasaan generatif (kekuatan sebagai kemampuan transformatif) 2 Pengurangan atau penghapusan

eksploitasi, ketidaksamaan dan penindasan. Perhatian terhadap pendistribusian yang divisive terhadap

kekuasaan.sumberdaya.

Pembentukan bentuk-bentuk kehidupan yang dapat dibenarkan secara moral akan mendukung aktualisasi diri dalam konteks global

3 Kataatan terhadap prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan partisipasi

Pengembangan etika tentang “bagaimana kita harus hidup” dalam tatanan postradisional serta terhadap permasalahan eksistensial

(49)

Asumsi Epistemologi Praktis

(Pragmatisme):

1. Tidak ada dasar epistemilogi yang pasti bagi

ilmu pengetahuan (antifundasionalisme).

2. Pengetahuan adalah kepingan-kepingan

pengalaman.

3. Ilmu pengetahuan adalah konstruksi kognitif

& interaksi yang berkaitan dgn lingkungan.

4. Kebenaran ilmu pengetahuan ditentukan

(50)

Akibatnya revolusi kehilangan arti, revolusi ternyata

hanya akan mengembalikan keadaan semula.

Kritik ekonomi kapitalis Marx yang parsial, digantikan

oleh kritik yang lebih menyeluruh yaitu kritik terhadap

kebudayaan teknokratis.

Karena dalam upaya emansipasi tekanan fungsi

kesadaran bersifat primer, maka bidang produksi tidak

lagi memiliki kedudukan sentral, Akibatnya skema

basis- bangunan atas dianggap tidak berlaku lagi.

Atas dasar itu ajaran (dogma) inti Marxisme tentang

hukum perkembangan ekonomi umat manusia yang

niscaya menuju penghapusan masyarakat berkelas

dan ke arah kebebasan manusia, juga tertolak.

(51)

• Upaya untuk membebaskan diri dari dogmatisme ajaran Marx telah memunculkan berbagai pandangan baru yang berkembang seperti:

• bukan kebutuhan manusia yang menentukan proses produksi melainkan

kebutuhan itu sendiri diciptakan, agar hasil-hasil produksi bisa laku;

perkembangan teknologi ternyata menuruti hukum-hukumnya sendiri dan lepas dari kontrol manusia;

• kebahagiaan yang ditawarkan industri konsumsi ternyata kebahagiaan

semu, karena ternyata membuatnya semakin tergantung pada benda-benda (pemilikan) dan menghilangkan nilai pada dirinya sendiri;

• bekerja bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan

diri, akan tetapi merupakan keterpaksaan untuk memenuhi kebutuhan yang diciptakan;

• teknologi modern ternyata bukan memanusiakan manusia akan tetapi

sebaliknya semakin memperbudaknya;

• kemajuan sarana komunikasi ternyata mengisiolosi manusia dan bukan

(52)

Arthur Asa Berger mengemukakan beberapa metode hermeneutika atau interpretasi teks yang banyak digunakan dalam interpretasi teks (realitas sosial-budaya) dalam dunia akademis sekarang ini (bab V, halaman: 231-233) antara lain:

Feminist Theory Semiotics Ethical Criticism Sociological Marxist

Theory Theory Aesthetic Psychoanalytic Literary Theory Theory Theory

Jika kita melakukan penelitian tentang masalah perempuan yang kita anggap sebagai teks, maka metode hermeneutika dengan variannya: teori psikoanalisa, teori estetika, teori literatus, teori marxis, teori semiotika, teori kritis, teori-teori feminis atau bahkan dekonstruksi model Derrtida dapat saja kita gunakan.

(53)

T. Feminis

• Ada tiga faktor yang membantu terciptanya gelombang

aktivitas feminis akhir-akhir ini antara lain:

– Berkembangnya pemikiran kritis pada tahun 1960-/1970an. – Kemarahan aktivis perempuan yang terhimpun dalam gerakan

anti perang, penegakan hak-hak sipil, gerakan mahasiswa yang hanya bertujuan menentang menentang sikap seksis dan liberal di dalam gerakan tersebut.

– Pengalaman kaum perempuan dalam menghadapi prasangka dan diskriminasi yang mereka alihkan menjadi tuntutan upah dan pendidikan yang lebih tinggi (Ritzer dan Goodman, 2004: 98).

(54)

T. Feminis

• Jika diteliti secara rinci dapat dilihat ciri utama teori sosiologi feminis dalam upaya membangun sosiologi yang prefosional anatara lain:

1. Menekankan bahwa pengalaman, pekerjaan, dan kehidupan

perempuan sama pentingnya dengan, pengalaman, pekerjaan dan kehidupan kaum laki-laki.

2. Penekanan itu diiringi oleh kesadaran bahwa ,mereka berbicara

dari pendirian hendak diwujudkan bukan dengan nada keangkuhan obyektivisme, karena mereka ingin menjadikan teori sosiologi laki-laki sebagai patner bagi teori yang mereka bangun.

3. Kesadaran bahwa sosiologi bertujuan untuk mereformasi kehidupan sosial, di mana tujuan akhirnya adalah untuk

meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kehidupan. 4. Kesadaran bahwa ketimpangan sosial sebagai masalah utama

dalam upaya mencapai kemajuan, karena itu ketimpangan dan ketidak adilan itu harus diatasi .

(55)

• Dalam mengembangkan teorinya pendekatan feminis tidak menerima pendekatan positivis atau fungsionalis karena pertimbangan berikut:

1. Karena pendekatan positivis menekankan pada penemuam kebenaran universal dengan metode verifikasi.

2. Komitmennya pada obyektivitas dan netralitas peneliti.

3. Klasifikasinya yang dikotomis serta penekanannya pada prinsip kausalitas.

4. Pandangan-pandangannya yang ahistoris.

5. Tidak melihat pemakaian bahasa sebagai medium untuk

menyampaikan pemikiran-pemikiran, konsep-konsep dan teori-teori (Ollenburger & Helen A. Moore, 1996: 46).

(56)

• Janet Chavetz mengemukakan beberapa unsur yang

terdapat dalam teori sosiologi feminis sebagai berikut:

1. Masalah jenis kelamin sentral dalam semua teori

2. Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai

masalah

3. Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai

alamiah dan kekal

4. Kriteria teori sosiologi feminis dapat digunakan untuk

menentang, meniadakan atau mengubah suatu status

quo yang merugikan atau merendahkan derajat

(57)

• Sandra Harding merumuskan metode (epistemologi) feminis sebagai alternatif. Ia merumuskan lima macam kecenderungan penelitian interdisipliner yang perlu dikembangkan oleh kaum feminis:

1. Suatu penelitian yang adil didorong oleh politik reformis liberal untuk menguji perlawanan dan diskriminasi terhadap wanita di dalam dunia ilmiah. Pendidikan serta proses sosialisasinya menanamkan minat dan bakat dalam ilmu pengetahuan.

2. Penelitian terhadap penyalahgunaan ilmu-ilmu sosial, bilogi dan teknologi diperlukan untuk menunjukkan adanya proyek-proyek sosial yang bersifat sexist, racist dan homophobic

3. Kajian dari kaum konstruktivisme sosial diperlukan untuk mengusahakan kemungkinan adanya ilmu pengetahuan murni.

4. Kajian kelompok dekonstruksionis diperlukan untuk menemukan kebenaran laporannya, terutama yang berkaitan dengan batas bahasa, struktur retoris dan lain sebagainya.

5. Kajian epistemologis diperlukan untuk mengeksplorasi fundasi-fundasi pengetahuan dalam kaitannya dengan relasi sosial, perwujudannya serta kaitannya dengan struktur kekuasaan.

(58)

• Shulamit Reinharzt mengemukakan sepuluh tema metodologi feminis ( dalam Feminst Methods In Social Research, 1992) sebagaiu berikut: 1. Feminisme adalah suatu perpektif bukan metode penelitian

2. Feminist menggunakan bermacam-macam metode penelitian

3. Penelitian femins melibatkan kritik berkelanjutan terhadap penelitian dan kegiatan ilmiah di luar Kajian feminis

4. Penelitian feminis dituntun oleh teori feminis

5. Penelitian feminis bersifat interdisipliner/multididipliner

6. Penelitian feminis bertujuan untuk menciptakan perubahan sosial

7. Penelitian feminis berupaya untuk menampilkan keberagaman manusia. 8. Penelitian feminis sering menyertakan peneliti sebagai seorang pribadi 9. Penelitin fiminis sering berupaya mengemvbangkan hubungan khusus

dengan orang-orang yang diteliti (penelitian interaktif, partisipatif)

10. Penelitian feminis sering menetukan hubungan khusus dengan pembaca ( Shulamit; : 336).

(59)

Richardson dan Taylor menyusun lima metode feminis sebagaimana

dikamukakan oleh Judith Cook dan Mary Margaret Fonow sebagai berikut:

1. Memperkenalkan tentang adanya pengaruh gender (male biased) ketimpangan gender dalam semua kegiatan sosial manusia.

2. Menyingkapkan bagaimana hubungan gender dengan system lain yang

mempengaruhi perbedaan seperti: ras, kelas sosial, etnis, umur dan lain sebagainya. Ada pengalaman dan harapan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan antara kelas, ras kulit putih dengan kulit hitam dan berwarna.

3. Meningkatkan dan menyebarkan kesadaran (conciuosness rising) yang diyakini dapat membantu memperkecil atau menghilangkan ketidak adilan/penindasan terhadap kaum perempuan.

4. Memikirkan dan mengubah pandangan dualisme antara si peneliti dengan obyek yang diteliti dengan pandangan yang dialogis, partisipatif. Karena tuntutuan

obtektivitas ilmiah ternyata membuat hubungan yang tidak sejajar (tidak adil). Dialog dan sikap kritis diperlukan untuk memahami perspektif, pengalaman dan harapan kaum perempaun.

5. Menekankan perlunya pemberdayaan dan transformasi yang secara tidak langsung telah menimbulkan berbagai kritik.

(60)

• Dalam proses pengetahuan ini yang terjadi bukanlah dualisme subyek-obyek, rasio dan emosi. Akan tetapi proses yang menyatukan antara tangan, kepala dan hati (hand, brain, and heart).

• Dalam pandangan ini ilmu pengetahuan menjadi holistik, relasional serta

bertangungjawab terhadap berbagai proses keputusan kelompok. Ada tiga pengertian analitis menuju ke suatu teori yang holistik (terpadu) yaitu:

1. Memberi tempat bagi mereka yang tertekan, sebagai cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian yang adil,

bertangungjawab. Subyek yang dijadikan sebagai obyek penelitiasn justru harus diposisikan sebagai mitra dialog;

2. Ilmu dan penelitian diakui tidak netral, terdapat hubungan antara gaya kognitif dengan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan sosial;

3. Ciri relasional ilmu dan penelitian mengakui dan menjalani proses, dan tidak dapat meninggalkan sumbangan pengalaman prarasional sekalipun. (lihat tulisan J.B. Banawiratma, dalam, Budi Susanto, 1994, 97).

(61)

Table 1. 2 Interpretive Paradigms (Denzin & Yvonna, 1998; 27):

Paradigm/Theory Kriteria Bentuk teori Tipe Narasi Positivist/postpositiv

ist

Internal, validitas eksternal Logical-deductive, ilmiah, grounded (teori dari dasar)

Laporan ilmiah Konstruktivis Keterpercayaan,

ckredibilitas, dapat ditransfer, konfirmabilitas

Formal-substantif Interpretasi, studi kasus, ethnografik, fiksi

Feminist Lokal, pengalaman hidup, dialok, Kepedulian, akuntabilitas, ras, klas, gender,

reflesivitas, praxis, perasaan, didasarkan fakta nyata

Kritis, standpoint Essei, historis, . tulisan

eksperimentasi

Ethnic Afrosentris, pengalaman hidup, dialog, keprihatinan, akuntabilitas, ras, klass,gender

Standpoint, kritis, historis

Essei, cerita (narasi), drama

Marxist Teori emansi-

patoris, dapat difalsifikasi, dialogis, ras, klas, gender

historis-kultural, economis Historis, ekonomis, analisis sosial-budaya Cultural Studies (studi budaya)

Praksis budaya, Teks sosial, subjektif

Kritisisme Sosial Teori budaya sebagai kritik

(62)

Table 1. 2 Interpretive Paradigms (Denzin & Yvonna, 1998; 27):

Paradigm/Theory Kriteria Bentuk teori Tipe Narasi

Positivist/postpo sitivist Internal, validitas eksternal Logical-deductive, ilmiah, grounded (teori dari dasar)

Laporan ilmiah

Konstruktivis Keterpercayaan,

ckredibilitas, dapat ditransfer,

konfirmabilitas

Formal-substantif Interpretasi, studi

kasus, ethnografik, fiksi

Feminist Lokal, pengalaman

hidup, dialok, Kepedulian,

akuntabilitas, ras, klas, gender,

reflesivitas, praxis, perasaan, didasarkan fakta nyata

Kritis, standpoint Essei, historis, .

tulisan eksperimentasi Ethnic Afrosentris, pengalaman hidup, dialog, keprihatinan, akuntabilitas, ras, klass,gender Standpoint, kritis, historis

Essei, cerita, drama

Marxist Teori emansipatoris,

dapat difalsifikasi, dialogis, ras, klas, gender historis-kultural, economis Historis, ekonomis, analisis sosial-budaya

(63)

Bagaimana ilmu pengetahuan terkait dengan kepentingan, dengan kuasa dan nilai emansipatoris dapat dilihat dalam table berikut:

P. Positivis P. Interpretatif P. Feminis Asumsi dasar Fenomena/fakta sosial

dapat dion\bservasi, obyektif, bebas dari bias peneliti Fenomena sosial dikonstruksi dari pemaknaan simbolik yang dapat terlihat/terobservasi dari tingkahlaku manusia, interaksi manusia dan bahasa. Realitas beragam, kompleks, terdiri dari berbagai perspektif, subyektif.

Ada kuasa &kepentingan yang mengendalikan/mempengaruhi fenomena sosial dan tingkahlaku seseorang. Realitas bersifat terkonstruksi dan “negosiable” . Perbedaannya tergantung pada konsteks osial-budaya dan kuasa

Sumber evidensi/ fakta

Fakta yang tersingkap melalui prosedur penelitian yang terstandarisasi dan bebas konteks Pemaknaan diperoleh dari perspektif, pengalaman dan tingkahlaku dalam suatu konteks sosial-budaya

Kuasa, kontrol dan faktor-faktor kontekstual yang dapat diketahui dari pendapat personal/kelompok sebagai refleksi berbagai versi dari realitas

Metode Cara pengumpulan data yang terstruktur, terukur & terkontrol ketat

Contoh: survei, eksperimen laboratorium, observasi terstruktur dan skala rating

Semi structural. Observasi dan pertanyaan terbuka memungkinkan partisipasi untuk mengekspresikan pikiran & Tingkahlaku secata alamiah. Contoh: Wawancara mendalam, riset partisipatif, Studi kasus. Observasi pertisipatoris, dialog terarah, memungkinkan dua kelompok (dominan-marjinal) mengemukakan pendapat, pengalaman dan keinginannya

Contoh: penelitian partisipatoris, mendengar aktif dan reflektif, Mengupayaklan perubahan dan menghilangkan hambatan oersonal dan politis. Kecendrungan/Ara h Penelitian Pendekatan kuantitatif, Erklaeren, verifikasi, prediksi tingkah-laku melalui hubungan kausalitas dan asosiasi. Studi kualitatif, memahami tingkahlaku manusia dalam konteksnya

Studi feminis mencari pemahaman dari pengaruh gender terhadap sikap & tingkahlaku, termasuk perbedaan kuasa dan kontrol dalam kerangka perubahan/emansipasi sosial Tingkat Partisipasi Subyek penelitian

menjawab pertanyaan spesifik dalam bentuk respon yang terformat

Partisipasi, pertanyaan terbuka, spontan dan natural

Partisipan memiliki kebebasan dalam mengarahkan proses pengumpulan data dan dalam menentukan tindakan selanjutnya

Pengaruhnya terhadap Partisipasi

Subyek/peneliti & Obyak yang diteliti tidak saling mempengaruhi (Netral) Partisipan menyadari peran keterlibatannya dalam proses penelitian. Memperoleh pemahaman sesuai dengan persoektif & tingkahlaku sesuai topik penelitian

Pemberdayaan dan emansipasi. Hasil penelitian mengarahkan aksi untuk perubahan sosial

(64)

Pengertian Modernitas

• Menurut G. Simmel, Weber : modernitas adalah

proses yang melahirkan negara industri

kapitalis modern. Modernitas merangkum

pengertian yang sistem sosial, ekonomi, politik

yang muncul di Barat sejak abad 18.

• Posmodernitas berarti yang muncul setelah

modernitas (kebudayaan posmodern yng

muncul setelah kebudayaan modern).

Posmodern bisa juga disebut sebagai cara

berpikir baru.

(65)

modernisasi

• Modernisasi proses perubahan

sosial-ekonomi (budaya) yg diakibatkan

perkembangan ilmu pengetahuan &

teknologi (industrialisasi)

• Posmodernisme adalah gerakan

kebudayaan kapitalis lanjut(late capitalism,

postindustrial, consumer society,

(66)

• Dalam perspektif Cultural Studies, politik budaya feminis dapat dibagi secara luas setidaknya dalam lima kategori yang bersaing: 1. Politik liberal dan feminis liberal yang menekankan pentingnya

persamaan dan kesmpatan dalam bidang – bidang seperti:

pekerjaan, akses pendidikan, perawatan anak. Dalam pandangan ini menekjankan individualitras perempuan tanpa berfokus pada perbedaan mereka dengan kaum laki-laki.

2. Politik budaya yang terpusat pada perempuan, dipihak lain

memusatkan perhatian pada perspektif yang mengistemewakan kaum perempuan. Keanekaragaman politik budaya kaum

perempuan ditujukan sebagai upaya menulis ulang sejatrah perempuan dari perspektif mereka

3. Feminis Marxis melihat gender sebagai fenomena budaya.

Perbedaan dalam praktek kebudayaan tidak dilihat sebagai tanda adanya perbedaan esensial antara kedua jenis kelamin tersebut. Perbedaan gender dilihat sebagai bagaimana perbedaan itu

(67)

Dalam feminisme posmodern perbedaan ras dan gender tidak memiliki makna yang tetap. Setiap individu dianggap sebagai gabungan unsur-unsur berbagai mode subyektivitas yang ada Unsur-unsur-unsur yang

bertentangan pun bisa saja cocok pada waktu yang berbeda Feminitas dan maskulinitas dikonstruksi secara sosial dan merupakan situs perjuangan politik tentang makna.

4. Konstruksi sosial merupakan relasi, karena itu feminis posmodern tidak tertarik pada autensitas. Feminisme posmpdern membuka ruang bagi

perbedaan dan (beragam suara) serta interpretasi baru mengenai identitas. 5. Feminisme kulit hitam dan feminisme non barat berkonsentrasi pada

rasisme dan kolonialisme.dan memandang hal ini sebagai alat untuk memahami relasi gender. Bagi feminism kulit hitam ras tetap merupakan suatu bentuk penindasan yang hakiki (Sardar danBoris van Loon,2001: 142-145). Feminsme Dunia Ketiga umumnya menolak pemikiran feminisme Barat sebagai tolak ukur dan representasi dari gerakan feminis, Feminisme NonBarat berakar dari rasisme dan kolonialisme, pengakuan terhadap

(68)

Posmodern

Sebelum kita menjelaskan posmodern ada baiknya kita jelaskan asumsi ilmiah paradigma positivisme yg dominan pd era modern yang ditolak oleh epistemologi posmodernis, antara lain:

• Metode ilmiah adalah metode yang baku: (konstruksi sosial, Feyerabend)

• Pertanyaan manusia dan sosial-budaya dapat dijawab dengan metode ilmiah yang baku itu (maksudnya positivisme).

• Eksistensi manusia (human being) itu seperti mesin. • Obyektivitas total itu dapat dicapai.

• Kuesioner itu selalu mengemukakan kebenaran.

• Proses penelitian benar-benar bebas dari bias personal.

• Semua yang ada hanya merupakan sebuah teka-teki sosial yang akan terpecahkan melalui metode eksperimen.

(69)

Posmodern

• megemukakan pengertian post-modern sebagai

sesudah modern. Ia mengemukakan bahwa

pengertain postmodern itu merupakan

campuran beberapa atau gabungan seluruh

pengertian berikut: hasil dari modernisme; anak

dari modernisme; akibat dari modernisme;

penyangkalan akan modernisme; penolakan

terhadap modernisme (Appinnanesi, Chris

Garrat, 1995).

(70)

• Istilah moderrn berasal dari kata Latin modo yang berarti „barusan”. Istilah itu dimunculkan tahun 1127 oleh Suger seorang kepala

biarawan Basilika St. Denis di Paris Waktu itu Ia melakukan

renovasi yang hasilnya berupa karya arsitektur yang benar-benar baru (bukan seperti arsitektur Yunani, bukan Romawi) karena itu Suger mengalami kesulitan untuk menyebutnya, sehingga ia

menggunakan istilah opus modernum (sebuah karya modern)

(Appignanesi, Richard dan Chris Garratt1995: 6). Dalam filsafat era Renaisans dan Pencerahan sering disebut sebagai awal zaman modern. Modernisme dalam pengertian kultural dimulai pada tahun 1900-an ketika terjadi inovasi teknologi massal, yaitu gelombang pasang kedua revolusi industri yang telah terjadi sekitar tahun 1800-an

• Periode dari tahun 1890-an sampai 1920-an dapat disebut sebagai masa kejayaan zaman modern sedangkan masa sesudah tahun 1960-an/1970-an disebut sebagai zaman posmodern.

(71)

Pemikir yg mempengaruhi Posmodern

:

N0 Pemikir Pikirannya

1 Nietzsche Perspektif, Kematian obyektivitas dan kepastian (anti esensialis), gerak sejarah siklus

2 Karl Marx Kesadaran kelas, posisional/standpoint epistemology, konstruksi sosial

3 Martin Heidegger

Menolak konsep “obyektivitas” Vs “Subyektivitas”

4 Ludwig Wittgenstein

Language games (antifundationalism)

5 Thomas Kuhn Mempopulerkan konsep paradigma, Ilmu sbg consensus komunitas

(72)

6 Francois Lyotard

Abad informasi, Menolak universalitas &

grand-narrative, little/mini-narrative

7 Jacques Derrida Menolak metafisika

kehadiran, Menolak

Logosentrisme, dekonstruksi

8 Michel Foucault Kuasa dan kebenaran,

episteme, diskursus,

9 Roland Barthes Semiotics, Ideologi,

10 Richard Rorty Antifundasionalis, menolak

teori cermin, kontigensi

(73)

Menurut teoritisi sosial postmodern era postmodern

ditandai oleh beberapa hal berikut:

1. Globalitas: Bangsa-bangsa dan wilayah semakin terhubung satu sama lain sehingga mengaburkan perberdaan antara wilayah dan bangsa dan wilayah maju (Dunia Pertama) dengan bangsa dan wilayah terbelakang (Dunia Ketiga). Dengan Era informasi tidak ada satu Negara atau wilayah pun di dunia yang dapat mengurung diri dalam batas geografisnya.

2. Lokalitas: kecendrungan global berdampak langsung pada

lingkungan lokal, sehingga memungkinkan kita untuk memahami dinamika global dengan mempelajari manifestasi lokal. Dalam

pemikiran posmodernis dimensi local dan global merupakan dua hal yang berjalan beriringan , karena itu sering juga disebut global

paradoks. Dari satu sisi era informasi cendrung menghilangkan hal-hal yang bersifat lokal, akan tetapi di sis lain memungkinkan hal-hal-hal-hal yang bersihat local itu memasuki wilayah nasional dan gobal.

Contoh jelas paradoks ini dapat kita lihat bagaimana TV selama dua puluh empat jam menyuguhkan masalah global, akan tetapi juga TV lokal menyiarkan masalah dan budaya lokal ke dunia internasional.

(74)

3. “Akhir dari Sejarah” : Modernitas sebagaimana diteorikan pendukung pencerahan, bukanlah akhir dari sejarah, yang muncul dari era

postindustrial dimana kebutuhan dasar material semua orang dipenuhi sehingga konflik kolompok dan pertentangan ideologi semakin

menghilang. Akan tetapi posmodernitas adalah keterputusan

(diskontinuitas) sejarah yang halus, perkembangan evolusioner kapitalis sebagai mana dirancamg oleh pendukung Pencerahan dan pendiri teori sosiologi dan ekonomi borjuis. Akhir sejarah diartikan berakhirnya

pertentangan idologi kapitalis dengan sosialis, dan semakin merajalelanya kapitalisme gobal (neokapitalisme)

4. “Kematian individu” konsep borjuis tentang subyektivitas tunggal dan

tetap secara jelas dan dibedakan dengan dunia luar tidak dianggap masuk akal lagi oleh pemikir postmodernitas. Kini diri atau self

(individualitas) menjadi arena pertarungan tanpa batas antara “diri” dan yang di “ luar diri” atau pertarungan antara “diri” dengan “lingkungan sosial-budaya”.

(Jacques Lacan, 1977, 1982) mengkonsepkan masyarakat sebagai

(75)

5. “Mode informasi” cara produksi, dalam terminoligi marxis, kini tidak lagi

relevan, era sekarang adalah “era informasi” “era postindustri” . Era dimana masyarakat postmodern mengorganisir dan menyebarkan informasi dan hiburan.

6. “Simulasi” Jean Baudrillard (1983) menyatakan bahwa apa yang disebut dengan realitas, sekarang tidaklah stabil dan tidak dapat dilacak dengan konsep ilmiah tradisional (maksudnya positivisme), termasuk juga

Marxisme. Masyarakat semakin “tersimulasi”, tertipu dalam “dunia citraan” dan “Wacana” yang secara cepat menggantikan pengalaman manusia atas realitas. Goldman dan Parson (1995) mengemukakan bahwa, iklan

merupakan wahana utama dunia simulasi itu.

7. “Perbedaan dan penundaan dalam bahasa”: Bahasa ,menurut Jacques Derrida tidak lagi berada dalam hubungan representasional pasti atas ”realitas”. Bahasa tidak lagi dapat menggambarkan realitas dunia secara jernih dan transparan. Bahasa dianggap bersifat licin, media ambigu yang bisa mengaburkan pemahaman yang jelas menjadi tak pasti. Posmodern mengkritisi pandangan obyektivisme–universalisme dalam wacana ilmiah. Dekonstruksi atau pembacaan kreatif atas teks dari Derrida, membuka ruang bagi penafsir untuk menyingkapkan kekayaan makna teks.

(76)

8. “ Polivokalitas” : Segala hal atau obyek dapat dikemukakan dengan perspektif atau paradigma yang berbeda, yang kedudukannya satu sam lain memiliki kesejajaran atau kedudukan yang sama. Karena itu ilmu pengetahuan dihadapkan pada “multi narasi” yang satu sama lain saling melengkapi, saling bersaing, di mana satu

perspektif atau paradigma tidak memiliki keunggulan epistemologis dari yang lain. Ketika Amerika menginvasi Irak, Presiden Bush

menyatakan bahwa ia memerdekakan rakyat Irak dari penguasaan Saddam. Berbagai TV seperti CNN, Aljazira, Al-Arabiya, Metro TV, dan yang lain menyiarkan kejadian yang sama berdasarkan sudut pandang dan kepentinganya masing-masing, sehingga fakta

(kejadian yang sama) ditafsirkan secara beragam.

9. Kematian analisis oposisi biner: model berpikir yang didasarkan atas analisis polaritas (oposisi biner) misalnya: laki-laki Versus Perempuan, benar versus salah, negara maju Vs negara

terbelakang, model berpikir ini dianggap tidak lagi relevan, karena munculnya keanekaragaman/pluralitas posisi subyek atau manusia.

(77)

10. Lahirnya Gerakan sosial baru: akhir-akhir ini

bermunculan berbagai gerakan akar rumput yang

mendorong berbagai perubahan sosial progresif, seperti

gerakan perempuan, gerakan perempuan kulit hitam,

gerakan anti kolonialisme, gerakan lingkungan hidup,

gerakan kaun lesbian, gay dan lain-lain.Gerakan ini tidak

selalu tepat dengan analisis oposisi biner atau analisis

hitam-putih, namun yang jelas gerakan ini menuntut

perubahan sosial baru, menuntut penghargaan pada

perbedaan etnis, budaya, agama dan lain-lain. Gerakan

sosial baru ini sangat berkembang dalam kajian

(78)

11. Kritik terhadap narasi besar: Lyotard mengemukakan bahwa pada era postmodern kepercayaan pada penjelasan makro atau cerita besar/ cerita .agung sejarah seperti diungkapkan oleh Marx, dilektika Roh model Hegel, kemajuan yang dipercayai oleh modernitas sudah tidak relevan lagi.

Posmodernitas lebih mempercayai pada polivokalitas, keanekaragaman daripada keseragaman, mengharagai perbedaan, dan interpersonal.. Posmodern menolak bentuk pemikiran yang monodimensional yang otoritarian. Posmodern menurut Lyotard lebih menekankan dan

mempercayai narasi kecil tentang masalah sosial, cerita tentang masalah kehidupanm dan perjuangan pada tingkat budaya, etnis, bahasa yang bersifat lokal.

12. Otherness (ke-liyan-an) : Pemikir postmodernis memberikan ruang dan penghargaan pada kelompok yang selama ini terpinggirkan

(termarjinalkan). Penghargaan pada kel;ompok atau suara yang

terpinggirkan selama ini, berkaitan erat dengan munculnya gerakan dan perjuangan hak-hak sipil serta penghargaan pada multikutural(isme) akhir-akhir ini.

(79)

Pandangan postmodernisme sebagai titik balik peradaban ditunjukkan melalui beberapa pandangan pemikir:

– Vattimo : Berakhirnya modernitas

– Daniel Bell: Akhir ideology, Masyarakat postindustri

– Francois Lyotard : matinya Metanarasi

– Akhir dari Sosial, ( Jean Baudrillard)

– Akhir dari Teori, Masyarakat Konsumer (Fredrich

Jameson)

– Matinya Logos ( Jacques Derrida)

– Matinya Ilmu Pengetahuan (The End of Science)

– Matinya Ilmu Ekonomi (Omerod)

– Matinya Realitas (Leary)

(80)

Perlu dibedakan konsep postmodernity

(postmodernitas) dengan dengan postmodernisme:

• Postmodernitas mengacu pd periode historis

yang mengikuti era modern.

• Postmodernisme mengacu pada produk cultural

(seni, film, arsitektur, ilmu pengetahuan) yang

berbeda dengan produk kultural modern

• Munculnya teori social-budaya postmodern

(subyektif, local, relative, mini-narrative)

menggantikan atau melengkapi teori modern

(obyektif, rasional, universal, grand-narrative).

(81)

Barry Smart dalam, Postmodernity

(1993) membedakan

tiga pendirian yang berbeda dikalangan postmodernis:

1. Tipe Moderat: Postmodern(isme) sebagai lanjutan

modern(isme). Kekurangan pada modernisme dicoba

atasi oleh postmodernisme . Tokohnya J. Habermas,

Daniel Bell (postindustrial Society)

2. Postmodernis ekstrem/Radikal: ada keterputusan antara

masyarakat/pemikiran modern dengan postmodern.

Tokoh yang termasuk ini: Francios Lyotard, Jean

baudrillard, M. Foucault, J. Derrida, Gilles Deleuze, Felix

Quattari, Richard Rorty

3. Modern dan Posmodern sebagai pilihan dalam

melihat/menjelaskan masalah social-budaya

(82)

Ciri Filsafat Posmodern

1. Berubah dari ilmu pengetahuan universal

(metanarasi, grandnarrative) ke narasi yang

bersifat lokal mini/little narative)

2. Menolak rasionalitas yg universal. Rasionalitas

selalu dikondisikan dalam narasi partikular,

tradisi, dan intitusi dan praksis tertentu

3.Posmodern menolak kesatuan, totalisasi, dan

skema universal dengan merayakan pluralitas,

perbedaan, fragmentasi, dan kompleksitas

4. Menolak individu yg otonom dan rasionalitas yg

transenden. Individu senantiasa terkait dengan

lingkungan budaya, bahasa, sejarah

(83)

5. Postmodernis anti metafisika, dimana

sejarah dan nilai-nilai diturunkan dari

kepercayaan itu (ingat abad kegelapan).

6. Pengetahuan kita tentang sesuatu

merupakan konstruksi bahasa dan

konstruksi sosial.

7. Bahasa adalah konstruksi sosial,

melaluinya kita berpikir, dan mengubah

keberadaan kita.

(84)

Ciri Kebudayaan Posmodern (Zygmunt Bauman, 1992) :

1. Pluralistis

2. Berjalan di atas perubahan yg konstan

3. Kurang dlm “otoritas universal”

4. Hieterarkhis & Permainan

5. Merujuk pada “Polivalensi penafsiran”

6. Dominasi media & Pesan-pesannya

7. Anti esensialis (semua tanda-tanda)

(85)

Bauman membedakan Tipe Intelektual modern (legislator) & Tipe postmodern (Interpreter)

Tipe Legislator:

1. Memiliki kewenangan mengatasi perbedaan

2. Pendapat legislator benar & mengikat

3. Otoritas karane ilmu yg lebih unggul

4. Ilmuwan memiliki akses yg lebih baik pd ilmu

5. Ilmuwan pemilik kolektif atas pengetahuan yg dihasilkan

6. Ilmu dianggap berhubungan langsung dg perbaikan sosial

7. Ilmuwan tdk terikat dgn tradisi lokal serta menjastifikasinya.

(86)

Tipe Interpreter:

1. Interpreter menafsirkan ide-ide dlm komunitas

2. Interpreter tidak berorientasi mencari ide terbaik, tujuannya utk

memfasilitasi komunikasi bebas antar komunitas

3. Interpreter berusaha mencegah distorsi dlm komunikasi

4. Interpreter perlu pemahaman yg dalam & luas

5. Interpreter perlu menjaga keseimbangan antar tradisi yg

(87)

Perbedaan Modern dengan Posmodern

No Modern Posmodern

1 Pengetahuan ilmiah Scientific knowledge)

Kearifan (pengetahuan cultural), wisdom (cultural knowledge)

2 Teori besar (grand-theory) Kesatuan cultural relative (Relative

Cultural Corpuses)

3 Universalisme (Universalism) Partikularisme (Particularism)

4 Monovokalitas (monovocality Polivokalitas (Poly-Vocality)

5 Makna simbolic (symbolic Meaning) Simulacra

6 Koherensi (Coherence) Pasticke

7 Holisme (holism) Fragmentasi (fragmentation)

8 History (Sejarah ) Sejarah-sejarah (histories)

9 Ego rasional Libidinal self

(88)

Perbedaan modern dgn

Posmodern

No MODERN POSMODERN

1 Narasi Besar Narasi Kecil

2 Obyektivisme Naturalisme

3 Pemusatan (centring) Tersebar,lokalitas,perbedaan,the other

4 Monisme Pluralisme,multivokal

5 Mataerialisme Semiosis, interpretatif

6 Dunia Cetak Elektronik

7 Mekanistik Nonmekanistik

8 Linear Nonlinear

9 Deterministik Nondeterministik

Gambar

Table 1. 2   Interpretive Paradigms (Denzin & Yvonna, 1998; 27):
Table 1. 2   Interpretive Paradigms (Denzin & Yvonna, 1998; 27):

Referensi

Dokumen terkait

Zirconia merupakan bahan keramik yang mempunyai sifat mekanis baik dan banyak digunakan sebagai media untuk meningkatkan ketangguhan retak bahan keramik lain diantaranya

Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah skripsi di atas hanya menjelaskan tentang kecocokan teori al-Qur‘an dengan teori biologi, tapi

Mereka berkata kepadanya, “Di Betlehem di tanah Yudea, karena beginilah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau, Betlehem di tanah Yehuda, engkau sekali-kali

Hasil dari penelitian diperoleh bahwa pengukuran kelembaban tanah permukaan di lapangan dengan nilai spektral dari hasil transformasi memiliki hubungan yang

Berdasarkan uraian penjelasan yang meliputi tugas dan kewenangan Dinas Perhubungan Kabupaten Hulu Sungai Utara, Fungsi-fungsi yang dimiliki, struktur organisasi, dan

Dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Wilayah Kota Malang, disebutkan bahwa yang dimaksud sebagai PKL

Fahrun Nur Rosyid, S.kep,Ns, M.kes, selaku Kaprodi SI Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya dan selaku pembimbing I yang dengan

Ditinjau dari perbaikan sifat fisika dan kimia tanah serta hasil biji kering kedelai, aplikasi formula pembenah tanah alternatif Biochar SP50 Submikron dan Volkanorf K424