BIDANG/WILAYAH FILSAFAT
MANUSIA F. Ilmu Logika Metodologi Estetika Etika, Religi
Problem yang dibahas dalam
Filsafat Ilmu Pengetahuan:
• Problem Epistemologis tentang ilmu
• Problem metafisis (ruang-waktu,
asumsi-asumsi, kausalitas Dll.)
• Problem metodologis tentang ilmu
• Problem logis tentang Ilmu
• Problem etis tentang ilmu
Filsafat Ilmu dibedakan:
• Philosophy of Science in-general (Filsafat Ilmu umum). Membahas permasalahan/prinsip ilmu pengetahuan secara umum
• Filsafat Ilmu Pengetahuan umum, bisa dibedakan atas: • Filsafat Ilmu Pengetahuan alam dan Filsafat Ilmu sosial &
Humaniora
• Philosopies of Specific Sciences (Filsafat Ilmu Pengetahuan khusus: Filsafat matematik, fisika, teknologi, fisafat ilmu pengetahuan sosial, dll.)
Sumber Pengetahuan (Ted
Hondrich, 1995. 935):
1. Persepsi (Perception).
2. Reason (rasio): Deduction, induction,
abduction; dialectic
3. Introspection
4. Sumber lain: Intuition, telepathy,
clairfoyance, precognition.
Sumber Pengetahuan (Hosper,
1967, 123-24):
1. Sense experience (pengalaman indrawi)
2. Reason
3. Authority
4. Intition
5. Relevation (Wahyu)
6. Faith (kepercayaan)
Obyek Pengetahuan
1. Fenomena/gejala alam fisis (External
world)
2. Masa lalu (the Past)
3. Masa depan (The future)
4. Values (etis, estetis, religius)
5. Abstraksi
Struktur pengetahuan (hubungan Subyek-Obyek):
1. Obyektivisme (subyek pasif)
2. Subyektivisme (subyek aktif)
3. Relativisme
4. Fenomenalisme
5. Konstruktivisme
• F. Bacon (1561-1626) menyebut filsafat
sebagai “the great mother of the sciences”
(ibu agung dari ilmu-ilmu)
• “The queen of all sciences” (ratu dari
ilmu-ilmu
• Hrndry Sidwick (1839-1900) Scientia
Scientiarum” (ilmu dari Ilmu-ilmu)
• Pengetahuan prailmiah = commonsense = pengetahuan
eksistensial
• Filsuf Sophis (yang mempermasalahkan segala sesuatu,
mempertanyakan pengetahuan; pendiri epistemologi)
• Relativisme (Protagoras): manusia individu ukuran
segalanya
• Epistemology : episteme (pengetahuan) + logos (teori,
ilmu) = pengetahuan sistematis mengenai pengetahuan
(Theory of knowledge)
• Plato dan Aristoteles menanggapi pandangan para sofis
(ada pengetahuan yang tetap dan abadi)
• Filsafat & pengetahuan awalnya menyatu
• Filsafat disebut induk ilmu (matter
scientarum)
• Ilmu memisahkan diri dari filsafat dengan
tuntutan jastifikasi ilmiah dapat
• Teori Kebenaran:
1. T. Korespondensi (the correspondence theory of truth). Aristoteles
“Veritas est adequatio intellectus et rhei”
2. T. Konsistensi atau koherensi (the Concistence theory of truth)
3. T. Pragmatis (The Pragmatic theory of truth). Tokoh pragmatisme
Amerika Charles Sander Pierce (1834-1914);m William James (1842-1920); John Dewey (1859-19 ), Kemanfaatan, kegunaan, efekltivitas yang menetukan kebenaran. James “Something is true it is works”. Ilmu dilihat sebagai problem solving. Ilmu sebagai
instrumen(talisme).
4. T. Performatif atau tindak bahasa (John Langshaw Austin
(1911-1960)
• Batas Pengetahuan
• Batas pengetahuan tergantung pada jenis
pengetahuan:
1.Pengetahuan biasa
2.Pengetahuan ilmiah
3.Pengetahuan filosofis
4.Pengetahuan teologis
Paradigma Newtonian
• Ilmu pengetahuan modern didasarkan atas paradigma Newtonian yang memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut;
• Alam semesta adalah sebuah mesin yang mengikuti hukum-hukum sebab-akibat (cause-effect);
• Ruang dan waktu adalah realitas yang obyektif yang keberadaannya terlepas dari pengamat;
• Atom adalah unit terdasar dari materi (ingat penemuan sub-atomik dan quantum makanik);
• Manusia seperti mesin, panas tubuh adalah akibat gelombang radio yang bergerak kontinyu;
• Ilmu pengetahuan pada akhirnya dapat membawa pengetahuan yang sempurna (obyektif) tentang universe ( bandingkan dengan
tentative theory dari Popper dan Kritik Thomas Kuhn dan
• Stephen Korner, Fundamental Questions
in Philosophy: One Philosopher‟s Answer,
1971,278-280 (Philosophical replection will
cease only when non-philosophical
reflection too is at its end” (pemikiran
filsafat berhenti hanya bilamana pemikiran
no-filsafat juga tiba pada akhir
Positivisme
• Positivisme bertujuan untuk menjadikan ilmu pengetahuan dengan
fundasi yang kuat dan terpercaya. Ajaran dasar positivisme antara lain:
• Dalam alam terdapat hukum-hukum yang dapat diketahui
• Penyebab adanya benda-benda dalam alam tidak dapat diketahui,
karena ilmuwan tidak dapat melihat penyebab itu (misalnya apakah alam diciptakan atau alam terjadi dengan sendirinya berada di lusar jangkauan indrawi).
• Setiap pernyataan yang secara prinsip tidak dapat dikembalikan
pada fakta tidak mempunyai arti nyata dan tidak masuk akal.
• Hanya hubungan antara fakta-fakta saja yang dapat diketahui. • Perkembangan intelektual merupakan sebab utama perubahan
• Prosedur penelitian empiris-eksperimental Comte dapat dirumuskan sebagai berikut:
– Observasi: meneliti dan mencari hubungan antara fakta-fakta, lalu meninjaunya dari hukum statika dan dinamika sosial. Dari Observasi dapat dirumuskan hipotresa yang akan dibuktikan melalui penelitisan. – Eksperimen: fenomen sosial dengan cara tertentu diintervensi cara
tertentu, sehingga dengan demikian dapat dijelaskan sebab-akibat fenomena masyarakat ( Misalnya studi tentang pathologi dan
keresahan) dan mendapat pemahaman tentang bagaimana masyarakat yang normal.
– Perbandingan (komparasi) dan metode historis, misalnya dalam biologi dikenal anatomi komparatif. Dalam sosiologi studi komparatif bisa
dilakukan antara dua masayarakat/kebudayaan (studi antropologi) atau antara dua periode dalam masyaratakt tertentu (sosiologi historis).
Metode historis dimaksudkan adalah penelusuran terhadap hukum-hukum yang menguasai petkembangan pemikiran manusia.
Susunan ilmu pengetahuan (hirarkhi) yang didasarkan atas logika ilmiah menurut Comte dapat dilukiskan sebagai berikut: (Osbern Richard, 2001: 135).
Tata Logis Tata yang benar-benar di dapat (kompleksitas) Matematika 1 6 Astronomi 2 5 Fisika 3 4 Kimia 4 3 Biologi 5 2 Sosiologi 6 1 .
• Soberg dan Nett ,mengemukakan berberapa asumsi-asumsi yang teradapat dalam metode ilmiah antara lain:
• Bahwa ada peristiwa atau fenomena yang terjadi secara berulang kembali atau peristiwa yang mengikuti alur/pola tertentu.
• Ilmu pengetahuan adalah lebih utama dari kebodohan.
• Ada keyakinan bahwa pengalaman memberikan dasar yang dapat dipercaya bagi kebenaran ilmu pengetahuan.
• Ada tatanan kausalitas dalam fenomena alam dan fenomena sosial dan manusia.
• Ada asumsi yang berkaitan dengan pengamat, antara lain: • Dorongan untuk memperolah pengetahuan sebagai alat
memperbaiki kehidupan manusia.
• Pengamat/peneliti mampu menarik hakekat yang ada pada fenomena yang diteliti.
• Masyarakat ilmiah mendukung metode empiris sebagai dasar pencarian ilmu pengetahuan (Chadwick, 1991: 14).
• Makna verfikasi adalah:
• Satu proposisi hanya berarti bila proposisi itu dapat dibuktikan
benar-salahnya. Misalnya, kalau saya katakan, bahwa , ada tuyul di dalam kelas, atau Si Ali sakit karena santet, maka pernyataan itu dinyatakan tidak ilmiah karena tuyul dan santet itu tidak dapat
diverifikasi (tidak dapat dibuktikan).
• Ada bentuk-bentuk kebenaran logis dan bentuk-bentuk kebenaran faktual. Kebenaran logis dan matematis adalah kebenaran yang sifatnya rasional, sedangkan kebenaran faktual jastifikasinya
(pembenarannya) adalah verifikasi fakta yang dapat dilakukan oleh orang yang indranya baik (normal).
• Kebenaran faktual hanya dapat dibuktikan melalui pengalaman indrawi (verifikasi). (bandingkan dengan Osborne, 2001; 149). • Dari pembahasan di atas dapat dirumuskan asumsi-asumsi yang
terkandung dalam paradigma positivisme itu melalui tabel berikut, (bandingkan dengan Smith, 1998; 76,. Lubis, ):
Asumsi Definisi Implikasi Naturalisme Positivis mengakui pandangan
bahwa fenomena alam sama (manusia secara prinsip sama dengan hewan, dan alam fisis), karenanya metode ilmu alam dapat diterapkan pada ilmu sosial-budaya (unification of
method, kesatuan metode ilmiah)
Ilmu hanya sosial-budaya bertolak dari tingkah laku, dan institusi masyarakat yang
teramati. Dalam cara yang sama manusia dapat diteliti sebagai proses kimia atau biologi. Ilmu alam menjadi model untuk penelitian sosial-budaya
Fenomenalis me
Ilmu pengetahuan hanya bersum ber dari fenomena yang dapat diamati (fisikalisme), hal yang abstrak dan metafisik berada di luar ilmu pengetahuan
Realitas dibatasi pada yang dapat dilihat diraba, disentuh, didengar dan dicium saja. Kesadaran, motivasi, tujuan hidup/kebahagiaan adalah hal yang subyektif (ada dalam pikiran) saja.
Nominalisme Konsep universal sebagai gambaran
murni sulit diterima karena hanya
didasarkan pada fakta individual. Konsep adalah suatu nama/sebutan kebahasa- an yang disepakati.
Semua konsep dan Ide yang tidak didasarkan atas pengamatan lang- sung tidak bermakna. Konsep: kesadaran, keadilan, jiwa, makna/ tujuan hidup dinyatakan tidak bermakna
Atomisme Atomisme adalah pendekatan khusus untuk mendefinisikan obyek studi. Objek dapat dipecah dalam bagian-bagian kecil. Objek merupakan jumlah total dari komponen atomiknya.
Unit terkecil yang dapat diobservasi menjadi fokus riset. Dalam penelitian sosiologi ia bertolak dari individu;
masyarakat dipandang tidak lain dari kumpulan individu-individu.
Hukum-hukum ilmiah
Tujuan ilmu pengetahuan adalah nememukan hukum (nomotetis). Bertolak dari observasi terhadap fenomena alam dicari
“empirical-regularity”. Hukum
ilmiah adalah
pernyataan umum yang dapat menjelaskan keberaturan pengalaman pada tempat dan waktu yang berbeda
Pencarian hukum ilmiah diadopsi oleh
ilmuwan sosial dengan asumsi keteraturan empiris, misalnya: merokok menyebabkan kanker paru-paru. Biasanya dirumuskan: jika p maka q.
Fakta dan Nilai
Fakta dan nilai dilihat sebagai dua hal yang berbeda/terpisah. Fakta dapat diobservasi, diukur dan diverifikasi. Nilai-nilai termasuk penilaian subyektif, tuntutan tentang apa yang seharusnya tidak boleh masuk dalam wilayah ilmu pengetahuan
Para ahi ilmu sosial-budaya yang menerima asumsi ini menyatakan bahwa proposisi ilmiah bebas dari nilai.
• Dari penelitian yang dilakukan Durkheim dapat ditarik lima aturan fundamental dalam metodenya ( lihat Giddens, Anthony, Daniel Bell, dan Michel Forse‟ Cs. (2004, 47) yaitu:
1. Mendefinisikan obyek yang dikaji secara obyektif.
Obyek dan focus penelitian adalah peristiwa (fenomena)
masyarakat yang dapat diobservasi yang berada di luar kesadaran individu. Definisi tidak boleh mengandung prasangka dan terlepas dari apapun yang kira-kira akan menjadi kesimpulan studi. Misalnya Durkheim merumuskan definisi tujuan pendidikan sebagai berikut, “Pemdidikan adalh tindakan yang dilaksanakan oleh
generasi-generasi dewasa kepada generasi-generasi yang belum dewasa dalam
kehidupan sosial. Pendidikan bertujuan untuk membangkitkan dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik, intelektual dan moral pada anak seperti yang dituntut masyarakat politik terhadap si anak
dalam keseluruhan dan lingkungan sosial yang diperuntukkannya” 2. Memilih satu atau beberapa kriteria yang obyektif.
Dalam buku pertamanya De la division du travail socia l (pembagian Kerja Sosial). Durkheim mempelajari bebagai bentuk solidaritas
sosial yang berbeda-beda dari sudut hukum. Ia juga berusaha mencari penyebab tindakan bunuh diri dengan mempergunakan angka klematian akibat bunuh diri. Kana tetapi harus diperhatian berbagai kriteria yang digunakan dalam menganalisis bunuh diri itu
3. Menjelaskan kenormalan patologi
Ada beberapa situasi yang bersifat kebetulan dan sementara yang bisa mengacaukan keteraturan peristiwa. Kita harus dapat
membedakan situasi normal yang menjadi dasar bagi kesimpulan-kesimpulan teoritis. Dapat kita bendingkan dengan pemikiran
dengan metode ideal-tipikasl dari Max Weber. Yang riil akan selalu terlihat orisinal dalam kompleksitasnya, akan tetapi bisa pula kita mencari struktur dan ciri khas yang menonjol .
4. Menjelaskan masalah sosial secara sosial.
Satu peristiwa sosial tidak hanya dapat dijelaskan melalui keinginan individual yang sadar namun juga melalui peristiwa atau tindakan sosial sebelumnya. Semua tindakan kolektifmemiliki sati
sugnifikansi dalam sebuah sistem interaksi dan sejarah. Inilah yang disebut dengan metode fungsionalis.
5. Mempergunakan metode komparatif secara sistematis demonstrasi sosiologis.
“
old paradigm” (paradigma lama) yang pandangannyaterlalu ekstrem dan mengandung beberapa ciri dan kelemahan antara lain:
• menyingkirkan hegemoni agama (Kristen) pada zaman Pertengahan dengan menggantinya dengan hegemoni ilmu pengetahuan (Paul Feyerabend, 1975). Reduksi realitas pada fakta yang teramati telah menyingkirkan dimensi dan perspektif lain, dan memandang
manusia hanya sebagai obyek, pandangan ini tidak dapat dibenarkan;
• positivisme telah menciptakan satu model rasionalitas ilmiah (rasionalitas instrumental menurut Habermas) dengan
menyingkirkan model rasionalitas lain. Selama tiga dasawarsa terakhir proyek-proyek besar dan kebenaran absolut dan ide
rasionalisme Pencerahan (modern) mulai berantakan diserang dari berbagai sisi oleh perkembangan fisika kuatum, postrukturalis dan dekonstruksionis (tentang postrukturalis & Dekonstruksionis akan dibahas secara khusus pada kuliah selanjutnya).
• positivisme tidak mengakui sifat kontigensi, relativitas dan historisitas pikiran (rasio) manusia. Pendukung positivisme seperti dikemukakan Hillary Putnam, seakan dapat memposisikan diri sebagaimana Tuhan melihat realitas dengan transparan apa
adanya. Pandangan ini ditolak oleh Putnam (1983; 1989), Gadamer, Heidegger. Kuhn , Rorty, dan tokoh paradigma Konstruktivis (tema ini akan dibahas
selanjutnya). Putnam dan Rorty dengan jelas mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas, sehingga tidak mampu melihat realitas dengan transparan dan holistik
• pandangan evolusionisme, pandangan tentang keseragaman serta kesatuan hukum alam (grand theory) tidak mampu menjelaskan keberagaman budaya manusia,
karena itu pandangan positivisme ini cendrung ditolak oleh pendukung
pascapositivisme dan postmodernisme. Pandangan kesatuan ilmu pengetahuan tidak mampu memperhitungkan situasi budaya lokal, etnis, budaya multikultural, psikologi pribumi (indigeneous psychology), studi budaya-budaya, dan teori-teori feminis yang banyak menjadi perhatian pada pluralisme budaya sekarang ini. Grand-theory tidak menerima cerita-cerita kecil dan suara dari kelompok yang terpinggirkan, karena itu dalam ilmu sosial-budaya pandangan ini banyak dikritik dan ditinggalkan.
• Kepercayaan bahwa ilmu pengetahuan akan membawa pada kemajuan ternyata di sisi lain juga menimbulkan hal-hal yang negatif bagi kehidupan (persaingan
senjata/perang, kesenjangan antara negara kaya dan miskin, masalah ekologi) dan lain-lain. Masalah ini menjadi salah satu kritik kaum pospositivis terhadap
pandangan positivisme ilmiah yang sangat mempercayai kemampuan ilmu
pengetahuan untuk menciptakan kemakmuran, keadilan dalam masyarakat modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata bersifat ambivalen, artinya di samping memberi harapan dan kemudahan bagi umat manusia, akan tetapi di sisi lain menimbulkan dampak negatif yang sangat memprihatinkan.
Untuk memberikan gambaran lebih lengkap tentang perbedaan antara ilmu-ilmu empiris dengan nonempiris dapat dilihat pada tabel berikut:
No Kelompo k Ilmu
Subjek-Objek Metode Tujuan 1 Ilmu
Formal (apriori)
- Obyeknya Dunia III
- Universal
- Deduktif- axiomatis - Kepastian - Universalitas 2 Ilmu Alam - Obyek anorganis - Jarak S-O - Empiris - Deduktif - Induktif - Eksplanasi kausal-mekanis - Prediksi, - Retrodiksi - Nomotetis 3 Ilmu Hayat
- Obyek organik - Empiris: - Deduktif - Induktif - Eksplanasi - Fungsional 4 Ilmu Sosial - Manusia dan Masyarakat - Empiris - Deduktif - Induktif - Intuitif - Fenomenologis - Hermeneutis - Eksplanasi - Kualitatif - Verstehen 5 Ilmu Budaya (termasuk Cultural Studies berkemba ng tahun 1980-an) - Manusia dan budaya/ Kar-yanya (Cultur-al studies: Budaya pop, budaya mas-sa, budaya tinggi, buda-ya kulit hi-tam, budaya pinggiran dll). - Empiris - Fenomenologi, - Hermeneutika, - Semiotika, - Framing, dll. - Deskripsi, - Retrodiksi - Verstehen - Kualitatif
The Basic Beliefs (metaphysics) of alternative Inquiry Paradigms Item Positivis
m
Postpositivism Critical Theory et. al. Constructivism Onto lo-gy Naive realism- Critical realism-“real” reality but only imperfectly and probabilis-tically apprehend-able
Historical realism-virtual reality shaped by social, political, cultural, economic, ethnic, and gender values Relativism-local and specific constructed realities Epist e-molo gy Dualist, objectivist ; findings true Modified dualist/objectivist, critical tradition/ community, findings probably true Transactional/sub-jectivist, value-madiated findings Transactional/ subjectivist; created findings Meto - dolo gy Experime ntal/manip ulative, verificatio n of hypothesi s; chiefly quantitati ve methods Modified experimental/ma-nipulative; critical multiplism; falsification of hypotheses, may include qualitative methods
Dialogic/ dialectical Hermeneutical/
Perbedaan doktrin pronaturalis (Paradigma positivisme) dan antinaturalis (Anti Positivisme) :
o
Problem Ilmu-ilmu Alam/ Biologi Ilmu Sosial-Humaniora
1 Generalisasi Ya: Uniformitas alam Tidak: Keunikan & heterogenitas
2 Eksperimen Ya: Terkontrol Tidak/sulit dikontrol
3 Kebaruan Statis Dinamis
4 Kompleksit
as
Tidak rumit/dapat diisolasi Kompleks/sulit diisolasi 5 Prognosa/
prediksi
Ya Sulit
6 Obyektivita s
Ya Tidak: interaksi subjek-obyek
7 Holisme Tidak (tapi atomistis) Ya (Ganzheit)
8 Interpretasi/ Intuisi
Tidak Ya
9 Nominalis-Esensialis
Nominalis: konsep umum hanya nama (wakil) fakta-fakta individual
Esensialis: memahami
1 0
• Kuhn menggunakan pengertian paradigma
dengan dua puluh satu pengertian yang
berbeda-beda. Masterman membantu untuk
menjelaskan pengertian paradigma Kuhn
dengan mereduksir kedua puluh satu konsep
Kuhn itu pada tiga tipe paradigma. Tipe
paradigma itu antara lain: 1) paradigma
metafisik (metaphysical paradigm) ,: 2)
Paradigma sosiologis (sociological paradigm)
dan; 3) Paradigma konstruk (construct
• Paradigma metafisik, memerankan beberapa fungsi:
• Untuk menentukan masalah ontologi (realitas, obyek)
yang menjadi fokus atau obyek kajian ilmiah dari
komunitas ilmuwan tertentu. Misalnya dalam paradigma
Positivisme dalam sosiologi obyek yang dikaji adalah
fakta sosial
• Menunjuk pada komunitas ilmuwan tertentu bagaimana
mereka menemukan realitas atau obyek (problem
ontologi) yang menjadi pusat perhatiannya.
• Menunjuk kepada ilmuwan yang berharap untuk
menemukan sesuatu yang sunguh-sungguh ada sesuai
dengan pandangan (1) dan (2). (Bandingkan dengan
Ritzer; 2002; 5).
• Paradigma sosilogi;Pengertian yang dikemukakan Masterman tentang paradigma sosilogi ini mirip dengan exemplar pada Kuhn. Eksemplar berkaitan dengan bekiasaan-kebiasaan, keputusan-keputusan dan aturan yang diterima serta hasil penelitian yang
diterima secara umum, Hasil penelitian yang diterima secara umum inilah yang dimaksudkan dengan eksemplar. Misalnya penelitian Durkheim, Max Weber, Atfred Schulz dalam sosiologi; Freud,
Skinner, Maslow dalam psikologi, yang hasil penelitian ini kamudian dijadikan contoh penelitian oleh pendukung paradigma tersebut. Durkeim menjadi model bagi paradigma fakta sosial, Max Weber dengan Social Action-nya menduduki eksempakr bagi sosiologi interpretatif, sehingga mereka disebut sebagai “jembatan
paradigma”. Hal Yang sama tentu dapat diberikan pada Freud (paradigma Psikoanalisa; Skinner (paradigma Behaviorisme) dan Maslow (paradigma Humanistik) sebagai “jembatan paradigma” ilmiah dalam psikologi
• Paradigma Konstruk; adalah konsep
yang paling sempit dari ketiga paradigma
yang dikemukakan Masterman. Untuk
menjelaskan paradigma konstruk ia
memberikan contoh: pembangunan
reaktor nuklir merupakan paradigma
konstruk dalam fisika nuklir, mendirikan
laboratorium menjadi paradigma konstruk
bagi psikologi eksperimental
• Pergeseran paradigma ilmiah itu mengandung beberapa unsur/pengertian:
• Munculnya cara berpikir baru mengenai masalah masalah baru • Dapat berupa prinsip yang selalu hadir, akan tetapi tidak kita
kenal/sadari (bandingkan dengan dimensi yang teka terungkap menurut Michel Polanyi)
• Paradigma baru tidak dapat diterapkan kecuali dengan
meningggalkan paradigma lama (prinsip incommonsurable)
• Paradigma baru selalu dihadapi/ditanggapi dengan kecurigaan dan permusuhan (ingat tantangan terhadap Giordano Bruno dan Gelileo Galilei sewaktu mereka mengajukan teori heliosentris yang
menggeser teori geosentris yang didukung oleh tokoh-tokoh gereja) (Smith, Linda & W. Raeper,2000, 247).
• Dalam sosiologi menurut George Ritzer setidaknya ada
tiga paradigma yang bersaing dengan beberapa varian
teori yang dipayunginya. Paradigma itu antara lain:
• paradigma fakta sosial dengan variannya: a) teori
fungsionalisme struktural; b) teori konflik; c) teori sistem;
d) teori siologi makro.
• Paradigma Definisi sosial dengan varian teori yang
dipayunginya antara lain: a) teori aksi (action thory); b)
interaksionisme simbolik (simbolic interactionism); c)
fenomenologi (Phenomenology).
• Paradigma perilaku sosial yang dikenal juga dengan
pendekatan behavioris. Varian teorinya adalah, a)
Sosilogi tingkah-laku (behavioral sociology); b) teori
exhange atau teori pertukaran Ritzer, 2002).
•
Skema Revolusi ilmiah Kuhn
(Smith;1998; ):
. Pra paradigma
•
Paradigma A normal Science
Anomalies Crisis Scientific
Revolution Paradigma B
Ian Hacking mengemukakan bahwa pemikiran Kuhn telah
menghancurkan beberapa gagasan penting dalam ilmu pengetahuan (khususnya positivisme), antara lain:
1. Realisme ilmiah: di mana ilmu pengetahuan dianggap sebagai upaya untuk menemukan/menjelaskan suatu dunia nyata, bahwa kebenaran teori adalah sesuai dengan realitas/ obyek apa adanya, dengan demikian teori adalah pencerminan realitas tanpa keterlibatan subjek di dalamnya.
2. Demarkasi, maksudnya ada garis batas yang jelas dan tegas antara teori ilmiah dengan non-ilmiah atau jenis keperca-yaan lainnya.
3. Kumulasi, yang mengandung pengertian bahwa ilmu penge-tahuan berkembang secara kumulatif dan berkembang berdasarkan apa yang sudah diketahui dan berdasarkan paradigma sebelumnya.
4. Pemilahan antara teori dengan observasi, karena tidak ada keterkaitan antara teori/paradigma dengan observasi.
5. Fundasionalisme, karena adanya pandangan bahwa observasi dan
eksperimen merupakan fundasi terpercaya bagi kebenaran hipotesa dan teori (karena dapat diverifikasi).
6. Struktur deduktif teori, yakni bahwa pengujian atas teori-teori
berlangsung dengan cara mendeduksi laporan-laporan observasi dari postulat-postulat teoretis.
7. Presisi, yakni bahwa konsep-konsep ilmiah memiliki ketepatan dan memiliki makna yang pasti.
8. Penemuan dan pembenaran, yakni bahwa antara konteks
pembenaran dan konteks penemuan adalah dua hal yang benar-benar terpisah. Dalam ilmu pengetahuan harus benar-benar-benar-benar
dipisahkan secara tegas antara dimensi sosial, histo-ris, psikologis di mana suatu penemuan dilakukan dengan basis logismetodologis yang mengukuhkan kepercayaan pada fakta-fakta yang ditemukan. 9. Kesatuan ilmu pengetahuan, yakni bahwa ilmu pengetahuan
ditegakkan di atas fundasi (bahasa, obyek, metode) yang sama. Paradigma positivisme (metode ilmu alam) menjadi model
terpercaya dan dapat diandalkan bagi semua ilmu pengetahuan (Hacking, 1981: 1-2).
Critical Theory
ajaran Marx yang ditinggalkan oleh Tokoh Mazhab Frankfurt antara lain: 1. Teori nilai pekerjaan Marx dianggap kehilangan arti, karena dalam
masyarakat industri maju ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tenaga produktif yang utama. Jika Marx menganggap ekonomi sebgaia infrastruktur yang menentuka suprastriuktur, maka pada abad xxi ini sering disebut
sebagai era ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan dianggap sebagai modal (capital) utama.
• Pertentangan modal (kapital) dengan pekerjaan juga kehilangan
relevansinya, karena penindasan manusia tidak lagi penindasan kaum
kapitalis pada pekerja (buruh), akan tetapi semuanya ditindas oleh sistem, di mana proses produksi yang ditentukan oleh teknologi sudah tidak
terkontrol lagi. Dengan demikian analisis kelas yang begitu penting dalam pemikiran Marx, kehilangan fundamennya atau tidak relevan lagi.
• Hilangnya pertentangan kelas, disebabkan meleburnya kaum proletariat ke
dalam “sistem” sehingga tidak lagi memiliki semangat revolusioner, Proletariat bukan lagi subyek bagi revolusi menyeluruh.
Critical Theory
• Generasi I Teori Kritis menghasilkan karakter Teori
sbb :
1. Teori bersifat historis, maksudnya teori didasarkan
atas situasi mesyarakat yang kongkrit, lalu
melakukan kritik terhadap kondisi masyarakat yang
tidak adil dan tidak manusiawi.
2. Teori Kritis bersifat kritis terhadap
pandangan/teorinya sendiri
3. Metode dialektik yang digunakan memunculkan
kecurigaan terhadap kondisi masyarakat aktual.
4. Teori tidak bersifat kontemplatif tapi bertujuan
praxis, di mana teori mendorong transformasi
masyarakat yang hanya mungkin bisa diterapkan
melalui praxis
Kritik Teori Kritis mencakup:
1. Kritik terhadap marxisme yang terlalu deterministik. Teori kritis mengatasi determinisme ekonomi dengan memperhatikan
aspek sosial-budaya di samping ekonomi
2. Kritik terhadap positivisme yang menyamakan kehidupan sosial-budaya dengan alam (fisikalisme), Habermas
menyatakan bahwa positivisme mengabaikan peran individu (actor, egent). Positivisme merendahkan pandangan terjhadap manusia dan hukum ilmiah tidak begitu saja berlaku bagi
manusia.
3. Kritik terhadap positivisme dalam sosiologi yang menyebabkan sosiologi berwatak konservatif dan mempertahankan
status-quo.
4. Teori Kritis menolak ilmu yang kontemplatif dengan mengaitkan teori dengan praxis –emansipatoris.
Keterkaitan antara pengetahuan dengan Kepentingan
:
No Kelompok Ilmu Tujuan Kepentingan 1 Empiris Analitis (Ilmu alam & Positivisme Ilmu Sosial Nomotetis (rasio Instrumental) Teknis & Penguasaan,Kontrol alam/manusia 2 Historis-Hermeneutis (Sejarah-ilmu Humaniora) Menangkap makna Perluasan Intersubyektivitas, saling memahami & Komunikasi 3 Kritis-Refleksif (Filsafat, Psikoanalisa, K, Ideologi) Refleksi diri dan Lingkungan kekuasaan Pencerahan, EmansipatorisIlmu dan kepentingan (Habermas)
o
Kelompok Ilmu Tujuan & Kepentingan
1
Empiris-analitis:
ilmu-ilmu alam & Ilmu sosial Positivis Nomotetis: mencari hukum alam Kepentingan : teknis 2 Historis-Hermenutis: Sejarah, sastra Idiografis: pengungkapan makna Kepentingan: Perluasan wawasan dan komunikasi, tindakan bersama 3 Ilmu-ilmu Tindakan: Sosiologi, politik, filsafat, teori feminisme Refleksi kritis Kepentingan: Emansipatoris
No Pandangan Positivisme Logis Rasionalisme Kritis Teori Kritis 1 1 Ilmu bebas nilai Mendukung ilmu bebas nilai
Menolak: Pandangan itu ideologis dan menyembunyikan kepentingan yang ada di dalamnya 2 2 Verifikasi sebagai dasar validitas ilmiah Ditolak: Validitas ilmiah didasarkan pada putusan ilmuwan untuk menyepakati dasarnya
Ditolak: Validitas diarah kan oleh rasionalitas-kepentingan ilmuwan/manusia 3 Persoalan basis (fakta atomik sebagai basis pernyataan ilmiah) Konsensus ilmuwan yang menentukan bahwa pernyataan (teori) sesuai dengan realitas
Pengamatan tidak bebas nilai, Kepentingan untuk menguasai alam menjadi dasar
ilmu-ilmu alam. Hasil penelitian diarahkan oleh metode penelitian (pilihan peneliti)
Teori Ilmiah Teori Kritis 1 Tujuan Nomotetis, Manipulasi dunia eksternal Mencerahkan, Emansiparoris, menemukan kepentingan sejati masyarakat 2 Struktur kognitif Mengobyektivasi, merepresentasikan obyek Refleksi, teori merupakan bgn dari obyek yg dideskripsikan
3 Konfirmasi Empiri &
Verifikasi sbg Justifikasi Scr Kognitif diterima jika mampu bertahan oleh proses evaluasi; teori benar-benar refleksif
n Scientific Theories Critical Theories 1 Tujuan Nomotetis;
manipulasi dunia eksternal
Emansipatoris & Mencerahkan; menyadarkan represi terselubung, sehingga dapat membebaskan, mampu menemukan kepentingan nyata/sejati masyarakat 2 Struktur kognitif Mengobyektivasi, teori merepresentasikan obyek, -refleksi
- Teori merupakan bagian dari obyek yang dideskripsikan
3 Konfir masi Empiri & eksperimen sebagai legitimasi (verifikasi)
Secara kognitif diterima jika ia mampu bertahan oleh proses evaluasi rumit; apakah teori benar-benar refleksif
Emancipatory Politics Life Politics 1 Pembebasan kehidupan sosial
dari tradisi dan adat-istiadat
Keputusan keputusan politik yang keluar dari kebebasan memilih dan kekuasaan generatif (kekuatan sebagai kemampuan transformatif) 2 Pengurangan atau penghapusan
eksploitasi, ketidaksamaan dan penindasan. Perhatian terhadap pendistribusian yang divisive terhadap
kekuasaan.sumberdaya.
Pembentukan bentuk-bentuk kehidupan yang dapat dibenarkan secara moral akan mendukung aktualisasi diri dalam konteks global
3 Kataatan terhadap prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan partisipasi
Pengembangan etika tentang “bagaimana kita harus hidup” dalam tatanan postradisional serta terhadap permasalahan eksistensial
Asumsi Epistemologi Praktis
(Pragmatisme):
1. Tidak ada dasar epistemilogi yang pasti bagi
ilmu pengetahuan (antifundasionalisme).
2. Pengetahuan adalah kepingan-kepingan
pengalaman.
3. Ilmu pengetahuan adalah konstruksi kognitif
& interaksi yang berkaitan dgn lingkungan.
4. Kebenaran ilmu pengetahuan ditentukan
•
Akibatnya revolusi kehilangan arti, revolusi ternyata
hanya akan mengembalikan keadaan semula.
•
Kritik ekonomi kapitalis Marx yang parsial, digantikan
oleh kritik yang lebih menyeluruh yaitu kritik terhadap
kebudayaan teknokratis.
•
Karena dalam upaya emansipasi tekanan fungsi
kesadaran bersifat primer, maka bidang produksi tidak
lagi memiliki kedudukan sentral, Akibatnya skema
basis- bangunan atas dianggap tidak berlaku lagi.
•
Atas dasar itu ajaran (dogma) inti Marxisme tentang
hukum perkembangan ekonomi umat manusia yang
niscaya menuju penghapusan masyarakat berkelas
dan ke arah kebebasan manusia, juga tertolak.
• Upaya untuk membebaskan diri dari dogmatisme ajaran Marx telah memunculkan berbagai pandangan baru yang berkembang seperti:
• bukan kebutuhan manusia yang menentukan proses produksi melainkan
kebutuhan itu sendiri diciptakan, agar hasil-hasil produksi bisa laku;
perkembangan teknologi ternyata menuruti hukum-hukumnya sendiri dan lepas dari kontrol manusia;
• kebahagiaan yang ditawarkan industri konsumsi ternyata kebahagiaan
semu, karena ternyata membuatnya semakin tergantung pada benda-benda (pemilikan) dan menghilangkan nilai pada dirinya sendiri;
• bekerja bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan
diri, akan tetapi merupakan keterpaksaan untuk memenuhi kebutuhan yang diciptakan;
• teknologi modern ternyata bukan memanusiakan manusia akan tetapi
sebaliknya semakin memperbudaknya;
• kemajuan sarana komunikasi ternyata mengisiolosi manusia dan bukan
Arthur Asa Berger mengemukakan beberapa metode hermeneutika atau interpretasi teks yang banyak digunakan dalam interpretasi teks (realitas sosial-budaya) dalam dunia akademis sekarang ini (bab V, halaman: 231-233) antara lain:
Feminist Theory Semiotics Ethical Criticism Sociological Marxist
Theory Theory Aesthetic Psychoanalytic Literary Theory Theory Theory
Jika kita melakukan penelitian tentang masalah perempuan yang kita anggap sebagai teks, maka metode hermeneutika dengan variannya: teori psikoanalisa, teori estetika, teori literatus, teori marxis, teori semiotika, teori kritis, teori-teori feminis atau bahkan dekonstruksi model Derrtida dapat saja kita gunakan.
T. Feminis
• Ada tiga faktor yang membantu terciptanya gelombang
aktivitas feminis akhir-akhir ini antara lain:
– Berkembangnya pemikiran kritis pada tahun 1960-/1970an. – Kemarahan aktivis perempuan yang terhimpun dalam gerakan
anti perang, penegakan hak-hak sipil, gerakan mahasiswa yang hanya bertujuan menentang menentang sikap seksis dan liberal di dalam gerakan tersebut.
– Pengalaman kaum perempuan dalam menghadapi prasangka dan diskriminasi yang mereka alihkan menjadi tuntutan upah dan pendidikan yang lebih tinggi (Ritzer dan Goodman, 2004: 98).
T. Feminis
• Jika diteliti secara rinci dapat dilihat ciri utama teori sosiologi feminis dalam upaya membangun sosiologi yang prefosional anatara lain:
1. Menekankan bahwa pengalaman, pekerjaan, dan kehidupan
perempuan sama pentingnya dengan, pengalaman, pekerjaan dan kehidupan kaum laki-laki.
2. Penekanan itu diiringi oleh kesadaran bahwa ,mereka berbicara
dari pendirian hendak diwujudkan bukan dengan nada keangkuhan obyektivisme, karena mereka ingin menjadikan teori sosiologi laki-laki sebagai patner bagi teori yang mereka bangun.
3. Kesadaran bahwa sosiologi bertujuan untuk mereformasi kehidupan sosial, di mana tujuan akhirnya adalah untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kehidupan. 4. Kesadaran bahwa ketimpangan sosial sebagai masalah utama
dalam upaya mencapai kemajuan, karena itu ketimpangan dan ketidak adilan itu harus diatasi .
• Dalam mengembangkan teorinya pendekatan feminis tidak menerima pendekatan positivis atau fungsionalis karena pertimbangan berikut:
1. Karena pendekatan positivis menekankan pada penemuam kebenaran universal dengan metode verifikasi.
2. Komitmennya pada obyektivitas dan netralitas peneliti.
3. Klasifikasinya yang dikotomis serta penekanannya pada prinsip kausalitas.
4. Pandangan-pandangannya yang ahistoris.
5. Tidak melihat pemakaian bahasa sebagai medium untuk
menyampaikan pemikiran-pemikiran, konsep-konsep dan teori-teori (Ollenburger & Helen A. Moore, 1996: 46).
• Janet Chavetz mengemukakan beberapa unsur yang
terdapat dalam teori sosiologi feminis sebagai berikut:
1. Masalah jenis kelamin sentral dalam semua teori
2. Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai
masalah
3. Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai
alamiah dan kekal
4. Kriteria teori sosiologi feminis dapat digunakan untuk
menentang, meniadakan atau mengubah suatu status
quo yang merugikan atau merendahkan derajat
• Sandra Harding merumuskan metode (epistemologi) feminis sebagai alternatif. Ia merumuskan lima macam kecenderungan penelitian interdisipliner yang perlu dikembangkan oleh kaum feminis:
1. Suatu penelitian yang adil didorong oleh politik reformis liberal untuk menguji perlawanan dan diskriminasi terhadap wanita di dalam dunia ilmiah. Pendidikan serta proses sosialisasinya menanamkan minat dan bakat dalam ilmu pengetahuan.
2. Penelitian terhadap penyalahgunaan ilmu-ilmu sosial, bilogi dan teknologi diperlukan untuk menunjukkan adanya proyek-proyek sosial yang bersifat sexist, racist dan homophobic
3. Kajian dari kaum konstruktivisme sosial diperlukan untuk mengusahakan kemungkinan adanya ilmu pengetahuan murni.
4. Kajian kelompok dekonstruksionis diperlukan untuk menemukan kebenaran laporannya, terutama yang berkaitan dengan batas bahasa, struktur retoris dan lain sebagainya.
5. Kajian epistemologis diperlukan untuk mengeksplorasi fundasi-fundasi pengetahuan dalam kaitannya dengan relasi sosial, perwujudannya serta kaitannya dengan struktur kekuasaan.
• Shulamit Reinharzt mengemukakan sepuluh tema metodologi feminis ( dalam Feminst Methods In Social Research, 1992) sebagaiu berikut: 1. Feminisme adalah suatu perpektif bukan metode penelitian
2. Feminist menggunakan bermacam-macam metode penelitian
3. Penelitian femins melibatkan kritik berkelanjutan terhadap penelitian dan kegiatan ilmiah di luar Kajian feminis
4. Penelitian feminis dituntun oleh teori feminis
5. Penelitian feminis bersifat interdisipliner/multididipliner
6. Penelitian feminis bertujuan untuk menciptakan perubahan sosial
7. Penelitian feminis berupaya untuk menampilkan keberagaman manusia. 8. Penelitian feminis sering menyertakan peneliti sebagai seorang pribadi 9. Penelitin fiminis sering berupaya mengemvbangkan hubungan khusus
dengan orang-orang yang diteliti (penelitian interaktif, partisipatif)
10. Penelitian feminis sering menetukan hubungan khusus dengan pembaca ( Shulamit; : 336).
• Richardson dan Taylor menyusun lima metode feminis sebagaimana
dikamukakan oleh Judith Cook dan Mary Margaret Fonow sebagai berikut:
1. Memperkenalkan tentang adanya pengaruh gender (male biased) ketimpangan gender dalam semua kegiatan sosial manusia.
2. Menyingkapkan bagaimana hubungan gender dengan system lain yang
mempengaruhi perbedaan seperti: ras, kelas sosial, etnis, umur dan lain sebagainya. Ada pengalaman dan harapan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan antara kelas, ras kulit putih dengan kulit hitam dan berwarna.
3. Meningkatkan dan menyebarkan kesadaran (conciuosness rising) yang diyakini dapat membantu memperkecil atau menghilangkan ketidak adilan/penindasan terhadap kaum perempuan.
4. Memikirkan dan mengubah pandangan dualisme antara si peneliti dengan obyek yang diteliti dengan pandangan yang dialogis, partisipatif. Karena tuntutuan
obtektivitas ilmiah ternyata membuat hubungan yang tidak sejajar (tidak adil). Dialog dan sikap kritis diperlukan untuk memahami perspektif, pengalaman dan harapan kaum perempaun.
5. Menekankan perlunya pemberdayaan dan transformasi yang secara tidak langsung telah menimbulkan berbagai kritik.
• Dalam proses pengetahuan ini yang terjadi bukanlah dualisme subyek-obyek, rasio dan emosi. Akan tetapi proses yang menyatukan antara tangan, kepala dan hati (hand, brain, and heart).
• Dalam pandangan ini ilmu pengetahuan menjadi holistik, relasional serta
bertangungjawab terhadap berbagai proses keputusan kelompok. Ada tiga pengertian analitis menuju ke suatu teori yang holistik (terpadu) yaitu:
1. Memberi tempat bagi mereka yang tertekan, sebagai cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian yang adil,
bertangungjawab. Subyek yang dijadikan sebagai obyek penelitiasn justru harus diposisikan sebagai mitra dialog;
2. Ilmu dan penelitian diakui tidak netral, terdapat hubungan antara gaya kognitif dengan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan sosial;
3. Ciri relasional ilmu dan penelitian mengakui dan menjalani proses, dan tidak dapat meninggalkan sumbangan pengalaman prarasional sekalipun. (lihat tulisan J.B. Banawiratma, dalam, Budi Susanto, 1994, 97).
Table 1. 2 Interpretive Paradigms (Denzin & Yvonna, 1998; 27):
Paradigm/Theory Kriteria Bentuk teori Tipe Narasi Positivist/postpositiv
ist
Internal, validitas eksternal Logical-deductive, ilmiah, grounded (teori dari dasar)
Laporan ilmiah Konstruktivis Keterpercayaan,
ckredibilitas, dapat ditransfer, konfirmabilitas
Formal-substantif Interpretasi, studi kasus, ethnografik, fiksi
Feminist Lokal, pengalaman hidup, dialok, Kepedulian, akuntabilitas, ras, klas, gender,
reflesivitas, praxis, perasaan, didasarkan fakta nyata
Kritis, standpoint Essei, historis, . tulisan
eksperimentasi
Ethnic Afrosentris, pengalaman hidup, dialog, keprihatinan, akuntabilitas, ras, klass,gender
Standpoint, kritis, historis
Essei, cerita (narasi), drama
Marxist Teori emansi-
patoris, dapat difalsifikasi, dialogis, ras, klas, gender
historis-kultural, economis Historis, ekonomis, analisis sosial-budaya Cultural Studies (studi budaya)
Praksis budaya, Teks sosial, subjektif
Kritisisme Sosial Teori budaya sebagai kritik
Table 1. 2 Interpretive Paradigms (Denzin & Yvonna, 1998; 27):
Paradigm/Theory Kriteria Bentuk teori Tipe Narasi
Positivist/postpo sitivist Internal, validitas eksternal Logical-deductive, ilmiah, grounded (teori dari dasar)
Laporan ilmiah
Konstruktivis Keterpercayaan,
ckredibilitas, dapat ditransfer,
konfirmabilitas
Formal-substantif Interpretasi, studi
kasus, ethnografik, fiksi
Feminist Lokal, pengalaman
hidup, dialok, Kepedulian,
akuntabilitas, ras, klas, gender,
reflesivitas, praxis, perasaan, didasarkan fakta nyata
Kritis, standpoint Essei, historis, .
tulisan eksperimentasi Ethnic Afrosentris, pengalaman hidup, dialog, keprihatinan, akuntabilitas, ras, klass,gender Standpoint, kritis, historis
Essei, cerita, drama
Marxist Teori emansipatoris,
dapat difalsifikasi, dialogis, ras, klas, gender historis-kultural, economis Historis, ekonomis, analisis sosial-budaya
Bagaimana ilmu pengetahuan terkait dengan kepentingan, dengan kuasa dan nilai emansipatoris dapat dilihat dalam table berikut:
P. Positivis P. Interpretatif P. Feminis Asumsi dasar Fenomena/fakta sosial
dapat dion\bservasi, obyektif, bebas dari bias peneliti Fenomena sosial dikonstruksi dari pemaknaan simbolik yang dapat terlihat/terobservasi dari tingkahlaku manusia, interaksi manusia dan bahasa. Realitas beragam, kompleks, terdiri dari berbagai perspektif, subyektif.
Ada kuasa &kepentingan yang mengendalikan/mempengaruhi fenomena sosial dan tingkahlaku seseorang. Realitas bersifat terkonstruksi dan “negosiable” . Perbedaannya tergantung pada konsteks osial-budaya dan kuasa
Sumber evidensi/ fakta
Fakta yang tersingkap melalui prosedur penelitian yang terstandarisasi dan bebas konteks Pemaknaan diperoleh dari perspektif, pengalaman dan tingkahlaku dalam suatu konteks sosial-budaya
Kuasa, kontrol dan faktor-faktor kontekstual yang dapat diketahui dari pendapat personal/kelompok sebagai refleksi berbagai versi dari realitas
Metode Cara pengumpulan data yang terstruktur, terukur & terkontrol ketat
Contoh: survei, eksperimen laboratorium, observasi terstruktur dan skala rating
Semi structural. Observasi dan pertanyaan terbuka memungkinkan partisipasi untuk mengekspresikan pikiran & Tingkahlaku secata alamiah. Contoh: Wawancara mendalam, riset partisipatif, Studi kasus. Observasi pertisipatoris, dialog terarah, memungkinkan dua kelompok (dominan-marjinal) mengemukakan pendapat, pengalaman dan keinginannya
Contoh: penelitian partisipatoris, mendengar aktif dan reflektif, Mengupayaklan perubahan dan menghilangkan hambatan oersonal dan politis. Kecendrungan/Ara h Penelitian Pendekatan kuantitatif, Erklaeren, verifikasi, prediksi tingkah-laku melalui hubungan kausalitas dan asosiasi. Studi kualitatif, memahami tingkahlaku manusia dalam konteksnya
Studi feminis mencari pemahaman dari pengaruh gender terhadap sikap & tingkahlaku, termasuk perbedaan kuasa dan kontrol dalam kerangka perubahan/emansipasi sosial Tingkat Partisipasi Subyek penelitian
menjawab pertanyaan spesifik dalam bentuk respon yang terformat
Partisipasi, pertanyaan terbuka, spontan dan natural
Partisipan memiliki kebebasan dalam mengarahkan proses pengumpulan data dan dalam menentukan tindakan selanjutnya
Pengaruhnya terhadap Partisipasi
Subyek/peneliti & Obyak yang diteliti tidak saling mempengaruhi (Netral) Partisipan menyadari peran keterlibatannya dalam proses penelitian. Memperoleh pemahaman sesuai dengan persoektif & tingkahlaku sesuai topik penelitian
Pemberdayaan dan emansipasi. Hasil penelitian mengarahkan aksi untuk perubahan sosial
Pengertian Modernitas
• Menurut G. Simmel, Weber : modernitas adalah
proses yang melahirkan negara industri
kapitalis modern. Modernitas merangkum
pengertian yang sistem sosial, ekonomi, politik
yang muncul di Barat sejak abad 18.
• Posmodernitas berarti yang muncul setelah
modernitas (kebudayaan posmodern yng
muncul setelah kebudayaan modern).
Posmodern bisa juga disebut sebagai cara
berpikir baru.
modernisasi
• Modernisasi proses perubahan
sosial-ekonomi (budaya) yg diakibatkan
perkembangan ilmu pengetahuan &
teknologi (industrialisasi)
• Posmodernisme adalah gerakan
kebudayaan kapitalis lanjut(late capitalism,
postindustrial, consumer society,
• Dalam perspektif Cultural Studies, politik budaya feminis dapat dibagi secara luas setidaknya dalam lima kategori yang bersaing: 1. Politik liberal dan feminis liberal yang menekankan pentingnya
persamaan dan kesmpatan dalam bidang – bidang seperti:
pekerjaan, akses pendidikan, perawatan anak. Dalam pandangan ini menekjankan individualitras perempuan tanpa berfokus pada perbedaan mereka dengan kaum laki-laki.
2. Politik budaya yang terpusat pada perempuan, dipihak lain
memusatkan perhatian pada perspektif yang mengistemewakan kaum perempuan. Keanekaragaman politik budaya kaum
perempuan ditujukan sebagai upaya menulis ulang sejatrah perempuan dari perspektif mereka
3. Feminis Marxis melihat gender sebagai fenomena budaya.
Perbedaan dalam praktek kebudayaan tidak dilihat sebagai tanda adanya perbedaan esensial antara kedua jenis kelamin tersebut. Perbedaan gender dilihat sebagai bagaimana perbedaan itu
Dalam feminisme posmodern perbedaan ras dan gender tidak memiliki makna yang tetap. Setiap individu dianggap sebagai gabungan unsur-unsur berbagai mode subyektivitas yang ada Unsur-unsur-unsur yang
bertentangan pun bisa saja cocok pada waktu yang berbeda Feminitas dan maskulinitas dikonstruksi secara sosial dan merupakan situs perjuangan politik tentang makna.
4. Konstruksi sosial merupakan relasi, karena itu feminis posmodern tidak tertarik pada autensitas. Feminisme posmpdern membuka ruang bagi
perbedaan dan (beragam suara) serta interpretasi baru mengenai identitas. 5. Feminisme kulit hitam dan feminisme non barat berkonsentrasi pada
rasisme dan kolonialisme.dan memandang hal ini sebagai alat untuk memahami relasi gender. Bagi feminism kulit hitam ras tetap merupakan suatu bentuk penindasan yang hakiki (Sardar danBoris van Loon,2001: 142-145). Feminsme Dunia Ketiga umumnya menolak pemikiran feminisme Barat sebagai tolak ukur dan representasi dari gerakan feminis, Feminisme NonBarat berakar dari rasisme dan kolonialisme, pengakuan terhadap
Posmodern
Sebelum kita menjelaskan posmodern ada baiknya kita jelaskan asumsi ilmiah paradigma positivisme yg dominan pd era modern yang ditolak oleh epistemologi posmodernis, antara lain:
• Metode ilmiah adalah metode yang baku: (konstruksi sosial, Feyerabend)
• Pertanyaan manusia dan sosial-budaya dapat dijawab dengan metode ilmiah yang baku itu (maksudnya positivisme).
• Eksistensi manusia (human being) itu seperti mesin. • Obyektivitas total itu dapat dicapai.
• Kuesioner itu selalu mengemukakan kebenaran.
• Proses penelitian benar-benar bebas dari bias personal.
• Semua yang ada hanya merupakan sebuah teka-teki sosial yang akan terpecahkan melalui metode eksperimen.
Posmodern
• megemukakan pengertian post-modern sebagai
sesudah modern. Ia mengemukakan bahwa
pengertain postmodern itu merupakan
campuran beberapa atau gabungan seluruh
pengertian berikut: hasil dari modernisme; anak
dari modernisme; akibat dari modernisme;
penyangkalan akan modernisme; penolakan
terhadap modernisme (Appinnanesi, Chris
Garrat, 1995).
• Istilah moderrn berasal dari kata Latin modo yang berarti „barusan”. Istilah itu dimunculkan tahun 1127 oleh Suger seorang kepala
biarawan Basilika St. Denis di Paris Waktu itu Ia melakukan
renovasi yang hasilnya berupa karya arsitektur yang benar-benar baru (bukan seperti arsitektur Yunani, bukan Romawi) karena itu Suger mengalami kesulitan untuk menyebutnya, sehingga ia
menggunakan istilah opus modernum (sebuah karya modern)
(Appignanesi, Richard dan Chris Garratt1995: 6). Dalam filsafat era Renaisans dan Pencerahan sering disebut sebagai awal zaman modern. Modernisme dalam pengertian kultural dimulai pada tahun 1900-an ketika terjadi inovasi teknologi massal, yaitu gelombang pasang kedua revolusi industri yang telah terjadi sekitar tahun 1800-an
• Periode dari tahun 1890-an sampai 1920-an dapat disebut sebagai masa kejayaan zaman modern sedangkan masa sesudah tahun 1960-an/1970-an disebut sebagai zaman posmodern.
Pemikir yg mempengaruhi Posmodern
:
N0 Pemikir Pikirannya
1 Nietzsche Perspektif, Kematian obyektivitas dan kepastian (anti esensialis), gerak sejarah siklus
2 Karl Marx Kesadaran kelas, posisional/standpoint epistemology, konstruksi sosial
3 Martin Heidegger
Menolak konsep “obyektivitas” Vs “Subyektivitas”
4 Ludwig Wittgenstein
Language games (antifundationalism)
5 Thomas Kuhn Mempopulerkan konsep paradigma, Ilmu sbg consensus komunitas
6 Francois Lyotard
Abad informasi, Menolak universalitas &
grand-narrative, little/mini-narrative
7 Jacques Derrida Menolak metafisika
kehadiran, Menolak
Logosentrisme, dekonstruksi
8 Michel Foucault Kuasa dan kebenaran,
episteme, diskursus,
9 Roland Barthes Semiotics, Ideologi,
10 Richard Rorty Antifundasionalis, menolak
teori cermin, kontigensi
Menurut teoritisi sosial postmodern era postmodern
ditandai oleh beberapa hal berikut:
1. Globalitas: Bangsa-bangsa dan wilayah semakin terhubung satu sama lain sehingga mengaburkan perberdaan antara wilayah dan bangsa dan wilayah maju (Dunia Pertama) dengan bangsa dan wilayah terbelakang (Dunia Ketiga). Dengan Era informasi tidak ada satu Negara atau wilayah pun di dunia yang dapat mengurung diri dalam batas geografisnya.
2. Lokalitas: kecendrungan global berdampak langsung pada
lingkungan lokal, sehingga memungkinkan kita untuk memahami dinamika global dengan mempelajari manifestasi lokal. Dalam
pemikiran posmodernis dimensi local dan global merupakan dua hal yang berjalan beriringan , karena itu sering juga disebut global
paradoks. Dari satu sisi era informasi cendrung menghilangkan hal-hal yang bersifat lokal, akan tetapi di sis lain memungkinkan hal-hal-hal-hal yang bersihat local itu memasuki wilayah nasional dan gobal.
Contoh jelas paradoks ini dapat kita lihat bagaimana TV selama dua puluh empat jam menyuguhkan masalah global, akan tetapi juga TV lokal menyiarkan masalah dan budaya lokal ke dunia internasional.
3. “Akhir dari Sejarah” : Modernitas sebagaimana diteorikan pendukung pencerahan, bukanlah akhir dari sejarah, yang muncul dari era
postindustrial dimana kebutuhan dasar material semua orang dipenuhi sehingga konflik kolompok dan pertentangan ideologi semakin
menghilang. Akan tetapi posmodernitas adalah keterputusan
(diskontinuitas) sejarah yang halus, perkembangan evolusioner kapitalis sebagai mana dirancamg oleh pendukung Pencerahan dan pendiri teori sosiologi dan ekonomi borjuis. Akhir sejarah diartikan berakhirnya
pertentangan idologi kapitalis dengan sosialis, dan semakin merajalelanya kapitalisme gobal (neokapitalisme)
4. “Kematian individu” konsep borjuis tentang subyektivitas tunggal dan
tetap secara jelas dan dibedakan dengan dunia luar tidak dianggap masuk akal lagi oleh pemikir postmodernitas. Kini diri atau self
(individualitas) menjadi arena pertarungan tanpa batas antara “diri” dan yang di “ luar diri” atau pertarungan antara “diri” dengan “lingkungan sosial-budaya”.
(Jacques Lacan, 1977, 1982) mengkonsepkan masyarakat sebagai
5. “Mode informasi” cara produksi, dalam terminoligi marxis, kini tidak lagi
relevan, era sekarang adalah “era informasi” “era postindustri” . Era dimana masyarakat postmodern mengorganisir dan menyebarkan informasi dan hiburan.
6. “Simulasi” Jean Baudrillard (1983) menyatakan bahwa apa yang disebut dengan realitas, sekarang tidaklah stabil dan tidak dapat dilacak dengan konsep ilmiah tradisional (maksudnya positivisme), termasuk juga
Marxisme. Masyarakat semakin “tersimulasi”, tertipu dalam “dunia citraan” dan “Wacana” yang secara cepat menggantikan pengalaman manusia atas realitas. Goldman dan Parson (1995) mengemukakan bahwa, iklan
merupakan wahana utama dunia simulasi itu.
7. “Perbedaan dan penundaan dalam bahasa”: Bahasa ,menurut Jacques Derrida tidak lagi berada dalam hubungan representasional pasti atas ”realitas”. Bahasa tidak lagi dapat menggambarkan realitas dunia secara jernih dan transparan. Bahasa dianggap bersifat licin, media ambigu yang bisa mengaburkan pemahaman yang jelas menjadi tak pasti. Posmodern mengkritisi pandangan obyektivisme–universalisme dalam wacana ilmiah. Dekonstruksi atau pembacaan kreatif atas teks dari Derrida, membuka ruang bagi penafsir untuk menyingkapkan kekayaan makna teks.
8. “ Polivokalitas” : Segala hal atau obyek dapat dikemukakan dengan perspektif atau paradigma yang berbeda, yang kedudukannya satu sam lain memiliki kesejajaran atau kedudukan yang sama. Karena itu ilmu pengetahuan dihadapkan pada “multi narasi” yang satu sama lain saling melengkapi, saling bersaing, di mana satu
perspektif atau paradigma tidak memiliki keunggulan epistemologis dari yang lain. Ketika Amerika menginvasi Irak, Presiden Bush
menyatakan bahwa ia memerdekakan rakyat Irak dari penguasaan Saddam. Berbagai TV seperti CNN, Aljazira, Al-Arabiya, Metro TV, dan yang lain menyiarkan kejadian yang sama berdasarkan sudut pandang dan kepentinganya masing-masing, sehingga fakta
(kejadian yang sama) ditafsirkan secara beragam.
9. Kematian analisis oposisi biner: model berpikir yang didasarkan atas analisis polaritas (oposisi biner) misalnya: laki-laki Versus Perempuan, benar versus salah, negara maju Vs negara
terbelakang, model berpikir ini dianggap tidak lagi relevan, karena munculnya keanekaragaman/pluralitas posisi subyek atau manusia.
10. Lahirnya Gerakan sosial baru: akhir-akhir ini
bermunculan berbagai gerakan akar rumput yang
mendorong berbagai perubahan sosial progresif, seperti
gerakan perempuan, gerakan perempuan kulit hitam,
gerakan anti kolonialisme, gerakan lingkungan hidup,
gerakan kaun lesbian, gay dan lain-lain.Gerakan ini tidak
selalu tepat dengan analisis oposisi biner atau analisis
hitam-putih, namun yang jelas gerakan ini menuntut
perubahan sosial baru, menuntut penghargaan pada
perbedaan etnis, budaya, agama dan lain-lain. Gerakan
sosial baru ini sangat berkembang dalam kajian
11. Kritik terhadap narasi besar: Lyotard mengemukakan bahwa pada era postmodern kepercayaan pada penjelasan makro atau cerita besar/ cerita .agung sejarah seperti diungkapkan oleh Marx, dilektika Roh model Hegel, kemajuan yang dipercayai oleh modernitas sudah tidak relevan lagi.
Posmodernitas lebih mempercayai pada polivokalitas, keanekaragaman daripada keseragaman, mengharagai perbedaan, dan interpersonal.. Posmodern menolak bentuk pemikiran yang monodimensional yang otoritarian. Posmodern menurut Lyotard lebih menekankan dan
mempercayai narasi kecil tentang masalah sosial, cerita tentang masalah kehidupanm dan perjuangan pada tingkat budaya, etnis, bahasa yang bersifat lokal.
12. Otherness (ke-liyan-an) : Pemikir postmodernis memberikan ruang dan penghargaan pada kelompok yang selama ini terpinggirkan
(termarjinalkan). Penghargaan pada kel;ompok atau suara yang
terpinggirkan selama ini, berkaitan erat dengan munculnya gerakan dan perjuangan hak-hak sipil serta penghargaan pada multikutural(isme) akhir-akhir ini.
Pandangan postmodernisme sebagai titik balik peradaban ditunjukkan melalui beberapa pandangan pemikir:
– Vattimo : Berakhirnya modernitas
– Daniel Bell: Akhir ideology, Masyarakat postindustri
– Francois Lyotard : matinya Metanarasi
– Akhir dari Sosial, ( Jean Baudrillard)
– Akhir dari Teori, Masyarakat Konsumer (Fredrich
Jameson)
– Matinya Logos ( Jacques Derrida)
– Matinya Ilmu Pengetahuan (The End of Science)
– Matinya Ilmu Ekonomi (Omerod)
– Matinya Realitas (Leary)
Perlu dibedakan konsep postmodernity
(postmodernitas) dengan dengan postmodernisme:
• Postmodernitas mengacu pd periode historis
yang mengikuti era modern.
• Postmodernisme mengacu pada produk cultural
(seni, film, arsitektur, ilmu pengetahuan) yang
berbeda dengan produk kultural modern
• Munculnya teori social-budaya postmodern
(subyektif, local, relative, mini-narrative)
menggantikan atau melengkapi teori modern
(obyektif, rasional, universal, grand-narrative).
Barry Smart dalam, Postmodernity
(1993) membedakan
tiga pendirian yang berbeda dikalangan postmodernis:
1. Tipe Moderat: Postmodern(isme) sebagai lanjutan
modern(isme). Kekurangan pada modernisme dicoba
atasi oleh postmodernisme . Tokohnya J. Habermas,
Daniel Bell (postindustrial Society)
2. Postmodernis ekstrem/Radikal: ada keterputusan antara
masyarakat/pemikiran modern dengan postmodern.
Tokoh yang termasuk ini: Francios Lyotard, Jean
baudrillard, M. Foucault, J. Derrida, Gilles Deleuze, Felix
Quattari, Richard Rorty
3. Modern dan Posmodern sebagai pilihan dalam
melihat/menjelaskan masalah social-budaya
Ciri Filsafat Posmodern
1. Berubah dari ilmu pengetahuan universal
(metanarasi, grandnarrative) ke narasi yang
bersifat lokal mini/little narative)
2. Menolak rasionalitas yg universal. Rasionalitas
selalu dikondisikan dalam narasi partikular,
tradisi, dan intitusi dan praksis tertentu
3.Posmodern menolak kesatuan, totalisasi, dan
skema universal dengan merayakan pluralitas,
perbedaan, fragmentasi, dan kompleksitas
4. Menolak individu yg otonom dan rasionalitas yg
transenden. Individu senantiasa terkait dengan
lingkungan budaya, bahasa, sejarah
5. Postmodernis anti metafisika, dimana
sejarah dan nilai-nilai diturunkan dari
kepercayaan itu (ingat abad kegelapan).
6. Pengetahuan kita tentang sesuatu
merupakan konstruksi bahasa dan
konstruksi sosial.
7. Bahasa adalah konstruksi sosial,
melaluinya kita berpikir, dan mengubah
keberadaan kita.
Ciri Kebudayaan Posmodern (Zygmunt Bauman, 1992) :
1. Pluralistis
2. Berjalan di atas perubahan yg konstan
3. Kurang dlm “otoritas universal”
4. Hieterarkhis & Permainan
5. Merujuk pada “Polivalensi penafsiran”
6. Dominasi media & Pesan-pesannya
7. Anti esensialis (semua tanda-tanda)
Bauman membedakan Tipe Intelektual modern (legislator) & Tipe postmodern (Interpreter)
• Tipe Legislator:
1. Memiliki kewenangan mengatasi perbedaan
2. Pendapat legislator benar & mengikat
3. Otoritas karane ilmu yg lebih unggul
4. Ilmuwan memiliki akses yg lebih baik pd ilmu
5. Ilmuwan pemilik kolektif atas pengetahuan yg dihasilkan
6. Ilmu dianggap berhubungan langsung dg perbaikan sosial
7. Ilmuwan tdk terikat dgn tradisi lokal serta menjastifikasinya.
Tipe Interpreter:
1. Interpreter menafsirkan ide-ide dlm komunitas
2. Interpreter tidak berorientasi mencari ide terbaik, tujuannya utk
memfasilitasi komunikasi bebas antar komunitas
3. Interpreter berusaha mencegah distorsi dlm komunikasi
4. Interpreter perlu pemahaman yg dalam & luas
5. Interpreter perlu menjaga keseimbangan antar tradisi yg
Perbedaan Modern dengan Posmodern
No Modern Posmodern
1 Pengetahuan ilmiah Scientific knowledge)
Kearifan (pengetahuan cultural), wisdom (cultural knowledge)
2 Teori besar (grand-theory) Kesatuan cultural relative (Relative
Cultural Corpuses)
3 Universalisme (Universalism) Partikularisme (Particularism)
4 Monovokalitas (monovocality Polivokalitas (Poly-Vocality)
5 Makna simbolic (symbolic Meaning) Simulacra
6 Koherensi (Coherence) Pasticke
7 Holisme (holism) Fragmentasi (fragmentation)
8 History (Sejarah ) Sejarah-sejarah (histories)
9 Ego rasional Libidinal self
Perbedaan modern dgn
Posmodern
No MODERN POSMODERN
1 Narasi Besar Narasi Kecil
2 Obyektivisme Naturalisme
3 Pemusatan (centring) Tersebar,lokalitas,perbedaan,the other
4 Monisme Pluralisme,multivokal
5 Mataerialisme Semiosis, interpretatif
6 Dunia Cetak Elektronik
7 Mekanistik Nonmekanistik
8 Linear Nonlinear
9 Deterministik Nondeterministik