• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.3. Pelaksanaan Penelitian

3.3.4. Kritik Sumber

3.3.4.2. Kritik Internal

Berbeda dengan kritik eksternal, kritik internal digunakan untuk menilai aspek “dalam” yaitu isi dari sumber sejarah yang diperoleh. Sejarawan harus mengkritisi apakah isi dari sumber tersebut dapat diandalkan atau tidak. Dengan kata lain, kritik internal bertujuan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian- kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber (Ismaun, 2005: 50).

Salah satu upaya penulis dalam melakukan kritik internal adalah dengan melihat perbandingan dari buku-buku yang digunakan sebagai sumber dalam penelitian ini. Dalam membandingkan isi buku dalam proses kritik internal ini, penulis harus cermat. Selain itu penulis juga harus teliti dalam menilai apakah buku-buku tersebut banyak mengandung unsur subjektivitas atau tidak. Hal tersebut sangat penting untuk meminimalisasi tingkat subjektivitas dalam penelitian ini, sehingga dapat diperoleh hasil yang seobjektif mungkin.

Selain membandingkan isi buku, penulis juga membuat klasifikasi sumber-sumber tertulis ke dalam beberapa kelompok untuk mempermudah dalam memahami peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan penelitian ini, menilai sumber dari perspektif yang berbeda. Sehingga dari topik yang sama akan terlihat persamaan dan perbedaaannya, serta apa yang menjadi titik berat seorang penulis

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam tulisannya. Selain itu, unsur subjektivitas penulis juga akan terlihat berdasarkan latar belakang institusi yang diwakilinya.

3.3.5. Interpretasi

Interpretasi merupakan proses penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh berdasarkan sumber-sumber sejarah yang kemudian dihubungkan untuk mendapatkan gambaran secara jelas mengenai permasalahan yang dikaji. Interpretasi juga dapat diartikan sebagai sebuah penafsiran yang diperoleh dari hasil pemikiran dan pemahaman terhadap keterangan-keterangan yang diperoleh dari sumber-sumber. Menurut Kuntowijoyo (Abdurahman, 2007: 73), interpretasi sejarah dilakukan dengan menggunakan dua metode utama, yakni analisis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan).

Gottschalk (Ismaun, 2005: 56) menambahkan bahwa interpretasi atau penafsiran sejarah itu memiliki tiga aspek penting, antara lain: pertama, analisis-kritis yaitu menganalisis stuktur intern dan pola-pola hubungan antar fakta-fakta. Kedua, historis-substantif yaitu menyajikan suatu uraian prosesual dengan dukungan fakta-fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan. Sedangkan ketiga adalah sosial-budaya yaitu memperhatikan manifestasi insani dalam interaksi dan interrelasi sosial-budaya.

Interpretasi diperlukan karena pada dasarnya fakta-fakta yang berasal dari sumber-sumber sejarah tidak dapat berbicara sendiri mengenai apa yang terjadi pada masa lampau. Berbagai fakta yang berbeda antara satu dengan yang lainnya harus disusun dan dihubungkan sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras, dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam keseluruhan konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya. Dalam penyusunan fakta-fakta, penulis menyesuaikan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas mengenai “Pondok

Pesantren dan Pendidikan Politik ” (Kajian Historis di Ponpes Al-Ishlah Compreng Kab. Subang Tahun 1999 - 2014). Fakta yang telah disusun kemudian ditafsirkan, sehingga dapat ditarik menjadi suatu rekonstruksi imajinatif yang

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memuat penjelasan terhadap pokok-pokok permasalahan penelitian. Dengan demikian diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji.

Dalam melakukan interpretasi, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner, yakni pendekatan dalam ilmu sejarah yang menganalisis suatu masalah dengan menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu lain yang serumpun dalam ilmu sosial, seperti ilmu politik dan ilmu sosiologi. Dari kedua ilmu tersebut, penulis meminjam beberapa konsep, seperti stabilitas politik, peranan individu, dan hubungan antara individu dengan struktur. Pemakaian konsep-konsep ini dapat membantu penulis dalam menjelaskan peranan Ali Moertopo di tengah keadaan politik Indonesia pada masa awal pemerintahan Soeharto, sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji.

3.3.6. Historiografi

Langkah ini adalah tahap akhir dari prosedur penelitian yang dilakukan. Hasil penelusuran data-data dan fakta-fakta yang diperoleh, disusun menjadi sebuah skripsi. Berdasarkan hal tersebut, penulis berupaya untuk menyusun skripsi ini dengan melakukan analisis dan sintesis secara menyeluruh terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan “Pesantren dan Pendidikan Politik ”.

Secara harfiah, historiografi berarti pelukisan sejarah, atau gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang disebut sejarah (Ismaun, 2005: 28). Historiografi juga dapat diartikan sebagai proses penyusunan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan ke dalam satu kesatuan yang utuh, sehingga dihasilkan suatu tulisan yang logis dan sistematis. Dengan demikian akan diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara keilmuan.

Pada tahap historiografi, penulis melakukan penulisan sebagai hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Fakta-fakta yang ditulis adalah berdasarkan

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber-sumber sejarah yang yang telah melalui proses seleksi dan penyaringan pada tahapan sebelumnya, yakni heuristik, kritik, dan interpretasi. Dalam tahap inilah penulis berupaya menyusun sebuah

laporan penelitian sejarah dalam bentuk skripsi, sehingga menjadi satu kesatuan sejarah yang utuh, kronologis, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penulisan skripsi ini menggunakan sistem penulisan yang mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah yang ditetapkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang dikeluarkan pada tahun 2014.

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pesantren dan Pendidikan Politik ” (Kajian Historis di Ponpes Al-Ishlah Compreng Kabupaten Subang Tahun 1999 -2014). Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis pada bab sebelumnya. Selain kesimpulan dari hasil penelitian, penulis juga menyertakan saran atau rekomendasi hasil penelitian ini bagi kepentingan akademik, terutama sebagai bahan pengembangan isi atau materi pada pembelajaran di sekolah dan pengembangan Pondok Pesantren. Adapun kesimpulan dan saran yang diperoleh oleh penulis akan dipaparkan sebagai berikut.

5.1. Kesimpulan

Pondok Pesantren Al-Ishlah Kecamatan Compreng pada awal berdirinya pada pertengahan tahun 1981, bersamaan dengan kokohnya kekuatan zaman orde baru, sudah memiliki komiteman yang kuat untuk mengembangkan ilmu keagamaan, dengan menggunakan sistem pembelajaran salafiyah, yang menekankan kepada pembahasan dan kajian kepada kitab – kitab kuning karya para ulama terdahulu. Disamping itu juga pesantren ini mengandalkan ketokohan seorang kiai yang kharismatik dan sederhana, sehingga dalam tempo kurang dari dua dekade kepemimpinan Kiai Usfuri, pesantren Al-Ishlah sudah mengalami perkembangan, baik dari sisi proses pembelajaran, jumlah santri, Pengakderan, bangunan fisik, maupun pendirian lembaga – lembaga formal maupun Nonformal (Madrasah Diniah, MTs, MA dan SMK)

Pendidikan dan pembinaan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Ishlah Compreng adalah pembinaan yang intergratif antara pendidikan di asrama dan lembaga pendidikan formal, artinya terjadi proses saling mendukung

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan melengkapi antara pendidikan yang dilaksanakan di asrama santri dengan pendidikan dan pembinaan di lembaga formal. Pendidikan dan Pembinaan yang dilakukan di sekolah diperdalam di asrama santri yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan di lembaga formal. Sehingga tujuan santri untuk mengaji dan membina akhlakul karimah di harapkan bisa tercapai secara sempurna sesuai dengan arah, tujuan dan visi misi pendirian Pondok Pesantren. Program ini dilaksanakan secara integratif antara sekolah dan kobong (sebutan asrama tempat tinggal santri selama berproses di Pondok pesantern Artinya ada proses yang saling mendukung antara program di sekolah dan program di pondok/kobong).

Namun demikian sejalan dengan berkembangnya waktu, Sejak Orde Reformasi Bergulir tahun 1998, kondisi dan kegiatan pesantren tidak lagi bergelut pada pengkajian kitab kuning, akan tetapi mulai menyentuh aktivitas sosial budaya dan politik. Sejak Tahun 1999, dimana sistem pemerintah dan politik di Indonesia mengalami perubahan, yaitu berlakunya pemilihan langsung untuk memilih presiden, wakil rakyat dan para pemimpin kepala daerah. Kondisi seperti ini berdampak pada aktivitas pesantren, yang awalnya hanya kegiatan spiritual keagamaan, kini berkembang kepada tataran lebih jauh lagi, yaitu aktivitas sosial politik, dimana Pesantren banyak dikunjungi oleh beberapa partai politik untuk menawarkan dan meminta bergabung pimpinan atau pengurus pesantren menjadi pengurus partai politik tertentu atau menjadi calon wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pimpinan dan pengurus Pondok Pesantren Al-Ishlah meyakini bahwa dengan aktifnya pengurus pesantren di partai politik, disamping memiliki wadah perjuangan umat, juga sehingga dapat dengan cepat dapat menyalurkan aspirasi masyarakat. Beberapa pengurus Pondok Pesantern akhirnya banyak terlibat dalam kepengurusan partai, terutama di Partai Kebangkitan Bangsa. Keterlibatan pengurus pondok pesantren ini semakin terasa pada setiap pelaksanaan pemilu sejak tahun 1999, 2004, 2009 dan 2014 yang lalu.

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada Kurun waktu 1999 -2014 Pondok Pesantren al-Ishlah Kecamatan Compreng dalam rangka menjaga sekaligus memperkuat sistem pesantren salafiyah, dengan berbasis keagamaan, juga sekolah formal sekaligus aktivitas politiknya, secara kontinyu telah melaksanakan Upaya Pendidikan Politik di Pondok Pesantren Al- Ishlah Compreng.

Pendidikan Politik di Pondok Pesantren Al-Ishlah dilakukan dengan tiga bentuk, yaitu dalam bentuk Pendidikan Formal, bentuk pendidikan nonformal dan informal dan bentuk pendidikan politik praktis. Dalam bentuk pendidikan formal di lembaga sekolah atau madrasah kegiatan pendidikan politik dilaksanakan meliputi kegiatan OSIS, Mata pelajaran PKn, PKS, Mulok ke-NUan, dan upacarabendera. Bentuk Pendidikan Non formal dan Informal, yaitu Jamiyah/Pengajian, Pengajian rutin yang diberikan oleh Kiai tiap hari kamis, Bahtsul masail secara bergiliran, Istighosah tiap Jumat Kliwon, dan Shalawat fatih, Haul Ponpes Al-Ishlah setiap tanggal 4 juli dan PHBI beberapa hari raya besar Islam, seperti Muludan, Rajaban, Muharoman,dan lain-lain. Bentuk Upaya Pendidikan Politik Praktis di Ponpes Al-Ishlah, yaitu Banyak alumni-alumni dari Ponpes Al-Ishlah ini yang terjun ke dunia politik, baik menjadi pengurus partai maupun sebagai calon legislatif DPRD Kabupaten Subang.

Dalam setiap kegiatan kegiatan tersebut diatas, upaya pendidikan politik selalu ditanamkan kepada Siswa, santri atau peserta dan jamaah yang hadir, baik itu oleh Pengasuh Pondok Pesantren, pengurus maupun tim sukses atau calon legislatif itu sendiri, untuk meyakinkan kepada warga masyarakat atau santri terhadap pentingnya politik, sebagai wadah perjuangan umat untuk mensejahterakan bangsa. Bahkan dalam waktu-waktu tertentu, terutama dalam peristiwa dan perayaan pesantren, seperti Haul Pondok Pesantren Al-Ishlah, banyak para pejabat, aparat pemerintah, pimpinan partai yang sengaja berkunjung ke pesantren sekaligus memberikan sambutan, yang didalamnya juga ada pendidikan politik.

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun Materi Kurikulum Pendidikan politik yang dilaksanakan dan diterapkan di pondok Pesantren Al-Ishlah Compreng Kabupaten Subang dapat dibedakan materi dalam pendidikan Formal, pada mata pelajaran PKn adalah tentang demokrasi, pemilihan umum, sistem pemerintahan, sistem partai politik di Indonesia, dan lain-lain. pada mata pelajaran sejarah atau tarikh Islam, menyampaikan materi pendidikan politik dalam mata pelajaran ini adalah tentang sejarah kekhalifahan Islam, sejarah pemilihan umum di Indonesia, tentang partai politik, partai Islam, dan lain-lain mata pelajaran muatan lokal, ke-NU-an, lebih terperinci materi pendidikan politik, mulai dari aqidah ahlussunah waljamaah (aswaja), sejarah NU, NU dan partai Politik, Partai Islam, dan Partai Kebangkitan Bangsa (sejarah kemunculan dan AD/ART).

Diantara Materi Pendidikan nonformal dan informal adalah meliputi aqidah ahlusunah waljamaah, kesadaran agar taat pada aturan organisasi NU, pentingnya partai sebagai wadah aspirasi umat Islam dalam memperjuangkan hukum sesuai syariat Islam walaupun tetap dibingkai dengan NKRI. Adapun materi pendidikan politik secara praktis bisa dibaca secara menyeluruh dalam buku karya KH Ushfuri Anshor (2012), pimpinan dan pengasuh ponpes Al-Ishlah Subang, yang berjudul “Belum Terlambat Sebelum Kiamat’ bukan kampanye, tetapi menjelaskan tentang Hukum kewajiban warga NU Pilih PKB”.

Materi Kurikulum Tersebut sudah diterapkan sejak Tahun 1999, yang kemudian dilanjutkan penerapannya pada pemilu 2004, 2009, dan Tahun 2014. Hal ini bisa dilihat dalam mata pelajaran di sekolah formal, seperti MTs, MA maupun SMK Al-Ishlah maupun dalam pembelajaran di pondok pesantren itu sendiri, santri senantiasa ditanamkan kesadaran berpolitik, pentingya politik, sehingga apabila terjun ke masyarakat akan menjadi warga negara yang baik dan senantiasa menggunakan hak demokrasinya pada setiap pemilihan umum, tidak melakukan Golput.

Keterlibatan pesantren dalam politik mengambil bentuk yang bermacam-macam, sesuai dengan peran yang dimainkan oleh Kiai, Ustadz, Nyai ataupun

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

santri. Pesantren menginisiasi berbagai kegiatan keagamaan yang dimanfaatkan oleh partai politik untuk mensosialisasikan visi politiknya. Pada banyak kasus, pesantren menggelar even-even keagamaan yang disponsori oleh kekuatan politik tertentu yang melibatkan masa umat Islam dalam jumlah yang banyak. Banyak mantan santri keluaran pesantren Al-Ishlah menjadi orang yang berhasil, bukan hanya dibidang agama, bahkan juga dibidang-bidang yang lain. Tidak sedikit alumni pesantren kemudian berkarier di bidang politik, kenegaraaan, wiraswasta, bahkan di bidang militer.

Setiap Penyelenggaraan Pemilu Legislatif, mulai tahun 1999, selalu ada wakil yang diusung dari Pondok Pesantren Al-Ishlah Compreng yang menjadi calon legislatif, misalnya tahun 1999, tercatat pengurus ponpes Al-Ishlah menjadi calon, diantaranya KH. Tasyrifien AS, Drs. H. Fatah Yasin, dan Ust. Dahlan, SAg. Pada tahun 2004, tercatat pengurus Ponpes Al-Ishlah yang menjadi Calon legislatif DPRD adalah KH. Tasyrifien AS dan Raskim, SAg. Pada pemilu Legislatif tahun 2009 tercatat Ust. H. Ihsan Usfuri, dan pada tahun 2014 ini tercatat H. Waharudin menjadi calon legislatif DPRD Kabupaten Subang.

Pesantren Al-Ishlah Kecamatan Compreng Kabupaten Subang, sejak berdiri tahun 1981, dilanjutkan dengan peran dalam bidang politikya sejak tahun 1999 (orde reformasi) sampai pesta demokrasi tahun 2014 ini, terus berupaya untuk meningkatkan keberadaannya di tengah tengah masyarakat, hal ini terbukti dengan banyaknya siswa di sekolah formal maupun santri yang mondok di pesantren, menunjukan besarnya kepercayaan kepada masyarakat. Siswa dan santri pondok Pesantren datang dari berbagai daerah, seperti kabupaten Subang, Indramayu, Jakarta, bekasi dan Jawa Tengah.

5.2. Rekomendasi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif terhadap pembelajaran sejarah, terutama pada sekolah sekolah yang berada di Pondok Pesantren. Hasil penelitian ini direkomendasikan karena sesuai kondisi di

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lapangan banyaknya pondok pesantren yang terpengaruh dengan kepentingan partai politik tertentu, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan oleh pesantren untuk mengambil langkah pendidikan politik bagi santri atau masyarakat sekitar. Pembahasan dalam penelitian ini tentu sangat berkaitan dengan pembelajaran politik di pondok Pesantren.

5.2.1. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber rujukan bagi guru sejarah atau guru yang lainnya untuk mengembangkan pembelajaran dan meningkatkan pemahaman tentang pendidikan politik.

5.2.2. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya melalui kerangka berpikir penulis mengenai pembahasan yang belum terungkap secara jelas dalam skripsi ini. Misalnya, pembahasan tentang Pondok Pesantren dan hubungannya dengan Partai Politik tertentu. 5.2.3. Sebagai bahan masukan bagi pengurus pondok pesantren, untuk senantiasa

meningkatkan kontribusi bagi masyarakat, apapun bentuknya, termasuk pendidikan politik di pesantren, selama pendidikan politik itu tidak diarahkan pada pemaksaan kehendak dan memenuhi ambisi politik segelintir orang, karena Pesantren adalah memiliki dasar pendidikan keilmuwan keagamaan tetap harus dipertahankan.

5.2.4. Disamping saran saran diatas, penulis memiliki usulan atau rekomendasi kepada semua pihak, agar pendidikan politik tetap harus dipertahankan untuk ditanamkan kepada siapa saja, apalagi generasi penerus bangsa, dalam hal ini pelajar, santri, mahasiswa ataupun masyarakat secara keseluruhan, akan tetapi tetap harus menjaga dan memelihara etika dan moral dan penerapannya di lapangan, sehingga tidak terjebak kepada politik yang menghalalkan segala cara.

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Media.

Abdurrahman, M. 2002. “Sejarah dan Budaya Pesantren” dalam Ismail S.M. (Ed.), Dinamika Pesantren dan Madrasah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar). Arifin H.M. 1991. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum.

Jakarta: Bumi Aksara.

Bawani, I. 1990. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, Studi Tentang Daya Tahan Pesantren. Surabaya: al-Ikhlas.

Budiardjo, M. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chabib, T. 2001. Pengembangan Kurikulum PAI untuk Pembentukan Masyarakat Deliar, N. 1998. Gerakan Modern Islam di Indonesia, Jakarta: LP3ES.

Dhofier, Z. 1994. Tradisi Pesantren, Yogyakarta: LP3ES.

Djamaluddin. 2001. Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hadi, S. 1983. Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan PT. Fak.

Psikologi UGM.

Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia : Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana

Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Khusnurido, M. 2006. Manajemen Pondok Pesantren Dalam Persefektif Global, Yogyakarta: Laks Bang Preessindo

Madjid, N. 1997. Bilik-Bilik Pesantren, Jakarta: Paramadina

Marbun. Kamus Politik, Edisi Revisi 2007 Diperbaharui dan Dilengkapi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007.

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Marwan, S. 1982. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma Bhakti

Masdar F, M.1985. “Mengenal Pemikiran Kitab Kuning”, dalam Dawam Rahardjo (Ed.), Pergulatan Dunia Pesantren, Jakarta: P3M

Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Jakarta: INIS Mastuki, Dkk. 2005. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka

Mas’ud, A. 2002. “Sejarah dan Budaya Pesantren”, dalam Ismail S.M. (Ed.). Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Pustaka Pelaja

Moesa, A, M. 2007. Nasionalisme Kiai Konstruksi Sosial Berbasis Agama, Yogyakarta: PT L-Kis Pelangi Aksara.

Moleong, L. 2008. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda karya.

Nafi, D. dkk. 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren, Yogyakarta: PT L-kis Pelangi Aksara. 2007.

Qomar, M. 2005. Pesantren Dari Transpormasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi. Jakarta: Erlangga

Rofiq, A. 2005. dkk. Pemberdayaan Pesantren menuju Kemandirian Dan Profesionalisme Santri Dengan Metode Daurah kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Sjamsuddin, H. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekanto, S. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Steenbrink, K. A. 1986. Pesantren, Madrasah, Sekolah, Jakarta: LP3ES Surbakti, R. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Syukri Z, A. 2005. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jakarta: Rajawali Pers

Tafsir, A. 2007. Ilmu pendidikan Dalam Persefektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Kary

Tim Litbang Kompas. 2004. Partai-Partai Politik Indonesia, Idiologi dan Program 2004-2009. Jakarta: Kompas

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Turmudi, E. 2004. Perselingkuhan Kiai Dan Kekuasaan, Yogyakarta: PT L-Kis Pelangi Aksara

Universitas Pendidikan Indonesia. 2014. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahid Z, A. 1996. Moralitas Pendidikan Pesantren. Yogyakarta: Lembaga Kajian dan Pembangunan Sumber Daya Manusia.

Wahjoetomo. 1997 Perguruan Tinggi Pesantren, Jakarta: Gema Insani Press. Zubaidi. 2007. Pemberdayaan Masyarakat berbasis Persantren kontribusi Fiqh

Sosial, Kiai Sahal Mahfudh Dalam Perubahan Nilai-nilai pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zubaidi, H, A. 1996. Moralitas Pendidikan Pesantren. Yogyakarta:

Lembaga Kajian dan Pembangunan Sumber Daya Manusia (LKPSM). Zuhairini. 1997. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Zuhri, K.H. S. 1979. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia Bandung: al-Ma’arif Bandung

Artikel

Ardiana, “Peran Partai Politik,” artikel diakses pada 23 Juli 2014 dari

http://ardiana0781.blogspot.com/2008/06/23/revitalisasi-peran partai

Hadianto, P. R. “Tujuan Partai Politik,” artikel diakses pada 23 Juni 2008 dari

http://www.jakarta45.wordpress.com/2014/06/23/tujuan-partai-politik

Marwan, S. Sejarah, hal. 7. Ibda` | Vol. 4 | No. 1 | Jan-Jun 2006 |4-19 10 P3M STAIN Purwokerto

Skripsi

Abdullah, Isa, Dalam Skripsinya Yang Berjudul, “Posisi Pesantern Di

Dokumen terkait