• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pondok pesantren dan pendidikan politik : kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pondok pesantren dan pendidikan politik : kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

(Kajian Historis di Pondok Pesantren Al-Ishlah Kecamatan

Compreng Kabupaten Subang 1999-2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

S

opi’i

0800967

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Oleh Sopi’i

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan sejarah fakultas pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Sopi’i 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

(5)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

(6)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 9

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Kajian Teoritis Tentang Pondok Pesantren ... 11

2.1.1 Pengertian Pondok Pesantren ... 11

2.1.2 Sejarah Pondok Pesantren ... 14

2.1.3 Tipologi Pondok Pesantren ... 16

2.1.4 Dinamika Pondok Pesantren ... 21

2.1.5 Unsur-unsur dalam Pondok Pesantren ... 23

2.2 Kajian Teoritis Tentang Politik dan Pendidikan Politik ... 25

2.2.1 Definisi Politik ... 25

2.2.2 Pendidikan Politik ... 29

2.2.2.1 Pengertian Pendidikan Politik ... 29

2.2.2.2 Tujuan Pendidikan Politik ... 31

2.2.2.3 Bentuk Pendidikan Politik... 33

(7)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

3.1 Metode Penelitian... 46

3.2 Persiapan Penelitian ... 48

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian... 48

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian... 49

3.2.3 Proses Bimbingan... 49

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 50

3.3.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 50

3.3.2. Pengumpulan Sumber Tertulis ... 51

3.3.3. Pengumpulan Sumber Lisan... 52

3.3.4 Kritik Sumber ... 54

3.3.4.1 Kritik Eksternal ... 55

3.3.4.2 Kritik Internal ... 56

3.3.5 Penafsiran Sumber (Interpretasi)... 57

3.3.6 Historiografi ... 58

BAB IV PENDIDIKAN POLITIK DI PONDOK PESANTREN AL-ISHLAH KECAMATAN COMPRENG KABUPATEN SUBANG SEJAK TAHUN 1999 S.D 2014 ... 60

4.1 Gambaran Umum Desa Jatireja Kecamatan Compreng Subang... 60

4.2 Latar Belakang Berdiri Pondok Pesantren Al-Ishlah ... 61

4.2.1 Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Ishlah ... 61

4.2.2 Visi dan Misi Pondok Pesantren ... 64

4.2.3 Arah dan Tujuan Pesantren ... 65

(8)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3.2 Pendidikan Informal dan Non Formal... 70

4.3.3 Politik Praktis ... 71

4.4 Materi Pendidikan Politik di Pondok Pesantren Al-Islah... 72

4.4.1 Materi Pendidikan Politik Dalam Bentuk Pendidikan Formal... 72

4.4.2 Materi Pendidikan Politik Dalam Bentuk Pendidikan Informal dan Non Formal ... 73

4.4.3 Materi Pendidikan Politik Dalam Bentuk Pendidikan Politik Praktis ... 77

4.5 Peranan Pondok Pesantren Al-Ishlah Compreng Dalam Penanaman Pendidikan Politik Santri dan Masyarakat ... 78

4.5.1 Pendidikan Politik Bagi Santri ... 82

4.5.2 Pendidikan Politik Bagi Masyarakat ... 85

4.5.3 Pemilihan Umum di Pondok Pesantren ... 88

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 90

5.1 Simpulan ... 90

5.2 Rekomendasi ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN

(9)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama di Indonesia, dan merupakan pendidikan tradisional yang sejarahnya telah berakar selama berabad-abad. Pesantren merupakan sebuah lembaga yang mana seluruh aktivitas pendidikan dan pembelajarannnya sejalan dengan ajaran Islam. Peranan pesantren pada awal kemerdekaan sangat terasa khususnya dalam kancah perpolitikan indonesia.

Berbicara soal pesantren dan politik, maka tak lepas dari Islam dan umatnya, maka pondok pesantren mempunyai peran sebagai lembaga pendidikan keagamaan (tafaqquh fi addien) dan sebagai lembaga layanan sosial kemasyarakatan (dakwah). Peran pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu keagamaan dan nilai-nilai kesantunan. Namun peran pesantren sebagai lembaga dakwah yang berhubungan dengan kemasyarakatan, sangat

menarik perhatian para politisi sebagai pengangkat “suara politiknya”

(Djamaluddin, 2001 : 100).

Rakyat perlu pendidikan politik secara kontinu atas dasar nilai-nilai tertentu. Masalah politik adalah masalah yang kompleks, berubah-ubah dan karena itu seyogianya memahami segala persoalan dan tantangan sistem politiknya agar dapat menjawab dan memecahkan secara tepat. Dari sudut ini, sosialisasi politik sebagai suatu jenis pendidikan tidak akan pernah selesai.

(10)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Era Reformasi saat ini memberikan peluang yang besar kepada segenap elemen bangsa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam kancah perpolitikan baik di daerah maupun nasional. Dinamika politik saat ini dimana yang menjadi modal utama dalam berkompetisi adalah popularitas, dengan demikian kecenderungan bahwa orientasi politik yang terbangun di masyarakat tidak jelas. Fenomena yang seperti ini bisa jadi jawaban atas kekecewaan masyarakat kepada partai politik.

Proses memasyarakatkan atau sosialisasi politik harus merata ke dalam lapisan masyarakat secara vertikal dan horizontal. Dengan demikian pengetahuan politik tidak lagi merupakan monopoli kaum elit saja. Partisipasi politik sangat urgen dalam konteks dinamika politik di suatu masyarakat, sebab partisipasi

politik dari setiap individu maupun kelompok masyarakat, mungkin akan terwujud segala hal yang menyangkut kebutuhan warga masyarakat secara universal. Sehingga keikutsertaan individu dalam masyarakat merupakan faktor sangat penting dalam mewujudkan kepentingan umum, yang paling ditekankan dalam hal ini terutama sikap dan perilaku masyarakat dalam kegiatan politik yang ada. Dalam artian setiap individu harus menyadari peranan mereka dalam memberikan konstribusi sebagai insan politik (Ziemek, 1986 : 23).

Namun demikian sikap dan perilaku anggota masyarakat dalam partisipasi politik kadang-kadang mengarah pada sikap apatis, sinisme, dan arogan, sehingga yang demikian ini mempengaruhi partisipasi mereka, akhirnya mereka tidak memberikan hak suara dalam pemilihan dan juga tidak menghadiri kegiatan-kegiatan politik. Hal ini di karenakan sebagian masyarakat lokal masih jauh tertinggal dalam hak dan kewajiban politiknya akibat pengalaman politik masa lalu, seperti imperialisme, feodalisme, dan patrimonialisme.

(11)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengidentifikasikan dirinya pada perasaan lokalitas. Mereka tidak memiliki perhatian terhadap apa yang terjadi dalam sistem politik, pengetahuannya sedikit tentang sistem politik dan jarang membicarakan masalah-masalah budaya politik (Maksudi, 2012 : 59 - 68).

Pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan, juga sering dijadikan sebagai komoditas politik oleh politikus yang berkepentingan sehingga sering dijumpai ketika musim kampanye para kandidat dan tim suksesnya mendatangi pondok pesantren dengan berbagai kepentingan. Namun pada hakikatnya kandidat tersebut sebenarnya meminta restu kepada kiai-kiai sekaligus meminta dukungan spiritual dan dukungan massa.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia. Kiai, santri, pondok, masjid, dan kitab-kitab klasik Islam menjadi unsur utama dalam sebuah pesantren. Arus globalisasi dengan meningkatnya peran teknologi dan industri, kian menghantam sistem pendidikan di Indonesia terutama tantangan bagi pesantren-pesantren yang harus memberi nilai tambah kepada masyarakat demi menumbuhkan nilai-nilai agama maupun nilai-nilai nasionalisme. Dalam hal ini pesantren harus ikut andil dan merangsang jiwa masyarakat dalam meralisasikan dan menginternalisasi nilai-nilai keagamaan dalam konteks kebangsaan yang homogen. Pesantren mengambangkan beberapa peran, utamanya sebagai lembaga pendidikan, jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat dan sekaligus simpul budaya, maka itulah pondok pesantren (Nafi’, dkk : 2007 : 11).

Kiai, santri, pesantren dan ajaran Islam memiliki kekuatan kreatif dan aktif membentuk dan mengubah struktur sosial, institusi tradisi dan lingkungan sekitarnya. Tesis Clifford Geertz bahwa kiai hanya berperan sebagai cultural broker (makelar budaya) yang secara politis tidak mempunyai pengalaman dan

(12)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seringkali berperan sebagai pengambil keputusan yang menggerakkan orang desa untuk melaksanakan keputusannya. Kiai berperan dalam perubahan sosial berkat keunggulan kreatifitasnya dengan melakukan adaptasi kreatif sesuai dengan kaidah agama memelihara yang baik dari tradisi lama dan mangambil yang lebih baik dari perubahan baru (muhafadatu ala qadimis shalih wa jadidi al-ashlah). Sehingga dengan kaidah ini, pesantren dapat memelihara ketertiban sosial

(social order) dan komunitas sosial. Kultur pesantren memiliki semacam tuntutan untuk berselingkuh dengan menghormati dan melestarikan tradisi. Kekuatan kiai bercirikan dua hal yaitu meiliki perasaan kemasyrakatan yang dalam dan tinggi (highly developed sosial sense) dana selalu melandaskan sesuatu kepada kesepakatan besrsama (general consensus) (Zubaedi, 2007 : 22).

Dalam perspektif Islam, kata politik dalam bahasa Arab disebut siyasah, yaitu berasal dari kata sasa-yasusu-siyasatan, yang semula berarti mengatur, memelihara, atau melatih binatang, khususya kuda (Syarif dan Zada : 2008). Siyasah bisa juga berarti pemerintahan dan politik atau membuat kebijaksanaan. Pemahaman istilah politik dilihat dari persepektif Islam adalah dimaknai sebagai aktivitas untuk mengurus atau mengatur kehidupan umat dan bangsa baik yang berada di dalam negeri dilihat dari persepektif Islam adalah dimaknai sebagai aktivitas untuk mengurus atau mengatur kehidupan umat dan bangsa baik yang berada di dalam negeri maupun luar negeri, yaitu dengan cara membimbing mereka ke jalan kemaslahatan umat (Maksudi, 2012: 16). Jadi dalam Islam berpartisipasi dalam politik merupakan yang dapat mendatangkan kebaikan, membawa kegunaan, manfaat, dan kepentingan. Pemahaman kesadaran politik ditanamkan salah satunya melalui pondok pesantren.

Pondok Pesantren merupakan lembaga studi Islam yang punya nilai historis terhadap gerakan sosial keagamaan. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Maka wajarlah apabila banyak kalangan

yang menyebutnya sebagai “Bapak” pendidikan Islam di negara yang mayoritas

(13)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebutuhan masyarakat, karena pada zaman dahulu belum ada lembaga pendidikan formal yang mengajarkan pendidikan agama.

Kelahiran Pondok pesantren karena adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Karena lahir dari tuntutan dari umat ini, maka pondok pesantren selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat di sekitarnya sehingga kehadirannya di tengah-tengah masyarakat tidak menjadi terasing. Dalam waktu yang sama segala aktivitasnya juga mendapat dukungan dan apresiasi dari masyarakat sekitar.

Pada dasarnya pondok pesantren bukan hanya sekedar lembaga pendidikan. Pesantren juga merupakan medium budaya dalam kehidupan masyarakat. Pondok pesantren bukan hanya lembaga pendidikan intelektual, akan tetapi juga, pendikan spiritual, pendidikan moral, dan sebagai lembaga pendidikan sosial kemasyarakatan. Di sini pesantren mendidik masyarakat kehidupan praktis di masyarakat dan bagaimana seorang santri menjalankan peran sosial (social role) dalam masyarakat (Tafsir, 2007:18-19). Sebagai lembaga pendidikan dan medium kebudayaan masyarakat, pondok pesantren dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat termasuk peran politik. Pesantren mempunyai aset yang cukup handal dan tidak bisa diremehkan.

Pondok Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan, sering dijadikan sebaga komoditas politik oleh politikus yang berkepentingan sehingga sering dijumpai pada musim kampanye, para kandidat dan tim sukses mendatangi pondok pesantren dengan berbagai modus, namun pada hakekatnya para kandidat itu meminta restu dan doa kepada Kiai, sekaligus meminta dukungan spiritual dan dukungan masa (Syam, 2010).

(14)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ada dua tuntutan yang dihadapkan pada pondok pesantren dan seluruh civitas akademikanya, termasuk Kiyai yang menjadi “tuan” di dalamnya. Di satu sisi, sebagai lembaga pendidikan, pesantren dituntut dapat berkembang dinamis, menyesuaikan diri seiring dengan perdaran denyut nadi waktu yang terus mengalir. Hal ini dilakukan agar pesantren tidak tertinggal oleh kemajuan dunia modern. Pesantren harus dapat membuktikan dirinya bahwa dia bukanlah institusi

pendidikan “kelas dua” yang terpinggirkan, kumuh, kolot dan anti kemajuan.

Pesantren harus dapat memaksimalkan potensi yang telah dimilikinya; menambah wawasan dan berinteraksi secara maksimal dengan kemajuan zaman; berperan lebih aktif dalam ranah sosial masyarakat secara maksimal; mengaktualisasikan diri dalam rangka membangun masyarakat intelektual yang shalih.

Di satu sisi, dalam menjalankan peran sosial masyarakat, khususnya peran politik, pesantren dituntut agar tidak terjun ke ranah yang dianggap profan dan sering menimbulkan fitnah ini. Pesantren dituntut netral dan independent tidak terlibat dalam politik praktis dan mendukung partai politik terntentu, atau memback up tokoh politik tertentu

Pondok Pesantren Al-Ishlah yang terletak di Desa Jatireja RT 01 / RW 02 Kecamatan Compreng Kabupaten Subang, adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan yang telah memiliki andil yang cukup besar, baik dalam dalam dunia pendidikan formal maupun nonformal. Hal ini terbukti sampai saat ini telah memiliki lembaga pendidikan formal seperti MTs, MA dan SMK. Di samping Pondok pesantren dengan Madrasah Diniyah Takmiliyah, majelis taklim yang merupakan perpaduan yang lengkap santri mukim yang berasal dari berbagai daerah Subang, Indramayu, Karawang, Purwakarta dan Bekasi, Jakarta, Tegal dan daerah lainnya, sehingga Pesantren keberadaannya sudah diakui oleh masyarakat.

(15)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

signifikan sejak era reformasi tahun 1999, hal ini ditandai dengan peningkatan pembangunan pesantren secara fisik maupun secara managemen pondok pesantren, dengan berdirinya lembaga formal pondok pesantren, disamping tidak menghilangkan ciri khas pesantren yang tradisional. Dapat dibedakan sebelum tahun 1999 pondok pesantren masih belum memiliki sarana bangunan yang memadai, hanya dengan bangunan seadanya. Akan tetapi setelah era reformasi, bantuan dan perhatian pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan sudah dapat dirasakan oleh pesantren. Di samping keberadaan pesantren meningkat pesat dengan jumlah santri rata-rata diatas 500 santri setiap tahunnya, mulai tahun 1999 sampai 2014.

Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan pesantren dengan kharismatik Kiai, mulai tahun 2004 - 2014, banyak partai politik yang mengadakan pendekatan, sering berkunjung bersilaturahmi kepada pesantren dan Kiai, menawarkan agar pimpinan dan pengurus pesantren ikut dalam pengurus dalam partai politik tertentu. Hal inilah yang menyebabkan kemudian memiliki andil dalam dunia politik, khususnya Kiai dan Pengurus pada umumnya. Setiap pelaksanaan pemilukada bupati, pemilihan gubernur, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, pondok pesantren Al-Ishlah selalu menjadi incaran kepentingan golongan atau partai tertentu untuk membantu meraup suara masyarakat sebanyak-banyaknya.

Pondok Pesantren Al-Ishlah Compreng Subang, sejak itulah mulai memasuki ranah politik, secara langsung beberapa tahun terakhir terus gencar ikut mensosialisasikan dan memberikan pendidikan dan pembelajaran politik kepada santri dan masyarakat sekitarnya tentang pentingnya partai politik, serta ikut andil dalam partai politik, khususnya Partai Kebangkitan Bangsa. Maka peran pondok pesantren dianggap bisa membantu dalam proses pembelajaran politik kepada masyarakat maupun santri pondok pesantren tersendiri.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji pesantren

(16)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan Politik ” (Kajian Historis di Ponpes Al-Ishlah Compreng Kab. Subang pada Tahun 1999 - 2014).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti mengajukan permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Pondok Pesantren Al-Ishlah Compreng Kab. Subang, pada awal berdiri mengembangkan pera utamanya sebagai lembaga Pendidikan Islam, yang menyelenggarakan bimbingan keagamaan, keilmuan, pengembangan masyarakat Islam secara bertahap dan berkesinambungan, akan tetapi mulai era reformasi tahun 1999 sampai dengan sekarang, mulai tertarik dan ikut ranah politik, sebagai salah satu wujud perjuangan dalam pengembangan pesantren, dengan mengadakan pendidikan dan pembelajaran politik kepada santri

dan masyarakat sekitar”. Dengan demikian penulis merencanakan penelitian ini dengan judul: “Pondok Pesantren dan Pendidikan Politik ” (Kajian Historis di Ponpes Al-Ishlah Compreng Kab. Subang Tahun 1999 - 2014).

Agar permasalahan di atas dapat terarah dengan demikian peneliti membatasi dengan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana Latar belakang berdirinya pondok Pesantren Al- Ishlah Kecamatan Compreng Kabupaten Subang ?

2. Bagaimana Upaya Pondok Pesantren Al-Ishlah Kecamatan Compreng Kabupaten Subang dalam melakukan Pendidikan Politik dalam kehidupan

Santri dan Masyarakat sekitar ?

3. Bagimana Materi Kurikulum Pondok Pesantren Al-Ishlah yang diterapkan berhubungan dengan penanaman pendidikan politik kepada Santri ?

4. Bagaimana Peranan Pondok Pesantren Al-Ishlah dalam proses penanaman pendidikan politik kepada santri dan Masyarakat sekitar ?

(17)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan rumusan dan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk memberikan gambaran tentang latar belakang berdirinya pondok Pesantren Al- Ishlah di Kecamatan Compreng Kabupaten Subang ?

2. Untuk memberikan Gambaran tentang Materi Kurikulum Pondok Pesantren Al-Ishlah yang diterapkan berhubungan dengan penanaman

pendidikan politik kepada Santri ?

3. Untuk mengetahui Upaya Pondok Pesantren Al-Ishlah Kecamatan Compreng Kabupaten Subang dalam melakukan Pendidikan Politik dalam

kehidupan Santri dan Masyarakat sekitar ?

4. Untuk mengetahui Peranan Ponpes Al-Ishlah dalam penanaman Pendidikan Politik kepada Santri dan Masyarakat sekitar sejak Tahun 1999 - 2014 ?

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi dunia pendidikan dan penulis ialah dapat memperkaya penulisan sejarah lokal khususnya bagi perkembangan pola pendidikan dan sistem

pendidikan yang berbasis pendidikan Islam.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi lembaga pendidikan Islam khususnya yang berada di Subang untuk meningkatkan

kualitas dan bisa mempertahankan diri dari arus global dan modernisasi.

1.5. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan, bab pertama ini merupakan bagian yang menguraikan kerangka pemikiran mengenai skripsi ini. Bab ini terdiri atas latar belakang masalah yang menjelaskan ketertarikan penulis untuk memilih judul Pendidikan Politik dan Pondok Pesantren, Untuk memfokuskan penelitian, dalam bab ini

(18)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan. Selain itu, bab ini juga mengemukakan tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian, metode serta teknik yang digunakan dalam penelitian dan yang terakhir adalah sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, yang menguraikan tentang kajian literatur, yang dapat membantu penulis dalam mengkaji permasalahan. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai beberapa teori dan konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Berbagai teori dan konsep tersebut dapat mempermudah penulis dalam menganalisis masalah.

Bab III Metode Penelitian, peneliti memaparkan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian. Pada bab ini dijelaskan secara komprehensif mengenai metode dan teknik penelitian yang dilakukan, semua prosedur serta tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir diuraikan secara rinci. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam memberikan arahan dalam pemecahan mengenai permasalahan penelitian yang akan dikaji.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Pendidikan politik yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Ishlah(Kajian Historis di Ponpes Al-Ishlah Kec. Compreng Kab. Subang Tahun 1999 – 2014). Bab ini merupakan sebuah pemaparan dari hasil penelitian yang dilakukan berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam rumusan masalah yaitu mengenai Peran Ponpes Al-Ishlah dalam Upaya Pendidikan Politik Kepada Masyarakat. Penulis menganalisis serta merekonstruksi data dan fakta dari berbagai sumber berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan dan tercantum dalam bab I. Dengan kata lain, bab IV ini merupakan uraian yang berisi jawaban dari permasalahan penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran, yang memuat pembahasan terakhir dimana penulis memberikan suatu kesimpulan dari hasil penelitian mengenai Peranan Ponpes Al-Ishlah dalam pendidikan Politik dalam Masyarakat (Kajian Historis

(19)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(20)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi “Pondok Pesantren dan Pendidikan politik (Kajian Historis di Pondok pesantren Al-Ishlah kec. Compreng kab. Subang Tahun 1999-2014).

3.1. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam melakukan penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti (Sjamsuddin, 2007: 13). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode historis yang merujuk pada pendapat dari Gottschalk (1986: 32) bahwa metode historis merupakan suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis, rekaman dan peninggalan masa lampau. Pernyataan ini menekankan perbedaan dengan metode-metode lainnya yakni dalam hal sumber yang bersifat lampau. Lebih khusus lagi, Garraghan (Abdurrahman, 2007: 53) menyatakan bahwa metode historis adalah seperangkat aturan aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.

Ismaun (2005: 28) secara rinci menjelaskan metode sejarah / historis sebagai berikut:

(21)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah diuji dalam hubungan-hubungan kausalnya dan akhirnya menyajikan pengetahuan yang tersusun mengenai peristiwa-peristiwa tersebut.

Metode historis digunakan oleh penulis karena data dan fakta yang dibutuhkan dalam penelitian ini berasal dari masa lampau, sehingga metode historis merupakan metode yang paling tepat. Berdasarkan pernyataan tersebut, hasil data atau fakta ini dapat kita gunakan untuk mengungkap apa yang disumbangkan oleh masa lampau untuk memahami masa sekarang dan memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah studi literatur dan studi lapangan, berupa wawancara kepada pimpinan, pengasuh dan pihak terkait.

Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005: 48-50).

1. Heuristik yaitu tahap pengumpulan sumber-sumber sejarah yang dianggap relevan dengan topik yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber, buku-buku dan artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber penelitian sejarah terbagi menjadi tiga yaitu sumber benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Topik yang penulis pilih berbentuk studi literatur sehingga sumber yang diambil merupakan sumber tertulis.

2. Kritik yaitu memilah dan menyaring keotentikan sumber-sumber yang telah diemukan. Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk mendapatkan kebenaran sumber-sumber.

(22)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah. Pada tahapan ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan cara menysun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.

3.2. Persiapan Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian secara langsung, penulis terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang akan menunjang pelaksanaan penelitian. Tahap ini sangat penting, karena persiapan yang matang akan menentukan hasil penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis sebelum melaksanakan penelitian lebih lanjut, yaitu penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian, serta proses bimbingan / konsultasi.

3.2.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahap ini adalah langkah awal yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan kegiatan penelitian. Penentuan tema penelitian ini dipengaruhi oleh ketertarikan penulis ketika mengikuti mata kuliah Orde Baru dan Reformasi pada semester tujuh. Selain itu, dari seluruh tema sejarah yang pernah dipelajari selama perkuliahan, penulis merasa bahwa sejarah politik merupakan tema yang paling menarik untuk diteliti. Untuk mempermudah penentuan judul, penulis berupaya membaca berbagai literatur, berkonsultasi dengan beberapa dosen di Jurusan Pendidikan Sejarah UPI, serta berdiskusi dengan teman-teman kuliah. Hingga akhirnya penulis memutuskan untuk menulis sebuah skripsi yang bertemakan sejarah politik, khususnya pada di Ponpes Al-Ishlah Compreng Subang.

(23)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penulis kemudian mencoba mengajukan judul Penelitian skripsi yaitu Pondok Pesantren dan Pendidikan Politik, kepada dewan yang secara khusus menangani penulisan skripsi, yaitu Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Setelah judul tersebut disetujui, kemudian penulis menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal.

3.2.2. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan atau usulan penelitian adalah salah satu syarat yang harus disusun oleh penulis sebelum melakukan penelitian. Rancangan ini dibuat dalam bentuk proposal skripsi. Niat penulis untuk menulis skripsi tentang Peranan Pondok Pesantren ini mulai direalisasikan ketika mengikuti mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah pada semester tujuh. Pada mata kuliah tersebut, penulis mempresentasikan proposal penelitian dengan judul Peranan Ponpes dalam Partai Politik . Pada saat itu penulis mendapat banyak saran dan kritik dari dosen dan teman kuliah sebagai bahan perbaikan.

Berdasarkan saran dan kritik yang diterima, penulis kemudian melakukan perbaikan dengan sedikit perubahan pada judul, yakni Pondok Pesantren dan Pendidikan politik (Kajian Historis Ponpes Al-Ishlah Pada Tahun 1999-2014). Proposal ini diserahkan kepada pembimbing kemudian dikoreksi terutama pada bagian judul, latar belakang, rumusan masalah, dan teknik penulisan sesuai kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah yang berlaku di UPI.

3.2.3. Proses Bimbingan / Konsultasi

(24)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan pembimbing mengenai masalah yang dihadapi selama melaksanakan penelitian. Hal ini tentu sangat berpengaruh dalam penyusunan skripsi, karena melalui konsultasi yang teratur akan diperoleh banyak masukan, saran maupun kritik bagi penulis dari dosen pembimbing.

Setiap hasil penelitian yang penulis dapatkan dilaporkan kepada dosen pembimbing untuk dikonsultasikan agar penulis dapat lebih memahami dan mengetahui kekurangan serta kelemahan dalam setiap hasil penelitian. Konsultasi masing-masing bab biasanya tidak cukup dalam satu kali pertemuan, karena masih ada kekurangan atau kelemahan yang harus diperbaiki oleh penulis. Jadwal bimbingan bersifat fleksibel, sesuai dengan kesepakatan antara penulis dengan dosen pembimbing.

3.3. Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian ini merupakan tahapan selanjutnya setelah penulis mempersiapkan dan merancang penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis melakukan empat tahapan sesuai metode historis, yakni sebagai berikut.

3.3.1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

(25)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sejalan dengan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu dengan menggunakan studi literatur, dan sumber yang penulis gunakan adalah sumber tertulis yang berupa buku, majalah, surat kabar, artikel, dan sebagainya. Dalam proses pencarian dan pengumpulan sumber, penulis melakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan.

Selain sumber-sumber tertulis yang tertera di atas, beberapa sumber tertulis lain juga penulis dapatkan dari koleksi pribadi dan koleksi beberapa teman kuliah. Sumber tertulis yang telah terkumpul tersebut kemudian dibaca, dipahami dan dikaji untuk melihat kesesuaiannya dengan permasalahan dalam penelitian. Penulis melakukan pencatatan terhadap berbagai temuan baik itu daftar pustaka maupun topik-topik penting yang terdapat dalam sumber tersebut. Hal ini dilakukan agar lebih mudah dalam proses penulisan sejarah.

3.3.2. Pengumpulan Sumber Tertulis

Sumber tertulis yang dikumpulkan peneliti berupa buku-buku, artikel-artikel, dan majalah yang didalamnya terdapat tulisan tentang pesantren, pendidikan dan politik. Pada tahap ini peneliti mencoba mencari sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, skripsi dan dokumen-dokumen relevan yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji.

(26)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membantu untuk mendapatkan sumber yang dilaksanakan secara rutin. Untuk lebih jelasnya penulis akan menjabarkan proses pencarian sumber ke beberapa tempat, diantaranya:

a) Perpustakaan yang dikunjungi adalah Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Letak dari perpustakaan UPI yang tidak jauh dari tempat tinggal penulis membuat penulis rutin mengunjungi perpustakaan tersebut. Pencarian dimulai ketika sebelum mengajukan proposal yaitu ketika bulan Mei 2013. Pada bulan tersebut penulis masih jarang mengunjungi perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia dikarenakan belum adanya kepastian dalam hal judul. Sampai ketika bulan Juni 2013 penulis mulai rajin mengunjungi perputakaan UPI, bahkan dalam sebulan ada 3-4 kali. Di Perpustakaan UPI penulis menemukan tulisan Orientasi dan Perilaku Politik Santri Dalam Budaya Pesantren.

Selain perpustakaan-perpustakaan yang telah disebutkan di atas, penulis juga mengunjungi toko-toko atau bursa buku untuk menambah referensi penulis, toko buku tersebut di antaranya:

b) Bursa buku pertama yang penulis kunjungi adalah bursa buku Palasari, letak toko buku tersebut yaitu di daerah Jl. Palasari. Penulis sering mengunjungi tempat bursa buku tersebut karena merupakan kumpulan toko buku- buku yang bisa dikatakan lengkap. Setelah penulis mendapatkan masukan dari dosen pembimbing untuk mencari sumber buku yang belum tersedia, maka penulis mengunjungi toko buku tersebut. Penulis mengunjungi bursa buku tersebut hampir setiap bulan setelah kegiatan seminar dilakukan. Penulis menemukan beberapa buku yang sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian, baik buku yang berkaitan dengan pesantren maupun buku yang berkaitan dengan politik.

(27)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

buku-buku bekas akan tetapi buku-buku tersebut masih layak untuk di baca dan terjangkau harganya. Selama kunjungan ke bursa buku yang terletak di daerah Dewi Sartika ini penulis menemukan buku yang berkaitan dengan politik.

d) Toko buku selanjutnya adalah toko buku yang terletak di daerah Balubur. Terdapat toko buku di sana yaitu Lawang Buku, dapat dikatakan toko buku tersebut khusus menyediakan buku-buku yang berkaitan dengan sejarah dan sastra. Dalam kunjungannya, penulis menemukan buku yang berkaitan dengan pesantren dan politik, penulis meminta bantuan salah satu agen buku online yang berada di balubur.

3.3.3 Pengumpulan Sumber Lisan

Sumber lisan ini dikategorikan sebagai sejarah lisan (oral history) karena merupakan perkataan secara lisan oleh orang-orang yang diwawancarai (saksi mata). Pada tahap ini, penulis mulai mencari narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi yang menandai untuk menjawab permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan skripsi. Peneliti mencoba membagi kategori orang sebelum melakukan wawancara, karena orang yang akan diwawancara satu sama lain berbeda karakter serta kemampuan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam format wawancara yang peneliti buat. Agar peneliti dapat mengelompokan sumber-sumber hasil wawancara tersebut.

(28)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak mempunyai persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata – kata dan tidak berurutan tapi tetap harus dipatuhi peneliti (Koentjoroningrat, 1994:138).

Teknik wawancara yang digunakan penulis dalam penelitian ini merupakan gabungan antara wawancara berstruktur dan tak berstruktur. Wawancara dilakukan secara individual, yaitu dilakukan berdua antara pelaku atau saksi dengan penulis. Sebelum wawancara dilaksanakan, penulis menyusun daftar pertanyaan terlebih dahulu. Daftar pertanyaan tersebut dijabarkan secara garis besar. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan tersebut diatur dan diarahkan sehingga pembicaraan berjalan sesuai dengan pokok permasalahan. Apabila informasi yang diberikan narasumber kurang jelas, penulis mengajukan kembali pertanyaan yang masih terdapat dalam kerangka pertanyaan besar. Pertanyaan-pertanyaan itu diberikan dengan tujuan untuk membantu narasumber dalam mengingat kembali peristiwa sehingga informasi menjadi lebih lengkap.

3.3.4. Kritik Sumber

(29)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kritik sumber adalah suatu proses menyelidiki serta menilai secara kritis apakah sumber-sumber yang terkumpul sesuai dengan permasalahan penelitian, baik bentuk maupun isinya yang didasari oleh etos ilmiah yang menginginkan, menemukan atau mendekati kebenaran. Abdurahman (2007: 68-69) menyatakan bahwa otentisitas sumber sejarah dapat diketahui dengan mengujinya berdasarkan pertanyaan-pertanyaan seperti:

 Kapan sumber itu dibuat?  Di mana sumber itu dibuat?  Siapa yang membuat?

 Dari bahan apa sumber itu dibuat?  Apakah sumber itu dalam bentuk asli?

Pentingnya kritik terhadap sumber-sumber sejarah sangat ditekankan oleh Sjamsuddin (2007: 131) yang menyatakan bahwa seorang sejarawan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber yang diperoleh, melainkan ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber pertama, agar terjaring fakta-fakta yang menjadi pilihannya. Kegiatan kritik terhadap sumber-sumber sejarah itu terbagi ke dalam dua aspek, yakni kritik eksternal dan kritik internal.

Di samping sumber tertulis, penulis juga mengumpulkan sumber lisan, melaui wawancara dengan pengasuh dan pengurus sekaligus keluarga besar Pondok Pesantren Al-Ishlah Compreng, di antaranya, KH. Ushfuri anshor (Pengasuh Ponpes Al-Ashlah), K. Imron Nulhoirot (Putra Pengasuh sekaligus bendahara yayasan), K. Nasori Al-Anshor (adik pengasuh ponpes), Ust. Ikhsan Ushfuri (sekretaris yayasan ponpes Ishlah), H. Waharudin (Alumni ponpes Al-Ishlah), H.Ato Sukarto, MAg, Dahlan, MAg (Staff pendidik di ponpes Al-Al-Ishlah), ust. Somadi (tokoh masyarakat sekitar ponpes) dan juga tokoh pesantren yang lainnya

(30)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau cara pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Hal ini bertujuan untuk mengarahkan pengujian pada otentisitas dan integritas sumber yang diperoleh.

Penulis melakukan kritik eksternal dengan cara melakukan penelusuran dan pengumpulan informasi mengenai penulis sumber sebagai salah satu cara untuk melihat karya-karya atau tulisan yang dihasilkannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sjamsuddin (2007: 135) bahwa mengidentifikasi penulis adalah langkah pertama dalam mengakkan otentisitas.

Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara melakukan penelitian terhadap asal-usul sumber terutama dalam hal latar belakang penulis buku. Penulis juga melakukan pemilihan buku-buku yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji. Buku-buku yang digunakan memuat nama penulis buku, penerbit, tahun terbit, dan tempat diterbitkannya buku tersebut.

Dalam melakukan kritik eksternal terhadap sumber-sumber tertulis yang berupa buku, penulis tidak melakukannya secara ketat, melainkan hanya mengkategorikannya berdasarkan: pertama, aspek latar belakang penulis buku tersebut untuk melihat kredibilitasnya. Kedua, tahun terbit, dimana semakin kekinian angka tahunnya maka semakin baik karena informasinya semakin baru. Ketiga, penerbit dan tempat buku itu diterbitkan untuk melihat spesialisasi

tema-tema buku yang diterbitkan oleh penerbit tersebut dan tingkat popularitas penerbit, dimana semakin populer maka semakin tinggi tingkat kepercayaan terhadap isi buku tersebut.

(31)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber penelitian. Sementara H. Waharudin ( Alumni sekaligus tokoh partai di Al-Ishlah, secara fisik masih sangat bersemangat dan berapi-api ketika di wawancara, sementara H. Ato Sukarto dan Dahlan, MAg, staff pendidik .al-Ishlah ketika penulis wawancarai cukup bijak dan mengerti alur , sehingga cukup ilmiah.

3.3.4.2. Kritik Internal

Berbeda dengan kritik eksternal, kritik internal digunakan untuk menilai aspek “dalam” yaitu isi dari sumber sejarah yang diperoleh. Sejarawan harus mengkritisi apakah isi dari sumber tersebut dapat diandalkan atau tidak. Dengan kata lain, kritik internal bertujuan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian- kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber (Ismaun, 2005: 50).

Salah satu upaya penulis dalam melakukan kritik internal adalah dengan melihat perbandingan dari buku-buku yang digunakan sebagai sumber dalam penelitian ini. Dalam membandingkan isi buku dalam proses kritik internal ini, penulis harus cermat. Selain itu penulis juga harus teliti dalam menilai apakah buku-buku tersebut banyak mengandung unsur subjektivitas atau tidak. Hal tersebut sangat penting untuk meminimalisasi tingkat subjektivitas dalam penelitian ini, sehingga dapat diperoleh hasil yang seobjektif mungkin.

(32)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam tulisannya. Selain itu, unsur subjektivitas penulis juga akan terlihat berdasarkan latar belakang institusi yang diwakilinya.

3.3.5. Interpretasi

Interpretasi merupakan proses penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh berdasarkan sumber-sumber sejarah yang kemudian dihubungkan untuk mendapatkan gambaran secara jelas mengenai permasalahan yang dikaji. Interpretasi juga dapat diartikan sebagai sebuah penafsiran yang diperoleh dari hasil pemikiran dan pemahaman terhadap keterangan-keterangan yang diperoleh dari sumber-sumber. Menurut Kuntowijoyo (Abdurahman, 2007: 73), interpretasi sejarah dilakukan dengan menggunakan dua metode utama, yakni analisis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan).

Gottschalk (Ismaun, 2005: 56) menambahkan bahwa interpretasi atau penafsiran sejarah itu memiliki tiga aspek penting, antara lain: pertama, analisis-kritis yaitu menganalisis stuktur intern dan pola-pola hubungan antar fakta-fakta. Kedua, historis-substantif yaitu menyajikan suatu uraian prosesual dengan

dukungan fakta-fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan. Sedangkan ketiga adalah sosial-budaya yaitu memperhatikan manifestasi insani dalam interaksi dan interrelasi sosial-budaya.

Interpretasi diperlukan karena pada dasarnya fakta-fakta yang berasal dari sumber-sumber sejarah tidak dapat berbicara sendiri mengenai apa yang terjadi pada masa lampau. Berbagai fakta yang berbeda antara satu dengan yang lainnya harus disusun dan dihubungkan sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras, dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam keseluruhan konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya. Dalam penyusunan fakta-fakta, penulis menyesuaikan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas mengenai “Pondok

Pesantren dan Pendidikan Politik ” (Kajian Historis di Ponpes Al-Ishlah Compreng Kab. Subang Tahun 1999 - 2014). Fakta yang telah disusun kemudian

(33)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memuat penjelasan terhadap pokok-pokok permasalahan penelitian. Dengan demikian diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji.

Dalam melakukan interpretasi, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner, yakni pendekatan dalam ilmu sejarah yang menganalisis suatu masalah dengan menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu lain yang serumpun dalam ilmu sosial, seperti ilmu politik dan ilmu sosiologi. Dari kedua ilmu tersebut, penulis meminjam beberapa konsep, seperti stabilitas politik, peranan individu, dan hubungan antara individu dengan struktur. Pemakaian konsep-konsep ini dapat membantu penulis dalam menjelaskan peranan Ali Moertopo di tengah keadaan politik Indonesia pada masa awal pemerintahan Soeharto, sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji.

3.3.6. Historiografi

Langkah ini adalah tahap akhir dari prosedur penelitian yang dilakukan. Hasil penelusuran data-data dan fakta-fakta yang diperoleh, disusun menjadi sebuah skripsi. Berdasarkan hal tersebut, penulis berupaya untuk menyusun skripsi ini dengan melakukan analisis dan sintesis secara menyeluruh terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan “Pesantren dan Pendidikan Politik ”.

Secara harfiah, historiografi berarti pelukisan sejarah, atau gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang disebut sejarah (Ismaun, 2005: 28). Historiografi juga dapat diartikan sebagai proses penyusunan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan ke dalam satu kesatuan yang utuh, sehingga dihasilkan suatu tulisan yang logis dan sistematis. Dengan demikian akan diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara keilmuan.

(34)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber-sumber sejarah yang yang telah melalui proses seleksi dan penyaringan pada tahapan sebelumnya, yakni heuristik, kritik, dan interpretasi. Dalam tahap inilah penulis berupaya menyusun sebuah

(35)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pesantren dan Pendidikan Politik ” (Kajian Historis di Ponpes Al-Ishlah Compreng Kabupaten Subang Tahun 1999 -2014). Kesimpulan tersebut merujuk

pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis pada bab sebelumnya. Selain kesimpulan dari hasil penelitian, penulis juga menyertakan saran atau rekomendasi hasil penelitian ini bagi kepentingan akademik, terutama sebagai bahan pengembangan isi atau materi pada pembelajaran di sekolah dan pengembangan Pondok Pesantren. Adapun kesimpulan dan saran yang diperoleh oleh penulis akan dipaparkan sebagai berikut.

5.1. Kesimpulan

Pondok Pesantren Al-Ishlah Kecamatan Compreng pada awal berdirinya pada pertengahan tahun 1981, bersamaan dengan kokohnya kekuatan zaman orde baru, sudah memiliki komiteman yang kuat untuk mengembangkan ilmu keagamaan, dengan menggunakan sistem pembelajaran salafiyah, yang menekankan kepada pembahasan dan kajian kepada kitab – kitab kuning karya para ulama terdahulu. Disamping itu juga pesantren ini mengandalkan ketokohan seorang kiai yang kharismatik dan sederhana, sehingga dalam tempo kurang dari dua dekade kepemimpinan Kiai Usfuri, pesantren Al-Ishlah sudah mengalami perkembangan, baik dari sisi proses pembelajaran, jumlah santri, Pengakderan, bangunan fisik, maupun pendirian lembaga – lembaga formal maupun Nonformal (Madrasah Diniah, MTs, MA dan SMK)

(36)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan melengkapi antara pendidikan yang dilaksanakan di asrama santri dengan pendidikan dan pembinaan di lembaga formal. Pendidikan dan Pembinaan yang dilakukan di sekolah diperdalam di asrama santri yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan di lembaga formal. Sehingga tujuan santri untuk mengaji dan membina akhlakul karimah di harapkan bisa tercapai secara sempurna sesuai dengan arah, tujuan dan visi misi pendirian Pondok Pesantren. Program ini dilaksanakan secara integratif antara sekolah dan kobong (sebutan asrama tempat tinggal santri selama berproses di Pondok pesantern Artinya ada proses yang saling mendukung antara program di sekolah dan program di pondok/kobong).

Namun demikian sejalan dengan berkembangnya waktu, Sejak Orde Reformasi Bergulir tahun 1998, kondisi dan kegiatan pesantren tidak lagi bergelut pada pengkajian kitab kuning, akan tetapi mulai menyentuh aktivitas sosial budaya dan politik. Sejak Tahun 1999, dimana sistem pemerintah dan politik di Indonesia mengalami perubahan, yaitu berlakunya pemilihan langsung untuk memilih presiden, wakil rakyat dan para pemimpin kepala daerah. Kondisi seperti ini berdampak pada aktivitas pesantren, yang awalnya hanya kegiatan spiritual keagamaan, kini berkembang kepada tataran lebih jauh lagi, yaitu aktivitas sosial politik, dimana Pesantren banyak dikunjungi oleh beberapa partai politik untuk menawarkan dan meminta bergabung pimpinan atau pengurus pesantren menjadi pengurus partai politik tertentu atau menjadi calon wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(37)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada Kurun waktu 1999 -2014 Pondok Pesantren al-Ishlah Kecamatan Compreng dalam rangka menjaga sekaligus memperkuat sistem pesantren salafiyah, dengan berbasis keagamaan, juga sekolah formal sekaligus aktivitas politiknya, secara kontinyu telah melaksanakan Upaya Pendidikan Politik di Pondok Pesantren Al- Ishlah Compreng.

Pendidikan Politik di Pondok Pesantren Al-Ishlah dilakukan dengan tiga bentuk, yaitu dalam bentuk Pendidikan Formal, bentuk pendidikan nonformal dan informal dan bentuk pendidikan politik praktis. Dalam bentuk pendidikan formal di lembaga sekolah atau madrasah kegiatan pendidikan politik dilaksanakan meliputi kegiatan OSIS, Mata pelajaran PKn, PKS, Mulok ke-NUan, dan upacarabendera. Bentuk Pendidikan Non formal dan Informal, yaitu Jamiyah/Pengajian, Pengajian rutin yang diberikan oleh Kiai tiap hari kamis, Bahtsul masail secara bergiliran, Istighosah tiap Jumat Kliwon, dan Shalawat fatih, Haul Ponpes Al-Ishlah setiap tanggal 4 juli dan PHBI beberapa hari raya besar Islam, seperti Muludan, Rajaban, Muharoman,dan lain-lain. Bentuk Upaya Pendidikan Politik Praktis di Ponpes Al-Ishlah, yaitu Banyak alumni-alumni dari Ponpes Al-Ishlah ini yang terjun ke dunia politik, baik menjadi pengurus partai maupun sebagai calon legislatif DPRD Kabupaten Subang.

(38)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun Materi Kurikulum Pendidikan politik yang dilaksanakan dan diterapkan di pondok Pesantren Al-Ishlah Compreng Kabupaten Subang dapat dibedakan materi dalam pendidikan Formal, pada mata pelajaran PKn adalah tentang demokrasi, pemilihan umum, sistem pemerintahan, sistem partai politik di Indonesia, dan lain-lain. pada mata pelajaran sejarah atau tarikh Islam, menyampaikan materi pendidikan politik dalam mata pelajaran ini adalah tentang sejarah kekhalifahan Islam, sejarah pemilihan umum di Indonesia, tentang partai politik, partai Islam, dan lain-lain mata pelajaran muatan lokal, ke-NU-an, lebih terperinci materi pendidikan politik, mulai dari aqidah ahlussunah waljamaah (aswaja), sejarah NU, NU dan partai Politik, Partai Islam, dan Partai Kebangkitan Bangsa (sejarah kemunculan dan AD/ART).

Diantara Materi Pendidikan nonformal dan informal adalah meliputi aqidah ahlusunah waljamaah, kesadaran agar taat pada aturan organisasi NU, pentingnya partai sebagai wadah aspirasi umat Islam dalam memperjuangkan hukum sesuai syariat Islam walaupun tetap dibingkai dengan NKRI. Adapun materi pendidikan politik secara praktis bisa dibaca secara menyeluruh dalam buku karya KH Ushfuri Anshor (2012), pimpinan dan pengasuh ponpes Al-Ishlah Subang, yang berjudul “Belum Terlambat Sebelum Kiamat’ bukan kampanye, tetapi menjelaskan tentang Hukum kewajiban warga NU Pilih PKB”.

Materi Kurikulum Tersebut sudah diterapkan sejak Tahun 1999, yang kemudian dilanjutkan penerapannya pada pemilu 2004, 2009, dan Tahun 2014. Hal ini bisa dilihat dalam mata pelajaran di sekolah formal, seperti MTs, MA maupun SMK Al-Ishlah maupun dalam pembelajaran di pondok pesantren itu sendiri, santri senantiasa ditanamkan kesadaran berpolitik, pentingya politik, sehingga apabila terjun ke masyarakat akan menjadi warga negara yang baik dan senantiasa menggunakan hak demokrasinya pada setiap pemilihan umum, tidak melakukan Golput.

(39)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

santri. Pesantren menginisiasi berbagai kegiatan keagamaan yang dimanfaatkan oleh partai politik untuk mensosialisasikan visi politiknya. Pada banyak kasus, pesantren menggelar even-even keagamaan yang disponsori oleh kekuatan politik tertentu yang melibatkan masa umat Islam dalam jumlah yang banyak. Banyak mantan santri keluaran pesantren Al-Ishlah menjadi orang yang berhasil, bukan hanya dibidang agama, bahkan juga dibidang-bidang yang lain. Tidak sedikit alumni pesantren kemudian berkarier di bidang politik, kenegaraaan, wiraswasta, bahkan di bidang militer.

Setiap Penyelenggaraan Pemilu Legislatif, mulai tahun 1999, selalu ada wakil yang diusung dari Pondok Pesantren Al-Ishlah Compreng yang menjadi calon legislatif, misalnya tahun 1999, tercatat pengurus ponpes Al-Ishlah menjadi calon, diantaranya KH. Tasyrifien AS, Drs. H. Fatah Yasin, dan Ust. Dahlan, SAg. Pada tahun 2004, tercatat pengurus Ponpes Al-Ishlah yang menjadi Calon legislatif DPRD adalah KH. Tasyrifien AS dan Raskim, SAg. Pada pemilu Legislatif tahun 2009 tercatat Ust. H. Ihsan Usfuri, dan pada tahun 2014 ini tercatat H. Waharudin menjadi calon legislatif DPRD Kabupaten Subang.

Pesantren Al-Ishlah Kecamatan Compreng Kabupaten Subang, sejak berdiri tahun 1981, dilanjutkan dengan peran dalam bidang politikya sejak tahun 1999 (orde reformasi) sampai pesta demokrasi tahun 2014 ini, terus berupaya untuk meningkatkan keberadaannya di tengah tengah masyarakat, hal ini terbukti dengan banyaknya siswa di sekolah formal maupun santri yang mondok di pesantren, menunjukan besarnya kepercayaan kepada masyarakat. Siswa dan santri pondok Pesantren datang dari berbagai daerah, seperti kabupaten Subang, Indramayu, Jakarta, bekasi dan Jawa Tengah.

5.2. Rekomendasi

(40)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lapangan banyaknya pondok pesantren yang terpengaruh dengan kepentingan partai politik tertentu, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan oleh pesantren untuk mengambil langkah pendidikan politik bagi santri atau masyarakat sekitar. Pembahasan dalam penelitian ini tentu sangat berkaitan dengan pembelajaran politik di pondok Pesantren.

5.2.1. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber rujukan bagi guru sejarah atau guru yang lainnya untuk mengembangkan pembelajaran dan meningkatkan pemahaman tentang pendidikan politik.

5.2.2. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya melalui kerangka berpikir penulis mengenai pembahasan yang belum terungkap secara jelas dalam skripsi ini. Misalnya, pembahasan tentang Pondok Pesantren dan hubungannya dengan Partai Politik tertentu. 5.2.3. Sebagai bahan masukan bagi pengurus pondok pesantren, untuk senantiasa

meningkatkan kontribusi bagi masyarakat, apapun bentuknya, termasuk pendidikan politik di pesantren, selama pendidikan politik itu tidak diarahkan pada pemaksaan kehendak dan memenuhi ambisi politik segelintir orang, karena Pesantren adalah memiliki dasar pendidikan keilmuwan keagamaan tetap harus dipertahankan.

(41)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

(42)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Media.

Abdurrahman, M. 2002. “Sejarah dan Budaya Pesantren” dalam Ismail S.M. (Ed.), Dinamika Pesantren dan Madrasah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar). Arifin H.M. 1991. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum.

Jakarta: Bumi Aksara.

Bawani, I. 1990. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, Studi Tentang Daya Tahan Pesantren. Surabaya: al-Ikhlas.

Budiardjo, M. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chabib, T. 2001. Pengembangan Kurikulum PAI untuk Pembentukan Masyarakat Deliar, N. 1998. Gerakan Modern Islam di Indonesia, Jakarta: LP3ES.

Dhofier, Z. 1994. Tradisi Pesantren, Yogyakarta: LP3ES.

Djamaluddin. 2001. Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hadi, S. 1983. Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan PT. Fak.

Psikologi UGM.

Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia : Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Khusnurido, M. 2006. Manajemen Pondok Pesantren Dalam Persefektif Global, Yogyakarta: Laks Bang Preessindo

Madjid, N. 1997. Bilik-Bilik Pesantren, Jakarta: Paramadina

(43)

Sopi’i, 2014

Pondok pesantren dan pendidikan politik

(kajian historis di pondok pesantren al-ishlah kecamatan compreng kabupaten subang 1999-2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Marwan, S. 1982. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma Bhakti

Masdar F, M.1985. “Mengenal Pemikiran Kitab Kuning”, dalam Dawam Rahardjo (Ed.), Pergulatan Dunia Pesantren, Jakarta: P3M

Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Jakarta: INIS Mastuki, Dkk. 2005. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka

Mas’ud, A. 2002. “Sejarah dan Budaya Pesantren”, dalam Ismail S.M. (Ed.). Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Pustaka Pelaja

Moesa, A, M. 2007. Nasionalisme Kiai Konstruksi Sosial Berbasis Agama, Yogyakarta: PT L-Kis Pelangi Aksara.

Moleong, L. 2008. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda karya.

Nafi, D. dkk. 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren, Yogyakarta: PT L-kis Pelangi Aksara. 2007.

Qomar, M. 2005. Pesantren Dari Transpormasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi. Jakarta: Erlangga

Rofiq, A. 2005. dkk. Pemberdayaan Pesantren menuju Kemandirian Dan Profesionalisme Santri Dengan Metode Daurah kebudayaan, Yogyakarta:

Pustaka Pesantren.

Sjamsuddin, H. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekanto, S. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Steenbrink, K. A. 1986. Pesantren, Madrasah, Sekolah, Jakarta: LP3ES Surbakti, R. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Syukri Z, A. 2005. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jakarta: Rajawali Pers

Tafsir, A. 2007. Ilmu pendidikan Dalam Persefektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Kary

Referensi

Dokumen terkait

Syukur al h amdulill ā h , skripsi yang berjudul “ Perbandingan Model Pendidikan Karakter Pondok Pesantren Darusy Syahadah Berbasis Multikultural dan Pondok Pesantren

Sehingga penulis skripsi ini yang berjudul Peran Pondok Pesantren Terhadap Pendidikan Dan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Pondok Pesantren Baitul Musthofa

kehadirat Allah SWTyang telah melimpahkan rahmat,taufik dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Peranan Pondok Pesantren Al

Judul :MANAJEMEN PONDOK PESANTREN (Studi Deskriptif Analitik Pada Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Al-Muhajirun Desa Negara Ratu

Citra Pondok Pesantren adalah kesan atau persepsi yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuannya dan pengalamannya terhadap tampilan fakta atau kenyataan suatu pesantren,

tersebut anak-anak desa Sempalwadak bisa mengasah/mengembangkan bakatnya melalui program yang di selenggarakan pondok pesantren Al-Ishlah. Terdapat faktor pendukung

Dengan demikian perjudian dalam Pondok Pesantren Al- Badriyyah Mranggen Demak termasuk dalam jarimah ta’zir yang menjadi wewenang ulil amri dan jenis hukumannya yaitu berupa

Skripsi ini membahas tentang Patronase dan afiliasi santri pada partai politik di pondok Pesantren Darul Arqam Gombara, Hubungan yang terjalin antara Kyai /