• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIK METODE PENGUTIPAN HADITS

Dalam dokumen RESUME DAN CRITICAL REVIEW TESIS (Halaman 37-41)

BAB IV ANAK ANGKAT DALAM SISTEM UNDANG-UNDANG NEGARA

KRITIK METODE PENGUTIPAN HADITS

A. Harta Bersama Dalam Perkawinan (Analisis Putusan Terhadap Penyelesaian Perkara Harta Bersama Akibat Perceraian), karya Rini Sidi Astuti NIM 03.02.00.01.01.0059.

Secara umum, tesis ini menganalisis putusan-putusan Pengadilan Agama yang berkaitan dengan perkara penyelesaian harta bersama akibat perceraian. Putusan-putusan tersebut dianalisis dalam upaya menjawab konfigurasi hukum Islam dalam merespon permasalahan kontemporer.

1. Hadits tentang bukti kesempurnaan akhlak seseorang yang santun dan bersikap halus terhadap istrinya. Hadits ini tidak mempunyai catatan kaki, penulis tidak menjelaskan darimana mengutipnya serta kedudukannya. Sanad hadits ini dimulai dari Abu> Hurairah dan langsung kepada Nabi SAW.

2. Hadits riwayat al-Tirmidhi> dari Sulaima>n ibn ‘Umar al-Ah}was} yang menceritakan tentang nasehat Rasulullah SAW pada saat beliau dalam haji wada’.

Sanad hadits ini diambil dari Sulaima>n ibn ‘Umar al-Ah}was} dan langsung ke Nabi Muhammad SAW. Hadits ini merupakan hadits nomor 1.162 dalam bab rad}a> yang dikutip dari kitab Abi> I>sa Muhammad ibn I>sa ibn Saurah al-Turmudhi>,

Jami’ al-S}ah}ih} Sunan Turmudhi> (Beirut: Da>r al-Kutub Ilmiah, 2000). Untuk menguatkan, penulis juga mengutip penjelasan tentang kedudukan hadits ini dan menyatakan bahwa hadits ini kedudukannya sebagai hadits h}asans}}ah}i>h}. Hal ini dikutip oleh penulis dari hadits nomor 1.851 kitab Sunan Ibn Majah, Kita>b al-Nika>h} (Beirut: Da>r al-Kutub Ilmiah, t.th), juz-1.

3. Hadits dari ‘A>ishah R.A. tentang kewajiban suami untuk berlaku baik terhadap istrinya. Penulis mengutip hadits ini dari Ibn Hajar al-Asqala>ni>, Taqrib al-Tahzi>b, ed. Muhammad Awamah (Damaskus: Da>r al-Rashid, 1992). Penulis tidak menjelaskan persambungan sanad serta kedudukan hadits ini. Penulis juga tidak merujuk hadits ini ke kitab aslinya.

4. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu> Hurairah tentang kewajiban istri untuk mentaati suami. Penulis mengutip hadits ini dari Abu> Daud, Sunan Abu> Daud (Beirut: Da>r al-Qalam, t.th.). Hadits ini adalah hadits nomor 1.664. Namun penulis tidak menjelaskan persambungan sanad serta kedudukan hadits ini.

5. Hadits nomor 1.829 dalam bab Nikah yang diriwayatkan oleh Muttafaq ‘Alaih dari

Abu Hurairah. Hadits ini dikutip dari Abu Daud, Sunan Abu> Daud (Beirut: Da>r al-Qalam, t.th). Penulis tidak menjelaskan persambungan sanad serta kedudukan hadits ini.

6. Hadits tentang kewajiban suami untuk menggauli istrinya. Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim tanpa adanya sanad yang jelas sedikitpun. Penulis juga tidak menjelaskan kedudukan hadits beserta sumber kutipannya.

7. Hadits tentang perkongsian (baca: perserikatan). Penulis memaparkan sebuah hadits qudsi> dari Abu> Huraira>h. Penulis tidak menjelaskan sanad dan kedudukan hadits ini. Hadits ini dikutip oleh penulis tidak merujuk dari sumber aslinya, namun dikutip dari Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia (Jakarta: UI Press, 1982).

37 | P a g e

8. Hadits tentang perkongsian (baca: perserikatan). Penulis menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh al-Nasa>i. Penulis tidak menjelaskan sanad dan kedudukan hadits ini. Hadits ini dikutip oleh penulis tidak merujuk dari sumber aslinya, namun dikutip dari Ismuha, Pencarian Bersama Suami Istri di Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 1978).

9. Hadits tentang landasan istih}sa>n. Penulis hanya menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda. Penulis tidak menjelaskan sanad, perawi dan kedudukan hadits ini. Penulis pun tidak menjelaskan sumber kutipannya.

10.Hadits tentang naluri kesenangan yang dimiliki oleh manusia. Penulis menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ana>s R.A. Namun dalam penulisan haditsnya dalam aksara Arab, penulis tidak menuliskan sanadnya. Penulis tidak menjelaskan sanad dan kedudukan hadits ini. Hadits ini dikutip oleh penulis tidak merujuk dari sumber aslinya, namun dikutip dari Muhammad ‘Usman

Najati, Psikologi Dalam Tinjauan Hadits Nabi Muhammad SAW, terj. Wawan Djunaedi Soffandi (Jakarta: Mustakim, 2003).

B. Pemikiran Harta Bersama di Indonesia dalam Perspektif Hukum Islam, karya

Iskandar NIM. 02.2.00.1.01.01.0035.

Secara umum, tesis ini membahas masalah pelembagaan harta bersama dalam kodifikasi hukum positif yang bersifat nasional di Indonesia. Tesis ini juga membuktikan bahwa shirkah (baca: harta bersama) tidak sama dengan shirkah dalam

konteks hubungan mu’amalah.

1. Hadits yang menegaskan bahwa nikah itu adalah sunnah Nabi. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukha>ri> dan Muslim dari Anas Ibn Ma>lik. Hadits ini dikutip oleh penulis dari berbagai sumber, dan juga termasuk di dalamnya dari kitab aslinya. Penulis mengutipnya dari: Ima>m Abi ‘Abdullah Muhammad ibn Isma’i>l ibn Ibrahi>m ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al- Bukha>ri>, Sunan Bukha>ri>

(Beirut: ‘Alam al-Kutub, t.th.), juz VII hadits nomor 5.066, Ima>m Abi> al-H}usaini> Muslim ibn Hajjaj Qushairi> Naisaburi>, S}}ah}i>h Muslim (Beirut: Da>r al-Fikr, 1993), juz I hadits nomor 1.401, al-Shaikh Mansur Ali> Nashif, al-Jami’ li al -Us}ul fi Ahadits al-Rasul S}alla Allah ‘Alaihi wa Sallam (Beirut: Da>r al-Fikr, 1981), juz II. Meskipun penulis menjelaskan sumber kutipan begitu jelas dan lengkap, namun penulis tidak menjelaskan persambungan sanad dan kedudukan hadits ini. 2. Hadits tentang suruhan menikah kepada pemuda. Hadits ini diriwayatkan oleh

Bukha>ri> dan Muslim dari Ibnu Mas’ud. Hadits ini dikutip oleh penulis dari

berbagai sumber, dan juga termasuk di dalamnya dari kitab aslinya. Penulis mengutipnya dari: Ima>m Abi> ‘Abdullah Muhammad ibn Isma’i>l ibn Ibrahi>m ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Bukha>ri>, Sunan Bukha>ri> (Beirut: ‘Alam al-Kutub, t.th.), juz VII hadits nomor 5.066, Ima>m Abi> H}usaini> Muslim ibn Hajja>j al-Qushairi> al-Naisaburi>, S}}ah}i>h Muslim (Beirut: Da>r al-Fikr, 1993), juz I hadits nomor 1.400, Ima>m al-Da>rimi>, Sunan al-Da>rimi> (Qa>hirah, Da>r al-Fikr, 1978), juz II., al-Shauka>ni>, Nail al-Aut}ar (Beirut: Da>r al-Jilli>, 1973), juz VI. Meskipun penulis menjelaskan sumber kutipan begitu jelas dan lengkap, namun penulis tidak menjelaskan persambungan sanad dan kedudukan hadits ini.

3. Hadits tentang larangan membujang. Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari

al-38 | P a g e

H}usaini> Muslim ibn al-Hajjaj al-Qushairi> al-Naisaburi>, S}}ah}i>h Muslim (Beirut: Da>r al-Fikr, 1993), juz I hadits nomor 1.402. Penulis tidak menjelaskan persambungan sanad dan kedudukan hadits ini.

4. Hadits tentang keutamaan nikah. Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baiha>qi> dari Abi> ‘Uma>mah. Penulis mengutip hadits ini dari Ahmad ibn al-Husain ibn ‘Ali> ibn Mu>sa Abu> Bakr al-Baiha>qi>, Sunan Baiha>qi> Kubra> (Makkah al-Mukarramah, Maktabah Da>r al-Bazz, 1994), juz VI hadits nomor 13.253., dan Jala>l al-Din ‘Abd al-Rahma>n ibn ‘Abi> Bakr al-S}uyu>t}i, Jami’ al-S}aghi>r (Beirut: Da>r al-Fikr, 1981), juz I. Meskipun penulis menjelaskan sumber kutipan begitu jelas dan lengkap, namun penulis tidak menjelaskan persambungan sanad dan kedudukan hadits ini.

5. Hadits tentang kedudukan wali dan saksi dalam perkawinan. Penulis menjelaskan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Bukha>ri> dari ‘A>ishah. Penulis mengutip hadits ini dari Ima>m Abi> ‘Abdullah Muhammad ibn Isma’i>l ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Bukha>ri>, Sunan Bukha>ri> (Beirut: ‘Alam al-Kutub, t.th.), juz VII hadits nomor 1.407. Meskipun penulis mengutip hadits dari kitab asli, namun penulis tidak menjelaskan persambungan sanad dan kedudukan hadits ini. 6. Hadits tentang nikah dengan tujuan untuk berketurunan. Hadits ini diriwayatkan

oleh Abu> Da>ud dan al-Nasa>i dari Maqal ibn Yasa>r. Penulis mengutip hadits ini dari Abu> Da>ud Sulaima>n ibn al-‘As}’ats al-Sajasta>ni>, Sunan Abu> Da>ud (Beirut: Da>r al-Fikr, 1994), juz I hadits nomor 2.050, dan al-Nasa>i, Sunan al-Nasa>i (Halabi: Maktab al-Mat}buat al-Isla>miyyah, 1986), juz VI hadits nomor 3.227, serta al-Suyu>t}i>, al-Jami’ al-S}aghir (Beirut: Da>r al-Fikr, 1981). Meskipun penulis menjelaskan sumber kutipan begitu jelas dan lengkap, namun penulis tidak menjelaskan persambungan sanad dan kedudukan hadits ini.

7. Hadits tentang perkongsian (baca: perserikatan). Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dan di-s}ah}ih}-kan oleh al-Ha>kim dari Abu> Huraira>h. Penulis mengutip hadits ini dari Abu> Da>ud Sulaima>n ibn al-‘As}’ats al-Sajasta>ni>, Sunan Abu> Da>ud (Beirut: Da>r al-Fikr, 1994), juz III hadits nomor 3.383, dan al-Shauka>ni>, Nail al-Aut}ar (Beirut: Da>r al-Jilli>, 1973), juz V. Meskipun penulis menjelaskan sumber kutipan begitu jelas dan lengkap, namun penulis tidak menjelaskan persambungan sanad dan kedudukan hadits ini.

8. Hadits tentang landasan istih}sa>n. Penulis menjelaskan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad. Penulis mengutip hadits ini dari Imam Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ima>m Ahmad (Beirut: Da>r al-Fikr, t.th.), juz I. Penulis tidak menjelaskan sanad kedudukan hadits ini.

C. Kedudukan Anak Angkat dalam Sistem Peradilan Agama (Studi Kasus di PA Wilayah Sumatera Utara Medan), karya Sahliah Hasibuan NIM 295 PTU 115.

Secara umum, tesis ini menjelaskan secara rinci mengenai adopsi dalam konteks hukum positif di Indonesia, dengan mengambil wilayah penelitian di Pengadilan Agama Medan Sumatera Utara. Sebagian besar pembahasannya berkutat

dalam masalah polemik menuculan institusi “wasiat wajibah” dalam KHI.

1. Hadits tentang hakikat pengangkatan anak. Hadits ini diriwayatkan Ibnu Ma>jah dari Abu> Bakr ibn Abi> S}aibah. Hadits ini dikutip oleh penulis dari ‘Abdulla>h

39 | P a g e

Muhammad ibn Yazid al-Qozwiya>ni>, Sunan Ibnu Ma>jah (Istanbul: tp. 1992) juz II. Penulis merujuk hadits dari kitab asli, dengan menuliskan persambungan sanad dengan lengkap. Namun penulis tidak menjelaskan nomor hadits serta kedudukan hadits tersebut.

2. Hadits tentang keharaman pengakuan adopsi palsu. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukha>ri> dan Muslim dari Abu> Bakr ibn Abi> S}aibah. Hadits ini dikutip dari Muslim ibn al-Hajja>j al-Qus}airi> al-Naisaburi>, S}ah}ih} Muslim (Beirut: tp., 1992), juz III. Penulis merujuk hadits dari kitab asli, dengan menuliskan persambungan sanad dengan lengkap. Namun penulis tidak menjelaskan nomor hadits serta kedudukan hadits tersebut.

3. Hadits tentang larangan untuk membuat pengakuan palsu dalam adopsi. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukha>ri> dan Muslim dari Zuhair ibn Harb. Penulis mengutip hadits ini dari Muslim ibn al-Hajja>j al-Qus}airi> al-Naisaburi>, S}ah}ih} Muslim (Beirut: tp., 1992), juz III. Penulis merujuk hadits dari kitab asli, dengan menuliskan persambungan sanad dengan lengkap. Namun penulis tidak menjelaskan nomor hadits serta kedudukan hadits tersebut.

4. Hadits tentang larangan untuk membuat kerusakan. Hadits ini dikutip oleh penulis dari al-Suyu>ti>, al-Asba>hu wa al-Nazairi> (Kairo: Da>r Ihya>’itubi al-‘Arabiyyati,

t.th.). Penulis hanya menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda. Penulis tidak menjelaskan sanad, perawi dan kedudukan hadits ini.

5. Hadits tentang pengangkatan anak hasil zina. Hadits ini diriwayatkan oleh

Muttafaq ‘Alaih dari ‘A>ishah. Hadits ini dikutip dari Muhammad ibn Isma’i>l al-Kahla>ni>, Subu>l al-Sala>m (tk., tp., t.th.), juz III. Penulis merujuk hadits ini bukan dari sumber aslinya. Penulis juga tidak menjelaskan persambungan sanad dan kedudukan hadits ini.

6. Hadits tentang penerimaan hibah. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dari

‘Abba>s. Hadits ini dikutip dari Ima>m Muhammad ibn ‘Ali> ibn Muhammad al-S}auka>ni>, Nail al-Aut}a>r (Kairo: Shirkah Aqomatu al-Di>n, 1255 H) juz VI. Penulis merujuk hadits ini bukan dari sumber aslinya. Penulis juga tidak menjelaskan persambungan sanad dan kedudukan hadits ini.

7. Hadits tentang larangan untuk mengundur wasiat. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad melalui Ma>lik dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar. Hadits ini dikutip dari Muslim ibn

al-Hajja>j al-Qus}airi> al-Naisaburi>, S}ah}ih} Muslim (Beirut: tp., 1992), juz III. Penulis tidak menjelaskan kedudukan hadits ini.

8. Hadits tentang kebolehan bersedekah kepada orang yang tidak menerima wasiat. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukha>ri> dan Muslim melalui Ma>lik dari Hisha>m ibn

‘Urwah dari ‘A>ishah. Hadits ini dikutip dari Muslim ibn Hajja>j Qus}airi> al-Naisaburi>, S}ah}ih} Muslim (Beirut: tp., 1992), juz III. Penulis tidak menjelaskan kedudukan hadits ini.

40 | P a g e BAGIAN KETIGA

PENUTUP

Dalam dokumen RESUME DAN CRITICAL REVIEW TESIS (Halaman 37-41)

Dokumen terkait