• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kritik dan saran anda mengenai perancangan lanskap Memorial Park yang

mbar 17 P eta k emi ringa n laha n

23

Gambar 18 Kondisi drainase tapak Sumber gambar: Dokumentasi lapang Vegetasi

Kondisi vegetasi eksisting tapak dibedakan menjadi dua segmen, yakni vegetasi pada sempadan pantai dan vegetasi pada jalan (Peta seberan vegetasi dapat dilihat pada gambar 19). Vegetasi yang terdapat pada sempadan pantai adalah vegetasi yang fungsinya melindungi pantai dari hempasan badai, angin, pengendalian pencemaran, penahan intrusi air laut, pengatur iklim, sumber plasama nutfah, dan benteng wilayah daratan dari pengaruh negatif dinamika laut. Vegetasi pada jalan bertujuan sebagai pengarah bagi pengguna jalan dan menambah nilai estetika pada jalan tersebut. Fungsi utama vegetasi pada jalan adalah untuk mereduksi pencemaran lingkungan akibat kendaraan bermotor dan meningkatkan kualitas iklim mikro. Berikut daftar vegetasi pada tapak (tabel 3).

Tabel 3 Vegetasi pada tapak

No. Gambar Vegetasi

Nama Lokal/ Nama Latin

Famili Lokasi Fungsi

1 Agave/ Agave angustifolia Agavaceae Median jalan dan traffic island Display 2 Palem Ekor Tupai/ Wodyetia bifurcata Palmaceae Median jalan dan traffic island Pengarah jalan 3 Teh-tehan/ Acalypha siamensis Euphorbiaceae Median jalan dan traffic island Display 4 Rumput Gajah/ Axonophus compressus Poaceae Median jalan dan traffic island Penutup tanah

24

No. Gambar Vegetasi

Nama Lokal/ Nama Latin

Famili Lokasi Fungsi

5 Pucuk Merah/ Syzygium oleana Myrtaceae Traffic island Display 6 Soka/ Ixora sp. Rubiceae Traffic island Display 7 Hanjuang/ Cordyline sp. Agavaceae Traffic island Display 8 Ketapang/ Terminalia catappa L. Combretaceae Jalur hijau pada pada jalan dan sempadan pantai Peneduh 9 Bisbul/ Diospyros blancoi Diospyros Jalur hijau pada sisi jalan Pengarah  10 Cemara Laut/ Casuarina equistifolia Casuarinaceae Jalur hijau pada sisi jalan dan sempadan pantai Penahan angin dan pengarah  11 Bakau Minyak/ Rhizopora apiculata Rhizopoceae Sempadan

pantai Penahan abrasi

 12 Bakau Hitam/ Rhizophora stylosa Rhizopoceae Sempadan

25

No. Gambar Vegetasi

Nama Lokal/ Nama Latin

Famili Lokasi Fungsi

 13 Daun Katang- katang/ Ipomea pes caprae Convolvulaceae Sempadan

pantai Penahan abrasi

 14 Rumput Tembaga/ Ischeum muticum Gramineae Sempadan

pantai Penahan abrasi

 15

Teki Laut/

Cyperus maritimus

Cyperaceae Sempadan

pantai Penahan abrasi

 16 Rumput Lari- lari/ Spinifex littoreus Gramineae Sempadan

pantai Penahan abrasi Sumber gambar: www.google.com dan dokumentasi lapang

Aksesibilitas dan Sirkulasi

Aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan untuk mencapai suatu wilayah atau kawasan tertentu. Dalam hal ini adalah tingkat kemudahan untuk mencapai Gampong Ulee Lheue sebagai kawasan wisata. Jarak dan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi ke daerah wisata merupakan hal yang penting. Ulee Lheue merupakan kawasan yang strategis karena untuk mencapainya aksesnya sangat mudah, baik menggunakan jalur darat, laut maupun udara. Untuk akses dalam kota dapat melalui Jalan Iskandar Muda yang diteruskan ke Jalan Pelabuhan Lama Ulee Lheue, sedangkan untuk akses luar kota dapat melalui Jalan Iskandar Muda atau Jalan Banda Aceh-Meulaboh (gambar 20).

Pada jalur darat dapat menggunakan kendaraan pribadi, seperti: mobil, sepeda motor, sepeda, dan lainnya. Bila mengakses dengan kendaraan umum dapat menggunakan moda kendaraan, seperti: becak motor dan labi-labi (angkutan umum kota khas Aceh). Hanya saja jumlah labi-labi yang melayani trayek Ulee Lheue jumlahnya sangat terbatas. Hal ini diakibatkan oleh berkurangnya pengunjung/wisatawan yang menggunakan jasa transportasi labi-labi karena lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Untuk wisatawan yang berasal dari tempat yang jauh (luar kota/luar daerah/luar negeri), transportasi umum yang dapat digunakan, antara lain; kapal feri, bus, dan pesawat terbang.

Pada kondisi sehari-hari sirkulasi pada Jalan Pelabuhan Lama Ulee Lheue tergolong lancar dan hampir tidak ada penumpukan kendaraan. Namun saat akhir pekan atau masa liburan panjang, sirkulasi pada tapak akan lebih padat dari biasanya. Penyebabnya adalah meningkatnya volume kendaraan yang sebagian besar didominasi oleh kendaraan yang berasal dari luar Kota Banda Aceh.

26 Ga mbar 19 P eta s eba ra n v ege tasi

27

Gambar 20 Aksesibilitas menuju tapak Sumber gambar: Google Earth dan Pengamatan lapang

Tipikal Jalan Pelabuhan Lama Ulee Lheue adalah arteri sekunder. Jalan ini dirancang berdasarkan kecepatan minimum adalah 30 km/jam dengan lebar badan jalan minimum adalah 11 meter. Pada jalur ini tersedia jalur khusus untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya. Untuk kendaraan barang ringan, angkutan umum kota, serta bus dapat diijinkan melalui jalan ini. Ilustrasi tipikal jalan Pelabuhan Lama Ulee Lheue dapat dilihat pada gambar 21.

Gambar 21 Tampak potongan jalur sirkulasi eksisting Sumber: Pengamatan lapang

Berikut ini (gambar 22), adalah skema aksesibilitas serta jarak tempuh dari Pulau Weh, Bandara Sultan Iskandar Muda, Universitas Syiah Kuala, dan Masjid Baiturrahman menuju tapak.

28

Gambar 22 Skema aksesibilitas Sumber: Google Maps dan Pengamatan lapang

Sebagai kawasan yang rawan bencana khususnya tsunami, akses menuju area/fasilitas evakuasi harus dapat dicapai semudah mungkin. Pada tapak sendiri hingga saat ini belum ada area/fasilitas evakuasi. Namun, disekitar tapak terdapat empat area/fasilitas evakuasi yang jaraknya kurang dari 4 km. Fasilitas tersebut berupa tsunami escape building yang terletak di Gampong Lambung, Gampong Deah Geulumpang dan Gampong Alue Deah Teungoh. Selain itu Gedung Tsunami Disaster and Mitigation Research Centre (TDMRC) juga memiliki fungsi sebagai tsunami

Escape Building. Berikut adalah jarak tapak serta akses jalan menuju ke Tsunami

Escape Building:

a) Tapak - TDMRC = 0.5 km via Jalan Iskandar Muda.

b) Tapak - Tsunami Escape Building Deah Glumpang = 1.7 km via Jalan Iskandar Muda dan Jalan Baro.

c) Tapak - Tsunami Escape Building Lambung = 2.3 km via Jalan Iskandar Muda. d) Tapak -Tsunami Escape Building Deah Teungoh = 3.2 km via Jalan Iskandar

Muda.

Selain kemudahan akses menuju area/fasilitas evakuasi bencana, akses menuju objek wisata tsunami juga tergolong mudah. Jalur wisata tsunami dapat dilihat pada gambar 23.

Berikut adalah jarak tapak serta akses jalan menuju ke objek wisata tsunami: a) Tapak - Masjid Baiturrahim = 0.4 km via Jalan Iskandar Muda.

b) Tapak - Kuburan Massal Meuraxa = 1.2 km via Jalan Iskandar Muda. c) Tapak - PLTD Apung = 4 km via Jalan Iskandar Muda.

d) Tapak - Monumen Thanks To The World = 4.2 km via Jalan Iskandar Muda. e) Tapak - Museum Tsunami = 4.4 km via Jalan Iskandar Muda.

f) Tapak - Masjid Baiturrahman = 4.6 km via Jalan Iskandar Muda dan Soekarno- Hatta.

g) Tapak - Kapal diatas rumah Lampulo = 9.7 km via Jalan Iskandar Muda dan Jalan Sisingamangaraja.

29

Gambar 23 Jalur wisata tsunami di Kota Banda Aceh Sumber gambar: (Peta) Google Maps; (1,2,3, dan 6) Dokumentasi pribadi; (4) indonesiavisit.info; (5) bacatransportasi.com; (7) 3bp.blospot.com; (8)

megaensiklopedia.blogspot.com

Iklim

Berdasarkan data dari BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, diketahui bahwa rata-rata curah hujan di Kota Banda Aceh adalah 105,6 mm. Daerah ini mengalami musim kemarau pada bulan Januari sampai Agustus, sedangkan musim hujan berlangsung dari bulan September sampai Desember. Pada tahun 2012, suhu rata-rata Kota Banda Aceh adalah 27.200C dan pada tahun 2013 suhu rata-ratanya

lebih rendah, yakni 27.030C (Tabel 4). Kelembaban udaranya bervariasi antara 68 – 85 % dengan kecepatan angin 4.90 knot. Rata –rata hari hujannya adalah 13 hari dan rata–rata penyinaran mataharinya adalah 52.2 Cal/cm2.

Tabel 4 Data iklim Kota Banda Aceh tahun 2012-2013

Tahun Bulan ke-

Suhu rata- rata Suhu maks (Rata- rata/bulan) Suhu min (Rata- rata/bulan) Presipasi Presipasi Normal 0C 0C 0C mm mm 2012 1 26.10 31.30 22.90 92 163.90 2012 1 26.10 31.30 22.90 92 163.90 2012 2 26.40 32.20 22.90 78 98 2012 3 26.70 31.90 22.60 100 194.50 2012 4 26.80 33.10 22.70 79 117 2012 5 27.50 33.70 23.30 98 149.70 2012 6 28.30 34.60 22.60 41 67.80 2012 7 27.80 34.10 23 28 114.70 2012 8 27.60 33.80 23 39 92.60 2012 9 27.60 33.30 23.10 78 125.90 2012 10 26.40 32 23.10 117 194.20 2012 11 - - - - 202.60 2012 12 26.40 31.40 23.50 150 209.80 2013 2 26.30 30.90 23 136 98 2013 3 27.40 32.50 23.20 60 194.50

30

Tahun Bulan ke-

Suhu rata- rata Suhu maks (Rata- rata/bulan) Suhu min (Rata- rata/bulan) Presipasi Presipasi Normal 0C 0C 0C mm mm 2013 4 27.30 33.30 23.50 106 117 2013 5 27.30 33.30 - 131 149.70 2013 6 28 33.60 23.60 168 67.80 2013 7 27.60 33.60 22.30 84 114.70 2013 8 27 33.30 22.20 40 92.60 2013 9 - - - - 125.90 2013 10 - - - - 194.20 2013 11 26.30 31.80 22.20 150 202.60 2013 12 26.10 31.20 22.80 215 209.80

Sumber: BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang Penutupan dan Penggunaan Lahan

Di Gampong Ulee Lheue, sebagian besar alokasi penggunaan lahan untuk area wisata. Tidak ada penggunaan lahan untuk sarana pendidikan (Sekolah), hutan, sawah, kebun, ladang, kolam dan perkebunan. Untuk sarana peribadatan (Masjid) terdapat dua masjid (Masjid Baiturrahim dan Masjid Pelabuhan Ulee Lheue) dan untuk sarana kesehatan terdapat satu buah (Posyandu). Area lahan/tanah di yang dijadikan bangunan/pekarangan seluas 67.50 Ha. Menurut Data Potensi Desa (PODES), pemanfaatan laut pada gampong-gampong di Kecamatan Meuraxa pada tahun 2012 adalah sebagai area perikanan tangkap, area perikanan budidaya, wisata bahari, transportasi umum dan hutan mangrove.

Visual

Lokasi visual terbaik pada bagian utara tapak adalah (Pantai Ceureumen), apabila hari cerah, akan terlihat Pulau Weh dan pulau-pulau di sekitarnya. Pada bagian selatan tapak terdapat pantai yang bersih dan hutan mangrove.Waktu terbaik secara visual adalah saat matahari terbit (sekitar pukul 05.30) dan matahari tenggelam (sekitar pukul 19.00). Good view pada tapak dapat dilihat pada gambar 24.

Gambar 24 Good view pada tapak

31 Pada tapak, terdapat beberapa bagian yang terlihat kurang menarik secara visual/bad view (gambar 25). Bad view pada tapak, antara lain; tenda-tenda penjual makanan yang kurang tertata dengan baik dan sebagian tempatnya mengambil badan jalan. Selain itu, terdapat tumpukan sampah pada beberapa titik serta berdirinya rumah-rumah ilegal non-permanen.

Gambar 25 Bad view pada tapak

Sumber gambar: Google Earth dan Dokumentasi Lapang Aspek Sosial dan Ekonomi

Aspek sosial dan ekonomi yang diinventarisasi dalam perancangan lanskap

Memorial Park di Gampong Ulee Lheue, antara lain; Penduduk Lokal

Menurut Koordinator Statistik Kecamatan Meuraxa, jumlah penduduk tahun 2004 adalah 4.154 jiwa mengalami penurunan jumlah pada tahun 2005 yakni menjadi 1.129 jiwa. Hal ini disebabkan karena sebagian besar warga Ulee Lheue meninggal dunia pada peristiwa tsunami di akhir tahun 2004. Berdasarkan data dari

Keuchik (Kepala Desa) Ulee Lheue per bulan Januari 2014, jumlah penduduk Ulee Lheue adalah 767 orang dengan rincian jumlah laki-laki 421 orang dan jumlah perempuan 346 orang. Jumlah kelahiran per Januari 2014 adalah satu orang dan kematian juga 1 orang. Keuchik Ulee Lheue memberikan keterangan lebih lanjut bahwa sebelum terjadi tsunami, penduduk gampong Ulee Lheue didominasi oleh pendatang dan penduduk asli Ulee Lheue hanya sekitar 30% saja. Pendatang rata- rata berasal dari Pulau Jawa dan kota/kabupaten di luar Banda Aceh, seperti: Aceh Besar, Aceh Utara, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, dan lainnya. Penduduk Ulee Lheue 100% beragama Islam. Mata pencaharian penduduk Ulee Lheue mayoritas sebagai nelayan, sisanya sebagai pedagang, dan pegawai. Saat ini telah terjadi pergeseran mata pencaharian penduduk akibat tsunami, karena dahulu hampir semua penduduk di Ulee Lheue bermata pencaharian sebagai nelayan. Jenis usaha yang paling berkembang di Ulee Lheue adalah usaha makanan dan minuman. Adapun sarana yang tersedia saat ini adalah sarana peribadatan

32

hanya satu, yakni: Masjid Baiturrahim dan tidak ada sarana pendidikan. Sarana kesehatan yang tersedia hanya sebuah Posyandu dan tidak ada tenaga kesehatan, tetapi banyak tersedia toko khusus obat/ jamu. Tidak ada fasilitas olahraga yang tersedia pada Gampong Ulee Lheue.

Organisasi Masyarakat dan Perangkat Pemerintahan

Berdasarkan Qanun Provinsi Aceh Nomor 5 Tahun 2003, Gampong

merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia.

Gampong bukanlah bawahan Sagoe Cut (kecamatan) karena Sagoe Cut merupakan perangkat daerah Sagoe (kabupaten) atau kota, sedangkan gampong bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Secara struktur, gampong berada dibawah mukim yang dipimpin oleh Kepala Mukim. Berbeda dengan kelurahan, gampong

memiliki hak mengatur wilayahnya secara lebih luas.

Badan perwakilan Gampong disebut Tuha Peut yang terdiri dari kalangan ulama, tokoh adat, pemuka masyarakat, dan cerdik pandai yang ada di gampong

bersangkutan. Lembaga eksekutif Gampong, terdiri atas Keuchik dan Teungku Imeum Meunasah (Imam Masjid/ Alim Ulama) beserta perangkat gampong (sekretaris, bendahara, dan seksi bagian). Aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, adat istiadat ditetapkan oleh Keuchik setelah mendapat persetujuan Tuha Peut (Badan Perwakilan gampong yang terdiri atas ulama, tokoh adat, pemuka masyarakat, dan cerdik pandai). Persetujuan tersebut dinamakan Reusam Gampong. Dalam wilayah gampong terdapat sejumlah Dusun/Jurong yang dikepalai oleh Kepala Dusun/Jurong dan dibawah Dusun/Jurong terdapat beberapa lorong yang diketuai oleh Kepala lorong.

Aspek Sejarah dan Budaya

Aspek sejarah dan budaya yang diinventarisasi dalam perancangan lanskap

Memorial Park di Gampong Ulee Lheue, antara lain; Sejarah Kawasan

Ulee Lheue berasal dari dua suku kata, yakni Ulee (kepala) dan Lheue (yang terlepas). Sejarah pemberian nama ini karena dahulu daratan Ulee Lheue menyatu dengan Pulau Weh, namun akibat adanya letusan gunung berapilah akhirnya kawasan tersebut terpisah dan bentuknya seakan-akan seperti kepala yang terlepas. Gampong Ulee Lheue memiliki sejarah yang panjang bahkan sebelum masa kemerdekaan Indonesia. Di Ulee Lheue-lah pertama kali pasukan Belanda mendarat pada maret 1873 dan mengawali invasinya di Aceh. Ulee Lheue juga merupakan salah satu gerbang masuk para pedagang dari Cina, India, Gujarat, dan Arab untuk masuk ke Indonesia sehingga banyak terjadi akulturasi budaya di wilayah ini. Akulturasi budaya tidak hanya terjadi dengan para pendatang dari luar Indonesia, tetapi akulturasi juga terjadi dengan suku-suku di luar Aceh, seperti: Jawa, Bugis, Betawi, dan lainnya.

Budaya Masyarakat Lokal

Berdasarkan wawancara dengan Keuchik Ulee Lheue, dapat diketahui bahwa kebudayaan masyarakat Ulee Lheue tidak berbeda dengan kebudayaan masyarakat Aceh pada umumnya. Masyarakat Ulee Lheue tidak memiliki kebudayaan dan ritual khusus. Menurutnya, yang menjadi ciri khas warga gampong Ulee Lheue adalah

33 tenggang rasa dan rasa kekeluargaan yang erat antar warga gampong. Namun hal tersebut mengalami pergeseran pasca peristiwa tsunami.

Aspek Wisata

Aspek wisata yang diinventarisasi dalam perancangan lanskap Memorial Park

di Gampong Ulee Lheue, antara lain; Jenis, Objek, dan Aktivitas Wisata

Terdapat beberapa jenis dan objek wisata yang menjadi andalan Gampong

Ulee Lheue, antara lain; wisata tsunami dan wisata pesisir. Wisata tsunami menjadi salah satu daya tarik bagi Gampong Ulee Lheue sekaligus bagi Kota Banda Aceh. Objek wisata yang berada di tapak adalah puing-puing bangunan sisa terjangan tsunami, sedangkan yang berada di luar tapak diantaranya: Masjid Baiturrahim Ulee Lheue; Kuburan Massal dan Gedung Ex-Rumah Sakit Meuraxa yang berada di Komplek Kuburan Massal Meuraxa; Kapal PLTD Apung, Monumen Tsunami, dan Taman Edukasi Tsunami yang berada di Gampong Punge Blang Cut; Museum Tsunami; Masjid Baiturrahman; Monumen Thanks to the World yang berada di Lapang Blang Padang; Kapal di atas Rumah di Lampulo. Jarak antar delapan lokasi ini tidak terlalu jauh sehingga sering dijadikan rute wisata tsunami oleh para pengunjung/wisatawan. Aktivitas yang biasa dilakukan pengunjung/wisatawan adalah berfoto, menikmati pemandangan, dan objek wisata. Lokasi objek wisata tsunami dapat dilihat pada gambar 26.

Gambar 26 Lokasi objek wisata tsunami di Kota Banda Aceh Sumber gambar : (Peta) Google Maps, (1,2,3,4,dan 6) dokumentasi lapang; (5) bacatransportasi.com; (7) 3bp.blospot.com; (8) megaensiklopedia.blogspot.com

Wisata pesisir juga menjadi andalan bagi Ulee Lheue. Biasanya pengunjung datang untuk menikmati pemandangan, memancing, dan bermain bebek kayuh. Memancing biasanya dilakukan di perairan Selat Malaka dan permainan bebek kayuh yang dilakukan di area Pantai Ceureumen. Lokasi objek wisata pesisir dapat dilihat pada gambar 27.

34

Gambar 27 Lokasi objek wisata pesisir di Gampong Ulee Lheue Sumber gambar: (Peta) Google Maps dan (1 dan 2) Dokumentasi Lapang Fasilitas Penunjang Wisata

Berikut adalah fasilitas-fasilitas penunjang wisata yang dibutuhkan pada tapak (tabel 5).

Tabel 5 Fasilitas penunjang wisata

Fasilitas Penunjang Wisata Keterangan

Gerbang Gerbang masuk berupa portal yang fungsinya hanya sebagai

pembatas area dan bukan sebagai penanda masuk kawasan wisata.

Pos Jaga Belum ada pos jaga pada pintu masuk kawasan wisata.

Tempat Sampah Belum tersedia tempat sampah pada tapak sehingga banyak

dijumpai adanya tumpukan sampah pada beberapa titik.

Pusat Informasi Pusat informasi telah tersedia, tetapi belum berfungsi secara

optimal karena lebih sering tidak beroperasi.

Area Parkir Belum tersedia area parkir khusus pengunjung/wisatawan

sehingga pengunjung/wisatawan lebih sering memarkir di bahu jalan atau di jalur pedestrian.

Toilet Umum Belum tersedianya fasilitas toilet umum sehingga

pengunjung/wisatawan yang memerlukan fasilitas tersebut harus menggunakan toilet umum di Pelabuhan Ulee Lheue.

Masjid/Mushalla Belum tersedia fasilitas peribadatan pada tapak. Fasilitas

terdekat berada Mushalla di area Pelabuhan Ulee Lheue dan Masjid Baiturrahim.

Kafetaria, Toko Souvenir, dan Restaurant

Kafetaria dan restaurant belum tersedia, tetapi sudah ada beberapa tenda penjual makanan dan minuman. Sayangnya, keberadaan tenda-tenda tersebut belum terorganisir dengan baik. Toko souvenir juga belum tersedia pada tapak.

Tempat duduk Fasilitas tempat duduk yang tersedia hanya pada area bermain

anak dan pada area penjual makanan dengan jumlah yang terbatas.

Akomodasi dan Sistem Transportasi

Sistem akomodasi dan transportasinya tergolong cukup baik karena mudah dijangkau menggunakan kendaraan pribadi maupun umum.

35

Fasilitas Penunjang Wisata Keterangan

Information Board dan Signage

Information Board dan signage yang tersedia hanya sebagai penunjuk arah menuju tempat evakuasi terdekat, tetapi belum tersedia signage/information board khusus sebagai penanda kawasan wisata dan informasi mengenai kawasan wisata.

Pencahayaan/Penerangan Pencahayaan/penerangan di dalam tapak masih sebatas sebagai

fungsi safety, security, dan orientaion.

Fasilitas Penunjang Berbasis Mitigasi Bencana (Gempa dan Tsunami)

Sebagai kawasan yang pernah mengalami bencana besar, maka dipersyaratkan adanya fasilitas penunjang mitigasi bencana, seperti: jalur evakuasi, area evakuasi, dan signage/papan informasi mengenai tsunami. Fasilitas tersebut diharapkan dapat menunjang kegiatan wisata dan dapat membantu meningkatkan keamanan bagi pengunjung/wisatawan. Saat ini, belum ada jalur evakuasi dan area evakuasi khusus yang dibangun di tapak. Jalur penyelamatan utama masih menggunakan jalur eksisting, yakni memanfaatkan Jalan Pelabuhan Lama Ulee Lheue dan Jalan Iskandar Muda. Information Board dan signage yang tersedia hanya sebagai penunjuk arah menuju tempat evakuasi terdekat . Fasilitas penunjang lainnya adalah Tsunami Escape Building yang lokasinya berada di luar tapak, yakni: di Gampong Lambung, Gampong Deah Geulumpang dan Gampong Alue Deah Teungoh. Lokasi Tsunami Escape Building dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 28 Lokasi Tsunami Escape Buliding

Sumber gambar: (Peta) Google Maps; (1) cerahmencerahkan.blogspot.com; (2) arieyamani.blogspot.com; (3) nelva-amelia.blogspot.com; (4) paronamio.com

Tsunami Escape Building merupakan bangunan empat lantai dengan tinggi kira-kira 18 meter. Tiap-tiap Tsunami Escape Building dibangun di atas tanah seluas 1.400 m2. Lantai satu terdapat ruang terbuka, ruang olah raga, ruang tunggu dan dibiarkan kosong tanpa partisi untuk menghindari terjangan air tsunami, dan mempunyai tinggi sekitar 10 meter. Tinggi bangunan ini mengikuti ketinggian gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004 silam. Di lantai dua dan tiga terdapat fasilitas dan peralatan evakuasi. Untuk lantai empat sebagai tempat mendarat helikopter untuk bantuan saat bencana. Ketiga gedung tersebut dirancang untuk menahan gempa dengan kekuatan 9-10 skala richter, dengan kapasitas

36

masing-masing 1000 orang. Selain ketiga gedung tersebut, terdapat Gedung

Tsunami Disaster and Mitigation Research Centre (TDMRC) yang juga berfungsi sebagai Tsunami Escape Building.

Pengunjung dan Wisatawan

Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh, jumlah pengunjung wisata lokal dan mancanegara ke Pelabuhan Ulee Lheue tahun 2011 adalah 20.600 orang, yang terdiri dari wisatawan lokal 20.000 orang dan wisatawan mancanegara 600 orang. Berdasarkan statistik perhotelan dan akomodasi Kota Banda Aceh tahun 2005, menyebutkan bahwa terjadi penurunan jumlah wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Banda Aceh pasca-tsunami. Jumlah tersebut berkurang sebanyak 42.16 %. Pada tahun 2004 jumlah wisatawan sebanyak 55.423 orang, menurun di tahun 2005 menjadi 32.054 orang. Dari data penyewaan kamar di hotel berbintang di Kota Banda Aceh, diketahui bahwa pasca- tsunami dan gempa bumi terjadi penurunan rata-rata tingkat hunian kamar sebanyak 20.71%.

Data terakhir menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah wisatawan, baik lokal maupun mancanegara setiap tahunnya dari tahun 2009 hingga 2013. Berdasarkan rekapitulasi kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara ke Kota Banda Aceh ditunjukkan pada (tabel 6).

Tabel 6 Rekapitulasi kunjungan wisatawan ke Kota Banda Aceh

Asal Wisatawan 2009 2010 2011 2012 2013

Lokal 153.217 jiwa 140.000 jiwa 161.792 jiwa 170.493 jiwa 256.526 jiwa Mancanegara 5.283 jiwa 3.869 jiwa 4.000 jiwa 4.287 jiwa 7.257 jiwa Pengelola

Di Gampong Ulee Lheue terdapat komunitas sadar budaya yang dibentuk oleh PEMDA Kota Banda Aceh. Tujuannya mempersiapkan masyarakat khususnya di kawasan wisata agar mampu mendukung program pemerintah Aceh yakni “Visit Aceh.” Komunitas sadar budaya inilah yang memegang peranan penting dalam

menjalankan roda pariwisata. Setiap anggota diberikan tugas sesuai dengan kesepakatan bersama. Sayangnya untuk pengelolaan wisata pantai belum dikelola dengan baik. Hal ini terlihat pada penyediaan jasa pusat layanan informasi bagi wisatawan dan minimnya petugas di lapangan. Disamping itu, pengaturan pedagang kaki-lima disekitar area wisata tampak belum ditata dan diatur dengan optimal.

Aspek Oseanografi

Aspek oseanografi yang diinventarisasi dalam perancangan lanskap Memorial Park di Gampong Ulee Lheue, antara lain;

Pasang Surut

Menurut Wyrtki (1961), pada perairan Selat Malaka hingga Laut Andaman termasuk tipe pasang surut /pasut harian ganda, dimana dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dan yang ketinggianya hampir sama. Untuk mengetahui tipe pasang surut, terlebih dahulu harus diketahui bilangan Formzhal- nya. Menurut kajian Menvi H (2006), bilangan formzhal nya adalah F = 0.1857; Dengan ketentuan sebagai berikut:

37

F ≤ 0.25 = pasut tipe harian ganda.

0.25 < F ≤ 1.50 = pasut tipe campuran dominasi ganda.

Dokumen terkait