• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.9. Kromatografi lapis tipis (KLT)

Pemisahan KLT dikembangkan oleh Ismailoff dan Schraiber pada tahun 1938. Tekniknya menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan tipis seprti lempeng kaca, aluminium atau pelat inert.

Adsorben yang digunakan biasanya terdiri dari silika gel atau alumina dapat langsung atau dicampur dengan bahan perekat misalnya kalsium sulfat untuk disalutkan

campuran sepanjang fase diam pada pelat sehingga terbentuk kromatogram. Pemisahan yang terjadi berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kelebihan KLT dibandingkan kromatografi jenis lain adalah :

1. Waktu pemisahan lebih cepat

2. Sensitif, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi 3. Daya resolusi tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna

Penentuan harga Rf pada KLT sama dengan pada kromatografi kertas. Harga Rf dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif. Untuk tujuan penentuan kadar, bercak komponen dapat dikerok lalu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai untuk dianalisa dengan metode lain yang tepat.

Gambar 2.8. Kromatografi Lapis Tipis

Aplikasi KLT sangat luas, termasuk dalam bidang organik dan anorganik. Kebanyakan senyawa yang dapat dipisahkan bersifat hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon di mana sukar bila dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga penting untuk pemeriksaan identitas dan kemurnian senyawa obat, kosmetika, tinta, formulasi pewarna dan bahan pewarna (Yazid, 2005).

Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam. Fase diam yang berupa zat padat yang dikenal dengan kromatografi gas-padat (GSC) dan zat cair sebagai kromatografi gas-cair (GLC). Keduanya hampir sama kecuali dibedakan dalam hal cara kerjanya. Pada GSC pemisahan berdasarkan adsorpsi sedangkan GLC berdasarkan partisi. Dalam pembicaraan kromatografi gas biasanya yang dimaksud adalag GLC.

Kromatografi gas digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif terhadap cupikan yang komponen-komponennya dapat menguap pada suhu percobaan. Keuntungan kromatografi gas adalah waktu analisa yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.

Gas pembawa (biasanya digunakan helium, argon atau nitrogen) dengan tekanan tertentu dialirkan seacara konstan melalui kolom yang berisi fase diam. Selanjutnya sampel diinjeksikan ke dalam injektor (injector port) yang suhunya dapat diatur. Komponen-komponen dalam sampel akan segera menjadi uap dan akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom. Komponen-komponen akan teradsorpsi oleh fase diam pada kolom kemudian akan merambat dengan kecepatan berbeda sesuai dengan nilai Kd masing-masing komponen sehingga terjadi pemisahan. Komponen yang terpisah menuju detektor dan akan terbakar menghasilkan sinyal listrik yang besarnya proporsional dengan komponen tersebut. Sinyal lalu diperkuat oleh amplifier dan selanjutnya oleh pencatat (recorder) dituliskan sebagai kromatogram berupa puncak (peak). Puncak konsentrasi yang diperoeh menggambarkan arus detector terhadap waktu.

Gambar 2.9. Kromatografi Gas

Untuk tujuan identifikasi dan penetapan kadar dibuat kromatogram komponen zat uji dan larutan baku (standar) lalu keduanya dibandingkan. Salah satu cara pada analisa kualitatif adalah dengan membandingkanwaktu retensi antara kromatogram komponen zat uji dengan larutan baku pembanding. Waktu retensi yang dihasilkan oleh masing-masing senyawa diukur mulai saat disuntikkan atau dimasukkan ke dalam alat sampai terjadinya respon detektor. Waktu retensi karakyteristik untuk tiap komponen dan sebanding dengan jumlah komponen yang dikandung. Bila waktu retensi zat uji dan baku pembanding sama berarti kedua senyawa identik. Pada analisa kuantitatif saah satu caranya dapat dilakukan dengan membandingkan luas area puncak komponen zat uji dengan luas area baku pembanding (Yazid, 2005).

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan-Bahan

- Minyak inti sawit PT. SMART

- Gliserol p.a E’merck

- Kloroform p.a E’merck

- Silika Gel 60 G p.a E’merck

- N-heksan p.a E’merck

Gambar 2.9. Kromatografi Gas

Untuk tujuan identifikasi dan penetapan kadar dibuat kromatogram komponen zat uji dan larutan baku (standar) lalu keduanya dibandingkan. Salah satu cara pada analisa kualitatif adalah dengan membandingkanwaktu retensi antara kromatogram komponen zat uji dengan larutan baku pembanding. Waktu retensi yang dihasilkan oleh masing-masing senyawa diukur mulai saat disuntikkan atau dimasukkan ke dalam alat sampai terjadinya respon detektor. Waktu retensi karakyteristik untuk tiap komponen dan sebanding dengan jumlah komponen yang dikandung. Bila waktu retensi zat uji dan baku pembanding sama berarti kedua senyawa identik. Pada analisa kuantitatif saah satu caranya dapat dilakukan dengan membandingkan luas area puncak komponen zat uji dengan luas area baku pembanding (Yazid, 2005).

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan-Bahan

- Minyak inti sawit PT. SMART

- Gliserol p.a E’merck

- Kloroform p.a E’merck

- Silika Gel 60 G p.a E’merck

- Asam asetat glacial p.a E’merck

- Etanol p.a E’merck

- 1-propanol p.a E’merck

- 2-propanol p.a E’merck

- isooktana p.a E’merck

- n-heptana p.a E’merck

- Enzim Lipase Candida rugosa p.a E’merck - 2,7 Dichlorfluorescein p.a E’merck - N-Methyl-N-(trimethylsilyl)trifluoroacetamida (MSTFA) p.a E’merck

- Tricaprin p.a E’merck

- Tetrahydrofuran (THF) p.a E’merck - Indikator phenolftalein

-KOH 0,087 N -Aquades

3.2. Alat-Alat

- Neraca analitis Sarotus

- Vortex Fischer Scientific - Rotarievaporator Buchi

- Gelas Erlenmeyer Pyrex

- Gelas beaker Pyrex

- Gelas ukur Pyrex

- Alat kromatografi gas Shimadzu

- Oven Gallenkamp

- Shaker

- Labu leher tiga - Chamber - Pipa kapiler - Desikator - Pipet tetes - Spatula - Mortar

- Alat pengrata bubur silika - Plat kaca

- Kondensor - Buret

- Statif dan klem - Hotplate

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Penentuan Kadar Air pada minyak inti sawit (SNI 01-2891-1992)

Pada awal tahap analisis cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit. Didinginkan cawan dalam desikator. Diambil cawan kering dengan penjepit kemudian ditimbang cawan kering yang sudah didinginkan. Ditimbang 1-2 g contoh pada cawan tersebut lalu dikeringkan pada oven suhu 105˚ C selama 3 jam. Dinginkan dalam desikator. Dilakukan penimbangan dan diulangi penimbangan hingga diperoleh bobot tetap/konstan ( ≤0,0005 g).

Kadar air =[(W-(W1-W2))/W1-W2] x 100

dimana: W = berat contoh sebelum dikeringkan (g)

W1 = berat cawan kosong dan contoh kering yang sudah konstan beratnya (g)

W2 = berat cawan kosong

3.3.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (%ALB) pada minyak inti sawit

Untuk pengukuran kadar ALB dilakukan dengan metode titrimetri. 5 gram minyak inti sawit dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 10 ml alkohol 96%. Ditutup Erlenmeyer dengan plastik dan diikat dengan karet lalu dipanaskan hingga mendidih. Ditambahkan 3 tetes indikator phenolftalein lalu dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah lembayung. Dicatat volume KOH yang terpakai. Perhitungan % ALB :

% = V. N. BM x 100 % Di mana : V = Volume KOH 0,1N G.1000 N = Normalitas KOH (0,1N)

BM =Berat molekul asam lemak bebas (asam laurat)

G = berat sampel minyak inti sawit (gram)

3.3.3. Gliserolisis Minyak Inti sawit

Dihilangkan kadar air dari minyak inti sawit dengan cara dioven selama 1 jam dengan suhu 105˚C untuk menghilangkan kadar air. Kemudian dimasukkan 6,75 gr minyak inti sawit yang telah bebas air ke dalam gelas Erlenmeyer lalu ditambahkan 3,24 gr gliserol. Selanjutnya ditambahkan enzim lipase Candida rugosa sebanyak 0,49 gr. Kemudian dimasukkan etanol 20 ml dan ditambahkan aquadest sebanyak 0,4 ml lalu dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 37˚C dengan kecepatan 350 rpm

selama 24 jam. Setelah itu dirotarievaporator untuk memisahkan gliserolat dengan pelarut. Dengan menggunakan perlakuan yang sama dilakukan gliserolisis menggunakan pelarut 1-propanol, 2-propanol, n-heptana dan isooktana.

3.3.4. Analisa Gliserida dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Sebanyak ± 0,05 gr gliserolat dilarutkan dalam 1 ml kloroform, kemudian 1µl larutan diaplikasikan pada plat KLT dalam bentuk spot bulat(ditotolkan) dengan jarak antar spot 2 cm. Plat KLT kemudian dielusi menggunakan campuran pelarut n-heksan : dietil eter : asam asetat glasial (80 : 20 : 2 v/v/v) yang telah dijenuhkan dengan

kemudian didiamkan beberapa menit sampai uap dari pelarut hilang. Identifikasi kemudian dilakukan dengan menyemprotkan fluorecense dan dianalisis dibawah lampu UV dengan panjang gelombang 366 nm. Spot-spot yang terbentuk kemudian diberi tanda dengan menggunakan pensil untuk memperjelas area fraksi-fraksi yang telah terpisah.

Pengukuran kadar MG dilakukan secara semi kuantitatif dengan membandingkan luas area fraksi MG dengan total fraksi yang terbentuk dari pengelusian hasil gliserolisis tersebut. Caranya adalah dengan menggambar ulang spot yang terbentuk tadi di atas kertas kalkir, kemudian kertas-kertas ini digunting sesuai dengan spot tersebut, sehingga masing-masing guntingan ini bisa ditimbang.

Hasil timbangan menunjukkan kadar masing-masing fraksi. Perhitungan kadar masing-masing fraksi itu adalah sebagai berikut:

Kadar MG (%)=Bobot kertas fraksi MG (gr) Bobot total fraksi (gr)

x 100%

Kadar DG (%)=Bobot kertas fraksi DG (gr) Bobot total fraksi

x 100%

Kadar TG (%)=Bobot kertas fraksi TG (gr) Bobot total fraksi

x 100%

3.3.5. Analisa Gliserida dengan Kromatografi Gas

Sampel ditimbang sebanyak 0,05 gr kemudian ditambahkan 100 µl MSTFA dan 100 µl tricaprin lalu campuran divortex hingga homogen. Setelah itu ditambahkan 0,1 ml THF dan 1 ml n-heptana lalu didiamkan. Setelah itu campuran diinjeksikan ke dalam alat kromatografi gas (KG) model Shimadzu dilengkapi dengan detector ionisasi nyala. Kolom yang digunakan adalah kolom kapiler DB-5HT (5%-phenyl)-methyl polysiloxane (6 m x 0,32 mm). Suhu detektor dan injektor 350˚C dan digunakan

model split injector 200 : 1. Suhu oven diprogram dari 160 sampai 350˚C pada

30˚C/min dan ditahan pada 350˚C selama 25 menit. Nitrogen digunakan sebagai gas

pembawa dengan kecepatan alir 200 ml/menit. Waktu proses 30 menit dan sampel diinjeksikan 1µl secara manual.

3.4. Bagan Penelitian

ANALISA PENDAHULUAN

• Analisa kadar air minyak inti sawit

PROSES GLISEROLISIS

ANALISA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Gliserolisisminyakintisawitmenggunakanbiokatalisenzim lipase dariCandida rugosamenghasilkanmonogliserida, digliserida, dantrigliserida.

Hasilgliserolisisminyakintisawitmenggunakanbiokatalisenzim lipase dariCandida rugosadanvariasilimajenispelarut yang dianalisamelaluiduatahapanalisa,

yaknianalisamenggunakanKromatografi Lapis Tipis danKromatografi Gas. HasilanalisamenggunakanKromatografi Lapis Tipis (KLT) adalahsebagaiberikut :

N o JenisPelar ut Perulang an Beratkertaskalkir (gr) KADAR (%) MG DG TG TOTAL MG DG TG 1 Etanol 1 - - - - - - - 2 - - - - - - - Rata-rata - - - 2 1-propanol 1 0,0228 0,1125 0,0803 0,2156 6,51 32,13 22,93 2 0,0179 0,0501 0,0682 0,1362 7,00 19,60 26,68 Rata-rata 6,755 25,86 24,80 3 2-propanol 1 0,0818 0,1437 0,1567 0,3822 16,35 28,73 31,33 2 0,0929 0,3171 0,2681 0,6781 10,47 35,74 30,22 Rata-rata 13,41 32,23 30,77 4 n-heptana 1 0,0731 0,3265 0,4758 0,8754 8,35 37,29 54,35 2 0,0757 0,3303 0,6602 1,0662 7,09 30,97 61,92 Rata-rata 7,72 34,13 58,13 5 Isooktana 1 0,0091 0,0594 0,2129 0,2814 3,23 21,02 75,73 2 0,0150 0,0894 0,2870 0,3914 3,83 22,84 73,32 Rata-rata 3,53 21,93 74,52

Tabel. 4.1.PersentaseMonogliserida, Digliserida, danTrigliseridaMelaluiAnalisaKromatografi Lapis Tipis (KLT)

Grafikhasilanalisamenggunakankromatografi lapis tipis adalahsebagaiberikut:

Grafik. 4.1. Persentasemonogliseridamelaluianalisa KLT 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000

% MONOGLISERIDA

% MONOGLISERIDA

Grafik. 4. 2. Persentasedigliseridamelaluianalisa KLT

HasilanalisamenggunakanKromatografi Gas adalahsebagaiberikut

No JenisPelarut % Monogliserida % Digliserida % Trigliserida

1 Etanol (1) - - - 2 Etanol (2) - - - 3 1-propanol (1) 2,20 80,27 0 4 1-propanol (2) 0 74,75 60,02 5 2-propanol (1) 2,08 36,27 0 6 2-propanol (2) 7,73 34,98 10,52 7 n-heptana (1) 17,33 28,87 27,23 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000

% DIGLISERIDA

% DIGLISERIDA

9 Isooktana (1) 2,35 30,59 4,38

10 Isooktana (2) 8,71 33,34 14,40

Tabel. 4.2. PersentaseMonogliserida, Digliserida, danTrigliseridaMelaluiAnalisaKromatografi Gas

Grafikhasilanalisamenggunakankromatografi gas adalahsebagaiberikut:

Grafik. 4.3. PersentaseMonogliseridamelaluianalisaKromatografi Gas 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 20.000

% Monogliserida

% Monogliserida

Grafik. 4.4. PersentaseDigliseridamelaluianalisaKromatografi Gas

4.2. Pembahasan

Dari hasilpenelitiangliserolisisminyakintisawitmenggunakanbiokatalisenzim lipase dariCandida rugosadenganvariasijenispelarut, didapatkanbahwapelarut yang menghasilkanpersentasemonogliseridadandigliseridatinggiadalahpelarut 2-propanol dan n-heptana.(Tabel4.1 dan4.2).

Pelarut 2-propanol dapatdigunakansebagaipelarutdalamreaksigliserolisisenzimatiskarena 2-propanol memilikigugus –OH yang bersifat polar mengikatenzim lipase dangliserolsedangkanrantaikarbon yang bersifat nonpolar mengikatminyakintisawit.Hal ini yang menyebabkantumbukanantarapartikel-partikel

yang memilikiperbedaankepolaranmenjadilebihcepat. 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000

% Digliserida

% Digliserida

Gliserolisismenggunakanpelarut

n-heptanajugamenghasilkanprodukmonogliseridadandigliserida yang cukuptinggi.Namunpenggunaanpelaruthidrokarbondinilaitidakefektifuntukprodukpang

ankarenamenghasilkansenyawaberacun yang berbahaya.

Enzim lipase dari Candida rugosa memiliki tiga sisi aktif enzim yakni serin, histidin

dan asamglutamat. Sisi aktif ini berikatan dengan gliserol kemudian menyerang ikatan gliserida dan membentuk produk monogliserida dan digliserida. Mekanisme reaksi pembentukan monogliserida secara enzimatis adalah sebagai berikut :

OH OH O H + HO C C O OH NH2 CH2 OH OH OH O C O CH H2 C NH2 OH OH OH O C O CH H2 C NH2 OH O O O C O C11H23 C C O O C13H27 C17H34 +

OH OH O C O C11H23 O O O C O CH C C O O C13H27 C17H34 + H2C NH2 OH O O O C O CH C C O O C13H27 C17H34 H2 C NH2 OH H OH O O OH C C O O C13H27 C17H34 + HO C C OH NH2 CH2 OH O monogliserida

digliserida sisi aktif enzim

Mekanisme kerja enzim yang terjadi pada reaksi transesterifikasi adalah reaksi “Bi Bi ping-pong” atau reaksi pergantian ganda (double displacement reactions) di mana salah satu sisi aktif enzim berikatan dengan salah satu substrat yakni gliserol kemudian menghasilkan enzim termodifikasi dan produk berupa air. Selanjutnya enzim termodifikasi akan bereaksi dengan substrat kedua yakni minyak inti sawit (trigliserida) yang membentuk produk berupa monogliserida dan digliserida serta enzim yang terbentuk kembali pada akhir reaksi.

Reaksi dipengaruhi oleh temperatur, kecepatan pengadukan serta jumlah mol zat yang direaksikan. Kelemahan reaksi enzimatis dalam proses gliserolisis ini adalah di mana enzim terikat dengan gliserol dan sulit bereaksi dengan minyak inti sawit, namun dengan penggunaan 2-propanol sebagai pelarut dapat membuat masing-masing substrat dan enzim saling bertumbukan sehingga dapat dihasilkan produk dengan kuantitas yang tinggi.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Biokatalis enzim lipase dari Candida rugosa yang bersifat free dapat digunakan dalam reaksi gliserolisis untuk menghasilkan monogliserida dan digliserida

2. Pelarut yang sesuai untuk proses gliserolisis menggunakan biokatalis enzim lipase dari Candida rugosa adalah 2-propanol

3. Proses gliserolisis menggunakan pelarut n-heptana dan isooktana menghasilkan persentase monogliserida dan digliserida terendah sehingga tidak cocok digunakan dalam reaksi tersebut

4. Pelarut Hidrokarbon seperti n-heptana dan isooktana tidak dianjurkan sebagai katalis dalam proses gliserolisis untuk tujuan pangan sebab dapat menghasilkan senyawa beracun

5. Pelarut dari golongan alkohol dengan rantai karbon panjang adalah pelarut yang baik digunakan dalam reaksi gliserolisis enzimatis

6. Etanol tidak dapat digunakan sebagai pelarut dalam reaksi gliserolisis enzimatis dikarenakan sifat etanol yang dapat menginaktifkan enzim sehingga enzim tidak dapat mengkatalisis reaksi

5.2. Saran

1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya menggunakan biokatalis enzim lipase dari Candida rugosa yang bersifat immobil

2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat memisahkan campuran jenis dari monogliserida dan digliserida serta mengetahui jenis monogliserida dan digliserida yang dihasilkan

3. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan jenis biokatalis enzim lipase lain untuk optimasi produksi monogliserida dan digliserida

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. (1997). Kimia Fisika. Cetakan Keempat. Jakarta : Penerbit Erlangga Austin, G.T. (1985) . Industri Proses Kimia. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta : Erlangga Berger, M and M.P. Schneider. (1992). Enzymatic Esterification of Glycerol II : Lipase-

Catalyzed of regioisomerically pure 1(2)-rac monoacyl-glycerols. J. Am. Oil Chem. Soc.69(7):961-965

Birkhan RH,Mc Combs C, Clemens R and Hubbs J., (1997). Potential of the

monoglyceride and triglyceride of DL-3-hydroxybutyrate for paranteral nutrition

synthetis and preliminary biological testing in rat, Nutrition. 13(3):213-219 Cotton LN and DL Marshall. (1997). Monolaurin Preparation Method Affects Activity Againts Vegetative Cells of Bacillus Cereus of Food Science and Tech.

30:830-833

Crueger W, Crueger A. (1984). Biotechnology : A Textbook of Industrial Microbiology.

Sunderland : Sinauer Associates

Damstrup, M.L, T. Jensen, F.V. Spars, S.Z. Kiil, A.D. Jensen, dan X.Xu. (2006). Production of Heat-Sensitive Monoacylglycerols by Enzymatic Glycerolysis in tert-Pentanol : Process Optimization by Response Surface

Methodology.JAOCS, 83 (1): 27

Deman, J.M. (1997). Kimia Makanan. Bandung : Penerbit ITB

Dudley SBT., (1957). Production of fatty acid monoglycerides. United States patent US

2789119

Elisabeth J, Siahaan D, Situmorang H.H. (2000). Upaya Peningkatan Produksi Mono- dan Digliserida dari Minyak Sawit Mentah dengan Proses Gliserolisis Enzimatik

Fessenden, R.J.(1994). Kimia Organik. Edisi keempat. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga

Fregolente, P.B. L., Fregolente, L.V., Pinto, G.M., Batistella, B. C., Wolf-Maciel, M.R.,

& Maciel Filho, R. (2008). Applied Biochemistry and Biotechnology, 146, 165 172

Furniss, B.S., Hannaford A.J., Smith, PWG., Tatchell, A.R., 1989.Vogel’s The Textbook

of Practical Organic Chemistry. Edisi Kelima. New York : John Wiley & Sons, Inc

Hasanuddin, A., (2001). Kajian Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Mentah untuk Emulsifier Mono-Diasilgliserol dan Konsentrat Karotenoid. Makalah Falsafah Sains (PPs702). Institut Pertanian Bogor

Kabara JJ. (1983). Medium-Chain fatty Acids and Esters. Di dalam : Antimicrobials in

Foods. Alfred L. B. dan P.M Davidson (eds). Mercel Dekker Inc., New York and

Basel

Kaewthong, M.,Sirisansaneeyakul, S., Prasertsan, P., & H-Kittikun, A. (2005). Process

Biochemistry, 40, 1525-1530

Ketaren, S. 1986. Pengantar minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI-Press

Kristensen, J.B., Xu, X., & Mu, H. (2005). Journal of the American Oil Chemists’s Society, 82, 329-334

Krog, N.J. Food Emulsifiers and Their Chemical and Physical Properties, in Food Emulsions, edited by K. Larsson and S.E. Friberg, Marcel Dekker Inc., New York,1990, pp. 127-180

Kuncorowati, S. (2012). Optimasi Sintesa Campuran Monogliserida dari Minyak Inti Kelapa Sawit Menggunakan Katalis Natrium Hidroksida dan Pelarut tert- Butanol. 37-38

Lehninger, A.L. (1998). Dasar-Dasar Biokimia. Terjemahan, M. Thenawidjaja. Jakarta : Pustaka Sinar Pustaka

McNeill, G.P, S. Shimizu, and T.Yamane, Solid Phase Enzymatic Glycerolysis of Beef

Tallow Resulting in a High Yield of Monoglyceride, J.Am. Oil Chem. Soc. 67:779-783(1990)

Meng, X., Zou, D., Shi Z., Duan, Z., & Mao, Z. (2006). Lipids, 39, 37-41 Noureddini, H, and Medikonduru, V., (1997), Glycerolysis of Soybean Oil,

J.Am.Oil.Chem.Soc.,75,1359

Pandey A, Benjamin S, Soccol CR, Nigam P, Krieger N, Soccol VT,. (1999). The Real

ofMicrobial Lipases in Biotechnology. Biotechnol. Applm. Biochem., 29, 119-131

Pantzaris, T.P. (1995) . Pocketbook of Palm Oil Uses. Third Edition. Malaysia : PORIM

Rendon, X., Lopez-Munguia, A., Castillo, E. Solvent Engineering Applied to Lipase- Catalyzed Glycerolysis of Triolein. J. Am. Oil Chem. Soc. 2001, 78, 1061-1066

Rosu R, Vozaki Y, Iwasaki Y, & Yamane T. (1997) . Repeated use of Immobilizied Lipase for Monoacylglycerol Production by Solid-Phase Glycerolysis of Olive Oil. JAOCS 74(4):445-50

Saryono. (2011). Biokimia Enzim. Edisi Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika

Satyawibawa, I. (1993). Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek

Pemasaran. Cetakan Ketiga. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya

Sihotang, H, dan Ginting, M. (2006). Pembuatan Monogliserida Melalui Gliserolisis Minyak Inti Sawit Menggunakan Katalis Natrium Metoksida. Vol 10 No 2,

51-Sonntag NOV. (1982). Glycerolysis of Fats and Methyl Ester-Status. JAOCS 59(10):795A-802A

Trisakti, B. (1996). Esterifikasi Asam Lemak Bebas yang Dikandung Minyak Inti Sawit

dengan Metanol Menggunakan Katalis Berbentuk Padat. Bandung : Program Pasca Sarjana ITB

Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan Keenam. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka

Willis, W.M.,Marangoni, A.G.(1999).Biotechnological Strategies for The Modification

of Food Lipids:155-157

Yamane, T. (1987). Enzyme Technology for The Lipid Industry: An Engineering Overview. In Applewhite, T.H. (eds). Proceeding of World Conference on Biotechnology for Fats and Oils Industry. AOAC Champaign, 17-22 Yazid, E. (2005). Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta : Penerbit ANDI

Lampiran 1

Penimbangan Bahan Baku

Asam lemak yang terkandung dalam minyak RBDPKO adalah asam laurat C12:0 (51,78%), asam miristat C14:0 (15,54%) dan asam oleat C18:1 (13,99%). Struktur molekul trigliserida dari RBDPKO berdasarkan komponen asam lemak yang paling dominan adalah : O C C11H23 O O C C13H27 O O C C17H34 O

BM TRIGLISERIDA = BM Gliserol + (1,55 x BM Asam Laurat) + (0,47 x BM Asam Miristat) + (0,42 x BM Asam Oleat) – (3 x BM Air)

= 92 + (1,55 x 200) + (0,47 x 228) + (0,42 x 282) – (3 x 18) = 92 + 310 + 107,16 + 118,44 -54

= 573,6

Perhitungan rasio gliserol/RBDPKO 3:1 BM Trigliserida = 573,6

BM Gliserol = 92

BM Total = 573,6 + 276 = 849,6

Berat RBDPKO yang digunakan = BM Trigliserida x 10 gram

BM Total

= 573,6 x 10 gram 849,6

= 6,75 gram

Berat gliserol yang digunakan = BM Gliserol Total x 10 gram BM Total

= 276 x 10 gram 849,6

= 3,24 gram

Perhitungan jumlah katalis yang digunakan dalam reaksi :

Konsentrasi katalis yang digunakan dalam reaksi 5% pada rasio gliserol/RBDPKO 3:1 Berat minyak dan gliserol = 6,75 gram + 3,24 gram

= 9,97 gram

Berat katalis = 5% x 9,97 gram = 0,49 gram

Lampiran 2

Lampiran 3

Hasil KLT gliserolat dengan variasi pelarut

Hasil KLT untuk gliserolat dengan pelarut isooktana

Hasil KLT untuk gliserolat dengan pelarut 2-propanol

Dokumen terkait