• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kromatogram Hasil Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Antosianin Daun

B. Saran

14. Kromatogram Hasil Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Antosianin Daun

Gambar 6. Jenis radiasi elektromagnetik dan panjang gelombangnya (Harvey, 2000).

Gelombang elektromagnetik tersebut dapat digunakan untuk analisis, baik analisis kualitatif dan kuantitatif. Dalam aplikasinya gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan dengan berbagai sumber radiasi, bergantung pada instrumenasi dan jenis gelombang elektromagnetik yang akan digunakan. Sumber-sumber radiasi gelombang elektromagnetik disajikan pada Tabel 3.

Untuk membedakan jenis antosianin yang diperoleh dari ekstrak daun adam hawa dengan jenis antosianin yang lainnya haruslah dilakukan karakterisasi dengan menggunakan metode spektroskopi. Metode yang biasa digunakan untuk karakterisasi senyawa bahan alam adalah spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui serapan maksimal senyawa antosianin yang diperoleh, spektrometri IR untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa antosianin, spektrometri LC-MS untuk mengetahui fragmentasi senyawa antosianin dan spektrometri NMR untuk mengetahui letak atom hidrogen dan atom karbon pada senyawa antosianin.

Sumber

Gelombang (nm) Jenis Spektroskopi Lampu arc Xenon 250-600 Molecular fluorescence Lampu H2 dan D2 160-380 Absorpsi molekuler UV/Vis Lampu tungsten/halogen 240-2500 Absorpsi molekuler UV/Vis/IR

dekat

Lampu tungsten 350-2200 Absorpsi molekuler Vis/IR dekat Glower Nerst 400-20.000 Absorpsi molekuler IR

Kabel Nichrome 750-20.000 Absorpsi molekuler IR

Globar 1200-40.000 Absorpsi molekuler IR

1. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan instrumen analisis spektroskopi yang menggunakan gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang 190-400 (UV) dan 400-780 (Visible/ tampak). Analisis dengan metode ini didasarkan pada absorpsi gelombang elektromagnetik yang menyebabkan terjadinya transisi elektrtronik dari keadaan dasar menjadi keadaan yang tereksitasi. Transisi terkuat

adalah transisi dari σ→σ*

yang menyerap energi elektromagnetik dibawah

panjang gelombang 200 nm. Contoh dari transisi ini adalah transisi pada ikatan C- C dan C-H, kedua ikatan ini memiliki elektron orbital σ. Senyawa yang tak jenuh yang memiliki sepasang elektron bebas akan mengalami transisi elektron dari

n→σ*

yang akan menyerap energi pada panjang gelombang 150-250 nm. Pada analisis spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada transisi elektron n→π* atau

16

π→π*

yang merupakan orbital pada ikatan senyawa tak jenuh (Gauglitz dan Vo- Dinh, 2003).

Panjang gelombang maksimum untuk setiap senyawa akan berbeda dengan senyawa lainnya bergantung pada jenis transisi yang terjadi pada senyawa tersebut. Semakin banyak ikatan rangkap yang terdapat pada zat tersebut, maka panjang gelombang maksimum zat tersebut akan lebih besar (bergeser ke kanan). Seperti benzena akan memiliki panjang gelombang maksimum yang lebih rendah daripada suatu naftalena. Serapan maksimal beberapa senyawa organik disajikan pada Tabel 4 (Gauglitz, dan Vo-Dinh, 2003).

Antosianin akan menyerap spektra UV-Vis pada panjang gelombang sekitar 500- 560 nm untuk berbagai macam pelarut. Pelarut yang biasa digunakan dalam analisis antosianin menggunakan UV-Vis adalah 0,1% HCl dalam etanol; 0,1% HCl dalam metanol; larutan buffer pH 0,9; HCl 0,1 N; serta 0,1 N HCl/etanol (15:85)(Giusty dan Wrostald, 2001).

F. Uji Aktivitas Antioksidan

Senyawa antioksidan memiliki kapasitas antioksidan yang berbeda-beda.

Kapasitas antioksidan dapat diukur dengan berbagai cara, salah satu yang paling sering dihunakan adalah dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). DPPH merupakan senyawa yang dapat membentuk radikal dan elektron radikal tersebut akan memberikan serapan maksimal pada panjang gelombang 517 nm dan akan berwarna ungu. Setelah elektron radikal mengikat hidrogen dari suatu antioksidan menjadi keadaan tereduksi DPPH-H, akan menyebabkan absortivitas molar dari senyawa DPPH turun dari 9660 menjadi 1640 dan warna larutan akan berubah menjadi kuning. Hasil perubahan warna setara dengan banyaknya

Tabel 4. Panjang gelombang maksimum beberapa senyawa organik (Gauglitz, dan Vo-Dinh, 2003).

Kromofor Panjang gelombang maksimum

-C=C- 175 nm 195 nm 225 nm >C=C< 175 nm >C=O 160 nm 185 nm 280 nm H C O 210 nm 280 nm 184 nm 205 nm 255 nm 220 nm 275 nm 310 nm R-NO2 205 nm R-ONO 225 nm

18

Persentasi dari aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan menyiapkan radikal DPPH yang stabil dalam pelarut etanol. Kemudian 0,5 mL sampel, 3 mL etanol absolut (> 99%), dan larutan radikal DPPH dalam etanol 0,5 mM dicampurkan. Dengan bereaksinya radikal DPPH dan antioksidan akan menyebabkan perubahan warna dari ungu menjadi kuning terang. Kemudian diuji absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm setelah larutan bereaksi selama 100 menit. Campuran kedua antara 3,3 mL etanol absolut dan 0,5 mL sampel sebagai larutan blanko, dan campuran ketiga antara 3,5 mL etanol absolut dan 0,3 mL larutan radikal DPPH dalam etanol sebagai control. Persentase aktivitas antioksidan (AA%) ditentukan dengan rumus:

(Garcia dkk., 2012).

G. Tanaman Adam Hawa

Tanaman adam hawa (Rhoeo discolor L. Her) atau tumbuhan Nanas Kerang (Jawa) merupakan sejenis tumbuhan liar yang hidup di hutan atau di pekarangan rumah. Tumbuhan ini memiliki daun tunggal yang berbentuk panjang melebar, tepinya merata atau bergigi kasar yang tak teratur, rapuh, meruncing pada bagian ujungnya, permukaan atas daun berwarna hijau dan merah pada permukaan bawahnya, serta meliki permukaan yang licin dan berambut.

Kedudukan tumbuhan adam hawa pada taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantarum Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Rhizophorales Famili : Rhizophoraceae Genus : Rhoeo

Spesies : Rhoeo discolor (Kadowangko dkk., 2011)

Gambar 7. Tanaman adam hawa

Ekstrak air dan alkohol dari daun tanaman adam hawa dapat digunakan sebagai indikator pada titrasi asam basa. Perubahan warna yang terjadi pada senyawa dalam ekstrak daun tumbuhan adam hawa merupakan indikator dua warna yang

20

berubah warna dari coklat ke hijau atau merah ke hijau. Ekstrak air daun tanaman adam hawa memiliki trayek pH (derajat keasaman) antara 7,0-8,6, sedangkan ekstrak alkohol memiliki trayek pH antara 6,3-7,0. Indikator dari ekstrak daun tumbuhan Adam Hawa memiliki ketepatan dan kecermatan yang cukup tinggi bila digunakan pada proses titrasi asam cuka dengan natrium hidroksida

(Padmaningrum, 2011).

Daun tanaman adam hawa memiliki kandungan senyawa flavonoid jenis

antosianidin, yang ditunjukkan dengan hasil kromatogram KLT yang dihasilkan memiliki nilai Rf (retention factor) 0,09 (merah jingga); 0,36 (merah jingga); 0,71 (merah muda); dan 0,64 (kuning). Noda yang berwarna merah pada kromatogram KLT menunjukan adanya senyawa antosianin (Sitorus, 2011).

Ekstrak daun adam hawa memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan manusia. Tanaman ini telah digunakan oleh masyarakat Meksiko sebagai tanaman obat untuk mengatasi berbagai penyakit (Rosales-Reyes dkk., 2007). Ekstrak etanol daun adam hawa memiliki kemampuan sebagai antigenotoksik, antimutagenik,

dan memiliki aktivitas antioksidan yang mirip dengan α-tokoferol serta lebih tinggi dari asam askorbat (Gonzalez-Avila, 2002). Sedangkan, ekstrak air dari daun adam hawa memiliki kemampuan sebagai antikanker pada hati tikus (Rosales-Reyes, 2007).

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. Analisis taksonomi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogorinse bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Bogor. Analisis spektroskopi yang digunakan adalah spektroskopi ultraungu-tampak (UV-Vis) dilakukan di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia FMIPA Unila, pemekatan secara freeze drying Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi dan Teknologi (LT-SIT) Unila, Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan

1. Alat-Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas, penguap putar vakum (Vacuum Rotary Evaporator) merek Heidholp, satu set alat Kromatografi Kolom (KK), lampu UV, pipa kapiler, dan spektrofotometer ultraungu-tampak (UV-VIS) merk Agilent Technologies.

2. Bahan-Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan adalah daun tumbuhan Adam Hawa (Rhoeo discolor L. Her) yang diperoleh dari sekitaran FMIPA yang telah diiris kecil. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi dan kromatografi merupakan pelarut berkualitas

22

teknis yang telah didestilasi, sedangkan pelarut yang digunakan pada proses analisis spektofotometri digunakan pelarut berkualitas Pro-Analisis (p.a). bahan kimia yang digunakan meliputi metanol, asam klorida (HCl), butanol, akuades, asam asetat, Sefadeks LH-20 yang digunakan pada kromatografi kolom serta untuk KLT digunakan plat KLT silika gel Merck kiesegal 60 F254 0,25 mm.

C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Sampel

Daun tumbuhan Adam Hawa (Rhoeo discolor) diperoleh dari lingkungan kampus FMIPA Universitas Lampung, Lampung. Selanjutnya, dilakukan determinasi untuk menentukan Spesies di Herbarium Bogoriensis bidang Botani Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Jawa Barat.

Daun tumbuhan Adam Hawa yang telah dikumpulkan kemudian dicuci bersih dengan menggunakan air keran, setelah itu ditiriskan, kemudian daun diiris kecil. Sampel yang telah diiris kecil ini yang kemudian digunakan pada proses

penelitian.

2. Ekstraksi dengan Berbagai Pelarut

Daun tumbuhan Adam Hawa (Rhoeo discolor) yang telah didiamkan ditimbang sebanyak 1000 g, kemudian direndam (maserasi) dengan menggunakan metanol: HCl (100: 0,1 v/v), akuades: asam asetat (100: 0,1 v/v), akuades: HCl (100: 0,1 v/v), dan akuades: metanol: HCl (50: 50: 0,05 v/v) selama 48 jam. Ekstrak hasil perendaman kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang didapat lalu dipekatkan dengan rotary evaporator (pelarut utama metanol), dan dengan

3. Kromatografi Kolom (KK)

Setelah dihasilkan fraksi-fraksi dengan jumlah yang lebih sedikit, tahapan fraksinasi selanjutnya dilakukan menggunakan teknik kromatografi kolom. Adsorben Sefadeks LH-20 dilarutkan dalam pelarut yang akan digunakan dalam proses pengelusian. Sefadeks LH-20 dimasukkan ke dalam kolom, kemudian didiamkan hingga fasa diam rapat (tidak berongga) dan rata. Selanjutnya

masukkan sampel langsung ke dalam kolom yang telah berisi fasa diam. Pada saat sampel dimasukkan, usahakan agar kolom tidak kering/kehabisan pelarut karena akan mengganggu fasa diam yang telah dikemas rapat, sehingga proses elusi tidak akan terganggu. Fraksi-fraksi yang terbentuk kemudian diuji dengan

menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dan fraksi yang memiliki nilai Rf sama dikumpulkan menjadi satu.

4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Uji KLT juga dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang akan difraksinasi dan juga fraksi-fraksi yang didapat setelah perlakuan fraksinasi. Uji KLT dilakukan menggunakan sistem campuran eluen menggunakan pelarut n-butanol: asam asetat: air (5: 1: 4). Ketika diperoleh fraksi yang lebih sedikit bercak/noda dilihat dibawah lampu UV setelah dilakukan elusi terhadap plat KLT. Setiap fraksi yang menghasilkan pola pemisahan dengan Rf (Retention factor) yang sama pada

24

kromatogram, digabung dan dipekatkan sehingga diperoleh beberapa fraksi gabungan yang akan difraksinasi lebih lanjut.

Cara pembuatan eluen BAA mula-mula butanol, asam asetat, dan air dicampurkan dalam corong pisah dengan perbandingan 4: 1: 5. Kemudian larutan dalam corong pisah dikocok selama 10 menit, selama pengocokan gas hasil pengocokan

dikeluarkan. Selanjutnya larutan dibiarkan memisah membentuk dua fasa. Fasa bawah merupakan campuran air dan etil asetat, dan fasa atas merupakan campuran butanol, asam asetat, dan air. Fasa atasa yang digunakan sebagai eluen pada penelitian ini.

5. Spektofotometri UV-Vis

Ekstrak kasar hasil pemurnian diuji dengan spektrofotometri UV-Vis untuk menentukan jenis antosianin yang terkandung dalam daun tanaman Adam Hawa. Fraksi kromatografi kolom yang mengandung antosianin dilarutkan dengan 0,1% HCl dalam metanol dan 0,1% HCl dalam etanol kemudian ditentukan panjang gelombang maksimum dari ekstrak tersebut dan dibandingkan dengan data spektrum UV-Vis senyawa antosianin (Giusty dan Wrostald, 2001).

6. Uji Antioksidan

Ekstrak hasil kromatografi kolom yang mengandung senyawa antosianin kemudian dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif kapasitas antioksidan dengan menggunakan DPPH. Untuk uji kualitatif, eksrak yang mengandung senyawa antosianin dilakukan KLT, kemudian setelah terjadi proses elusi, kromatogram yang masih basah disemprotkan larutan 0,5 mM DPPH. Uji positif jika terbentuk spot berwarna kuning dengan latar belakang ungu (Supiyanti dkk., 2010).

berubah menjadi berwarna kuning. Kemudian larutan sampel diuji absorbansi UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Campuran antara sampel dan etanol digunakan sebagai blanko, sedangkan campuran antara etanol (3,5 mL) dan larutan radikal DPPH 0,3 mL sebagai larutan kontrol (Garcia et.al., 2012).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Antosianin yang terkandung dalam daun adam hawa telah diisolasi yang berdasarkan spektrum UV-Vis.

2. Hasil pemisahan mengunakan kromatografi kolom sefadeks LH-20

menunjukan adanya satu spot berwarna merah pada fraksi 2-5 dengan Rf 0,42 yang berdasarkan KLT.

3. Diperkirakan antosianin yang terkandung dalam daun adam hawa

berdasarkan analisis spektrofotometri UV-Vis menggunakan pelarut 0,1 % HCl dalam metanol yang memiliki panjang gelombang 534,0 nm adalah jenis sianidin-3-galaktosa atau peonidin-3-glukosa.

4. Fraksi antosianin hasil isolasi memiliki aktivitas antioksidan sebesar 80,23891% berdasarkan metode DPPH.

2. Menggunakan adsorben lain selain sefadeks LH-20 pada proses pemisahan seperti adsorben C18.

3. Dilakukan pemurnian dengan metode spektrofotometri LC-MS menggunakan sistem gradien yang sesuai.

4. Menggunakan metode baru utuk uji aktivitas antioksidan antosianin daun adam hawa menggunkan metode lain selain DPPH dan Spektrofotometri UV- Vis

37

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, Oyvind M., and Kenneth R. Markham.2006. Flavonoids: Chemistry,

Biochemistry, and Applications. CRC Press .Boca Raton, Florida, USA .

Pp. 328; 397-398; and 473.

Andrawulan, Nuri, dan R. H. F. Farailla. 2012. Pewarna Alami Untuk Pangan. SEAFAST Center IPB. Bogor, Indonesia. Hlm 23-27.

Bagchi, D., C. K. Sen, M. Bagchi, and M. Atalay. 2004. Anti-angiogenic, Antioxidant, amd Anti-carcinogenic Properties of a Novel Anthocyanin- Rich Berry Extract Formula. (Review). J. Biochem.LXIX (1). Pp.75-80. Braunlich, M., R. Slimsestad, H.Wangensteen, C. Brede, K. E. Malterud, and H.

Barsett. 2013. Extract, Anthocyanins and Procyanidins from Aronia melanocarpa as Radical Scavengers and Enzyme Inhibitors. Nutrients J. (5). Pp.663-678.

Einbond, L. S., K. A. Reynertson, X. D. Luo, M. J. Basile, and E. J. Kennelly. 2004. Anthocyanins Antioxsidants From Edible Fruits. J. Food Chemistry. (84). Pp. 23-28.

Garcia, E. Jose, T. L. C. Oldoni, S. M. de Alencar, A. Reis, A. D. Loguercio, and R. H. M. Grande. 2012. Antioxidant Activity by DPPH Assay of Potential Solution to be Appliaed on Bleached Teeth. Bra.. Dent J. XXII (1). Pp. 22-27.

Gauglitz, G., and T. Vo-Dinh. 2003. Handbook of Spectroscopy. Wiley-VCH. Weinheim, Jerman. Pp. 89;125;129; and 347.

Giusty, M. M., and R. E. Wrolstad. 2001. Characterization and Measurment of Anthocyanin by UV-Visible spectroscopy. J. Current Protocol in Food

Analytycal Chemistry. University of Maryland College Park. Maryland,

USA.

Gonzalez-Avila, M., M. Arriaga-Alba, M. de la Garza, M. del Carmen Hernandez Pretelin, M. A. Dominguez-Ortiz, S. Fattel-Fazenda, and S. Villa-Trevino. 2002. Antigenotoxic, Antimutagenic and ROS Scavenging Activities of A Rhoeo discolor Ethanolic Crude Extract. J. Tox in Vitro .(17). Pp. 77-83. Gritter, R. J., J. M. Bobbit, dan A. E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi.

372; dan 402.

Hostettman, K., M. Hostettman, dan A. Manson. 1995. Cara kromatografi

Preparatif Penggunaan pada Senyawa Bahan Alam. Alih bahasa Kosasih

Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm. 27-34. Hua, Z., D. Yuesheng, Xu Ge, L. Menglu, D. Liya, A. L. Jia, and X. Zhilong.

2013. Extraction and Purification of Anthocyanins from the Fruit Residues of Vaccinium uliginosum Linn. J. Chroma Sep, Tech. IV (2). Kadowangko, N. Y., M. Solang, dan J. Ahmad. 2011. Kajian Etnobotani Tanman

Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Bonebolango Provinsi Gorontalo.

(Laporan Penelitian). Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Lee, Jungmin. 2013. Proanthocyanidin A2 Purification and Quantification of

American Cranberry (Vaccinium macrocarpon Ait.) products. J. Func.

Food. V. Pp. 144-153.

Markakis, Pericles. 1982. Anthocyanins as Food Colors. Academic Press. New York, USA. Pp. 3-7

Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Alih Bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm. 117. Padmaningrum, R. Tutik. 2011. Karakter Ekstrak Zat Warna Daun Rhoeo

discolor Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. (Skripsi). Universitas

Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Prakash, Aruna, F. Rigelholf, and E. Miller. 2013. Antioxidaant Activity. Medallion Labs. Minnesota, USA.

Rodriguez-Saona., Luis E., dan R. E. Wrostald. 2001. Current Protocol:

Extraction, Isolaton, and Purification of Anthocyanins. J. Current

Protocol in Food Analytycal Chemistry. University of Maryland College

Park. Maryland, USA.

Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan, Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. (Jurnal). Bio-Trends Vol. 4. Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI. Jakarta, Indonesia.

Rosales-Reyes., Tabata, M. de la Garza, C. A. Castro, M. R. Mendiola, S. F. Fazenda, E. A. Popoca, S. H. Garcia, and S. V. Trevino. 2007. Aqueous Crude Extract of Rhoeo discolor, A Mexican Medicinal Plant, Decrease the Formation of Liver Preneoplastic Foci in Rats. J. Ethnophar. Pp. 381- 386.

39

Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Liberty. Yogyakarta. Hlm 35-36. Silverstein, B., dan Morcill. 1986. Penyelidikan Spektrometrik Senyawa Organik.

ITS. Semarang. Hlm. 191-195.

Sitorus, R. M. H., Adeanne C. Wullur, dan P. V. Y.Yamlean. 2011. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Daun Adam Hawa (Rhoe discolor). (Skripsi).FMIPA Universitas Sam Ratulangi. Makassar.

Skoog, D. A., D. M. West, F. J. Holler, and S. R. Crouch. 2014. Fundamentals of

Analitical Chemistry, Ninth Edition. Brooks/Cole, Cengage Learning.

Belmont, USA. Pp. 562; 655; 712; and 920.

Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm. 3-17.

Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hlm. 283.

Supiyanti, W., Endang D.W., dan Lia K. 2010. Uji Aktivitas Antioksidan dan Penentuan Kandungan Antosianin Total Kulit Buah Manggis (Garciana

mangostana L). Majalah Obat Tradisional. XV (2). 64-70

Syukri, D., Darwis D., dan Santoni A. 2013. Preparative HPLC for the

Purification of major Anthocyanins from Ficus padana burm. L. J. Chem. Sci. II (12). Pp. 60-64.

Walujo, E. B. 2011. Keanekaragaman Hayati Untuk Pangan. (Jurnal). Herbarium Bogorinse, Pusat Penelitian Lembaga Ilmu pengatahuan Indonesia.

Jakarta, Indonesia.

Zuhra, C. F., J. Br. Tarigan, dan H. Sihotang. 2008. Aktivitas Antioksidan

Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). J.

41

Lampiran 1. Perhitungan Uji Kuantitatif Aktivitas Antioksidan Antosianin Daun Adam Hawa Absorbansi sampel = 0,0976 Absorbansi blanko = 0,1929 Absorbansi kontrol = 0,4939 [ ] [ ] [ ]

Jika diasumsikan absorbansi blanko = 0 [ ]

[ ]

-dibersihkan dengan menggunakan air keran

-ditiriskan selama 1 malam dan dicincaang

-dipekatkan dengan menggunakan metode freeze drying

-dipisahkan dengan menggunakan kromatografi kolom sefadeks LH- 20

-dilakukan KLT pada tiap fraksi -fraksi yang memiliki Rf yang sama

dikumpulkan

-dimaserasi dengan menggunakan pelarut akuades : HCl (100: 0,1 v/v)

Dilakukan uji spektroskopi UV-

Vis

Dilakukan uji KLT dengan eluen BAA (4:1:5) Uji aktivitas antioksidan secara kualitatif dan kuantitatif 1 Kg potongan daun Ekstrak air (800 mL)

Ekstrak air pekat (50 mL)

43

Dokumen terkait