• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA ANTOSIANIN DARI DAUN ADAM HAWA (Rhoeo discolor L. Her)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA ANTOSIANIN DARI DAUN ADAM HAWA (Rhoeo discolor L. Her)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

(Skripsi)

Oleh

Junaidi Permana

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF ANTHOCYANINS FROM ADAM HAWA (Rhoeo discolor L. Her) LEAVES

By

Junaidi Permana

Anthocyanins has been isolated from adam hawa (Rhoeo discolor L. Her) leaves, using maceration method with water : HCl (100: 0.1 v/v) as a solvent. Extract was concentrated using freeze drying method, and it was separated on Sephadex LH-20 coloumn. Fraction 2-5 from elution showed one spot on TLC chromatogram using silica GF245 as adsorbent, and buthanol: acetic acid: water (4: 1: 5 v/v) as eluent at Rf 0.42. This fraction was analized with UV-Vis and it was found that the spot has maximum wavelength at 535.0 nm, and it predicted as cyanidin-3-galactose or peonidin-3-glucose. The compound was found to exhibit 80.23891% antioxidant activity based on DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil) method. Key Words : Anthocyanins, Rhoeo discolor L. Her, Sephadex LH-20, Antioxidant,

(3)

Oleh

Junaidi Permana

Antosianin telah diisolasi dari daun adam hawa (Rhoeo discolor L. Her), menggunakan metode maserasi dengan pelarut akuades : HCl (100: 0,1 v/v). Ekstrak dipekatkan dengan menggunakan metode freeze drying, kemudian dilakukan pemisahan menggunakan metode kromatografi kolom sefadeks LH-20. Hasil elusi pada fraksi 2-5 menunjukkan adanya 1 noda pada kromatogram KLT dengan menggunakan adsorben silika GF245, eluen butanol: asam asetat: air (4: 1: 5 v/v) pada Rf 0,42. Fraksi tersebut kemudian dianalisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis, diperoleh panjang gelombang maksimal pada 534.0 nm, dan diperkirakan sebagai sianidin-3-galaktosa atau peonidin-3-glukosa. Fraksi antosianin hasil isolasi juga memiliki aktivitas antioksidan sebesar 80,23891% berdasarkan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).

(4)

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA ANTOSIANIN DARI DAUN ADAM HAWA (Rhoeo discolor L. Her)

Oleh

Junaidi Permana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Kimia

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

Penulis bernama lengkap Junaidi Permana, lahir di

Fajarbulan pada tanggal 25 Juni 1993 merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara. Penulis lahir dari pasangan

suami istri Bapak Jejen dan Ibu Eka Sari Permana. Penulis

sekarang bertempat tinggal di Jl. Lintas Liwa RT 02 RW 02

Kelurahan Fajarbulan, Lampung Barat.

Penulis menyelesaikan pendidikan mulai dari SD Negeri 4 Fajarbulan Lampung

Barat lulus pada tahun 2005, SMP Negeri 1 way Tenong Lampung Barat lulus

pada tahun 2008, SMA Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat lulus tahun 2011

dan mulai tahun 2011 sampai penulisan skripsi ini, penulis melanjutkan ke

pendidikan tinggi di Jurusan S1 Kimia FMIPA Universitas Lampung melalui

jalur undangan SNMPTN 2011.

Selain belajar di bangku kuliah, penulis juga aktif berorganisasi. Organisasi yang

pernah penulis ikuti adalah Himpunan Mahasiswa Kimia (Himaki) FMIPA

Universitas Lampung sebagai Kader Muda Himaki tahun 2011 – 2012, anggota

Bidang Sosial dan Masyarakat tahun 2012 – 2013, dan Ketua Bidang Sosial dan

(8)

Hanya ikan mati yang mengikuti arus air, jadilah ikan hidup yang hidup untuk melawan arus air (Anonim)

Lebih mudah terlihat bodoh daripada terlihat pintar ( Junaidi Permana)

Waktu itu bagaikan sebilah pedang, kalau engkau tidak memanfaatkannya, maka ia akan memotongmu (Ali bin Abu

(9)

Kupersembahkan karya ini sebagai wujud bakti dan tanggung jawab kepada :

Kedua orang tuaku,

Bapak Jejen dan Ibu Eka Sari Permana yang telah memberikan cinta kasih, dukungan, dan doa untukku.

Adik – adikku

Nurdiansyah Permana dan Sofian Adi Permana.

Pembimbing Penelitianku, Ibu Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S.

Orang terkasih, Sahabat, Kerabat, dan Teman.

(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan

kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan

seluruh umatnya yang selalu taat mengamalkan ajaran dan sunnahnya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Sains pada Jurusan Kimia FMIPA Unila. Pada kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua dan tiga adik penulis yang selalu memberi cinta kasih,

motivasi, dukungan, dan doa untuk penulis.

2. Ibu Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S. selaku pembimbing pertama penelitian

atas segala bimbingan, motivasi, bantuan, nasihat, dan saran hingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Husniati, M.Si. selaku pembimbing Kedua penelitian atas

bimbingan, bantuan, nasihat, dan saran hingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini

4. Ibu Dr. Noviany, M.Si. selaku Pembahas atas segala saran dan kritik yang

sangat membangun dalam penulisan skripsi ini

5. Ibu Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S. selaku pembimbing akademik atas saran

(11)

dana yang telah diberikan dan kerjasama litbang untuk melaksanakan

penelitian ini.

9. Endah Pratiwi, terima kasih atas segala doa, dukungan, motivasi, saran,

kritik, nasihat, dan bantuannya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

10.Partner penelitian penulis; Mirfat Salim Abdat dan Rio Febriansyah yang

selalu membantu, menasehati dan memberikan motivasi kepada penulis.

11.Rekan-rekan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA

Unila; Mba Resca, Kak Awan, Mba Teta, Mbak Mardiyah, Mbak Neneng,

Kak Heri, Kak Fajri, Mba Cintia, Yulia, Ridho, Lili, Andri, Ismi, Susi,

Ajeng, Dona, Yepi, Tiara, Arif, Tazkiya, dan Ningrum atas semangat,

saran, dan bantuan yang diberikan.

12.Sahabat Clan COC Meong Gede: Yusri , Nico, MJ, Datuk, Kak Dani,

Takim, Acul, Yudha, Revi, Anggi, dan Arik yang telah membantu,

mendukung, dan memberi saran atas segala keluh kesah penulis.

13.Pimpinan Himaki FMIPA Unila periode kepengurusan 2013 -2014 atas

segala dukungan dan doa kepada penulis.

(12)

15.Teman – teman angkatan 2011; Asti, Nopi, Dewi, Tamara, Rina, Rio W,

Yunia, Irkham, Mely A, Melly N, Nico, Daniar, Fani, Mila, Anggino, Ayu

F, Lewi, Ari, Cindy, Nira, Mega, Mardian, Ajeng, April, Aziz, Ay-Ay,

Ghani, Ana, Windi, Jj, Uswah, Vevi, Umi, Tatak, Lusi, Yusri, Eva, Fatma,

Yudha, Ramos, dan Ivan.

16.Himaki FMIPA Unila yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa

kepada penulis.

17.Kakak dan adik tingkat penulis kimia angkatan 2002, 2004, 2005, 2006,

2007, 2008, 2009, 2010, 2012, 2013, dan 2014.

Atas segala kebaikan yang telah diberikan, semoga Allah SWT membalasnya

dengan pahala yang berlipat ganda, Aamiin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat

dan berguna bagi rekan – rekan khususnya mahasiswa kimia dan pembaca pada

umumnya.

Bandar lampung, November 2015

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Favonoid ... 4

B. Antosianin ... 6

C. Isolasi Antosinin ... 8

D. Kromatografi ... 9

1. Kromatografi kolom ... 10

2. Kromatografi lapis tipis ... 11

3. Sefadeks LH-20 ... 12

E. Analisis Menggunakan Spektrofotometri ... 13

1. Spektrofotometri UV-Vis ... 15

F. Uji Aktivitas Antioksidan ... 16

(14)

ii

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

B. Alat dan Bahan ... 21

1. Alat – alat yang digunakan ... 21

2. Bahan – bahan yang digunakan ... 21

C. Prosedur Penelitian ... 22

1. Persiapan sampel ... 22

2. Ekstraksi dengan berbagai pelarut ... 22

3. Kromatografi kolom (KK) ... 23

4. Kromatografi lapis tipis (KLT) ... 23

5. Spektofotometri UV-Vis ... 24

6. Uji antioksidan ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel ... 26

B. Kromatografi Kolom ... 28

C. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ... 29

D. Analisis Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis ... 31

E. Uji Aktivitas Antioksidan ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 40

1. Perhitungan Uji Kuantitatif Aktivitas Antioksidan Antosianin Daun Adam Hawa ... 41

2. Diagram Kerja ... 42

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Antosianin dalam Berbagai Tumbuhan dan Buah-Buahan ... 7

2. Klasifikasi Kromatografi dan Tipe Pemisahannya ... 11

3. Sumber Radiasi Gelombang Elektromagnetik untuk Spektroskopi Optik .... 15

4. Panjang Gelombang Maksimum Beberapa Senyawa Organik ... 17

5. Taksonomi Tumbuhan Adam Hawa ... 26

(16)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Umum Flavonoid, Isoflavonoid, dan Neoflavonoid ... 4

2. Mekanisme Sintesis Flavonoid dengan Melibatkan Calkon dan Dehidrocalkon Sebagai Senyawa Antara ... 5

3. Struktur Umum Antosianin dan Turunannya ... 6

4. Kesetimbangan Antosianin Pada Berbagai Kondisi pH ... 9

5. Struktur Sefadeks LH-20 ... 13

6. Jenis Radiasi Elektromagnetik dan Panjang Gelombangnya ... 14

7. Tanaman Adam Hawa ... 19

8. Ekstrak Daun Adam Hawa ... 28

9. Kromatografi Kolom Saat Pemisahan Senyawa Pada Ekstrak Daun Adam Hawa ... 29

10.Kromatogram KLT Fraksi Hasil Kromatografi Kolom ... 30

11.Perbandingan Kromatogram KLT Antara Ekstrak Kasar (K) dan Ekstrak Antosianin Daun Adam Hawa (M) ... 30

12.Spektogram UV-Vis Senyawa Antosianin Daun Adam Hawa; atas, pelarut 0,1% HCl dalam Etanol; bawah, pelarut 0,1% HCl dalam Metanol ... 32

13.Struktur Antosianin dalam Daun Adam Hawa ... 32

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antosianin merupakan salah satu senyawa hasil metabolisme sekunder yang

paling melimpah sebagai pigmen warna pada tumbuhan (Grotewold, 2006).

Senyawa ini termasuk dalam jenis senyawa flavonoid dan merupakan salah satu

senyawa flavonoid yang berwarna. Senyawa antosianin biasanya akan mengikat

beberapa molekul gula seperti glukosa, fruktosa, galaktosa, arabinosa, dan jenis

gula lainnya, baik disakarida ataupun polisakarida (Markakis, 1982).

Antosianin banyak dimanfaatkan sebagai senyawa antioksidan (Braunlich dkk.,

2013), antiangiogenik, antikarsinogenik (Bagchi dkk., 2004), antikanker,

antialzhemeir (Andersen dan Markham, 2006), dan dapat pula digunakan sebagai

indikator pH (Padmaningrum, 2011). Antosianin sering juga digunakan sebagai

senyawa penambah nilai gizi pada makanan (Andersen dan Markham, 2006).

Selain bermanfaat bagi manusia, antosinin juga bermanfaat bagi

tumbuh-tumbuhan itu sendiri. Senyawa antosianin memberikan pigmen pada beberapa

bagian tumbuhan, mulai dari warna merah, ungu, dan kuning (Markakis, 1982).

Dengan adanya pigmen warna tersebut, beberapa tumbuhan dapat menarik

serangga atau hewan kecil lainnya dalam membantu proses penyerbukan

(18)

2

Senyawa antosianin dapat terkandung dalam tanaman yang berwarna merah,

ungu, dan biru (Andrawulan dan Farailla, 2012). Senyawa ini terkandung dalam

berbagai jenis berry seperti blueberry, raspberry, strawberry, cranberry,

blackberry,black currants, ceri dan buah-buahan lain seperti anggur, apel, kiwi,

serta terdapat pada beberapa sayuran seperti kol merah dan bawang merah

(Giusty dan Wrostald, 2011) dan terkandung dalam tanaman non pangan seperti

tumbuhan adam hawa (Rhoeo discolor) (Sitorus dkk., 2011).

Tanaman adam hawa merupakan tanaman hias yang sering kita jumpai di

berbagai taman maupun pekarangan. Tanaman ini kurang digunakan sebagai

bahan obat tradisional di Indonesia. Di negara lain seperti Meksiko, tanaman

adam hawa telah digunakan sebagai tanaman obat untuk mengobati berbagai

macam penyakit (Rosales-Reyes, 2007). Dengan adanya penelitian ini,

diharapkan agar adanya penggunaan dan pemanfaatan tanaman adam hawa lebih

lanjut dan tidak hanya digunakan sebagai tanaman hias saja.

Penelitian terdahulu memaparkan bahwa daun tanaman adam hawa memiliki

senyawa antosianin (Sitorus dkk., 2011), daun tanaman adam hawa dapat

digunakan sebagai sumber antioksidan yang cukup baik dan cukup melimpah di

Indonesia. Senyawa antosianin yang dihasilkan dari daun tanaman adam hawa

dapat digunakan pula sebagai penambah suplemen pada makanan atau menjadi

bahan makanan yang cukup menyehatkan.

Antosianin dalam tumbuhan memiliki karakter yang berbeda-beda untuk setiap

tumbuhan yang berbeda pula. Untuk daun tanaman adam hawa tidak ada

(19)

berbeda untuk tiap tumbuhan (Andersen dan Markham, 2006). Sehingga

dibutuhkan karakterisasi senyawa antosianin yang terkandung dalam daun

tanaman adam hawa untuk menentukan jenis antosianin yang terkandung

didalamnya.

Telah dilakukan penelitian isolasi senyawa antosianin dari daun tanaman adam

hawa (Rhoeo discolor L. Her) dengan metode maserasi mengunakan pelarut

akuades + 0,1 % HCl. Dilakukan pemisahan dengan mtode kromatografi kolom

menggunkan sefadeks LH-20, analisis menggunakan KLT dan spektrofotometri

UV-Vis, serta diuji sifat antioksidannya menggunakan metode DPPH.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mengisolasi senyawa antosianin dari daun tanaman adam hawa (Rhoeo

discolor)

2. Menentukan jenis antosianin yang terdapat pada daun tanaman adam hawa

3. Menentukan persentase aktivitas antioksidan senyawa antosianin yang telah

diisolasi

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan agar adanya senyawa antioksidan yang

dapat digunakan dari daun tumbuhan adam hawa sebagai pengganti antioksidan

(20)

4

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Flavonoid

Kata dari “flavonoid” merupakan kata yang merujuk pada senyawa bahan alam

yang mengandung dua cincin aromatik benzena yang dihubungkan oleh 3 atom

karbon, atau suatu fenilbenzopiran (C6-C3-C6). Bergantung pada posisi ikatan dari cincin aromatik benzena pada rantai penghubung tersebut, kelompok flavonoid

dibagi menjadi 3 kelas utama, flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid.

Perbedaan struktur kelas utama tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur umum flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid (Grotewold, 2006).

Flavonoid dapat disintesis melalui jalur fenol dengan melibatkan calkon dan

dihidrocalkon sebagai senyawa antaranya. Bahan awal yang direasikan dengan

adanya asam dapat membentuk senyawa flavonoid dengan melibatkan calkon

(21)

Gambar 2. Mekanisme sintesis Flavonoid dengan melibatkan calkon dan dehidrocalkon sebagai senyawa antara (Grotewold, 2006)

Flavonoid merupakan senyawa metabolit tumbuhan yang sangat melimpah di

alam. Fungsi senyawa flavonoid sangatlah penting bagi tanaman pada

pertumbuhan dan perkembangannya. Fungsi tersebut seperti penarik perhatian

hewan pada proses penyerbukan dan penyebaran benih, stimulan fiksasi nitrogen

pada bakteri Rhizobium, peningkat pertumbuhan tabung serbuk sari, serta

resorpsi nutrisi dan mineral dari proses penuaan daun.senyawa flavonoid juga

dipercaya memiliki kemampuan untuk pertahanan tanaman dari herbivora dan

penyebab penyakit, serta senyawa ini membentuk dasar untuk melakukan

interaksi alelopati antar tanaman (Andersen dan Markham, 2006). Selain itu,

(22)

6

senyawa flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi (Zuhra dkk.,

2008).

B. Antosianin

Antosianin merupakan senyawa larut dalam air turunan flavonoid yang dhasilkan

dari metabolit sekunder tanaman. Senyawa ini bertanggung jawab untuk warna

biru, jingga, dan merah pada banyak jaringan tumbuhan, termasuk bunga, jenis

berry, dan pada sedikit bahan makanan umum seperti kubis merah, selada merah,

bawang putih, kentang berkulit merah dan ubi jalar ungu. Contoh tanaman yang

mengandung antosianin disajikan pada Tabel 1.

Antosianin merupakan turunan senyawa flavonoid yang bermuatan positif pada

atom oksigennya. Struktur umum antosianin dan turunannya disajikan pada

Gambar 3.

(23)

segar)

Apel 10 Mazza dan Miniati, 1993

Bilberries 300-320 Mazza dan Miniati, 1993

Blackberries 83-326 Mazza dan Miniati, 1993

Black Currants 130-400 Timberlake, 1988

Blueberries 25-495 Mazza dan Miniati, 1993

Kol merah 25 Timberlake, 1988

Chokeberries

hitam 560

Kreamer-Schafhalter et al., 1996

Ceri 4-450 Kreamer-Schafhalter et al., 1996

Cranberries 60-200 Timberlake, 1988

Elderberry 450 Kreamer-Schafhalter et al.,

1996

Anggur 6-600 Mazza dan Miniati, 1993

Kiwi 100 Kreamer-Schafhalter et al.,

1996

Bawang merah 7-21 Mazza dan Miniati, 1993

Plum 2-25 Timberlake, 1988

Radishes merah 11-60 Giusti et al., 1988

Raspberries hitam 300-400 Timberlake, 1988

Raspberries

merah 20-60 Mazza dan Miniati, 1993

Strawberi 15-35 Timberlake, 1988

Tradescantia

palida 120 Shi et al., 1992

(daun)

Di alam, biasanya senyawa antosianin akan membentuk ikatan glikosida pada

karbon 5 dan 5’ cincin A dan C. Glikosida tersebut dapat berupa monosakarida,

disakarida, serta polisakarida (Markakis, 1982). Antosianin dapat ditemukan

dalam plasma tubuh manusia sebagai bentuk utuh dari glukosida, rutinosida,

(24)

8

dan Markham, 2006). Senyawa antosianin memiliki potensial sebagai suplemen

nutrisi untuk manusia. Konsumsi senyawa antosianin yang terkandung dalam

buah-buahan, sayur-sayuran, anggur, selai dan manisan dapat mengurangi resiko

terkena penyakit yang berbahaya seperti kanker, penyakit jaringan pembuluh

darah, inhibisi virus, dan penyakit alzhemeir. Antosianin dan flavonoid lain

dibutuhkan karena kemampuannya sebagai antioksidan yang berpotensi dapat

menyebabkan pencegahan berbagai penyakit yang berhubungan dengan tekanan

oksidatif (Andersen dan Markham, 2006).

Antosianin akan membentuk keseimbangan bergantung pada pH (derajat

keasaman) dari senyawa tersebut. Pada keadaan sangat asam (pH 1-2) antosianin

akan dominan berbentuk kation flavilium, pada keadaan ini antosianin berada

pada kondisi paling stabil dan paling berwarna. Ketika tingkat keasaman menurun

(pH > 4), senyawa antosianin akan berwarna kuning (bentuk calkon), biru (bentuk

quinouid), atau tidak berwarna (basa karbinol). Kesetimbangan antosianin pada

berbagai pH disajikan pada Gambar 4. Oleh karena itu, senyawa antosianin

sebagai pigmen warna akan lebih stabil pada keadaan asam atau sangat asam (pH

rendah) (Andrawulan dkk., 2012).

C. Isolasi Antosinin

Antosianin dapat diambil dari tanaman maupun buah-buahan menggunakan teknik

maserasi dengan menggunakan pelarut yang bersifat polar . Antosianin dapat

diekstrak dengan menggunakan 0,01% HCl (v/v) dalam aseton berair 70%, 0,01

% HCl (v/v) dalam metanol (Rodriguez-Saona dan Wrostald, 2001), dan etanol

(25)

Gambar 4. Kesetimbangan antosianin pada berbagai kondisi pH (Andrawulan dkk., 2012).

D. Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan senyawa yang didasarkan atas

perbedaan laju perpindahan dari komponen dalam campuran. Pemisahan dengan

(26)

10

campuran tersebut, seperti kelarutan, sampel, adsorbs, dan kepolaran (Skoog,

dkk., 2014). Klasifikasi kromatografi berdasarkan fasa diam dan fasa geraknya

disajikan pada Tabel 2.

Antosianin dapat dimurnikan dengan metode kromatografi (Rodriguez-Sauna dan

Wrostald, 2001), secara kromatografi kolom menggunakan fasa gerak sefadeks

LH-20 (Lee, 2013), resin AB-8 berpori (Hua dkk., 2013), dan dapat juga

menggunakan HPLC preparatif dengan menggunakan kolom C18 (Syukri dkk., 2013).

1. Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom merupakan jenis kromatografi padat cair berdasarkan

serapan yang dilakukan di dalam kolom (fasa diam), metode ini merupakan

metode yang paling banyak digunakan dan terbaik dalam pemisahan campuran

dalam jumlah besar. Campuran yang akan dipisahkan diletakan pada bagian atas

penyerap (fasa diam) yang berada dalam tabung kaca (kolom). Fasa gerak yang

merupakan campuran pelarut (eluen) dibiarkan mengalir melalui kolom yang

disebabkan oleh gaya gravitasi bumi. Senyawa yang terlarut akan bergerak

melalui kolom dengan laju berbeda, perbedaan laju dikarenakan adanya interaksi

antara senyawa terlarut, penyerap (fasa diam), dan pelarut (fasa gerak). Hasil

pemisahan kemudian dikumpulkan berupa fraksi-fraksi pada saat keluar dari

bawah kolom (Gritter dkk., 1991).

Dalam pemurnian antosianin yang diperoleh dari ekstrak kasar yang telah

dipekatkan dapat menggunakan fasa diam silika gel atau dengan menggunakan

(27)

Klasifikasi

Umum Metode spesifik Fasa Gerak Tipe Pemisahan

Kromatografi Gas

a. Gas-cair (GLC)

Adsorben cair atau terikat pada permukaan padat

Partisis antara gas dan cair

b. Gas-padat Padat Adsorpsi

Kromatografi Cair

a. Cair-cair, atau partisi

Adsorben cair atau terikat pada permukaan padat

Partisi antara cairan yang tak bercampur

b. Cair-padat, atau adsorpsi

Padat adsorpsi

c. Pertukaran ion

Resin pertukaran ion Pertukaran ion

d. Eksklusi ukuran

Cair dalam celah polimer padat

Partisis/penyari ngan

e. Afinitas Kelompok cairan khusus yang terikat pada

permukaan padat Partisi antara cairan permukaan dan cairan bergerak Supercritical fluid chromatography (SFC) (fasa diam: cairan super kritis

Spesi organik yang terikat pada permukaan padat Partisis antara cairan superkritis dan permukaan yang terikat

2. Kromatografi Lapis Tipis

kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi padat cair yang

menggunakan bahan padat sebagai fasa diam dan pelarut sebagai fasa geraknya.

(28)

12

berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan

dipisahkan, yang berupa larutan, kemudian ditotolkan pada pelat KLT (fasa

diam). Kemudian pelat diletakan dalam bejana tertutup yang telah terisi larutan

eluen (fasa gerak). Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan laju alir dari

senyawa terhadap fasa diamnya. Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus

ditampakan dengan disinari UV atau disemprotkan larutan kromium sulfat (Stahl,

1985). Kromatografi lapis tipis merupakan cara analisis cepat dengan

penggunaan bahan yang relatif sedikit.

Untuk meneliti kandungan flavonoid dan turunannya dari suatu ekstrak, sudah

menjadi kebiasaan umum untuk menggunakan eluen beralkohol pada eluen

pertama kromatografi lapis tipis, misalnya butanol-asam asetat-air (Markham,

1988). Senyawa antosianin akan memisah dengan baik pada penggunakan

kromatografi lapis tipis bila digunakan eluen butanol-asam asetat-air/BAA

(4:1:5) (Sitorus dkk., 2011).

3. Sefadeks LH-20

Sefadeks LH-20 merupakan suatu resin yang biasa digunakan untuk memisahkan

zat-zat terlarut yang terkandung dalam suatu sistem pelarut. Pemisahan

menggunakan sefadeks LH-20 sama seperti pemisahan yang dilakukan pada

kromatografi kolom menggunakan fasa diam silika gel. Namun, sefadeks LH-20

memisahkan berdasarkan berat molekul zat-zat terlarut. Zat-zat dengan berat

molekul besar akan mengelusi (keluar) dari kolom terlebih dahulu. Ini

dikarenakan molekul-molekul kecil akan masuk dalam pori-pori sefadeks LH-20

(29)

Gambar 5. Struktur sefadeks LH-20 (Hagerman, 2002).

E. Analisis Menggunakan Spektrofotometri

Spektroskopi/ spektrofotometri merupakan suatu jenis analisis kualitatif dan

kuantitatif terbaru yang berdasarkan interaksi antara radiasi elektromagnetik dan

materi untuk mendapatkan informasi mengenai materi tersebut (Skoog, 2014).

Radiasi elektromagnetik tersebut dapat berupa radiasi sinar γ, sianar-X ( X-ray),

UV-Vis (ultra ungu-tampak), infra merah (IR), gelombang mikro, dan gelombang

radio (Harvey, 2000). Pembagian jenis radiasi elektromagnetik berdasarkan

(30)
[image:30.595.116.491.85.284.2]

14

Gambar 6. Jenis radiasi elektromagnetik dan panjang gelombangnya (Harvey, 2000).

Gelombang elektromagnetik tersebut dapat digunakan untuk analisis, baik analisis

kualitatif dan kuantitatif. Dalam aplikasinya gelombang elektromagnetik dapat

dihasilkan dengan berbagai sumber radiasi, bergantung pada instrumenasi dan

jenis gelombang elektromagnetik yang akan digunakan. Sumber-sumber radiasi

gelombang elektromagnetik disajikan pada Tabel 3.

Untuk membedakan jenis antosianin yang diperoleh dari ekstrak daun adam hawa

dengan jenis antosianin yang lainnya haruslah dilakukan karakterisasi dengan

menggunakan metode spektroskopi. Metode yang biasa digunakan untuk

karakterisasi senyawa bahan alam adalah spektrofotometri UV-Vis untuk

mengetahui serapan maksimal senyawa antosianin yang diperoleh, spektrometri

IR untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa antosianin,

spektrometri LC-MS untuk mengetahui fragmentasi senyawa antosianin dan

spektrometri NMR untuk mengetahui letak atom hidrogen dan atom karbon pada

(31)

Sumber

Gelombang (nm) Jenis Spektroskopi

Lampu arc Xenon 250-600 Molecular fluorescence

Lampu H2 dan D2 160-380 Absorpsi molekuler UV/Vis Lampu tungsten/halogen 240-2500 Absorpsi molekuler UV/Vis/IR

dekat

Lampu tungsten 350-2200 Absorpsi molekuler Vis/IR dekat

Glower Nerst 400-20.000 Absorpsi molekuler IR

Kabel Nichrome 750-20.000 Absorpsi molekuler IR

Globar 1200-40.000 Absorpsi molekuler IR

1. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan instrumen analisis spektroskopi yang

menggunakan gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang 190-400

(UV) dan 400-780 (Visible/ tampak). Analisis dengan metode ini didasarkan pada

absorpsi gelombang elektromagnetik yang menyebabkan terjadinya transisi

elektrtronik dari keadaan dasar menjadi keadaan yang tereksitasi. Transisi terkuat

adalah transisi dari σ→σ*

yang menyerap energi elektromagnetik dibawah

panjang gelombang 200 nm. Contoh dari transisi ini adalah transisi pada ikatan

C-C dan C-C-H, kedua ikatan ini memiliki elektron orbital σ. Senyawa yang tak jenuh

yang memiliki sepasang elektron bebas akan mengalami transisi elektron dari

n→σ*

yang akan menyerap energi pada panjang gelombang 150-250 nm. Pada

[image:31.595.109.500.142.375.2]
(32)

16

π→π*

yang merupakan orbital pada ikatan senyawa tak jenuh (Gauglitz dan

Vo-Dinh, 2003).

Panjang gelombang maksimum untuk setiap senyawa akan berbeda dengan

senyawa lainnya bergantung pada jenis transisi yang terjadi pada senyawa

tersebut. Semakin banyak ikatan rangkap yang terdapat pada zat tersebut, maka

panjang gelombang maksimum zat tersebut akan lebih besar (bergeser ke kanan).

Seperti benzena akan memiliki panjang gelombang maksimum yang lebih rendah

daripada suatu naftalena. Serapan maksimal beberapa senyawa organik disajikan

pada Tabel 4 (Gauglitz, dan Vo-Dinh, 2003).

Antosianin akan menyerap spektra UV-Vis pada panjang gelombang sekitar

500-560 nm untuk berbagai macam pelarut. Pelarut yang biasa digunakan dalam

analisis antosianin menggunakan UV-Vis adalah 0,1% HCl dalam etanol; 0,1%

HCl dalam metanol; larutan buffer pH 0,9; HCl 0,1 N; serta 0,1 N HCl/etanol

(15:85)(Giusty dan Wrostald, 2001).

F. Uji Aktivitas Antioksidan

Senyawa antioksidan memiliki kapasitas antioksidan yang berbeda-beda.

Kapasitas antioksidan dapat diukur dengan berbagai cara, salah satu yang paling

sering dihunakan adalah dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).

DPPH merupakan senyawa yang dapat membentuk radikal dan elektron radikal

tersebut akan memberikan serapan maksimal pada panjang gelombang 517 nm

dan akan berwarna ungu. Setelah elektron radikal mengikat hidrogen dari suatu

antioksidan menjadi keadaan tereduksi DPPH-H, akan menyebabkan absortivitas

molar dari senyawa DPPH turun dari 9660 menjadi 1640 dan warna larutan akan

(33)
[image:33.595.109.516.217.729.2]

Tabel 4. Panjang gelombang maksimum beberapa senyawa organik (Gauglitz, dan Vo-Dinh, 2003).

Kromofor Panjang gelombang maksimum

-C=C-

175 nm

195 nm

225 nm

>C=C< 175 nm

>C=O

160 nm

185 nm

280 nm

H

C

O

210 nm

280 nm

184 nm

205 nm

255 nm

220 nm

275 nm

310 nm

R-NO2 205 nm

(34)

18

Persentasi dari aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan menyiapkan radikal

DPPH yang stabil dalam pelarut etanol. Kemudian 0,5 mL sampel, 3 mL etanol

absolut (> 99%), dan larutan radikal DPPH dalam etanol 0,5 mM dicampurkan.

Dengan bereaksinya radikal DPPH dan antioksidan akan menyebabkan perubahan

warna dari ungu menjadi kuning terang. Kemudian diuji absorbansinya pada

panjang gelombang 517 nm setelah larutan bereaksi selama 100 menit. Campuran

kedua antara 3,3 mL etanol absolut dan 0,5 mL sampel sebagai larutan blanko,

dan campuran ketiga antara 3,5 mL etanol absolut dan 0,3 mL larutan radikal

DPPH dalam etanol sebagai control. Persentase aktivitas antioksidan (AA%)

ditentukan dengan rumus:

(Garcia dkk., 2012).

G. Tanaman Adam Hawa

Tanaman adam hawa (Rhoeo discolor L. Her) atau tumbuhan Nanas Kerang

(Jawa) merupakan sejenis tumbuhan liar yang hidup di hutan atau di pekarangan

rumah. Tumbuhan ini memiliki daun tunggal yang berbentuk panjang melebar,

tepinya merata atau bergigi kasar yang tak teratur, rapuh, meruncing pada bagian

ujungnya, permukaan atas daun berwarna hijau dan merah pada permukaan

(35)

Kedudukan tumbuhan adam hawa pada taksonomi tumbuhan adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantarum

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Rhizophorales

Famili : Rhizophoraceae

Genus : Rhoeo

[image:35.595.189.437.445.634.2]

Spesies : Rhoeo discolor (Kadowangko dkk., 2011)

Gambar 7. Tanaman adam hawa

Ekstrak air dan alkohol dari daun tanaman adam hawa dapat digunakan sebagai

indikator pada titrasi asam basa. Perubahan warna yang terjadi pada senyawa

(36)

20

berubah warna dari coklat ke hijau atau merah ke hijau. Ekstrak air daun tanaman

adam hawa memiliki trayek pH (derajat keasaman) antara 7,0-8,6, sedangkan

ekstrak alkohol memiliki trayek pH antara 6,3-7,0. Indikator dari ekstrak daun

tumbuhan Adam Hawa memiliki ketepatan dan kecermatan yang cukup tinggi bila

digunakan pada proses titrasi asam cuka dengan natrium hidroksida

(Padmaningrum, 2011).

Daun tanaman adam hawa memiliki kandungan senyawa flavonoid jenis

antosianidin, yang ditunjukkan dengan hasil kromatogram KLT yang dihasilkan

memiliki nilai Rf (retention factor) 0,09 (merah jingga); 0,36 (merah jingga); 0,71

(merah muda); dan 0,64 (kuning). Noda yang berwarna merah pada kromatogram

KLT menunjukan adanya senyawa antosianin (Sitorus, 2011).

Ekstrak daun adam hawa memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan manusia.

Tanaman ini telah digunakan oleh masyarakat Meksiko sebagai tanaman obat

untuk mengatasi berbagai penyakit (Rosales-Reyes dkk., 2007). Ekstrak etanol

daun adam hawa memiliki kemampuan sebagai antigenotoksik, antimutagenik,

dan memiliki aktivitas antioksidan yang mirip dengan α-tokoferol serta lebih

tinggi dari asam askorbat (Gonzalez-Avila, 2002). Sedangkan, ekstrak air dari

daun adam hawa memiliki kemampuan sebagai antikanker pada hati tikus

(37)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Analisis taksonomi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogorinse bidang Botani

Pusat Penelitian Biologi, Bogor. Analisis spektroskopi yang digunakan adalah

spektroskopi ultraungu-tampak (UV-Vis) dilakukan di Laboratorium Biokimia

Jurusan Kimia FMIPA Unila, pemekatan secara freeze drying Laboratorium

Terpadu dan Sentra Inovasi dan Teknologi (LT-SIT) Unila, Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan

1. Alat-Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas, penguap putar

vakum (Vacuum Rotary Evaporator) merek Heidholp, satu set alat Kromatografi

Kolom (KK), lampu UV, pipa kapiler, dan spektrofotometer ultraungu-tampak

(UV-VIS) merk Agilent Technologies.

2. Bahan-Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan adalah daun tumbuhan Adam Hawa (Rhoeo discolor L.

Her) yang diperoleh dari sekitaran FMIPA yang telah diiris kecil. Pelarut yang

(38)

22

teknis yang telah didestilasi, sedangkan pelarut yang digunakan pada proses

analisis spektofotometri digunakan pelarut berkualitas Pro-Analisis (p.a). bahan

kimia yang digunakan meliputi metanol, asam klorida (HCl), butanol, akuades,

asam asetat, Sefadeks LH-20 yang digunakan pada kromatografi kolom serta

untuk KLT digunakan plat KLT silika gel Merck kiesegal 60 F254 0,25 mm.

C. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Sampel

Daun tumbuhan Adam Hawa (Rhoeo discolor) diperoleh dari lingkungan kampus

FMIPA Universitas Lampung, Lampung. Selanjutnya, dilakukan determinasi

untuk menentukan Spesies di Herbarium Bogoriensis bidang Botani Pusat

Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Jawa

Barat.

Daun tumbuhan Adam Hawa yang telah dikumpulkan kemudian dicuci bersih

dengan menggunakan air keran, setelah itu ditiriskan, kemudian daun diiris kecil.

Sampel yang telah diiris kecil ini yang kemudian digunakan pada proses

penelitian.

2. Ekstraksi dengan Berbagai Pelarut

Daun tumbuhan Adam Hawa (Rhoeo discolor) yang telah didiamkan ditimbang

sebanyak 1000 g, kemudian direndam (maserasi) dengan menggunakan metanol:

HCl (100: 0,1 v/v), akuades: asam asetat (100: 0,1 v/v), akuades: HCl (100: 0,1

v/v), dan akuades: metanol: HCl (50: 50: 0,05 v/v) selama 48 jam. Ekstrak hasil

perendaman kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang didapat lalu

(39)

3. Kromatografi Kolom (KK)

Setelah dihasilkan fraksi-fraksi dengan jumlah yang lebih sedikit, tahapan

fraksinasi selanjutnya dilakukan menggunakan teknik kromatografi kolom.

Adsorben Sefadeks LH-20 dilarutkan dalam pelarut yang akan digunakan dalam

proses pengelusian. Sefadeks LH-20 dimasukkan ke dalam kolom, kemudian

didiamkan hingga fasa diam rapat (tidak berongga) dan rata. Selanjutnya

masukkan sampel langsung ke dalam kolom yang telah berisi fasa diam. Pada saat

sampel dimasukkan, usahakan agar kolom tidak kering/kehabisan pelarut karena

akan mengganggu fasa diam yang telah dikemas rapat, sehingga proses elusi tidak

akan terganggu. Fraksi-fraksi yang terbentuk kemudian diuji dengan

menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dan fraksi yang memiliki nilai Rf

sama dikumpulkan menjadi satu.

4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Uji KLT juga dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang akan difraksinasi dan juga

fraksi-fraksi yang didapat setelah perlakuan fraksinasi. Uji KLT dilakukan

menggunakan sistem campuran eluen menggunakan pelarut n-butanol: asam

asetat: air (5: 1: 4). Ketika diperoleh fraksi yang lebih sedikit bercak/noda dilihat

dibawah lampu UV setelah dilakukan elusi terhadap plat KLT. Setiap fraksi yang

(40)

24

kromatogram, digabung dan dipekatkan sehingga diperoleh beberapa fraksi

gabungan yang akan difraksinasi lebih lanjut.

Cara pembuatan eluen BAA mula-mula butanol, asam asetat, dan air dicampurkan

dalam corong pisah dengan perbandingan 4: 1: 5. Kemudian larutan dalam corong

pisah dikocok selama 10 menit, selama pengocokan gas hasil pengocokan

dikeluarkan. Selanjutnya larutan dibiarkan memisah membentuk dua fasa. Fasa

bawah merupakan campuran air dan etil asetat, dan fasa atas merupakan campuran

butanol, asam asetat, dan air. Fasa atasa yang digunakan sebagai eluen pada

penelitian ini.

5. Spektofotometri UV-Vis

Ekstrak kasar hasil pemurnian diuji dengan spektrofotometri UV-Vis untuk

menentukan jenis antosianin yang terkandung dalam daun tanaman Adam Hawa.

Fraksi kromatografi kolom yang mengandung antosianin dilarutkan dengan 0,1%

HCl dalam metanol dan 0,1% HCl dalam etanol kemudian ditentukan panjang

gelombang maksimum dari ekstrak tersebut dan dibandingkan dengan data

spektrum UV-Vis senyawa antosianin (Giusty dan Wrostald, 2001).

6. Uji Antioksidan

Ekstrak hasil kromatografi kolom yang mengandung senyawa antosianin

kemudian dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif kapasitas antioksidan dengan

menggunakan DPPH. Untuk uji kualitatif, eksrak yang mengandung senyawa

antosianin dilakukan KLT, kemudian setelah terjadi proses elusi, kromatogram

yang masih basah disemprotkan larutan 0,5 mM DPPH. Uji positif jika terbentuk

(41)

berubah menjadi berwarna kuning. Kemudian larutan sampel diuji absorbansi

UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Campuran antara sampel dan etanol

digunakan sebagai blanko, sedangkan campuran antara etanol (3,5 mL) dan

(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Antosianin yang terkandung dalam daun adam hawa telah diisolasi yang

berdasarkan spektrum UV-Vis.

2. Hasil pemisahan mengunakan kromatografi kolom sefadeks LH-20

menunjukan adanya satu spot berwarna merah pada fraksi 2-5 dengan Rf 0,42

yang berdasarkan KLT.

3. Diperkirakan antosianin yang terkandung dalam daun adam hawa

berdasarkan analisis spektrofotometri UV-Vis menggunakan pelarut 0,1 %

HCl dalam metanol yang memiliki panjang gelombang 534,0 nm adalah jenis

sianidin-3-galaktosa atau peonidin-3-glukosa.

4. Fraksi antosianin hasil isolasi memiliki aktivitas antioksidan sebesar

(43)

2. Menggunakan adsorben lain selain sefadeks LH-20 pada proses pemisahan

seperti adsorben C18.

3. Dilakukan pemurnian dengan metode spektrofotometri LC-MS menggunakan

sistem gradien yang sesuai.

4. Menggunakan metode baru utuk uji aktivitas antioksidan antosianin daun

adam hawa menggunkan metode lain selain DPPH dan Spektrofotometri

(44)

37

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, Oyvind M., and Kenneth R. Markham.2006. Flavonoids: Chemistry,

Biochemistry, and Applications. CRC Press .Boca Raton, Florida, USA .

Pp. 328; 397-398; and 473.

Andrawulan, Nuri, dan R. H. F. Farailla. 2012. Pewarna Alami Untuk Pangan. SEAFAST Center IPB. Bogor, Indonesia. Hlm 23-27.

Bagchi, D., C. K. Sen, M. Bagchi, and M. Atalay. 2004. Anti-angiogenic, Antioxidant, amd Anti-carcinogenic Properties of a Novel Anthocyanin-Rich Berry Extract Formula. (Review). J. Biochem.LXIX (1). Pp.75-80.

Braunlich, M., R. Slimsestad, H.Wangensteen, C. Brede, K. E. Malterud, and H. Barsett. 2013. Extract, Anthocyanins and Procyanidins from Aronia melanocarpa as Radical Scavengers and Enzyme Inhibitors. Nutrients J. (5). Pp.663-678.

Einbond, L. S., K. A. Reynertson, X. D. Luo, M. J. Basile, and E. J. Kennelly. 2004. Anthocyanins Antioxsidants From Edible Fruits. J. Food Chemistry. (84). Pp. 23-28.

Garcia, E. Jose, T. L. C. Oldoni, S. M. de Alencar, A. Reis, A. D. Loguercio, and R. H. M. Grande. 2012. Antioxidant Activity by DPPH Assay of Potential Solution to be Appliaed on Bleached Teeth. Bra.. Dent J. XXII (1). Pp. 22-27.

Gauglitz, G., and T. Vo-Dinh. 2003. Handbook of Spectroscopy. Wiley-VCH. Weinheim, Jerman. Pp. 89;125;129; and 347.

Giusty, M. M., and R. E. Wrolstad. 2001. Characterization and Measurment of Anthocyanin by UV-Visible spectroscopy. J. Current Protocol in Food

Analytycal Chemistry. University of Maryland College Park. Maryland,

USA.

Gonzalez-Avila, M., M. Arriaga-Alba, M. de la Garza, M. del Carmen Hernandez Pretelin, M. A. Dominguez-Ortiz, S. Fattel-Fazenda, and S. Villa-Trevino. 2002. Antigenotoxic, Antimutagenic and ROS Scavenging Activities of A Rhoeo discolor Ethanolic Crude Extract. J. Tox in Vitro .(17). Pp. 77-83.

(45)

372; dan 402.

Hostettman, K., M. Hostettman, dan A. Manson. 1995. Cara kromatografi

Preparatif Penggunaan pada Senyawa Bahan Alam. Alih bahasa Kosasih

Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm. 27-34.

Hua, Z., D. Yuesheng, Xu Ge, L. Menglu, D. Liya, A. L. Jia, and X. Zhilong. 2013. Extraction and Purification of Anthocyanins from the Fruit Residues of Vaccinium uliginosum Linn. J. Chroma Sep, Tech. IV (2).

Kadowangko, N. Y., M. Solang, dan J. Ahmad. 2011. Kajian Etnobotani Tanman

Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Bonebolango Provinsi Gorontalo.

(Laporan Penelitian). Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Lee, Jungmin. 2013. Proanthocyanidin A2 Purification and Quantification of American Cranberry (Vaccinium macrocarpon Ait.) products. J. Func.

Food. V. Pp. 144-153.

Markakis, Pericles. 1982. Anthocyanins as Food Colors. Academic Press. New York, USA. Pp. 3-7

Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Alih Bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm. 117.

Padmaningrum, R. Tutik. 2011. Karakter Ekstrak Zat Warna Daun Rhoeo

discolor Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. (Skripsi). Universitas

Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Prakash, Aruna, F. Rigelholf, and E. Miller. 2013. Antioxidaant Activity. Medallion Labs. Minnesota, USA.

Rodriguez-Saona., Luis E., dan R. E. Wrostald. 2001. Current Protocol:

Extraction, Isolaton, and Purification of Anthocyanins. J. Current

Protocol in Food Analytycal Chemistry. University of Maryland College

Park. Maryland, USA.

Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan, Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. (Jurnal). Bio-Trends Vol. 4. Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI. Jakarta, Indonesia.

(46)

39

Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Liberty. Yogyakarta. Hlm 35-36.

Silverstein, B., dan Morcill. 1986. Penyelidikan Spektrometrik Senyawa Organik. ITS. Semarang. Hlm. 191-195.

Sitorus, R. M. H., Adeanne C. Wullur, dan P. V. Y.Yamlean. 2011. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Daun Adam Hawa (Rhoe discolor). (Skripsi).FMIPA Universitas Sam Ratulangi. Makassar.

Skoog, D. A., D. M. West, F. J. Holler, and S. R. Crouch. 2014. Fundamentals of

Analitical Chemistry, Ninth Edition. Brooks/Cole, Cengage Learning.

Belmont, USA. Pp. 562; 655; 712; and 920.

Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm. 3-17.

Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hlm. 283.

Supiyanti, W., Endang D.W., dan Lia K. 2010. Uji Aktivitas Antioksidan dan Penentuan Kandungan Antosianin Total Kulit Buah Manggis (Garciana

mangostana L). Majalah Obat Tradisional. XV (2). 64-70

Syukri, D., Darwis D., dan Santoni A. 2013. Preparative HPLC for the

Purification of major Anthocyanins from Ficus padana burm. L. J. Chem. Sci. II (12). Pp. 60-64.

Walujo, E. B. 2011. Keanekaragaman Hayati Untuk Pangan. (Jurnal). Herbarium Bogorinse, Pusat Penelitian Lembaga Ilmu pengatahuan Indonesia.

Jakarta, Indonesia.

Zuhra, C. F., J. Br. Tarigan, dan H. Sihotang. 2008. Aktivitas Antioksidan

Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). J.

(47)
(48)

41

Lampiran 1. Perhitungan Uji Kuantitatif Aktivitas Antioksidan Antosianin Daun

Adam Hawa

Absorbansi sampel = 0,0976

Absorbansi blanko = 0,1929

Absorbansi kontrol = 0,4939

[ ]

[ ]

[ ]

Jika diasumsikan absorbansi blanko = 0

[ ]

[ ]

(49)

-dibersihkan dengan menggunakan air keran

-ditiriskan selama 1 malam dan dicincaang

-dipekatkan dengan menggunakan metode freeze drying

-dipisahkan dengan menggunakan kromatografi kolom sefadeks LH-20

-dilakukan KLT pada tiap fraksi

-fraksi yang memiliki Rf yang sama dikumpulkan

-dimaserasi dengan menggunakan pelarut akuades : HCl (100: 0,1 v/v)

Dilakukan uji spektroskopi

UV-Vis

Dilakukan uji KLT dengan eluen BAA (4:1:5)

Uji aktivitas antioksidan secara

kualitatif dan kuantitatif 1 Kg potongan daun

Ekstrak air (800 mL)

Ekstrak air pekat (50 mL)

(50)

43

Gambar

Gambar 1. Struktur umum flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid (Grotewold, 2006).
Gambar 2. Mekanisme sintesis Flavonoid dengan melibatkan calkon dan
Gambar 3.
Tabel 1. Kandungan antosianin dalam berbagai tumbuhan dan buah- buahan (Giusty dan Wrostald, 2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Isolasi senyawa flavonoida yang terdapat dalam daun tumbuhan kedondong laut (Nothopanax fruticosum (L.) Miq) dilakukan dengan perkolasi menggunakan pelarut metanol.. Ekstrak

Hasil p-value yang diperoleh yaitu 0,0005456 dan 0,0004805 dimana p-value &lt;0,05 dengan taraf kepercayaan 95% sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

Hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun Rhoeo discolor yang dimaserasi dengan pelarut etanol 96% dan etanol 96% + HCl 1% menggunakan kertas

Kertas indikator dengan perlakuan pengeringan daun adam hawa pada suhu 50ºC yang di maserasi dengan pelarut alkohol 70% pada larutan asam kuat berwarna coral

Isolasi senyawa flavonoida yang terdapat pada daun tumbuhan jambu biji Australia ( Psidium guajava L.) dilakukan secara ekstraksi maserasi dengan pelarut

pengaruh fraksi air dan fraksi etil asetat daun adam hawa ( Rhoeo discolor Hance) terhadap peluruhan batu ginjal kalsium secara in vitro , terdapat

Isolasi senyawa flavonoida yang terdapat pada daun tumbuhan jambu biji (Psidium guajava L.) dilakukan secara maserasi dengan pelarut metanol.. Ekstrak pekat metanol ditambahkan

Isolasi senyawa flavonoida yang terdapat pada daun tumbuhan Lagundi ( Vitex trifolia L.) dilakukan dengan ekstraksi maserasi dengan pelarut metanol.. Ekstrak metanol