• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALA NAMU TEBINg TINggI OLEH : H IRHAM TAUFIK UMRI, SH, MAP

Dalam dokumen JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN (Halaman 30-32)

Sumatera Utara. Masih segar dalam ingatan kita rencana pembangunan tol Medan – Tebing Tinggi serta Me- dan-Binjai sudah dimulai sejak tahun 2005 atau 7 tahun yang lalu. Rencana mega proyek berskala nasional yang amat didambakan rakyat Sumatera Utara itu terus menerus sebatas rencana. Namun,hasilnya belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Oleh karena itu sangat wajar harian Waspada mengkritik dengan sindiran tajam, karena pembangunan jalan tol di wilayah Sumatera Utara ibarat “impian yang tidak pernah terwujud dalam kenyataan”. Pada tahun 2008 yang lalu betapa gencarnya Gubsu

H. Syamsul Arifin melakukan lobi ke

pemerintah pusat. Bahkan Gubsu langsung membahasnya bersama Jusuf Kalla (Wapres masa itu). Hasail pembicaraan diputuskan Sumatera

Utara diberikan kesempatan men- guasai saham terbesar dalam pem- bangunan kedua ruas jalan tol terse- but yang menelan biaya Rp. 5.8484 triliun.. Perkembangan berikutnya beberapa kali Departemen Pekerjaan Umum sebagai pemegang otoritas pembangunan jalan tol melakukan tender. Disebutkan beberapa investor luar negeri berminat membangun tol Medan – Binjai, Medan – Tebing Tinggi seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Malaysia dan sebagainya. Akan tetapi ketika proses tender dilakukan, tidak ada satupun investor yang mendaf- tar. Babak berikutnya baru tol Kuala Namu – Tebing Tinggi yang dimulai pembangunannya dengan pembe- basan lahan sepanjang 35 kilometer. Menurut penjelasan Plt Gubernur Sumatera Utara baru 54 % pembe- basan lahan terealisasi.

Mendesak

Pembangunan ruas jalan tol di wilayah Sumatera Utara sudah sangat mendesak untuk segera di- laksanakan. Apalagi Pemerintah pusat telah menetapkan Provinsi Sumatera Utara sebagai “koridor ekonomi” kawasan Sumatera yaitu Master Plan Percepatan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP 3 I) yaitu ka- wasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke. Tentu saja, kebijakan pe- merintah pusat ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara melejit pesat yang pada gil- irannya akan meningkatkan kes- ejahteraan masyarakat. Di samping untuk kemajuan ekonomi, kehadiran jalan tol tidak bisa dipisahkan den- gan keamanan, kelancaran dan ket- ertiban lalu lintas. Fenomena situasi perlalulintasan di daerah Sumatera

H. IRHAM TAUFIK UMRI, SH, MAP

O P I N I

Utara tidak beraturan bila dibanding- kan dengan pulau Jawa. Salah satu penyebab terbesar adalah sempit- nya badan jalan yang digunakan oleh pengguna jalan raya. Pelebaran jalan dilakukan hanya sebagian kecil, sep- erti Medan – Perbaungan. Selebih- nya jalan raya kita kondisinya masih tetap seperti era sebelum kemerde- kaaan. Tidak ada pelebaran badan jalan. Yang terjadi hanya perawatan, ditempel kalau berlobang atau hanya pelapisan badan jalan yang ada. Pa- dahal jumlah kenderaan roda empat, khususnya roda dua dari tahun ke ta- hun terus meningkat secara drastis. Artinya penambahan jumlah kend- eraan tidak sebanding dengan pem- bangunan dan pelebaran jalan.

Macet dan laka lantas

Ketidakseimbangan jumlah ken- deraan yang melintasi jalan raya, den- gan badan jalan yang sempit, mem- bawa implikasi terjadinya kemacetan yang luar biasa. Lebih ironis lagi frekuensi kecelakaanpun menjadi tinggi. Sebagai contoh, jika kita laku- kan observasi langsung menelusuri perjalanan dari Tanjung Morawa ke Tebing Tinggi betapa padat dan ra- mainya arus lalu lintas sepanjang jalan yang dilalui. Kita dihadapkan situasi jalan macet dan sangat rawan terjadinya kecelakaan. Dituntut ke- waspadaan dan kehati-hatian bagi pengemudi melintasi ruas jalan ini. Jalur Tanjung Morawa - Perbaungan badan jalan memang lebar, dengan dilapis hotmix, akan tetapi karena pengguna jalan tidak dan kurang disiplin mereka seenaknya meng- gunakan jalan sesuai dengan keingi- nananya, tanpa memikirkan dampak perilakunya itu. Terjadilah kesem- rawutan lalu lintas yang luar biasa, kenderaan roda empat terlebih-lebih sepeda motor menguasai badan jalan. Mereka seakan tidak peduli dengan pengguna jalan lainya, memacu ken- deraan dengan kecepatan tinggi, me- nyalip kenderaan roda empat dari sisi

kiri yang sangat berbahaya. Jika ter- jadi kemacetan mereka tidak sabar menunggu, tetapi tetap mencari jalan menerobos kenderaan di depannya bahkan trotoar dan jalanan rumput dekat paritpun dilaluinya. Pokoknya, mereka ingin secepatnya keluar dari kemacetan itu. Kondisi tersebut menunjukkan kepada kita semakin menipisnya etika berlalu lintas di ka- langan masyarakat pengguna jalan. Berbeda dengan jalur Tanjung Mora- wa – Perbaungan dengan badan jalan yang sudah lebar, kondisi jalan Per- baungan – Tebing Tinggi lebih parah. Sepanjang jalan tetap akan dijumpai kemacetan yang menyebalkan peng- guna kenderaan, karena sempitnya badan jalan. Titik kemacetan yang normal terjadi berada di Kota Per- baungan, sepanjang ruas jalan beng- kel pusat pemasaran hasil kerajinan rakyat. Selanjutnya, memasuki Kota Rampah dan dan Kampung Pon. Sempitnya badan jalan mengakibat- kan hanya dua kenderaan yang da- pat mengisi bahu jalan. Dampaknya kenderaan berjalan perlahan-lahan, terlebih truk kontainer dan bus besar yang konvoi, kecepatan mobil hanya bisa dipacu 30 – 40 km perjam. Lam- bannya jalan kenderaan kemudian diiringi kemacetan, juga mengaki- batkan gangguan kejiwaan (stress) akan dialami para pengemudi kend- eraan. Belum lagi mobil ambulance luar kota dari Tapanuli, Pematang Siantar, Tebing Tinnggi dan lain-lain membawa pasien yang kritis untuk segera diberi pertolongan secepat- nya di Medan terjebak macet. Bisa- bisa pasien kritis tersebut meninggal sebelum mendapat pertolongan. Di samping sempitnya badan jalan, jalur jalan Perbaungan – Tebing Tinggi sangat rawan kecelakaan lalu lintas (laka lantas). Bisa dikatakan jalur ini merupakan “jalur maut”. Artinya frekuensi kecelakaan lalu lintas cu- kup tinggi. Tingginya laka lintas da- pat dilihat dari data Polres Serdang Bedagai, tahun 2011 laka lantas di

wilayah itu sebanyak 435 kasus den- gan perincian 113 orang meninggal dunia, 179 luka berat serta luka rin- gan sebanyak 622 orang. Sedangkan di wilayah Polres Tebing Tinggi, laka lantas 280 kasus, meninggal dunia 77 orang , luka berat 152 orang dan luka ringan 365 orang. Dengan de- mikian angka korban laka lantas yang meninggal dunia jalur Perbaungan – Tebing Tinggi sebesar 188 orang/ta- hun. Angka yang cukup fantastis!

Killing field

Bertitik tolak kepada situasi dan kondisi jalan raya Tanjung Morawa – Tebing Tinggi, pembangunan jalan tol Kuala Namu – Tebing Tinggi merupa- kan suatu keniscayaan dan prioritas utama segera diwujudkan. Jangan biarkan ruas jalan Tanjung Morawa –

Tebing Tinggi sebagai “the killing field’

(ladang pembantaian manusia). Pe- merintah berkewajiban dan bertang- gung jawab menyediakan fasilitas pub- lik bagi keamanan dan kenyamanan mereka. Bukankah penyediaan fasili- tas jalan raya merupakan salah satu hak asasi yang melekat pada publik? Oleh karena itu diperlukan komitmen yang sungguh-sungguh dari pemer- intah dan pemerintah daerah untuk menyegerakan realisasi mega proyek yang sangat vital bagi kehidupan masyaraka Sumatera Utara ini. Selain itu, diperlukan partisipasi aktif stake- holders lainnya seperti perkebunan milik pemerintah, perkebunan swasta dan masyarakat yang terkena lahan- nya untuk dibebaskan. Khusus pihak perkebunan swasta serta masyarakat diharapkan mengerti dan mema- hami makna dan hakekat pemban- gunan tol ini. Dengan perkataan lain, tidak mengambil kesempatan untuk mengeruk keuntungan besar bagi pembebasan lahan, karena proyek ini dibangun untuk kepentingan bersama dan menjadi aset bersama.

Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah Al Hikmah Kota Tebing Tinggi

Keadaan seperti ini biasanya akan melahirkan sesuatu di luar kebiasaan umum. Dan bermuara kepada kete- gangan yang dapat menimbulkan ses- eorang menjadi lebih memilih kepada sesuatu yang lebih ringan untuk dikerja- kan. Yang terpenting bagi mereka yang

berfikir secara singkat, memilih suatu

pekerjaan yang tidak memerlukan biaya untuk modal usahanya. Cukup hanya menggunakan alat sekedar untuk men- cangkul dan ayakan.

Begitulah, beberapa warga Kampung Bicara Tebing Tinggi, dengan semangat terjun ke dalam Sungai Bahilang yang sudah terlihat dangkal akibat mengalami pengerukan, dan sudah terlihat bagian- bagian dasarnya dengan mudah.

Mereka mulai bekerja di dalam sun- gai sejak pukul 8.00 pagi hingga sore hari. Mereka istirahat untuk makan dan mi- num serta merokok. Beberapa menit ke- mudian langsung mereka kembali ke da- lam sungai untuk mencari apa saja yang mereka peroleh dari dalam sungai.

Keberuntungan yang mereka dapat terkadang di luar perhitungan kita. Per- nah mereka dapati cincin emas beberapa

SOSIAL

FOTO : SINERGI /jAINI pURBA S.

Sos.I

TERLIHAT DUA ORANG BOCAh SEDANG MENGAIS REzEKI DI pINGGIRAN SUNGAI yANG BARU DIKERUK

Dalam dokumen JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN (Halaman 30-32)

Dokumen terkait