• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ESA HILANG

SINERGI

JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN

PRODUK CINA

DI PASAR KITA

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

UMKM

MINI MARKET

(2)

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

Redaksi Menerima Tulisan, Foto, juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan Tanda Pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya

Tulisan dikirimkan ke alamat Redaksi Majalah Sinergi :

Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl. DR. Sutomo No. 14 Tebing Tinggi

Email : humastebingtinggi@yahoo.com

KETUA PENGARAH :

Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM (Walikota Tebing Tinggi)

WAKIL KETUA PENGARAH : H. Irham Taufik, SH. MAP

(Wakil Walikota Tebing Tinggi)

PENGENDALI : Drs. H. Hadi Winarno (Plt. Sekdako Tebing Tinggi)

PENANGGUNG JAWAB :

Drs. H. Agussalim

(Assisten Administrasi Umum)

PIMPINAN REDAKSI :

Ahdi Sucipto, SH (Kabag Adm. Humas PP)

WAKIL PIMPINAN REDAKSI :

Nursinta Pasaribu, S. Sos (Kasubbag Pemberitaan)

REDAKSI :

Rizal Syam, Khairul Hakim, S. Sos, Juanda

KOORDINATOR LIPUTAN :

Drs. Abdul Khalik, MAP

LIPUTAN & REPORTER : Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi

DESAIN & LAYOUT : M. Rahmadsyah

SEKRETARIS REDAKSI : Dian Astuti

BENDAHARA : Mira Silvia, A. Md

FOTOGRAFER : Ely Hidayat, Zaini Purba, S.Sos. I

DISTRIBUTOR :

Riduwan, Sri Astuty Rahmayani, SE

DITERBITKAN OLEH :

BAGIAN ADMINISTRASI HUMAS PIMPINAN DAN PROTOKOL

Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi Alamat : Jl. DR. Sutomo No. 14 Tebing Tinggi Telp. 0621 - 329139

PRACETAK :Bege’s Medan, Senpro78

(Isi di luar tanggungjawab percetakan)

Edisi kali ini mengetengah lapo-ran utama “UMKM Vs Mini Market: Antara Fakta dan Realitas.” Kami berusaha tampil dengan objektif untuk mengupas persoalan ini, dari berbagai sudut pandang dan latar belakang sumber kami. Kami ber-harap Liputan ini akan bisa jadi ref-erensi bagi semua kalangan dalam memandang soal itu dengan jernih.

Kami juga memperkaya SINERGI

dengan sejumlah laporan lain, di antaranya kegelisahan akan serbuan produk China (ekonomi), Jamkes-mas dan Jamkesda (kesehatan). Ada juga soal prilaku belanja kaum ibu di mini market dan pasar tradisional (wanita).

Di rubrik Hukum, Informasi tentang pemberian ASI ibu Ekslusif. Demikian pula pada rubrik Agama, kami mencoba memotret ibadah sholat PNS dikaitkan dengan peri-laku kerja mereka.

Tak lupa, kami juga menawar-kan sebuah sketsa kehidupan para pemulung di sungai Bahilang, kami letakkan di rubrik Sosial. Ada juga kajian menarik soal perubahan iklim (lingkungan hidup), juga manfaat re-ses (parlementaria) dan peralatan teknis e-KTP yang kupas di Teknologi

serta profil seorang anak muda kre -atif yang peduli lingkungan.

Rubrikasi yang kami sajikan kali ini, jujur saja diakui masih dalam tahap uji coba yang terus menerus dilakukan. Hingga nantinya

ma-jalah resmi Pemko Tebing Tinggi ini bisa tampil lebih menggigit sesuai motto majalah bulanan ini, “Refe-rensi Tebing Tinggi Deli.” Sebagai referensi Tebing Tinggi, kami ingin pembaca bisa terpuaskan, saat se-luruh pertanyaan yang ada di pikiran kita masing-masing terhadap suatu topik, terjawab dari hasil pemaparan tim kami yang terus berbenah diri.

Akhirnya, inilah persembahan kami untuk khalayak. Kritik dan sa-ran baik lisan dan tulisan selalu kami harapkan guna lebih memperbaiki kualitas majalah kita ini hingga sam-pai di titik kulminasi kesempurnaan. Salam dari meja redaksi.

Pembaca budiman. Kembali SineRGi ediSi FebRuaRi 2012 menyaPa denGan liPutan yanG Kami haRaPKan biSa meman-cinG SeleRa inGin tahu anda. Kami telah menyiaPKan Se-jumlah RubRiK yanG Kami PeRKiRaKan telah lama menjadi PeRhatian KhalayaK. bahKan, menjadi SumbeR KeGeliSahan banyaK KalanGan. PeRhatian itu, teRKait KeGiatan uSaha temPat Kita menGGantunGKan hiduP.

(3)

SURAT PEMBACA

Selamat buat Jajaran Redaksi Baru.

Tema Januari yaitu REFLEKSI 2012 sangat menarik per-hatian saya sebagai pembaca. Saya yakin, jika penyajian seperti edisi Januari terus dipertahankan, saya optimis majalah Siner-gi dapat saya jadikan Referensi bagi saya dan warga Kota Tebing Tinggi. Saran saya, angkatlah berita-berita yang dapat menjadi tolak ukur bagi pemer-intah kota terhadap kepentingan masyarakat, terutama masyarakat yang ada di pelosok di seluruh Kelurahan yang ada di Kota Kita.Terima Kasih.

Puspa Sari 0821-6230 xxxx Jl. Gatot Subroto 21 Jawab : Sip ..terima kasih Puspa , kami dari Redaksi tetap akan berupaya menyajikan tampilan yang menarik bagi para pembaca setia majalah Sinergi. REFLEKSI 2012 merupakan tampilan awal di Tahun 2012. Untuk edisi-edisi selanjutnya, redaksi akan me-nyajikan tema tema yang tidak kalah menariknya. Kami akan berusaha terus mengupas rubrik rubrik demi ke-pentingan masyarakat kota Tebing Tinggi.

Kepada Redaksi Majalah Sinergi.

Saya sebagi pembaca Majalah SINERGI sangat mendukung dengan tampilan dan rubrik rubrik yang baru. Namun saya berharap, majalah SINERGI jangan lagi terlambat terbit. Semoga SINERGI dapat menjadi Refernsi bagi kita semua.Wassalam

Darmansyah 0821-6513-xxxx Jl.K. F.Tendean Jawab : Terima kasih Darman.sebelumnya mohon maaf jika keterlambatan penerbitan majalah ini sudah membuat pembaca menjadi gerah. Kami akan terus berusaha memberikan yang terbaik,bagi kita semua. Mudah-mudahan majalah SINERGI kita dapat terbit tepat waktu. Untuk kedepan, kita berupaya majalah SINERGI dapat diterima tepat pada awal Bulan dengan tampilan tampilan yang menarik.Semoga.

humastebingtinggi@yahoo.com

JAJARAN REDAKSI

TAHUN 2012

Pimpinan Redaksi

AHDI SUCIPTO. SH

Koordinator Liputan Drs. ABDUL KHALIK, MAP

Sekretaris Redaksi DIAN ASTUTI

Redaksi RIZAL SYAM

Redaksi KHAIRUL HAKIM, S.Sos

Redaksi M. RAHMADSYAH

Photografer ZAINI PURBA,S.Sos.I

Distributor SRI ASTUTI RAHMAYANI, SE Bendahara

MIRA SILVIA, A.Md

Redaksi JUANDA Wapemred

NURSINTA PASARIBU, S.Sos

Photografer ELY HIDAYAT

(4)

“Kebijakan UMKM dualistik,” tegas Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Darmin Nasution saat membuka sidang pleno ISEI di Bandung...

Tujuan kedua dari Millenium Development Goals/MDGs adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua...

DAFTAR

ISI

UTAMA

UMKM Versus Mini Market

ANTARA FAKTA DAN REALITAS

PENANgANAN BUTA AKSARA,

DISDIK MAKSIMALKAN PKBM

6

12

PENDIDIKAN

SALAM REDAKSI

SURAT PEMBACA

SINERGITAS

UTAMA

EKONOMI

KESEHATAN

LINGKUNGAN HIDUP

wANITA

HUKUM

PARLEMENTARIA

Dilema

“Saatnya Membentuk Dinas Pasar Lindungi UMKM”

Produk Cina di Pasar Kita

Jaminan Kesehatan Warga Miskin

Bersama Hadapi Dampak Perubahan Iklim

“Pertarungan” Minimarket & Pasar Tradisional

Dorong Penerbitan Perda ASI Eksklusif

Manfaat Reses

“ Aspirasi Yang Tidak Ditindaklanjuti Bisa Jadi Bumerang” “Tukang Cuci Pun Bakal Tergusur”

“Kita Concern Mengembangkan Koperasi Dan UMKM”

2

3

5

9

13

14

16

17

19

20

BIDIK PEMKO

OLAH RAGA

BREAKING NEwS

SASTRA BUDAYA

OPINI

SOSIAL

IPTEK

TEPIAN

AGAMA

(5)

Dalam kapasitasnya sebagai ketua Kadinda, Daniel tidak hanya berbicara soal mini market versus usaha mikro. Dia lebih jauh meramalkan usaha kapitalis ini akan merambah ke pelbagai sektor dan menghancur-kan fondasi perekonomian kelas bawah. Dia mencon-tohkan, seperti hadirnya usaha laundry profesional, mau tidak mau akan menggilas tukang cuci manual yang berkerja dari rumah ke rumah. “Tukang cuci pun bakal tergusur,” ramal pengusaha muda yang berkibar di bawah bendera Ravi Group.

Dalam logika, dilema dapat diatasi dengan teknik menyelinap antara dua tanduk. Maka dilema: dari serba salah, akan menjadi serba benar. Inilah yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Karena bagaimana pun setiap kebijakan yang ditelurkan tentu tidak boleh merugikan kelompok mana pun. Siapa dan apapun dia punya hak untuk hidup. Kadis Koperindag dan UKM, Asmali, menjelaskan bahwa sejak awal sudah dilaku-kan usaha mengintegrasidilaku-kan pasar moderen dengan usaha mikro. Ini menjadi sinergi yang ke depan bakal memberikan harapan dan tidak merugikan siapa pun. Tapi, menurut Asmali, sebagaimana instruksi Wali Kota Tebing Tinggi, izin operasional pendirian mini market tidak dikeluarkan lagi. Kalau pun dikeluarkan, itu semata-mata karena mini market juga punya kes-empatan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. “Namun, tentu akan menempuh syarat-syarat yang sangat ketat,” ujarnya. (khairul hakim)

SINERGITAS

DILEMA

Letak serba salahnya begini. Kalau izin pendirian mini market dibatasi, maka akan mengurangi penda-patan pemerintah. Padahal penambahan pendapenda-patan diperlukan karena berkaitan juga dengan kepentingan rakyat. Atau bisa juga sebagai bentuk diskriminatif ter-hadap satu kelompok usaha. Dan, ini jelas tidak boleh. Sementara kalau dibiarkan tumbuh bagai jamur di musim hujan, tentu akan mengganggu perkembangan usaha ekonomi kelas bawah seperti UMKM. Dampak-nya jelas, UMKM akan sulit berkembang. Bahkan bisa-bisa mati sama sekali. Kalau sudah begini, sepertinya terkesan mengorbankan kepentingan rakyat kelas bawah. Di sinilah letak dilematik itu!

Begitulah, sektor ekonomi bermodal besar dengan bentuk mini market berlabel Indo Maret sudah tumbuh delapan unit di Kota Tebing Tinggi. Dalam pandangan pegiat ekonomi sektor menengah bawah, kehadiran Indo Maret tentu akan menjadi ancaman buat usaha perekonomian mikro. Cita-cita pemerintah untuk mengangkat tingkat ekonomi usaha mikro hanyalah sebuah impian. Dengan memberikan izin pendirian mini market, berarti pemerintah membiarkan pen-gusaha kapitalis mencekik sampai mati usaha kecil. Sebab, seperti penegasan Ketua Kadinda Kota Tebing Tinggi, Daniel Sulthan, mini market itu bagaikan gu-rita yang tentakel-nya mampu membelit usaha kecil hingga tak bisa mengembangkan diri.

Seperti tak mau kalah, anggota Komisi II DPRD Kota Tebing Tinggi, Parlindungan Rajagukguk, dengan nada tegas mengingatkan pemerintah supaya tidak memberikan izin pendirian mini market karena sudah over capacity. Menurutnya, ditinjau dari sudut mana pun mini market menjadi rival yang tak seimbang buat usaha mikro dan aneka usaha, apalagi mini market bergerak di segmen yang sama. “ini akan mematikan usaha mikro dan aneka usaha,” tandas politisi dari PDI-P ini.

dilema adalah pilihan yang serba salah. dilema ini berkaitan dengan tatalaksana pemerintah dalam menetapkan sebuah ke-bijakan: apakah mendahulukan kepentingan rakyat kelas atas atau membela kepentingan dan aspirasi akar rumput. lebih spesifik lagi, kebijakan dimaksud adalah izin pendirian mini market yang sudah menusuk ke

sudut-sudut perkotaan.

(6)

UTAMA

Agaknya, pernyataan itu ada be-narnya. Perhatikanlah bagaimana besarnya kemauan pemerintah men-dukung dinamika mikro, kecil dan me-nengah alias UMKM. Secara faktual dapat dirasakan getarannya dari pe-merintah (pusat hingga daerah) guna mendorong berkembangnya UMKM.

Hal itu ditunjukkan pula den-gan terus dipertahankannya lembaga Negara setingkat menteri serta depar-temen dan dinas yang mengurus

per-UMKM Versus Mini Market

ANTARA FAKTA DAN REALITAS

soalan UMKM dan koperasi. Demikian pula dengan perangkat undang undang yang terus menerus diperbarui, seperti UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, berserta seluruh peraturan yang ada di bawah-nya. Puluhan, bahkan ratusan milyar dana negara digelontorkan bagi meng-gerakkan UMKM.

Namun, di sisi lain, kegiatan kon-glomerasi di sektor ekonomi, ternyata kian hari semakin tak terkendali.

Kon-glomerat ekonomi telah merasuk jauh hingga ke jantung pertahanan masyarakat kecil di pinggiran jalan. Fenomena terbaru mengguritanya kon-glomerasi, adalah serbuan mini market dan swalayan yang potensial menjadi pesaing pedagang kaki lima dan ecer-an. Fenomena menggelisahkan itupun, kini menjangkiti ekonomi Kota Tebing Tinggi.

Hingga April 2012, jumlah mini market melalui bendera Indo Maret di seluruh Kota Tebing Tinggi, baru berkisar delapan unit saja. Jika tak ada, kebijakan pembatasan, mini mar-ket dari label lain, niscaya akan berek-spansi juga. Jumlah ini, sebenarnya tidak sebanding, jika diukur dengan ke-beradaan sektor pedagangan UMKM di kota itu. Dari data Dinas Perindustrian

“Kebijakan UMKM dualistik,” tegas Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Darmin Nasution saat membuka sidang pleno ISEI di Bandung, beberapa waktu lalu. Begitu bunyi salah satu berita di Kompas.com. Meski pernyataan itu sendiri tidak dirinci keterangannya oleh sosok yang menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia itu.

(7)

Perdagangan, Koperasi dan UKM, to-talnya mencapai 6.171 unit usaha. Bah-kan, jika dibandingkan dengan potensi usaha perdagangan yang mencapai 3.969 unit, meliputi perusahaan besar 29 unit, perdagangan menengah 1.022 unit dan perusahaan kecil 2.918 unit.

Namun, mini market akan bisa menjadi ancaman, jika bargaining posi-tion mereka dihadapkan dengan usaha perdagangan kecil dan aneka usaha (kedai, kios, warung jajanan, PKL dan asongan) dengan total 1.812 unit. Anca-man itu, tentu saja terletak pada kelebi-han-kelebihan mini market yang tidak dimiliki pedagang mikro dan aneka usaha itu.

“Apa pun alasannya, mini mar-ket tidak boleh lagi diizinkan berdiri di Tebing Tinggi,” tegas Ketua Komisi II DPRD Kota Tebing Tinggi Parlindun-gan Rajagukguk, SE, ketika berbincang suatu ketika, di ruang kerjanya. Ala-sannya, mini market akan mematikan usaha mikro dan aneka usaha, karena kegiatan mini market bergerak di seg-men itu.

Dikatakan, saat ini keberadaan mini market di mana pun menjadi problema, karena mengancam usaha mikro. Bah-kan, dengan menggunakan strategi ala Mao Tse Tung “desa mengepung kota” mengakibatkan dinamika usaha mikro jadi tak berdaya. “Lihat saja, mereka berada di hampir semua titik masuk ke kota. Padahal, sebagian besar usaha mikro ada di inti kota,” tegas Parlindun-gan. Kasus ini, tak hanya di Kota Tebing Tinggi, tapi juga muncul di Pematang Siantar, Medan dan kota-kota lain, terangnya.

Politisi PDIP itu, mengatakan ke-beradaan mini market, bahkan swa-layan harus dibatasi, dengan jumlah masing-masing tiga unit saja. Juga me-nyarankan Pemko Tebing Tinggi segera membuat regulasi untuk itu. Menurut Parlin, jumlah mini market serta swa-layan yang ada saat ini, sudah over ca-pacity dan Pemko Tebing Tinggi wajib tidak lagi memberikan izin atas usaha sejenis.

Hal senada disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (KADINDA) kota Tebing Tinggi HM Daniel Sulthan, SE, di ruang kerjanya. Dalam perbincangan panjang, Daniel mengistilahkan mini market sebagai octopussy (gurita) yang lengan usah-anya menggapai ke sana kemari, men-jangkau semua segmen ekonomi hing-ga tak menyisakan segmen lain kepada pelaku ekonomi.

“Kita harus sadar mini market itu milik pengusaha besar (kapitalis) yang kaya modal, teknologi dan akses,” te-gas HM Daniel Sulthan. Dengan sistem franchise (waralaba) mereka mengeruk modal massa dan mengelolanya secara profesional. Dengan sistem demikian, usaha mikro dipastikan mati, jika tidak ada pemihakan kuat terhadap mereka.

Model bisnis octopussy itu, tambah Ketua KONI itu, akan berdampak san-gat luas. Misalnya, kelak tukang cuci pakaian pun akan mati, karena mereka nantinya mengelola usaha laundry pro-fesional. Tukang kusuk juga akan mati, karena ada spa, sauna dan massage. Bahkan tukang mainan anak-anak su-dah lama gulung tikar, karena banjirnya produk mainan anak-anak.

Salah satu solusi menghadapi mini market, imbuh Daniel Sulthan, Pemko Tebing Tinggi harus mendukung penuh usaha mikro kedai sampah menjadi mini market swadaya yang tidak ter-jerat pada model mini market kapitalis. Di samping melakukan seleksi ketat terhadap lokasi usaha mini market agar tidak muncul di antara kegiatan usaha mikro dan aneka usaha.

Terkait itu, diskusi bersama Kadis Koperindag dan UKM Kota Tebing Ting-gi Drs.H.Asmali, MBA bersama jaja-rannya, ternyata menorehkan harapan akan adanya sinergi antara UMKM den-gan mini market dan swalayan.

Keberadaan mini market dan swa-layan yang terlanjut ada, telah disikapi dengan upaya mensinergikan satu den-gan lainnya. Di samping, dinas sendiri terus menerus memperkuat posisi tawar usaha mikro dan aneka usaha,

yang umumnya di sektor tradisional da-lam berhadapan dengan pasar modern. Ada beberapa upaya yang telah dilaku-kan Diskoperindag dan UKM menyikapi fenomena pasar modern itu.

Kebijakan paling urgen yang di-ambil Pemko Tebing Tinggi, ungkap Asmali, adalah ke depan tidak lagi mengeluarkan izin operasional mini market. “Itu sudah jadi instruksi Wa-likota kepada instansi terkait, termasuk KP2T,” tegasnya. Kalaupun nanti men-desak untuk tumbuh, karena memang minimarket , juga punya hak hidup, ada ketentuan tidak boleh berada di jalan kelurahan dan kota, tapi harus di jalan-jalan utama. Tegasnya tak boleh masuk ke perkampungan.

Menurut Asmali, langkah yang sudah dilakukan, sejak awal menginte-grasikan pasar modern dengan usaha mikro dan aneka usaha, melalui ker-jasama pemasaran produk UMKM di swalayan. Artinya, pengusaha swa-layan memberikan kesempatan kepada UMKM untuk menjual produk mereka di swalayan dengan memberikan stan-dard produk dan kemasan lebih longgar. “Itu sudah dilakukan untuk Ramayana, Great Market dan Irian Supermarket,” timpal Ir. Iboy Hutapea sebagai Kabid Perdagangan Diskoperindag dan UKM.

Meski diakui, ada kendala da-lam pemasaran, karena kualitas dan kemasan yang tak sesuai standard, barang-barang UMKM di swalayan tak laku di pasaran. “Akhirnya mereka ma-las memasok barang-barang mereka ke swalayan, karena tak laku,” aku Iboy Hutapea. Lalu, seiring dengan berkem-bangnya mini market, ke depan juga akan dilakukan kerjasama penjualan, agar produk UMKM bisa dipasarkan di mini market. “Kita akan usaha ke arah sana,” janji Iboy.

Tak cukup di situ, Diskoperindag dan UKM juga melakukan sejumlah kerjasama, guna memperkuat posisi tawar usaha mikro dan aneka usaha. Melalui kerjasama pembinaan den-gan perguruan tinggi, pengusaha dan membentuk unit khusus. “Kita sudah

(8)

UTAMA

usaha mikro di Terminal Bandar Kajum dan Jalan Gatot Sub-roto,” imbuh Kadis Koperindag dan UKM itu.

Tak cukup sampai di situ, untuk APBD TA 2012 Disper-indagkop dan UKM juga bakal mengucurkan dana pinjaman bergulir mencapai Rp1,5 milyar. Dana itu guna mendukung pemodalan usaha mikro, selain juga bantuan peralatan di luar pinjaman bergulir. Tercatat di buku besar APBD TA 2012, dana langsung yang bakal dikucurkan guna mendukung sektor UMKM, perdagangan dan industri mencapai Rp2,270 milyar, di mana alokasi untuk koperasi dan UMKM mencapai Rp1,803 milyar.

Namun, benarkah kerisauan demikian, juga kerisauan konsumen? Ternyata dari sejumlah perbincangan dengan masyarakat, pro dan kontra keberadaan mini market menge-muka. Nurjanah, 45, guru salah satu SDN di Kecamatan Pa-dang Hilir, mengatakan terbantu dengan adanya mini mar-ket, karena akses untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari semakin dekat dari rumahnya.

Menurut ibu dua anak itu, ada sejumlah kelebihan mini market. Pertama, harga relatif murah dan pasti. “Kalau di market kita belanja nggak muncul perasaan takut ditipu. Tapi kalau di pasar biasa (tradisional), seringkali merasa kema-halan apa nggak,” ujar dia. Kedua, kualitas barang terjamin, di samping saat membeli pelayanan bagus dan suasananya nyaman. “Pokoknya jelas jauh beda dari di pajak-pajak itu-lah,” tandasnya.

Saat diterangkan, dampak mini market, warga Kelurah-an Bagelen itu hKelurah-anya tersenyum dKelurah-an mengatakKelurah-an, memKelurah-ang seharusnya pemerintah melakukan upaya mengembangkan usaha mereka. “Tapi semua itu menyangkut mental. Kalau mental orang pajak (pasar tradisional) macam sekarang ini, cemana lagi,” imbuhnya.

Pemerintah sendiri melalui Peraturan Menteri Perda-gangan RI No.53/M-DAG/PER/12/2008 tanggal 12 Desem-ber 2008 tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern, telah memberi ketentuan, terkait keberadaan unit usaha masing-masing.

Misalnya, pada Pasal 3 Ayat 2 Poin (9) berbunyi : Pendi-rian mini market baik berdiri sendiri maupun yang terinte-grasi dengan pusat perbelanjaan atau bangunan lain wajib memperhatikan : a. Kepadatan penduduk, b. Perkembangan pemukiman baru, C. Aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas), d. Dukungan/ketersediaan infrastruktur, dan e. Keberadaan pasar tradisional dan warung/toko di wilayah sekitar yang lebih kecil dari pada mini market.

Pada akhirnya, semua kisruh antara usaha mikro dan mini market bisa diselesaikan, tergantung polical will pe-merintah dalam hal ini Pemko Tebing Tinggi. Kebijakan yang adil dan saling menguntungkan tentu saja diharapkan, agar masing-masing usaha ini, tidak merasa dianaktirikan oleh sistem yang ada. ***

buat MOU dengan Fakultas Ekonomi USU, APINDO dan memperkuat keberadaan KLIBI,” tegas Asmali.

Fakultas Ekonomi USU melalui konsultan Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, Prof.H.Bachtiar Hasan Miraza, DR.Polin LR Pospos akan memberikan konsultasi terkait penanganan dan penataan produk. Misalnya, penataan kemasan sesuai standard industri juga pemasaran secara regional dan na-sonal, terang Asmali. Penandatanganan MoU itu sedang dikejarkan agar segera bergerak. ”APINDO (Asosiasi Pen-gusaha Indonesia) pun berkenan membantu mengatasi masalah pemasaran,” tegas Asmali.

Tak kalah pula harapan dibebankan kepada Klinik Bisnis alias KLIBI yang selama ini jadi lembaga think thank pengembangan UMKM Kota Tebing Tinggi. KLIBI diharapkan mampu melahirkan ide dan gagasan segar bagi pengembangan UMKM di masa mendatang. Teruta-ma dalam bidang pengembangan produk (kualitas barang dan kemasan serta harga bersaing), distribusi produk (ke-cepatan dan ketepatan merespon pesanan) serta pemasa-ran (membuka akses pasar di berbagai segmen ekonomi

dan sosio geografis).

Demikian pula dengan pembukaan sentra usaha mikro dan aneka usaha. “Sudah direncanakan membuka gerai

FOTO : SINERGI / RAhMADSy

(9)

UTAMA

Beberapa anggota Komisi II DPRD, dalam suatu diskusi, berbeda pandangan me-nyikapi problema mini market. Ir.Alensudin Purba, Mahyan Z Effendi, Wakidi, H. Hasnan Lubis dan H. Syamsul Bahri, sepakat keberadaan mini market harus dibatasi, karena dampaknya menimbulkan kere-sahan usaha mikro. Selain itu, sudah saatnya Pemko Tebing Tinggi membentuk Dinas Pasar atau semacamnya untuk me-lindungi dan membina UMKM.

Komisi II DPRD Tebing Tinggi

“SAATNYA MEMBENTUK

DINAS PASAR LINDUNGI UMKM”

Komisi II DpRD ketika berdioalog dengan para pedagang di ruangan komisi II DpRD Kota Tebing Tinggi

FOTO : SINERGI / RAhMADSy

Ah

“Pendirian mini market harus sesuai dengan ketentuan yang sudah digariskan pemerintah,” tegas Wak-idi. Menyontohkan kasus pendirian mini market di Jawa, misalnya jarak mini market dengan pasar tradis-ional atau waktu usaha yang dibatasi. Namun, mereka belum sepakat soal jumlah dan volume mini market di Kota Tebing Tinggi. “Kalau itu perlu kajian dan survey,” tegas Mahyan Z Effendi.

Sedangkan soal jualan produk yang bersaing dengan usaha mikro dan aneka industri, kelima anggota DPRD itu berbeda sikap. Mahyan Z Effendi dan Wakidi, tetap meman-dang jenis pelayanan yang mereka tawarkan, jadi ancaman serius. “Mis-alnya, harga jual yang relatif murah, produk baru, keamanan, kenyaman-an dkenyaman-an kebersihkenyaman-an. Keunggulkenyaman-an itu tak ada pada usaha mikro dan aneka usaha,” tegas Wakidi, diaminkan Mahyan.

Pada posisi jenis pelayanan tambahan inilah, diperlukan regu-lasi Pemko Tebing Tinggi, tanpa berdampak pada proses mematikan mini market. “Saya kira regulasi itu nantinya harus membatasi jam buka dan tutup mini market, agar tidak bersamaan dengan usaha mikro dan aneka usaha,” tegas Wakidi. Misal-nya, buka jam 10.00 dan tutup jam 19.00 setiap harinya. Selain,

mem-batasi jenis barang-barang yang bisa mereka jual, khususnya pada jenis barang non industri.

Demikian juga, dua anggota DPRD lainnya, yakni Ir.Alensudin Purba dan H. Syamsul Bahri, melihat problema mini market itu dari sisi berbeda. “Saya kira ini cuma soal kecemburuan sosial saja,” tegas H. Syamsul Bahri, yang juga Ketua PKPB itu. Menurut Bang Ujang, ke-beradaan mini market itu tidak harus menggelisahkan, karena konsumen yang datang, sudah terbentuk sejak awal.

Dia, menyontohkan sebelum adanya mini market, beberapa toko bisa berkembang, misalnya Toko Ardath di Simpang Stasiun KA atau beberapa toko yang buka 24 jam. Persoalan utama dari kedua usaha ini, terangnya, salah satunya adalah

kelengkapan barang yang dijual. “Orang datang ke toko itu, karena barang di sana lengkap, jadi bukan masalah mini market atau bukan,” imbuh Bang Ujang. Di sinilah sebe-narnya kemenangan mini market dan swalayan. Hal itu, ditimpali Ir.Alensudin Purba, mengatakan jika kita mau jujur, semua orang lebih suka belanja di mini market atau swalayan.

(10)

KETUA KADINDA TEBING TINGGI HM. DANIEL SULTHAN, SE.

“TUKANG CUCI PUN BAKAL

TERGUSUR”

Mini market atau sejenisnya tidak termasuk dalam kategori usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), tapi merupakan kegiatan usaha kapitalis yang induk usahanya merupakan perusahaan raksasa. Usaha seperti ini, persis seperti Octopussy (gurita) yang punya banyak kaki dan semua segmen ekonomi di-ambil dan ditarik kedalam dirinya hingga perutnya kelihatan buncit.

Bisnis seperti ini adalah rival berat UMKM di setiap daerah. Setiap kali dibukanya mini market di suatu tempat, secara pasti sekira selusin kios-kios usaha mikro yang ada di sekitarnya akan mengalami megap-megap dan berikut-nya tenggelam.

Bisnis model gurita ini sudah melanda hampir semua aspek perekonomian di negeri ini.

Misalnya, tukang cuci yang selama ini banyak bekerja di

rumah-ru-mah warga kaya, akan semakin kesulitan dengan adanya usaha laundry yang professional. Tukang urut juga akan padam, karena kini berkembang bisnis spa, sauna dan massage dengan pelayanan dan fasilitas wah.

Tukang mainan anak-anak, juga akan mati pelan-pelan

akibat serbuan industri mainan anak-anak.

Pertokoan di berbagai kota

besar sudah banyak

tutup akibat ekspansi plaza yang jor-joran. Bahkan, pen-jual pisang goreng tak luput dari masalah, karena usaha besar juga merebut kesempatan mereka. Nasib sama juga dialami kedai-kedai di kampung, karena kini lebih banyak didatangi konsumen yang tidak bisa bayar tunai alias utang lebih dulu.

Kita heran dengan kebijakan pemerintah untuk men-ciptakan 4 persen pengusaha Indonesia, tapi tetap membi-arkan sistem berorientasi pasar bebas. Sedangkan pertum-buhan pengusaha kecil terhambat oleh pengusaha besar. Contohnya di Sumut saja, kelas pengusaha itu tak sampai 2 persen dari populasi penduduk.

Bagaimana di Tebing Tinggi? Jumlah pengusaha dari data Diskoperindag mencapai sekira 6.000. Jika dibanding-kan dengan total penduduk sekira 170 ribu jiwa x 4 persen harusnya ada 6.800 pengusaha. Dari data ini, sebenarnya posisi pengusaha Tebing Tinggi sudah baik. Namun, persoalannya upaya Pemko Tebing Tinggi meningkatkan jasa UMKM harus benar-benar selektif. Karena jika terlalu berlebihan akan muncul perilaku kanibalisme (pengusaha satu menghancurkan pengusaha lainnya). Apalagi jika membiarkan pengusaha besar berkedok mini market bebas berbisnis. Ada harapan perilaku bisnis kanibal akan terbuka.

Saran saya. Pertama, Pemko Tebing Tinggi sebaiknya mensurvey dulu di mana pengusulan tempat mini mar-ket dibuka. Kalau banyak kedai-kedai kecil, jangan diberi. Kedua, membesarkan UMKM kita di sektor usaha kedai sampah menjadi mini market swadaya. Ketiga, menaik-kan kelas pengusaha dari mikro ke kecil dan dari kecil ke menengah. Sekarang Kadinda lagi bekerjasama dengan Bank Sumut, BRI, menaikkan kelas ini. Sekarang sudah 16 pengusaha yang kita naikkan kelasnya dari Rp.5 000.000-Rp.50.000.000 dan 000.000-Rp.50.000.000 sampai dengan Rp. 500.000.000.

Keempat, Pemko Tebing Tinggi segera mendata ulang pengusaha industri mikro yang usahanya sama untuk disin-ergikan. Karena banyak pengusaha yang datang ke Kadinda mengadu mitra mereka menjerit karena pesanan tak jalan. Kelima, kita harus lebih masuk ke perangkat lunak (soft-ware) UMKM. Banyak masalah yang mereka hadapi di luar teori. Keenam, membuka UMKM Center sebagai pusat bis-nis dan pameran produk UMKM, bekerjasama dengan IMT-GT agar pemasaran bisa menjangkau luar negeri. Ketujuh, lakukan juga MOU dengan mini market agar produk UMKM bisa dijual secara bebas di counter mereka. ***

(11)

Maka secara umum, guna melak-sanakan misi itu, ada lima program yang diluncurkan. Pertama, meningkatkan kualitas UMKM untuk memproduksi barang-barang kerajinan tangan dan industri rumahan, melalui pembinaan UMKM. Kedua, mendirikan KLIBI yang bertugas sebagai advisor dan supervi-sor UMKM untuk meningkatkan kuali-tas produk, memperlancar produksi dan membantu pemasaran.

Ketiga, mengadakan pelatihan guna meningkatkan k u a l i -tas UMKM sesuai

bidang usaha masing-masing secara kontiniu dan berkesi-nambungan.

Kadiskoperindag dan UKM Drs.H.Asmali, MBA

“KITA CONCERN MENGEMBANGKAN

KOPERASI DAN UMKM”

UTAMA

Ada dua visi dan misi Walikota Tebing Tinggi Ir.H.Umar Zunaidi Hasi-buan, MM yang langsung menjadi tugas kami. Yakni, misi ke 4, melanjut-kan pembangunan Kota Tebing Tinggi sebagai kota jasa yang memiliki

produktifitas, inovasi, kreatifitas, dengan berorientasi pada pember -dayaan ekonomi kerakyatan. Juga misi ke 6, melaksanakan pembinaan UMKM secara terpadu menyeluruh dan menyejahterakan masyarakat melalui pemanfaatan usaha yang memiliki prospek.

Keempat, perluasan pelayanan kredit/ pembiayaan bank bagi koperasi dan UMKM yang didukung pengembangan sinergi dan kerjasama dengan lembaga keuangan/pembiayaan lainnya. Kee-nam, memberdayakan Badan Penyele-saian Sengketa Konsumen (BPSK).

Dinas sendiri memiliki visi “Dunia usaha yang maju yang berbasis pada perekonomian kerakyatan.” Dengan misi, pertama, mengembangkan in-dustri, perdagangan, koperasi dan UKM berbasis pada ekonomi kerakyatan. Kedua, menumbuhkan pengusaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, ketiga, meningkatkan pelayanan prima aparatur.

saat ini total koperasi di Tebing Tinggi sebanyak 212. namun yang melaksanakan Rapat Akhir Tahun (RAT) hanya 52 koperasi dengan jumlah ang-gota 21.267 orang. Serapan tenaga

kerja 133 orang dengan modal send-iri Rp49,373 milyar dan modal luar

Rp50,401 milyar. Aset koperasi

mencapai Rp99,774 milyar, volume usaha Rp76,863 milyar dan SHU yang diperoleh pada 2011 Rp10,603 milyar. Koperasi memang harus terus digenjot agar lebih berkembang. Salah satunya dengan mengaktifkan RAT.

Potensi UMKM di Kota Tebing Tinggi menurut sektor. Yakni sektor pedagangan 3.408 unit, aneka usaha (warung nasi, kedai kopi, kios rokok, jajanan dan asongan) mencapai 1.812 usaha. Selanjutnya jasa (warnet, hotel, penjahit, dan lain-lain sebanyak 647 unit dan sector industri 304 unit. Total kes-eluruhan 6.171 unit usaha.

Selain itu, potensi industri kecil dan menengah bisa dipaparkan, yakni industri formal 411 unit, non formal 37 unit. Serapan tenaga kerja 4.652 orang, nilai investasi 44,962 milyar dan investa-si usaha non formal 655 juta.

Potensi perdagangan Kota Tebing Tinggi hingga akhir 2011 dapat digam-barkan, perusahaan besar 29 unit, pe-rusahaan menengah 1.022 unit, peru-sahaan kecil 2.918 unit. Jumlah gudang mencapai 83 unit dengan luas 7.162,25 M2. Sedangkan komoditi eksport, khususnya crumb rubber mencapai Rp107,152 milyar.

2013, ada sejumlah program pri-oritas yang akan diluncurkan. Pertama, pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM. Kedua, pengembangan sistem pendukung usa-ha UMKM. Ketiga, peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, keempat, per-lindungan konsumen dan pengamanan perdagangan. Kelima, pengembangan industri kecil dan menengah, Keenam, pengembangan kemampuan teknologi industri dan ketujuh, pengembangan sentra-sentra industri potrensial.

(12)

PENDIDIKAN

Penanganan Buta

Aksara, Disdik

Maksimalkan PKBM

Tujuan kedua dari Millenium Development Goals/ MDGs adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua. Tujuan ini menjamin bahwa sampai dengan tahun 2015 semua anak manapun laki-laki dan perempuan, dapat menyelesaikan sekolah dasar (primary schooling).Untuk mencapai tujuan dimak-sud Indonesia berupaya menurunkan angka buta aksara penduduk 15 tahun keatas menjadi 5 % pada tahun 2015

Buta aksara masih menjadi masalah serius dalam struktur masyarakat di Tanah Air. Setidaknya, berdasarkan data dari LIPI, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mencatatat sekitar 12 juta warga negara Indonesia men-galami masalah literasi ini. Hal ini pun seperti berlomba dengan waktu, berbagai usaha dan upaya pun dilakukan untuk mengatasi.

Program penurunan buta aksara telah dilakukan mela-lui pendidikan formal dan non formal,namun perlu adanya penanganan yang lebih sinergis agar dapat diperoleh hasil yang lebih optimal.Kerjasama lintas sektor perlu lebih diin-tensifkan untuk dapat diperoleh hasil yang maksimal, karena penurunan buta aksara tidak maksimal jika buta aksara baru terus bertambah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Tebing Tinggi, jumlah warga buta aksara atau keaksaraan

fungsional Tebing Tinggi Tahun 2012 di lima kelurahan di Tebing Tinggi yaitu 145 orang laki-laki dan 302 orang perem-puan. Sedangkan, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 yang berjumlah 238 orang laki-laki dan 1134 orang perempuan. Angka tersebut memperlihatkan adanya penurunan jumlah buta aksara di Tebing Tinggi.

Kepala Dinas Pendidikan melalui Kabid Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan (Disidik) Kota Tebing Tinggi Drs. Joner Sitinjak mengatakan, hingga saat ini Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi terus berupaya meningkatkan penanganan terhadap buta aksara di daerah ini. Salah satu-nya dengan membentuk kelompok belajar di setiap wilayah kecamatan guna lebih memaksimalkan proses pembinaan kepada masyarakat yang mengalami buta aksara.

“Salah satu program untuk meningkatkan penanganan kepada masyarakat yang mengalami buta aksara melalui pembentukan kelompok belajar di setiap wilayah kecama-tan dalam bentuk program kegiakecama-tan belajar masyarakat (PKBM),” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

“Penanganan buta aksara adalah suatu program yang terus digalakan pemerintah baik pusat maupun daerah. Tu-juannya agar tidak ada lagi penduduk Indonesia yang masih mengalami buta aksara,” lanjutnya.

Joner berharap upaya penanganan masalah buta aksara di Tebing Tinggi ini dapat berjalan lancar sesuai target. Kar-enanya, dibutuhkan peran aktif seluruh elemen masyarakat. Menurut Joner, upaya pembentukan kelompok belajar ini merupakan langkah yang efektif dalam rangka penan-gan masalah buta aksara di Kota Tebing Tinggi. Kata dia, penanganan buta aksara tidak mudah karena ada beberapa kendala yang membuat proses penanganan ini belum dapat berjalan dengan lancar. “Karena itu kita akan memaksimal-kan pergerakmemaksimal-kan PKBM disetiap kelurahan, sehingga bisa meminimalisir angka warga buta aksara,” ungkap Joner.

Joner menjelaskan bahwa melalui PKBM tersebut, warga akan diberikan kemampuan Keaksaran Dasar dan Keaksaraan Usaha Mandiri. Melalui Keaksaran Dasar terse-but, warga akan diajarkan untuk mampu mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan berhitung untuk meng-komunikasikan teks lisan dan tulisan dengan menggunakan aksara dan angka dalam bahasa Indonesia. Keaksaraan Usaha Mandiri merupakan kemampuan atau keterampilan dasar usaha yang dialtih melalui pembelajaran produktif dan keterampilan bermatapencaharian yang dapat meningkatkan keaksaraan dan penghasilan peserta didik, baik perorangan maupun kelompok sebagai salah satu upaya penguatan keaksaraan sekaligus pengentasan kemiskinan. “Setelah mereka menyelesaikan pendidkan Keaksaraan Dasar dan menerima SUKMA, mereka bisa melanjutkan ke Keaksaraan Usaha Mandiri untuk bekal selanjutnya,”jelasnya.

(Gusvarice Yusya, S.Sos)

ILL

(13)

EKONOMI

Boneka dan mainan anak, masker, alat tulis, kartu permainan, serta bantal berbagai ukuran yang rata-rata ber-gambar atau bercorak aneka karakter kartun dan animasi yang sedang naik daun, mulai Shaun the Sheep, Oscar si kadal hingga karakter klasik lain dari Walt Disney, hampir semua produk tersebut merupakan buatan Cina ” kami pesan dari Jakarta ” Kata A Min seorang pegawai toko serba lima ribu di simpang pasar gambir ” untungnya kecil.tapi kalau banyak yang beli jadi lumayan juga ”ujarnya . enggan mer-inci omzet. produk-produk mainan dan elekronik dari Cina sangat mudah dijual ,kualitas boleh jadi nomor dua,tapi den-gan harga murah, perputaran barang

PRODUK CINA

DI PASAR KITA

dan uang bergerak lebih cepat sesuai dengan tren di pasar.

Lebih Murah

Membanjirnya barang-barang im-por dari Cina menggembirakan bagi para konsumen. Selain menambah pilihan harganya juga terjangkau. Soal kuali-tas Mungkin jadi pertimbangan kedua. Gairah di toko itu begitu kontras dengan kelesuan yang di alami produsen tas lokal mereka justru was-was dan dalam ancaman kebangkrutan akibat derasnya serbuan produk cina di pasar local .bea masuk nol persen yang berlaku sejak awal 2010 sesuai dengan kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-CINA (ACF-TA) ternyata tak diimbangi dengan

kes-iapan produsen lokal untuk bertarung di arena terbuka ”Dampaknya sangat terasa Pak, Produk kita kalah bersaing, bahan baku mereka umumnya pastik yang membutuhkan teknologi tinggi se-hingga proses produksi cepat dan mas-sal, kita kebanyakan bikin produk hand-made” kata Suanto produsen home industry tas di komplek Begawan Indah kelurahan Badak Bejuang. ”Jangankan untuk ekspansi,bisa bertahan saja su-dah syukur Pak” ujarnya .

Produk local lainya yang kewalah-an adalah industry furniture di kelurah-an Bagelen. ” Saat ini Kami mengalami penurunan omzet yang serius, meubel dan lemari produksi kita dijual dengan harga Rp. 400 ribu – Rp. 600 ribu/unit, sebelumnya produk kita bersaing den-gan meubel Olympic yang harden-ganya Rp. 800 ribu/unit, tapi sekarang banyak mebel dari Cina mirip Olympic dijual dengan harga Rp. 400 ribu-600 ribu/unit ” kata Castro seorang pengusaha meu-bel di Kelurahan Bagelen

”Meski perdagangan bebas bukan berarti semua barang di bolehkan be-bas masuk, jika tak dilindungi, usaha kecil di tempat kita akan ludes dan gu-lung tikar” kata tok saragih pengusaha ijuk di kelurahan lubuk raya .” kita tidak siap, Mudah-mudahan pemerintah ber-sikap bijaksana”.Demikian tok Saragih berharap. ( Juanda )

Tawaran harga miring dan beragamnya pilihan produk adalah keung-gulan yang membuat toko di penurunan jalan Sutomo itu tidak pernah sepi. Sebuah boneka beruang berukuran besar yang tengah di gan-drungi misalnya dijual hanya dengan harga Rp.80 ribu, di toko mainan di mal boneka serupa dibandrol tak kurang dari Rp.150.000 “ Kalau beli setengah lusin bisa lebih murah ” ujar seorang pramuniaga di toko itu kepada SINERGI.

PRODUK CINA

DI PASAR KITA

FOTO : SINERGI / RAhMADSy

(14)

JAMINAN KESEHATAN

WARGA MISKIN

Minimnya daya tampung peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) Tahun 2010 – 1012 bagi warga miskin di Kota Tebing Tinggi menuai persoalan penting. Mengatasi kondisi tersebut , melalui program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) , Pemko Tebing Tinggi telah mengalokasikan anggaran sebesar 4.8 Milyar. Terbitnya Peraturan Walikota (PERWA) No : 2 Tahun 2012 tantang JAMKESDA dianggap sebagai wujud kepedulian bagi warga masyarakat, terutama masyarakat miskin yang tidak ter-daftar di JAMKESMAS.

Kenyataan tersebut tidak ditampik oleh Kabid Ja-minan Dan Sarana Kesehatan, Indriati,SE. Menurutnya, Jaminan Kesehatan merupakan hak dasar setiap indi-vidu dan semua warga negara tanpa membedakan ting-kat sosial . Pemerintah dan pemangku terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Diruang kerjanya, Senin (23/3) pekan lalu

menam-bahkan, pemberian jaminan kesehatan telah dilaksana-kan oleh Pemerintah sejak tahun 2005. Istilah JPKMM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin / ASKESKIN kian popular saat itu. Tetapi sejak tahun 2008, program tersebut berubah nama menjadi sistem pelayanan Jaminan Kesehatan yang dikemas da-lam JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat ).

Masih Indri, Database makro yang dimiliki pihak

BAGAIMANA jAMINAN KESEhATAN BAGI wARGA MISKIN yANG BERMUKIM DITEpIAN SUNGAI ?

KESEHATAN

(15)

KESEHATAN

MENDAFTAR

INDRIATI,SE KABID jAMINAN DAN SARANA KESEhATAN DINAS KESEhATAN pEMKO TEBING TINGGI KETIKA MENERIMA pENDAF-TARAN wARGA MISKIN

DARI KELURAhAN LA-LANG MASUK SEBAGAI

pESERTA jAMKESDA TAhUN 2012

HAK PESERTA JAMKESDA KEWAJIBAN PESERTA JAMKESDA

Peserta berhak atas pe-layanan kesehatan difasilitas kesehatan dasar sesuai ke-tentuan yang berlaku ;

Peserta wajib membawa kartu JAMKESDA setiap akan berobat

Setiap peserta berhak mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit dan perawatannya ; dan

Setiap Peserta Wajib Mema-tuhi Peraturan Penggunaan Kartu JAMKESDA ; dan

Peserta jamkesda berhak memberikan informasi kelu-han kepada pelayanan kepe-da pengelola jamkeskepe-da

Setiap peserta yang lang-sung berobat pada pelayan-an rujukpelayan-an tpelayan-anpa dilakukpelayan-an rujukan oleh fasilitas kes-ehatan dasar, peserta wajib membayar seluruh biaya berobat tersebut

BPS (Badan Pusat Statistik ) tahun 2005 dengan sistem by name by address oleh walikota / Bupati Tahun 2008 menjadi tolak ukur Pemerintah untuk menetukan jum-lah kepesertaan JAMKESMAS. Keterbatasan anggaran dinilai penyebab minimnya masyarakat yang tertampung sebagai peserta JAMKESMAS. Saat itu diharapkan, se-luruh Pemerintah Kabupaten/Kota dapat membuat pro-gram yang sama dengan istilah JAMKESDA ( Jaminan Kesehatan Daerah ).” Peserta JAMKESMAS Kota Tebing Tinggi jumlahnya mencapai 23.919 jiwa, jumlah ini masih harus ditambah ”pintanya.

Progam pemberian jaminan tersebut merupakan program pelayanan public yang menjadi prioritas kerja duet kepemimpinan Walikota Tebing Tinggi Ir.Umar

Zu-naedi Hasibuan MM dan Wakil Walikota H.Irham Taufik

SH.MAP. Wujud keseriusan tersebut terbukti dengan pengalokasian anggaran sebesar 4.8 Milyar bagi Pem-berian Jaminan Kesehatan bagi warga miskin .”berbasis keseimbangan anggaran sebesar 4.8 Milyar dari APBD Tahun 2012 , kami telah menerima peserta JAMKESDA sebanyak 40.000 orang peserta”jelas Indri

Namun pihaknya mengakui terus melakukan pe-nyempurnaan terhadap program dimaksud. Tingginya laju tingkat kemiskinan masyarakat merupakan tantan-gan penting bagi instansi tersebut untuk mewujudkan bentuk pelayanan maksimal sebagai abdi masyarakat. “ kuota peserta JAMKESDA tahun 2011-2012 sebanyak 40.000 telah terpenuhi,dan terdaftar sebagai peserta JAMKESDA , “tambahnya

Wanita ini optimis, bahwa Perwa baru tersebut da-pat mengayomi kebutuhan kesehatan bagi warga mis-kin. Melalui JAMKESDA diharapkan, program ini dapat memberikan kontribusi untuk menambah umur harapan

hidup untuk warga kota Tebing Tinggi. Disamping itu, wujud pelaksanaan pelayanan maksimal dapat terbantu dengan adanya peran serta aktif,dari pihak Puskes-mas serta jaringan lainnya berupa balai balai kesehatan, Rumah Sakit, serta organisasi kemasyarakatan..” Kami menghimbau kepada pihak tersebut agar memberikan pelayanan prima kepada masyarakat terlebih warga yang memiliki kartu Peserta JAMKESMAS maupun JAMKES-DA atau bentuk Pelayanan Jaminan Miskin lainnya” pin-tanya. (Rahmadsyah)

HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA JAMKESDA

(16)

LINGKUNGAN HIDUP

SALAh SATU DAMpAK pERUBAhAN IKLIM

Dengan tubuh penuh peluh, Faras (3 bulan) menangis keras siang itu. Meski pintu depan dan bela-kang rumahnya terbuka lebar ia tetap merasa tidak nyaman

den-gan cuaca panas yang mendera rumah tak berplafon itu.

Neneng (26), ibu si bayi mengeluh-kan cuaca tidak bersahabat yang sering terjadi belakangan ini. ”Kalau sedang panas cuacanya panas sekali, sampai menyengat. Tapi tiba-tiba bisa hujan yang sangat deras,” ujarnya.

Menurutnya, beberapa tahun lalu iklim bisa diprediksi. Kalau bulan yang berakhiran ’ber’, mulai dari Septem-ber hingga DesemSeptem-ber biasanya musim hujan. Sedangkan mulai bulan Januari hingga Agustus, lanjut ibu tiga anak itu, biasanya musim panas. Namun, saat ini iklim telah jauh berubah.

Perubahan iklim memang bukan merupakan isu baru, dampak dari anomali cuaca juga sudah mulai dira-sakan oleh semua bangsa di dunia. Banjir, kekeringan, timbulnya penya-kit, gagal panen, merupakan beberapa di antara dampak akibat perubahan iklim.

Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Tebing Tinggi Idam Khalid, SKM, M.Kes menuturkan, berdasarkan Hasil kajian IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) perubahan iklim global terjadi karena atmosfer bumi dipenuhi oleh gas rumah kaca (GRK), seperti karbondioksida dan metana, yang dihasilkan oleh manu-sia. Artinya, aktivitas manusia turut berperan penting terhadap perubahan iklim saat ini.

”Penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batubara, gas dan minyak bumi merupakan salah satu pemicunya. Kalau di Tebing Tinggi sendiri penyumbangnya adalah asap kenderaan bermotor dan pabrik yang ada di kota ini dan sekitarnya,” jelasnya.

BERSAMA

HADAPI DAMPAK

PERUBAHAN IKLIM

Menurut Bapak tiga anak ini, Iklim di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan

telah meningkat sekiitar 0,3฀ C sejak

1900 dengan suhu tahun 1990-an meru-pakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun

ter-hangat, hampir 1฀C di atas rata-rata

tahun 1961-1990.

”Kenaikan kehangatan dari tahun 1960-hingga 2100 diprediksi akan

men-ingkat sebesar 1,1 – 6,4 ฀C. Selain itu,

curah hujan tahunan juga telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah In-donesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi terjadi selama periode Desem-ber- Februari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun,” tuturnya

Dikatakan Idam, pengurangan emi-si gas rumah kaca yang emi-sistematis dapat mencegah perubahan iklim, yang dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah kepada ekosistem dunia dan pen-duduk yang tinggal di dalamnya.

”Berbagai hal dapat dilakukan un-tuk mengatasi perubahan iklim tersebut. Dari sisi masyarakat, gerakan menanam pohon, mengurangi pemakaian kend-araan bermotor melalui gerakan sepe-da (bike to work), pemisahan sampah di rumah tangga dan kegiatan lainnya setidaknya merupakan upaya nyata un-tuk menjawab tantangan perubahan iklim,” imbuh beliau.

KLH sendiri, jelas Idham, selaku SKPD yang menangani masalah pe-rubahan iklim di Kota Tebing Tinggi memiliki beberapa program yang intinya berbasis pada penghijauan dan pengelo-laan sampah dengan prinsip 3 R; reuse, reduce dan recycle. seperti pembuatan

taman hijau, penanaman pohon dan hu-tan kota.

Untuk taman hijau, pada tahun 2011 telah dilakukan di 5 sekolah dan 2 kelurahan. Sedangkan pada tahun 2012 ditargetkan ada penambahan menjadi tujuh sekolah. Sasaran pem-buatan taman kota adalah Sekolah Adiwiyata yakni sekolah yang berwa-wasan lingkungan.

”Untuk hutan kota, saat ini sedang dirintis. Agak sulit juga mencari lahan seluas satu hektar di Tebing Tinggi untuk dijadikan hutan kota. Sebab syarat untuk pembuatan hutan kota adalah lahan se-luas satu hektar,” ungkapnya.

Menurut Idam, berdasarkan Un-dang-Undang No 26 Tahun 2007, setiap wilayah harus memiliki ruang terbuka hijau sebanyak 30 %. Di Tebing Tinggi sendiri sebenarnya aturan tersebut masih terpenuhi karena masih banyak lahan tidur dan sawah. Tetapi hanya tersebar di pinggiran kota saja.

Selain dari masyarakat dan pemer-intah, perusahaan swasta di Kota Tebing Tinggi juga telah berperan aktif dalam mengurangi dampak perubahan iklim dengan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility ) dalam mendukung pen-gurangan emisi gas rumah kaca melalui berbagai pameran dan langkah-langkah konkret lainnya.

”Kami berharap perubahan Iklim tidak hanya menjadi wacana, namun perlu upaya nyata dan konsisten agar kita benar-benar siap menghadapi pe-rubahan iklim. Semoga gerakan antisi-pasi perubahan iklim bisa menjadi gera-kan bagi semua masyarakat,” harapnya.

( Ulfa Andriani, S. Sos )

FOTO : SINERGI /jAINI pURBA

(17)

WANITA

“Pertarungan”

MINIMARKET & PASAR TRADISIONAL

DEWASA INI TELAH TERJADI REVOLUSI MINIRMARKET GLOBAL YANG

MERAMBAH DIBERBAGAI DAERAH. TIDAK HANYA DI KOTA-KOTA BESAR, GEJALA

INI SUDAH MEMASUKI KOTA-KOTA KECIL, TERMASUK TEBING TINGGI. KEADAAN

INI MENIMBULKAN PERTANYAAN BARU, APAKAH PASAR TRADISIONAL AKAN

TETAP EKSIS DI TENGAH MUNCULNYA PULUHAN MINIMARKET ATAU PASAR

MODERN SAMPAI KE KOTA-KOTA KECIL?

SEoRANg IBU RUMAH TANggA SEDANg BERBELANJA DISALAH SATU SENTRA PASAR TRADISIoNAL

FOTO : SINERGI / RAhMADSyAh

“Pertarungan”

(18)

Pesatnya pembangunan mini-market tersebut termasuk di Tebing Tinggi didukung oleh respon positif dari masyarakat yang membutuhkan suatu fasilitas perdagangan, yang dapat me-layani berbagai kebutuhan dalam sekali jalan. Selain itu, segala kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanjapun da-pat dipenuhi oleh minimarket. Hal inilah yang memicu trend perubahan perilaku belanja masyarakat dari pasar tradision-al ke pasar modern. Aptradision-alagi minimarket mempunyai range komoditas yang begi-tu luas mulai dari kebubegi-tuhan sehari-hari hingga barang elektronik.

Untuk mengetahui jawabannya, perlu dilakukan sebuah kajian yang men-dalam dan komprehensif, namun penulis ingin melakukan kajian sederhana be-rangkat dari perbedaan yang sebenarnya dirasakan para konsumen utama, yaitu wanita khususnya ibu rumah tangga yang bersentuhan langsung.

Astuti (27), ibu rumah tangga yang bekerja di sebuah instansi pemerintah ini mengaku memilih untuk belanja di minimarket dibandingkan menghabis-kan waktu berlama-lama di pasar tradis-ional. Kesibukannya sehari-hari sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga me-maksanya untuk bisa membagi waktu sebaik mungkin. ”Belanja di minimarket lebih menghemat waktu dan efesien, saya tidak perlu menghabiskan waktu untuk berkeliling mencari apa yang dibutuhkan,”ungkapnya saat ditemui sedang belanja di sebuah minimarket di kawasan Jalan Sutoyo Tebing Tinggi.

Menurut ibu satu anak ini, selain faktor efesien waktu, kecepatan dan kebersihan, keamanan serta lebih ber-gengsi menjadi deretan alasan mengapa kebanyakan para ibu muda lebih me-nyukai berbelanja di minimarket diband-ingkan dengan toko kelontong pasar tradisional. Karena, manajeman di Mini-market terkelola dengan sistem yang te-lah dibuat dengan sedemikian rupa dan karyawan yang bekerja dengan bagian yang telah ditentukan. Selain itu, dalam pasar modern, konsumen tidak perlu diperhadapkan dengan kebingungan berapa harga dari setiap produk yang ingin dia beli karena harga telah dicantu-mkan dalam setiap produk yang mereka tawarkan. ”Karena saya tidak tahu

har-WANITA

ga, saya tidak perlu khawatir harga yang mahal karena masing-masing barang sudah ada harganya,”lanjutnya.

Hal yang senada diungkapkan juga Yayan (32) warga Jl. Deblod Sundoro ini. Dia dan keluarganya lebih sering belanja di minimarket dibandingkan di pasar tra-disional. Faktor keamanan adalah alasan utama membuat ibu dua anak ini memi-lih untuk belanja di minimarket. Selepas jam kantor, ia sering mengajak kedua anaknya untuk membeli barang kebutu-han sehari-hari ke minimarket terdekat seraya mengajarkan kedua anaknya memilih kebutuhan masing-masing. ”Keamanan merupakan indikator pent-ing dan sebagai salah satu penunjang sisi pelayanan. Di dalam pasar modern kita dapat melihat petugas kemanan yangg berjaga-jaga mulai dari minimar-ket dibuka sampai ditutup kembali. Hal ini membuat konsumen merasa aman dalam berbelanja, hingga di hari-hari berikutnya konsumen akan terus merasa tertarik untuk berbelanja,” ujarnya.

Namun, diakuinya keberadaan minimarket tidak semata-mata bisa memenuhi semua kebutuhannya. Ia tetap saja harus ke pasar tradisional un-tuk membeli beberapa kebutuhan lain-nya yang tidak bisa ditemukan di pasar modern. ”Meski lengkap dan banyak pi-lihan , minimarket hanya pelengkap. Ada beberapa keperluan rumahtangga yang tidak bisa kita temukan di pasar mod-ern,” ungkapYayan.

Hingga saat ini, salah satu yang menjadi daya tarik bagi pasar tradisional yaitu harga yang “sedikit lebih murah” dibandingkan dengan pasar modern. Sehingga pangsa pasar tradisional be-rasal dari semua golongan masyarakat.. Umumnya, Masyarakat dari golongan menengah yang sampai saat ini masih bertahan untuk berbelanja di pasar tra-disional. Alasan harga dan banyaknya pilihan barang menjadi pertimbangan para ibu rumah tangga untuk belanja di pasar tradisional.

Memang, tidak bisa dipungkiri, jika komoditi yang diperdagangkan dalam pasar tradisional memiliki banyak jenis. Sehingga sesuatu produk yang dibu-tuhkan oleh pembeli tersedia dalam berbagai jenis dan varians. Tidak jarang masyarakat untuk mencari suatu produk

atau barang tertentu yang menjadi tu-juan mereka yaitu ke pasar tradisional. Selain itu, harga suatu produk tidak di-cantumkan dalam kemasan produk atau barang sehingga antara penjual dan pembeli atau konsumen terjadi interaksi tawar-menawar dalam menjual dan membeli suatu produk untuk mencapai kesepakatan harga yang diinginkan ked-ua belah pihak. Atau antara lain antara pihak penjual dan pembeli sama-sama tidak dirugikan.

Salah satunya, Yuniwati (35) warga Kelurahan Pasar Gambir ini mengaku untuk kebutuhan sayur, buah, ikan, dan kebutuhan dapur lainnya ia lebih memi-lih untuk belanja di pasar trasional. Bu-kan hanya masalah harga, banyaknya pilihanpun menjadi pertimbangan uta-ma. ”Selain bisa tawar-menawar ses-uai dengan kemampuan, saya juga bisa memilih jenis dan kualitas barang yang saya inginkan. Tak jarang sering terjadi hubungan silaturahmi baru, ketika kita tawar-menawar harga,” ujar Ibu empat anak yang ditemui saat belanja di Pasar Gambir.

Tidak hanya itu, pasar tradisional merupakan suatu pasar yang memi-liki lokasi pasar yang strategis karena biasanya berada di dekat pemukiman penduduk. Lokasi yang berada di dekat pemukiman penduduk merupakan un-sur yang sangat penting karena lokasi

menentukan keefektifan dan keefisienan

suatu aktivitas atau dengan kata lain ja-rak merupakan hal vital dalam penen-tuan suatu lokasi pasar. ”Lebih dekat dari rumah-rumah, jadi lebih efesien, waktu efektif,” ujar wanita yang bekerja di sebuah perusahaan swasta ini.

(19)

HUKUM

Lalu bagaimana pemerintah daerah menanggapi terbitnya PP No.33/ 2012 ini. Kepala Kantor Pemberdayaan Perem-puan, Anak dan Keluarga Berencana Kota Tebing Tinggi Drg. Dina Kamarina ketika ditemui Sinergi menanggapi positif terbit-nya aturan ini.

“Saat ini Tebing Tinggi merupakan salah satu rintisan kota layak anak. Sebab itu terbitnya aturan ini merupakan kabar baik untuk mendukung pemenuhan hak-hak anak,” jelasnya.

Menurut Dina, salah satu cara untuk menguatkan PP tersebut adalah dengan penerbitan Peraturan Daerah (perda) yang mengatur secara detail tentang ASI eksklusif sehingga tidak ada kendala ke-tika dijalankan didaerah.

“Semua pihak harus mendukung ibu menyusui. Tenaga kesehatan dan

fasili-tas kesehatan wajib melakukan inisiasi

menyusui dini. Salah satunya

dengan men-empatkan ibu

dan bayi dalam satu ruangan. Untuk

men-gatur ini

Dorong Penerbitan

Perda ASI Eksklusif

beberapa waktu lalu, Peraturan Pemerintah tentang pemberian air susu ibu eksklusif telah disahkan. terbitnya peraturan ini merupakan jaminan pemenuhan hak bayi dan perlindungan ibu menyusui serta meningkatkan peran keluarga, masyarakat dalam pemberian aSi eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan.

semua maka harusnya ada Perda sendiri yang diterbitkan,” ujarnya.

Dengan terbitnya Perda ASI,lanjut beliau, bisa diatur mengenai kewajiban dan sangsi . Apalagi adanya keharusan tentang penyediaan ruang menyusui di tempat kerja dan fasilitas umum serta pembatasan susu formula.

Sementara itu, Anggota Komisi I

DPRD Kota Tebing Tinggi Zulfikar menga -takan, ASI eksklusif merupakan hal yang sangat penting karena berhubungan den-gan tumbuh kembang anak yang nanti-nya akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa ini.

“Pemberian ASI eksklusif bukan hanya sekedar masalah norma dan ke-butuhan saja tetapi masalah masa depan bangsa ini. Anak yang dapat bertumbuh kembang dengan baik merupakan jami-nan untuk terciptanya pemimpin berkual-itas dimasa depan,” ujarnya.

Sebab itu, Zulfikar berjanji akan ses -egara mungkin mendorong terbentuknya Perda tentang ASI eksklusif ini. “Secepat-nya kami akan membicarakan tentang pembentukan perda ini. Karena selain so-sialisasi, memang diperlukan suatu

regu-lasi yang lebih spesifik,” imbuhnya.

“Dengan adanya aturan maka dapat dibuat aturan dan sanksi bagi yang tidak menyedikan atau mendukung pemberian ASI eksklusif. Karena selain

pemerin-tah, pihak swasta juga harus turut mendukung karyawannya dalam memberikan ASI eksklusif,”

jelas politisi PKS ini.

Pada Perda tersebut juga dapat diatur mengenai

sanksi yang dapat diberi-kan kepada tenaga kes-ehatan dan pengelola

fasilitas kesehatan yang tak berpihak pada kepentingan ibu dan memisahkan ruang perawatan ibu dan anak.

Sementara itu, Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, Slamet Riyadi Yuwono sep-erti yang di kutip di Kompas mengatakan bahwa sebagai langkah awal terbitnya PP, pemerintah akan membangun ruang menyusui yang dilengkapi fasilitas meny-impan ASI di kantor pemerintah di 42 ka-bupaten/kota pada 10 provinsi.

Kantor yang diutamakan adalah kan-tor pemrintha daerah, dinas kesehatan dan pouskesmas. Program lalu dikem-bangkan ke daerah dan fasilitas umum lain seperti terminal, tempat rekreasi, dan pusat perbelanjaan. Perusahaan swasta juga wajib memberikan kesempatan ke-pada ibu untuk atau memerah ASI.

Sementara itu, Konselor Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Sumut Heri Firdaus menuturkan, pemberian ASI di-anjurkan bagi bayi karena memberikan keuntungan yang unik. Bayi yang diberi-kan ASI setidaknya selama 6 bulan memi-liki penurunan resiko terhadap berbagai penyakit akut maupun kronis. Sebab ASI berisi antibodi bakteri dan virus.

Selain itu, lanjutnya, anak yang diberikan ASI secara penuh selama 6 bulan atau lebih memiliki kecenderun-gan untuk memperoleh perkembankecenderun-gan mental yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek dari ASI kemungkinan melindungi anak atau remaja dari kelebihan berat badan. ASI dari ibu yang dietnya cukup imbang dan bergizi akan memasok nutrisi yang san-gat diperlukan bayi.

“Menyusui juga sangat berman-faat bagi psikologis ibu maupun bayi dan memberikan pengalaman yang memuaskan bagi keduanya. Ibu yang secara pribadi terlibat dalam pengasu-han bayinya akan memperbesar peras-aan berbahagia dan prestasi sebagai ibu yang baik. Bayi diberikan kedekatan

hubungan fisik dengan ibu yang baik dan

menyenangkan. Menyusui memberikan tambahan kesempatan untuk berkontak rasa yang erat antara ibu dan bayinya,” tuturnya.

(Ulfa Andriani, S. Sos)

DRg DINA KAMARINAL KAKAN pEMBERDAyAN pEREMpUAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA (KppAKB) pEMKO TEBING TINGGI

(20)

PARLEMENTARIA

MANFAAT RESES

Menurut Bapak, Bagaimana bentuk pertanggung jawaban moral dan politis anggota DPRD kepada pemilih dan daerah pemilihannya sesuai amanat uu no 12 pasal 81h tahun 2003.

Harus mampu menjadi andalan konstituen dalam meny-alurkan aspirasi.jika tidak, konsekuensinya tentu tidak akan mendapat dukungan lagi pada pemilihan mendatang,yang tidak mampu menjalankan amanah sebaiknya tidak men-calonkan lagi.

Apa yang di maksud dengan RESES dan bagaimana partisipasi masyarakat?

Sebagai wakil rakyat ada banyak cara menjaga komu-nikasi politik dengan para pemilihnya, salah satunya adalah reses. Bagi setiap (DPRD dan DPR) termasuk DPRD Kota Tebing Tingi, reses merupakan salah satu kegiatan untuk bertemu kembali dengan pemilihnya di daerah pemilihan-nya masing-masing, reses bertujuan menjaring aspirasi masyarakat dan menyampaikan pertanggung jawaban atas tugas dan wewenang sebagai wakil rakyat. Diskusi atau dia-log diadakan di kelurahan atau kecamatan dengan mengun-dang masyarakat.

Apa faktor penghambat komunikasi politik antara anggota DPRD Tebing Tinggi dengan konsituen di daerah pemilihannya pada masa reses?

Hampir tidak ditemukan hambatan komunikasi antara anggota DPRD dengan konsituen dalam moment RESES

Bagaimana proses yang harus dilalui oleh sebuah as-pirasi masyarakat untuk menjadi kebijakan?

Pada masa reses ada beberapa hal yang menjadi topic pembahasan, diantaranya kinerja Pemko Tebing Tinggi ten-tang pelayanan publik, pendidikan, kesehatan, perekono-mian, dan kesehatan termasuk aspek pembangunan yang dirasakan langsung oleh masyarakat.

Setelah selesai mendengar dan menampung aspirasi rakyat didaerah pemilihan, membuat laporan hasil reses. Untuk melengkapi hasil reses dari daerah pemilihan lainnya, mengadakan rapat paripurna, dalam paripurna ini, DPRD Kota Tebing Tingi mengundang Walikota beserta seluruh SKPD untuk mendengar temuan, keluhan, masukan dan problem lain yang muncul saat reses.

Banyaknya aspirasi yang muncul ketika reses,apakah waktu yang terbatas menjadi kendala ?

Waktu yang tersedia sudah cukup ideal

Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa ber-temu masyarakat membawa bantuan tunai secara lang-sung, Bagaimana bapak menyikapi hal tersebut?

Itu merupakan hal yang lumrah, setelah berhasil men-dukung calonnya untuk menjadi wakil rakyat, sekarang saat-nya memberikan kontribusi.***

“PERTANGGUNGJAWABAN

MORAL DAN POLITIS”

WAWANCARA MAJALAH SINERGI DENGAN BAPAK MACHYAN ZUHRI EFFENDI SEKRETARIS FRAKSI PARTAI GOLKAR KOTA TEBING TINGGI

FOTO : SINERGI / RAhMADSy

(21)

PARLEMENTARIA

“ Aspirasi Yang Tidak

Ditindaklanjuti Bisa

Jadi Bumerang”

WAWANCARA MAJALAH SINERGI DENGAN Ir. ALENDSUDDIN PURBA WAKIL KETUA FRAKSI BERSATU KOTA TEBING TINGGI

SINERGI : Menurut Bapak, Bagaimana komunikasi politik yang harus dilalui oleh aspirasi masyarakat agar menjadi sebuah kebijakan?

“Komunikasi yang dilakukan dengan konstituen berupa dialog. mengadakan pertukaran informasi secara langsung dengan tatap muka, sehingga aspirasi yang didapat merupa-kan aspirasi langsung yang diterima oleh . Dalam dialog tema yang diangkat seputar tentang pembangunan. Masyarakat menginginkan hasil dari pertemuan reses itu adalah sebuah kebijakan tentang persoalan yang mereka hadapi.”

Dalam melakukan komunikasi politik untuk mendap-atkan masukan dari masyarakat, anggota DPRD memerlu-kan dukungan dari masyarakat itu sendiri. Anggota DPRD harus terbuka kepada masyarakat tentang bagaimana mer-eka menjalankan masukan dari masyarakat. Tidak semua masukan dapat diteruskan menjadi sebuah kebijakan. Hal ini yang perlu ditekankan kepada masyarakat, agar masyarakat tidak merasa selalu dijanjikan kepentingannya untuk dire-alisasikan. Dalam melakukan komunikasi sebagai bagian dari cara mendapatkan informasi yang baik dari masyarakat, anggota DPRD harus melakukannya secara langsung. Tan-pa perantara dalam mendaTan-patkan informasi langsung dari masyarakat dapat memberikan masukan yang betul-betul merupakan keinginan dari masyarakat. Komunikasi inter-pesonal merupakan bentukan dari hubungan satu kepada satu. Kegiatannya meliputi dialog dan tatap muka antara anggota DPRD dengan konstituennya. Dialog dan tatap muka merupakan bentuk komunikasi yang efektif karena bisa ber-langsung timbal balik dan setiap pelaku komunikasi tersebut bisa leluasa menyampaikan ide-ide, dan keinginan-keingi-nan mereka tanpa dibatasi oleh jarak. Anggota DPRD akan mendapatkan hasil yang maksimal dari percakapan lang-sung dengan konstituennya. Konstituennya dapat dengan leluasa menyampaikan apa yang mereka inginkan, dengan tidak ada rasa takut akan penyampaian aspirasinya. Tatap muka dan dialog antara anggota DPRD .

Selain masa reses untuk bertemu dengan konstituen, ada masa Musrenbang (Musyawarah Rencana

Pembangu-nan) baik di tingkat Kelurahan, Kecamatan, maupun pada tingkat kota. Setelah mendapatkan aspirasi pada saat reses, akan mengawal aspirasi masyarakat pada tingkat Musren-bang. akan dilibatkan pada Musrenbang Kelurahan, Keca-matan, dan tingkat kota. Aspirasi masyarakat akan dibahas pada tingkat Musrenbang yang kemudian akan dilanjutkan oleh Panitia Anggaran Eksekutif dan Legislatif yang akan dibahas menjadi RAPBD (Rancangan Anggaran Perbelan-jaan Belanja Daerah) yang kemudian akan menghasilkan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Pada tahap-tahap inilah peran untuk mengawal aspirasi masyarakat agar tidak dikesampingkan oleh pembuat kebijakan di ting-kat Eksekutif.

Perjalanan aspirasi terseok-seok,kita tentunya sangat berharap pihak eksekutif dapat benar-benar menyahuti, menindak lanjuti aspirasi masayrakat yang telah di himpun melalui reses, jika tidak di realisasikan tentunya hal ini akan menjadi bumerang, bagi itu, pada pertemuan kembali den-gan konsituen di lain waktu kita bisa mendapat masalah.

Banyak kritikan yang ditujukan kepada karena dinilai tidak tanggap dengan aspirasi masyarakat. Rakyat meng-kritik secara langsung dengan harapan agar mau bertang-gungjawab dengan rakyat. Ketika melakukan kunjungan ke lapangan merupakan momen yang tepat bagi rakyat untuk melakukan kritik secara langsung tentang kinerja yang me-wakili mereka di Legislatif. (Juanda)

FOTO : SINERGI / RAhMADSy

(22)

AGAMA

Paling tidak hipotesis yang bisa dikemukakan, semakin baik PNS melaksanakan sholatnya, maka se-makin kecil kemungkinannya melaku-kan kejahatan atas nama jabatan, seperti perkara KKN (korupsi, kolusi, nepotisme). Postulat dari hipotesis itu, diinspirasi oleh Q.s. Al Ankabut :14 yang secara eksplisit memberikan jaminan mampu mencegah orang-orang yang sholat (mushallin) dari perbuatan keji dan munkar.

Bagi PNS (Islam), ada dua waktu sholat yang bisa jadi indikator menilai PNS melaksanakan ibadah atau tidak, selama mereka bekerja. Yakni sholat Zhuhur dan Ashar. Andai saja jumlah PNS yang sholat sebanyak jemaah

FOTO : DOK. SINERGI

JIKA JAMAAH ZHUHUR PNS

SEBANYAK

SHOLAT JUM’AT

, NISCAYA

Jum’at, niscaya akan berkurang ka-sus KKN di kalangan PNS. “Mungkin asumsi ini naif, tapi harus ada upaya pendekatan agama dalam memini-malisir perilaku negatif PNS,” ujar staf di Bagian Humas PP.

Namun, fakta yang muncul, kedua waktu sholat itu seringkali diabaikan penegakannya di kalangan PNS. Pal-ing tidak kasus itu ditemukan di jajaran birokrasi Pemko Tebing Tinggi.

Ketua I Majelis Ulama Indonesia Kota Tebing Tinggi Drs.H.Nizar Rang-kuti, saat diajak berbincang, Medio kedua Februari, mengatakan setuju jika, ada instruksi Walikota agar PNS beragama Islam melaksanakan zhuhur berjama’ah. “Jika instruksi itu ada, jelas

sesuai dengan visi dan misi Walikota, menjadikan Tebing Tinggi sebagai kota beriman dan bertaqwa,” tegas Nizar Rangkuti.

Namun, pelaksanaan zhuhur ber-jamaah sebagai gagasan, harus terlebih dahulu memikirkan berbagai aspek pendukung, di antaranya sarana iba-dah berupa mushalla di setiap SKPD, ” terang Ketua PHBI itu.

Ternyata, dari data berhasil di-himpun, hanya ada sejumlah SKPD yang memiliki mushalla representatif. Yakni Sekretariat Pemko Tebing Tinggi, Badan Kesbangpol dan Linmas, Di-nas Pendidikan, RSUD dr.H.Kumpulan Pane, Dinas Kesehatan dan Bappeda. Selebihnya, sama sekali tidak memiliki mushalla. “Kebanyakan cuma sholat di ruangan masing-masing,” ujar seorang staf salah satu dinas di komplek Jln. Gunung Leuser.

“Kalau itu tak usah gusar, bisa diberdayakan BAZDA Kota Tebing Ttinggi untuk memfasilitasi mushalla ibadah yang dilakukan pegawai negeri sipil, selama ini hanya dipandang

(23)

AGAMA

di setiap kantor SKPD,” ungkap mantan Sekwan yang dikenal ustadz itu. Alasan-nya, sebagian besar infaq dan sedekah BAZDA berasal dari PNS. Sehingga tidak masalah, jika dana umat itu men-dukung gagasan zhuhur berjamaah.

Selain itu, perlu juga diberikan ketentuan khusus kepada PNS wan-ita soal mode pakaian mereka. “Saya mengusulkan agr PNS muslimah, se-lain memakai jilbab, juga mengguna-kan celana panjang dengan pakaian yang dalam, sehingga lebih praktis, jika melaksanakan sholat,” usul Nizar. Di samping, menyarankan pula mengin-tensifkan pengajian PNS dengan kuri-kulum terukur.

Gagasan Zhuhur berjamaah,

ternyata disambut baik PNS, mulai dari tingkat bawah hingga atas. Staf ADC Walikota Tebing Tinggi Nurmala, men-gatakan setuju, jika Walikota membuat instruksi agar PNS sholat Zhuhur se-cara berjamaah. “Sholat itu kan hak seseorang. Jadi awalnya terpaksa, tapi jika ada instruksi akan mendorong PNS untuk melakukannya dan lama-lama jadi kebiasaan,” terangnya. Hal senada disampaikan Tapip Sunarjo, staf Bagian Umum, yang memandang tak ada masalah, jika memang ada instruksi Walikota. “Meski awalnya terpaksa, tapi lama-lama jadi ikhlas. Harus ada pros-es belajar,” tegas Tapip.

Sedikit berbeda disampaikan KTU Bagian Umum Agusmanto yang

mengingatkan jam istirahat biasanya digunakan PNS untuk pulang makan siang dan mengurus urusan keluar-ga. Misalnya menjemput anak pulang sekolah.

Sedangkan Effendi memandang gagasan Zhuhur berjamaah itu bagus dan bisa dilaksanakan. Dia, mengaku sepanjang 32 tahun menjadi PNS di Pemko Tebing Tinggi, belum pernah ter-dengar adanya gagasan melaksanakan hal semacam itu. Lalu, jika semuanya setuju soal gagasan ini, semestinya Walikota Tebing Tinggi Ir.H.Umar Zun-aidi Hasibuan, MM, bisa merencanakan gerakan zholat Zhuhur berjamaah itu, dari sekarang. Tunggu apa lagi..!

(Abdul Khalik)

BREAKING NEWS

Penurunan moral dan keimanan serta ketaqwaan para remaja semakin memprihatinkan. Mengantisipasi kon-disi tersebut, peran serta orang tua sangat dibutuhkan agar dapat menga-rahkan sang generasi penerus bangsa

dalam pergaulan sehari hari.

Demikian kata sambutan Wakil

Walikota Tebing Tinggi H. Irham Taufik

SH.MAP ketika usai melakukan pele-takan batu pertama pembangunan Masjid Al Mukhlisin di Kelurahan

Tan-jung Marulak, Kecamatan Rambutan Rabu (21/3) pekan lalu.

Alasan tersebut terbukti dari banyaknya remaja yang terjerat kasus penyalagunaan narkotika yang jum-lahnya mencapai 100 orang remaja. Dinilai angka tersebut mendominasi dari jumlah narapidana dengan jum-lah keseluruhan mencapai 520 an orang. Bahkan 11 diantaranya adalah kaum hawa, termasuk seorang nenek yang kini menjalani proses hukum di Lapas akibat terjerat narkoba.

”Inilah gambaran nyata, betapa sangat dibutuhkannya peran serta kita semua dan terutama para orang tua untuk memantau dan membina serta mengarahkan anak anak da-lam bergaul. jangan sampai terjebak dlm pengaruh narkoba, untuk itu sangat perlu remaja kita di tanam-kan landasan Agama yg kokoh un-tuk membentenginya. Dan masjid salah satu tempat untuk pembinaan IMTAQ kita, selain rumah juga ber-peran aktif,” Ungkap Wako sembari mengucapkan terima kasihnya ke-pada Panitia Pelaksana Pembangu-nan masjid siang itu.

(Redaksi )

DIPERLUKAN PERAN SERTA ORANG

TUA DALAM MENDIDIK ANAK

(24)

Bidik Pemko

(25)

Gambar

gambar atau bercorak aneka karakter

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi akademik mahasiswa dengan nilai progress test pada mahasiswa Progam Studi Kedokteran, Universitas

terdakwa kepada saksi Siti Zainab semakin membuat Saksi Siti Zainab merasa ketakutan, kemudian terdakwa merasa kesal karena tidak diberikan Nomor Handphone Saksi Nur

Bank Pembangunan Daerah (BPD) merupakan salah satu kelompok bank yang turut berperan dalam menggerak- kan perekonomian daerah. Oleh karena itu, BPD diharapkan dapat mengoptimal-

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 Qanun Kabupaten Bireuen Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Bireuen sebagimana telah

Dalam Pasal 43 ayat (1) dinyatakan bahwa LKS-PWU atas nama Nazhir mendaftarkan wakaf uang kepada Menteri paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterbitkannya

Dalam proses pemilihan kartu Handphone Global System for Mobile (HP GSM) digunakan beberapa kriteria yaitu : jaringan, tarif telepon sesama operator, tarif telepon ke

yang berlaku di Pasar Modal, Nasabah dengan ini mengakui dan menyetujui untuk membuka rekening atas nama Nasabah pada Paramitra untuk kepentingan kegiatan

Kartun yang membawa pesan kritik sosial yang muncul di setiap penerbitan majalah adalah political cartoon (kartun politik) atau editorial cartoon (kartun editorial),