• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan Di Yayasan Puan Amal Hayati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan Di Yayasan Puan Amal Hayati"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

Sekripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh:

Abdaue Azizah

109051000177

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Hak-hak Perempuan di Yayasan Puan Amal Hayati. Dibimbing oleh Drs. Jumroni M.Si

Aktivitas dakwah adalah kegiatan, dan proses berkesinambungan yang di tangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk kejalan Allah SWT menuju kehidupan Islami. Oleh karena itu sangat penting untuk kemaslahatan umat. Disatu sisi, saat ini banyak pendakwah yang bermunculan dari kalangan wanita. Di sisi lain, tak banyak juga kaum wanita yang hanya bekerja dirumah tidak memiliki kebebasan. Sehingga banyaknya diskriminasi yang terjadi oleh kaum wanita karena hak-hak mereka tidak terpenuhi.

Berdasarkan konteks di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana bentuk aktivitas dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan? Dan langkah-langkah apa saja yang dilakukan Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan

Hak-hak perempuan, merupakan suatu kepemilikan atau pembelaan terhadap perempuan yang harus dipertahankan dan di perjuangkan di bawah perlindungan hukum. Dimana kerap terjadi ketidak adilan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan yang terjadi di keluarga maupun masyarakat. Hal ini perlu adanya perhatian penuh untuk para aktivis dakwah terhadap hak-hak perempuan, sehingga tingkat kekerasan yang terjadi di Indonesia dapat diminimalisir.

Teori yang digunakan dalam aktivitas dakwah menurut Samsul Munir Amin dalam bukunya Ilmu dakwah ada tiga bentuk aktivitas dakwah yaitu dakwah bil-lisan, dengan cara berdiskusi, ceramah dan taklim, dakwah bil-kitab yaitu dengan keterampilan tulis menulis, dan dakwah bil-hal yaitu dakwah melalui perbuatan tindakan amal nyata.

Bentuk dan langkah-langkah aktivitas dakwah yang beliau lakukan lebih pada forum diskusi, ceramah, seminar serta membangun dan mengelola yayasan. Kemudian beliau mensosialisasikannya melalui pondok pesantren yang tergabung dalam forum kajian kitab kuning atau FK3, mengkaji kembali kitab-kitab klasik yang bias jender serta melakukan pendampingan secara sosial maupun sepiritual berlandaskan al-Quran dan hadits.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Waktu penelitian dimulai bulan Mei hingga November 2013. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif.

Aktivitas dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di yayasan Puan Amal Hayati yaitu lebih pada dakwah secara bil-lisan dan bil-hal. Serta dengan menjadikan pesantren sebagai basis gerakkan dalam memperjuangan hak-hak perempuan.

Kye word: Hak-hak perempuan, Aktivitas dakwah, Perjuangan, Dra. Hj.

(6)

ii

Syukur Alhammdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas limpahan karunia dan ridho-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada seruluh mahluk-Nya. Sehingga penulis dapat menempuh jenjang pendidikan sampai saat ini dan dapat menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana Strata Satu Komunikasi Islam (S.Kom.I).

Sholawat serta salam senantiasa penulis haturkan dan junjungkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah menjadi penerang dan pembimbing bagi umatnya dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran. Atas perjalanan panjangmu menempuh ujian dan rintangan demi sampainya risalah Islam kepada kami. Hingga akhir hayat engkau menangisi keadaan kami. Maafkan kami ya Rasulallah, jika kami masih belum menjadi umat harapanmu.

Dalam menysun sekripsi ini, penulis menyadari betul bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan karya tulis ilmiyah ini dengan baik. Semua berkat arahan, bantuan, petunujuk serta motivasi dari semua pihak yang diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan sekripsi ini pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Arif Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Wadek. I Dr. Suprato M. Ed. M.A, Wadek II Drs. Jumroni M.Si, M.A, Wadek III Drs. Wahidin Saputra M.A.

3. Drs. Jumroni M.Si dan Umi Musyarrofah, M.A selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

4. Prof. Dra. Hj. Ismah Salman M. Hum (alm) dan Drs. Jumroni M.Si selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan pemikirannya kepada penulis. Senggia beliau merupakan orang yang telah menjadi inspirasi buat penulis.

5. Seluruh Dosen, Karyawan, dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan juga seluruh staf pengurus UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

iv

8. Sahabat share terbaiku Dr. Neng Ayu Purwaningsih, Suryani S.Pd.I, Istiana Rahmah, dan Fintriyanti (KAHFI) yang telah memberikan bantuan dan dukungan penulis dalam menyelesaikan sekripsi ini.

9. Terima kasih juga kepada rekan saya jurnalis Global Tv Bayu Wijaksono yang sudah membantu saya dalam mencari alamat objek, yang penulis sedang teliti.

10.Teman-temanku seluruh kelas KPI (A, B, C, D, E, F, dan G) angkatan tahun 2009 kususnya KPI E yang telah memberikan banyak pengalaman selama menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Sahabat-sahabat terbaiku di KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), LDK Syahid, dan keluarga besar Darsane untuk lale Abla, teman seperjuanganku Wulantri Septianingsi. Juga sahabat-sahabat yang tegabung dalam group Forum Tugas Akhir yang selalu memotivasi dan mendukung memberikan solusi-solusi permasalahan yang kami hadapi selama proses penelitian sekripsi kususnya memberikan inspirasi bagi penulis. Jazakallah atas semuanya.

Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunnya untuk sharing

(9)

v

Akhirnya penulis hanya mempu mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi pelajaran hidup kepada penulis. Semogga Allah SWT semakin menambah karunia-Nya kepada kita semua. Terima kasih atas segalanya dan mohon maaf atas segala kekhilafan. Dan akhirnya semoga sekripsi ini dapat bermanfaat untuk para pembaca, dan khususnya bagi penulis. Aammiin Yaa Rabbal Alamin.

Jakarta, 10 Desember 2013

(10)

vi LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Masalah ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metodologi Penelitian ... 10

G. Definisi Oprasional ... 13

H. Sistematika Penulisa ... .... 14

BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Dakwah ... 15

1. Pengertian Aktivitas ... 15

2. Pengertian Dakwah ... ... 17

3. Bentuk-Bentuk Dakwah ... ... 20

(11)

vii

BAB III BIOGRAFI Dra. Hj. SINTA NURIYAH WAHID, GAMBARAN

UMUM YAYASAN PUAN AMAL HAYATI

A. Biografi Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid ... 40

1. Latar belakang keluarga Dra. Hj Sinta Nuriyah ... 40

2. Latar belakang pendidikan Dra. Hj. Sinta Nuriyah ... 42

3. Aktivitas Organisasi Dra. Hj Sinta Nuriyah .. ... 42

B. Gambaran Umum Yayaysan Puan Amal Hayati ... 44

1. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Puan Amal Hayati ... 44

2. Tujuan dan Kegiatan Yayasan Puan Amal Hayati ... 49

3. Program Kegiatan Yayasan Puan Amal Hayati ... .. 52

4. Visi dan Misi Yayayasan Puan Amal Hayati ... ... 53

BAB IV AKTIVITAS DAKWAH Dra. Hj. SINTA NURIYAH WAHID DALAM MEMPERJUANGKAN HAK-HAK PEREMPUAN A. Bentuk Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan ... 54

B. Langkah-langkah yang dilakukan Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam Memperjuangkan Hak-hak Perempuan ... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

(12)
(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama risalah untuk manusia secara keseluruhan, umat Islam adalah pendukung amanah, untuk meneruskan risalah dan dakwah baik sebagai umat kepada umat-umat yang lain ataupun selaku perseorangan di tempat manapun mereka berada menurut kemampuannya masing-masing. Dakwah merupakan kewajiban yang harus dipikul oleh tiap-tiap Muslim dan Muslimah. Tidak seorang Muslim pun menghindarkan diri darinya.1

Dalam dinamika masyarakat banyak kita temui orang-orang yang melakukan aktivitas dakwah. Aktivitas dakwah merupakan suatu kegiatan, kesibukan, atau suatu peroses berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk kejalan Allah SWT dan dengan cara bertahap menuju kehidupan Islami. Dalam hal ini aktivitas dakwah merupakan hal yang sangat penting bagi kemaslahatan umat, karena kehidupan berlandaskan pada nilai-nilai agama yang diyakini dapat mencegah terjadinya kekacauan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Samsul Munir Amin dalam bukunya Ilmu Dakwah, dakwah merupakan aktivitas untuk mengajak manusia agar berbuat kebaikan menurut petunjuk Al-quran dan hadis, menyeru mereka berbuat kebaikan dan melarang

1

(14)

mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagian dunia dan akhirat. Oleh karena itu, dakwah merupakan faktor dinamik dalam membentuk terwujudnya masyarakat yang berkualitas. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-quran Allah berfirman:

mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk. (QS. An-Nahl (6): 125).2

Dalam hal ini seorang generasi muda maupun tua, laki-laki maupun perempuan mendapatkan peran yang sama dalam melakukan aktivitas dakwah. Ada ungkapan yang di kutip oleh Ayatullah Murtadha Muthahhari dalam bukunya yang berjudul Bimbingan Untuk Generasi Muda yang di ambil dari kitab Tanbih

Al-khawathir halaman 37, dalam kitab tersebut ditulisakan bahwa:

“Sesungguhnya Allah menanamkan hikmah dalam hati orang muda dan orang tua. Jadi seandainnya Allah menjadikan seorang hamba-Nya sebagai orang bijak pada massa mudannya, maka ia tidak merendahkan sesuatunnya dalam pandangan Intelektual hanya karena ia berusia muda. Karena

sesungguhnya mereka akan melihat Cahaya Allah terpancar dari orang ini”.3

Seperti halnya ibu Sinta Nuriyah Wahid, Istri dari almarhum Abdurrahman Wahid (mantan presiden RI yang ke empat) ini, memiliki ketertarikan tersendiri di dalam berdakwah, dari Ibu Sinta Nuriah muda hingga menjelang masa senjanya.

2

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah , (Jakarta: Amzah, 2009). h. xviii

3

(15)

Ketekunannya dan keterbatasannya tidak membuat surut namun ia tetap melakukan dakwah, karena sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Perempuan bukan hanya di rumah saja melainkan, perempuan merupakan seorang pendidik dalam rumah tangga dan apabila dipersiapkan dengan baik mereka akan melahirkan generasi dan pemimpin yang cerdas. Bagaimana mungkin tugas pokoknya itu dapat dilaksanakan dengan baik, jika seorang wanita tidak diberikan kesempatan beraktifitas seperti belajar, berorganisasi dan aktivitas lainnya di luar. Wanita merupakan sebagian dari segi masyarakat dari segi kualitas, dan totalitas masyarakat dari segi esensi. Ia memiliki peran dan pengaruh dalam memperkarya masyarakat menerangi hidup atau menggelapkannya. Perempuan adalah setengah masyarakat, dan perempuan juga adalah masyarakat keseluruhan.4

Kemandirian perempuan mengharuskan tampil sebagai perempuan dan bangga dengan identitasnya. Kemandiriannya tidak boleh lebur sehingga menjadikannya sebagai laki-laki, dan tidak juga menjadikan mereka harus mengalah dengan mengorbankan kepentingan, sebagai perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Sebagai syarat mewujudkan masyarakat yang penuh kedamaian dan kesejahteraan bagi semua pihak.5

Secara umum, bukti tentang wanita dalam masyarakat muslim kurun awal mengisyaratkan bahwa secara khas mereka berpartisipasi dalam berbagai hal dan

4

M. Quraish Shihab, Perempuan , (Jakarta: Lentera Hati, 2007). hal. 351

5

(16)

di harapkan berkiprah dalam berbagai aktivitas yang menyibukkan masyarakat mereka, termasuk agama dan perang.

Mereka bukanlah pengikut yang pasif dan panurut, melainkan mitra bicara yang aktif dalam bidang ke imanan dan juga dalam masalah-masalah lainnya. Dengan demikian, riwayat-riwayat hadis memperlihatkan wanita-wanita yang bertindak dan berbicara diluar pengertian bahwa mereka berhak berpartisipasi dalam kehidupan pemikiran dan praktik keagamaan, yang mengomentari secara jujur topik apa pun, bahkan Al-Quran, dan berbuat demikian dengan harpan bahwa pandangan-pandangan mereka didengar.

Pada pernyataan paling penting dilontarkan oleh kaum wanita kepada Muhammad tentang Al-quran adalah, mengapa ia menyeru hanya kaum pria dan pada saat yang sama kaum wanita juga harus memenuhi seruan Allah dan Rasulnya. Pernyataan itu menjadi sebab turunnya (asbab an –nuzul) wahyu berupa ayat-ayat Al-Quran yang secara exsplinsit menyeru kaum wanita dan juga pria, suatu tanggapan yang datang tegas menunjukan kesediaan Muhammad dan Allah untuk mendengar wanita. Sesudah itu, Al-quran secara explinsit menyeru kaum wanita beberapa kali. 6

Selain itu, kita sering juga menemukan beberapa hadis yang tidak sesuai dengan keadaan sekarang yang butuh pengkajian ulang terkait dengan perempuan salah satuanya adalah kitab ﻦﯿﺠﻠﻟ ا د ﻮﻘﻋ حﺮﺷ (Uqud al-Lujjayn), karangan Imam

6

(17)

Nawawi (Muhammad ibn Umar al Banteny al-Jawy) kitab yang cukup masyhur di Indonesia dan dalam banyak kesempatan di jadikan rujukan oleh para santri.7

Setiap orang harus bekerja keras, hingga banyak laki-laki saat ini yang justru tidak mengerti tentang masalah agama. Kenyataan ini membuat perempuan tidak bisa lagi tinggal diam menuggu suaminya memenuhi seluruh kebutuhannya, dan mengandalkan pengajaran agama sepenuhnya pada suami. Oleh karena itu, kebutuhan perempuan untuk keluar rumah tidak bisa dihindari lagi. Demikian ungkap Ibu Sinta Nuriah membuka obrolannya pada acara radio talkshow.8

Hal tersebut jelas bahwa, perempuan bukan hanya dapur, sumur, kasur. Perempuan memiliki hak yang sama dengan kaum laki-laki, serta berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan menjadi pemimpin dalam kehidupan sosial. Karena dewasa ini, proses modernisasi yang kian canggih, seiring dengan kecendrungan matrealisme yang sulit dibendung, telah melahirkan kebutuhan dan keinginan-keinginan baru yang mendesak seseorang yang memenuhinya.

Indonesia telah meratifikasi konvensi CEDAW, namun kenyataanya kekerasan terhadap perempuan masih saja terjadi dimana-mana mulai dari kelompok sosial yang kecil sepeti keluarga, sampai kelompok sosial yang besar, yaitu masyarakat dan negara. Sehingga menambah catatan daftar kasus kekerasan dari tahun ke tahun. Ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, yang mengakibatkan dominasi dan diskriminasi terhadap perempua.9

7

Forum kajian kitab kuning. Wajah baru relasi Suami Istri (Jakarta: LkiS Yogyakarta, 2001) hal, xiv

8

Puan Amal Hayati.Tantri,(Ciganjur : Puan Amal Hayati Jakarta, 2011), hal. 10

9

(18)

Melihat kondisi seperti ini Yayasan Puan Amal Hayati sangat berperan penting dalammemperjuangkan hak dan keadilan bagi perempuan. Dengan menjadikan pesantren sebagai basis gerakan. Dengan demikian, selain pesantren bergerak dibidang pendidikan. Pesantren jugamemiliki peran dan fungsi serta posisi yang sangat strategis dalam upaya pemberdayaan perempuan.10

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti aktivitas dakwah yang dilakukan oleh ibu Dra. Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid yang sangat berperan besar dalam pergerakan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan yang berlandaskan pada al-qur’an dan hadis di yayasan yang saat ini beliau tekuni yaitu Yayayasan Puan Amal Hayati yang akan memberikan penerangan bagi kaum perempuan dan masyarakat luas dalam problematika umat di era moderenisasi saat ini. Dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk menjadikan ini sebagai bahan penelitian, dan penelitian yang dilakukan adalah “Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dalam Memperjuangkan Hak-hak Perempuan di Yayasan Puan Amal Hayati”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Ketertarikan peneliti mengambil judul penelitian ini karena didasari rasa ingin tahu penulis terhadap aktivitas dakwah ibu Dra. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di dalam

10

(19)

sebuah Yayasan Puan Amal Hayati. Peneliti memberikan batasan masalah mengenai bentuk aktivitas dakwah apa saja yang dilakukan oleh Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan setelah suaminya Abdurrahman Wahid wafat pada tanggal 30 desember 2009 dan metode maupun langkah-langkah dakwah seperti apa yang digunakan, agar hak-hak perempuan tercapai.

2. Prumusan Masalah

Untuk mempermudah peneliti dalam membuat sekripsi berdasarkan latar belakang diatas peneliti memfokuskan pembatasan masalah ini pada kajian analisis menegenai Aktivitas Dakwah Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Yayasan Puan Amal Hayati.

1. Bagaimana bentuk aktivitas dakwah Dra. Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Yayasan Puan Amal Hayati? 2. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan Dra. Sinta Nuriyah Wahid

dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Yayasan Puan Amal Hayati?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

(20)

2. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan Dra. Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Yayasan Puan Amal Hayati?

D. Kegunanan Penelitian 1. Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi para mahasiswa maupun mahasiswi yang sendang melakukan penelitian terkait dengan aktivitas dakwah, maupun studi penelitian tentang perjuangan perempuan. Sekripsi ini diharapkan dapat berguna untuk menjadi bahan referensi tambahan bagi pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang kamunikasi dan dakwah juga dapat memberikan kontribusi positif berbagai analisis studi secara akademis.

2. Kegunaan Peraktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pengamat dakwah dan menambah wawasan bagi penulis serta pembaca mengenai aktivitas dakwah serta dapat menarik peneliti lain sehingga dapat menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya.

E. Tinjauan Pustaka

(21)

Siti Soleha. Aktivitas Dakwah H.K. Drs Salifuddin Amir Dalam Mensosilisasikan Konsep Kelurga Qurani di Yayasan Terpadu Shibbatullah

Jakarta Timur. Sekripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Konunikasi, Universitas

Islam Negeri Jakarta, 2008. Dalam sekripsi ini hanya menjelaskan tentangaktivitas dakwah H.K. Drs Salifuddin Amirmensosialisasikankonsep keluarga Qurani dengan teori dakwah.

Restifa Anbiya Yuneni. Aktivitas Dakwah Habiburahman El-Shrazy

Melalui Pesantren Basmala. Sekripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Konunikasi,

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008.

Miftahul Huda Aktifitas Dakwah Pada Yayasan Assalam Bintaro Jaya

Sektoe 34 Tangrang. Sekripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Konunikasi,

Mahasiswa Komuniaksi Penyiaran Islam, Uinversitas Islam Negeri Jakarta, 2008.

Chaerul Miftah Aktifitas Dakwah Di Perusahaan Gema Insani Perss

(GIP) (Analisis Pngkajian Kariawan GIP). Sekripsi S1 Fakultas Dakwah dan

Ilmu Konunikasi, mahasiswa Jurusan (Konsentrasi) Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008.

(22)

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah metodologi kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dimana peneliti ingin mencoba untuk menggambarkan suatu keadaan secara jelas dan lebih dekat dengan subjek penelitian. Dalam penelitian ini dibutuhkan pengamatan penelitian secara langsung suatu situasi atau peristiwa sehingga hasil atau produk yang dilakukan penulis dapat menjelaskan bagaimana aktivitas dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Yayasan Puan Amal Hayati, dan tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Sesuai dengan jenis produk penelitian yang diharapkan, yaitu deskriptif, penulis hanya menggunakan individu dalam penelitian ini.11

2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid b. Objek Penelitian

(23)

a. Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada Dra. Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid serta pihak-pihak yang terkait dalam pembahasan ini wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi melalui tanya-jawab langsung dengan orang-orang terkait. Pedoman wawancara yang dilakukan adalah wawancara insidental dan wawancara takstruktur yaitu menayakan kepada sumber utama, Sinta Nuriyah Wahid maupun pihak-pihak terkait. Data Tersebut adalah primer.12

b. Studi Dokumentasi

Adalah sebuah proses pengumpulan dan pengambilan data berdasarkan tulisan berbentuk catatan, buku, ataupun tehnik yang juga dilakukan baik berdasarkan buku-buku, majalah, makalah, dan blog ataupun sumber literatur-literatur lainnya agar data yang diperoleh lengkap dan akurat. Dokumentasi digunakan untuk memudahkan peneliti dalam penelitian yang berfungsi sebagai sumber data karena banyak hal, dokumen sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, dan menafsirkan. Adapun dokumen yang dimaksud dalam penulis adalah data sekunder.

4. Teknik Analisis Data

Dalam hal ini analisis data berperan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode, dan mengkatagorikan hasil dari data yang

12

(24)

diperoleh.13 Analisis data yang digunakan penulis adalah analisis dekskriptif, yaitu dimaksud menggambarkan dan menjelaskan suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti dilapangan, dan titik-beratnya pada obserfasi ini, hanya pada gejala dan pencatatannya sebagai hasil penelitian dan tidak berusaha memanipulasi data.14

G. Definisi Oprasional

Mendefinisikan variabel yang diamati mencangkup hal-hal penting dalam penelitian serta berlaku hanya pada area penelitian yang sedang diteliti saja, yang bersifat spesifik, terperinci, tegas dan pasti.

Dakwah merupakan usaha untuk mengajak manusia pada jalan kebenaran sesuai dengan tuntunan Al-quran dan Al-hadist serta melarang atau mencegah manusia dari perbuatan munkar yang dapat menjauhkan dirinya dengan tuhan agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam hal ini ada bentuk-bentuk dakwah yang harus difahami sebagai seorang Da’i yaitu:

a) Dakwah bil Al-Lisan, dakwah yang dilakukan dengan lisan, seperti ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan lain sebagainya yang dalam hal ini hanya dilakukan dengan lisan dilakukan oleh juru dakwah.

b) Dakwah bil Al-Hal, dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata meliputi keteladanan. Seperti halnya dengan tindakkan amal karya nyata

13

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hal. 103

14

(25)

yang dari karya nyatanya tersebut hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas sebagai objek dakwah.

c) Dakwah bil Kitab, dakwah yang menggunakan keterampilan menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam majalah atau surat kabar, buletin, buku dan sebagainya.

d) Hak-hak perempuan, yaitu pembelaan intensif dari para aktifis perempuan maupun lembaga-lembaga hukum yang membela perempuan, yang mengalami kekerasan atau diskriminasi dalam kehidupan pekerjaan, keluarga (antara suami dan istri), serta dalam kehidupan masyarakat. H. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penelitian ini disusun dalam lima bab, setiap bab akan terbagi dalam beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisannya yaitu:

(26)
(27)

15 A. Aktivitas Dakwah

1. Pengertian Aktivitas

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian aktivitas diartikan sebagai bentuk kegiatan dan keaktifan kerja yang dilakukan dalam setiap bagian.1 Sedangkan dalam kamus lengkap bahasa Indonesia modern aktivitas diartikan sebagai bentuk kegiatan maupun kesibukan.2 Menurut ilmu sosial, aktivitas adalah segala bentuk kegiatan yang ada di masyarakat, seperti gotong royong atau kerja bakti disebut sebagai sebagai aktivitas sosial baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun hubungan kekerabatan.3

Sedangkan menurut kamus besar ilmu pengetahuan, kata aktivitas berasal dari ling: activity: lat: activita: aktif, bertindak yaitu bertindak pada diri setiap exsistensi atau mahluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan aktivitas menandai bahwa hubungan khusus manusia dengan dunia. Manusia bertindak sebagai subjek, sedangkan alam sebagai objek. Manusia mengalih wujudkan dan mengelola alam. Berkat aktivitas atau kerjanya, manusia mengangkat dirinya dari dunia dan bersifat khas sesuai ciri dan kebutuhan.

1

Ahmadi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2000), h. 32

2

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), h. 5

3

(28)

Menurut Save M. Dagun dalam bukunya Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, ada dua jenis aktivitas, aktivitas eksternal dan aktivitas internal. Aktivitas eksternal jika oprasi manusia terhadap objek-objek menggunakan lengan tangan, jari-jari dan kaki, maka internal, menggunakan tindakkan mental dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis. Aktivitas internal merencanakan eksternal.4

Dalam kesibukan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan, atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti tindakan kegiatan tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena, menurut Samuel Soetoe sebenarnya, aktivitas bukan hanya sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.5 Menurut ilmu sosiologi, aktivitas diartikan sebagai segala bentuk kegiatan yang ada di masyarakat seperti gotong royong atau kerja bakti disebut sebagai aktifitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun kekerabatan. 6

Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi pintar, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka manusia harus belajar dengan cara bersekolah atau mengikuti majelis, atau dapat juga pergi ketempat-tempat ilmu, membaca buku, berdiskusi, dan kegiatan-kegiatan lain. Ternyata untuk memenuhi suatu kebutuhan saja manusia harus melakukan berbagai interaksi.7

4

Save M. Dagun. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkaji Kebudayaan Nusantara, LPKN, 1997) Cet ke-1, h. 25

5

Samuel Seoitoe. Pisikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI, 1982, h 52)

6

Sojogyo, Pujiwati Sojogyo. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Perss, 1999), cet. 12, jilid 1, h, 28

7

(29)

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas adalah suatu tindakan kegiatan yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan dirinya yang menyangkut kepentingan diri sendiri maupun orang lain.

2. Pengertian Dakwah

Sedangkan kata “Da’wah” jika ditinjau dari segi bahasa berarti pangilan, seruan atau ajakan.8 Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu

da’a, yad’u, da’wan, du’a, yang diartikan sebagai mengajak atau menyeru,

memanggil, permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf dan nahi munkar, mau’idzhoh hasanah,

tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah, ta’lim, dan khotbah. Istilah dakwah dalam

Al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun mashdar sebanyak lebih dari seratus kata. Al-Qur’an menggunakan kata dakwah mengajak kepada kebaikan yang disertai dengan risiko masing-masing pilihan.9

Terlepas dari keragaman makna istilah ini, pemakian kata dakwah dalam “mengajak, mendorong, dan memotivasi” adalah kegiatan dakwah yang berada

8

Wahidin Saputra. Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 1

9

(30)

dalam ruang lingkup tabligh. Kata” bashirah” untuk menunjukkan bahwa dakwah harus dengan ilmu dan perencanaan yang baik. 10

Secara terminologi definisi mengenai dakwah, banyak para ahli mendefinisikannya, akan tetapi setiap definisi tersebut saling melengkapi. Walaupun berbeda susunan redaksinya, namun maksud dan maknah hakikatnya sama. Sementara itu ada beberapa ulama mengemukakan beberapa definisi mengenai dakwah, antara lain:

a. Menurut Arifin.

“Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.”

b. Menurut Amarullah Ahmad

“Pada hakikatnya, dakwah islam merupakan aktualisasi ilmiah

(theologis) yang dimanfestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia

yang beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teraratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak, manusia pada tataran kenyataan individual dan sosio-kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi atau aspek kehidupan dengan mengguankan cara tertentu.”

c. Menurut Quraish Shihab

“Dakwah adalah seruan atau mengajak kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang

10

(31)

ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Ialam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.” 11

Dengan demikian betapa pun definisi-definisi di atas terlihat dengan redaksi yang berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa ensesi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik.

Sedangkan pengertian dakwah dari asal bahasanya yaitu “pangilan”, bagi orang-orang tertentu saja. Misalnya saja, pelakuknya dibungkus status quo dengan sebutan da’i atau mubaligh yang sudah cukup umur atau sudah matang pola fikirnya yang seringkali masyarakat awam atau pada umumnya menetapkannya pada maqam yaitu tingkatan tertinggi. Sebagai acuan dalam berfikir dan bertindak, atau bsahkan sampai di tingkat ma’sum artinnya terlindungi dari dosa yang taken for granted.12

Dari beberapa definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa dakwah merupakan usaha untuk mengajak manusia pada jalan kebenaran sesuai dengan tuntunan Al-quran dan hadist serta melarang atau mencegah manusia dari perbuatan munkar yang dapat menjauhkan dirinya dengan tuhan agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sedangkan pengertian aktivitas dakwah adalah suatu tindakan yang dilakukan seorang manusia yang beriman untuk mengajak manusia lainnya pada

11

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) cet, 1 hal. 2-5

12

(32)

jalan kebenaran sesuai dengan tuntunan al-quran dan hadist dalam bingkai Islam, agar menadapatkan kebahagian dunia dan akhirat.

3. Bentuk - Bentuk Dakwah

Menurut Samsul Munir Amin dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Dakwah” mendefinisikan dakwah ada tiga bentuk yaitu:

A. Dakwah bil lisan. dakwah ini dilakukan dengan dengan menggunakan lisan antara lain dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat serta pengajian-pengajian yang dilakukan di majelis taklim.

B. Dakwah bil kitab. Adalah dakwah yang menggunakan keterampilan tulis menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam majalah atau seurat kabar. Buletin, buku dan sebagainya. Dakwah seperti ini dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang cukup lama.

C. Dakwah bil hal. Dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah atau berdakwah melalui perbuatan, mulai tutur kata, tingkah laku, sampai pada kerja bentuk nyata mendirikan panti asuhan, fakir miskin, sekolah-sekolah dan rumah-rumah ibadah.13

4. Unsur – Unsur Dakwah

Dalam dakwah terdapat unsur-unsur dakwah yaitu komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah, diantara unsur-unsur tersebut adalah:

13

(33)

1) Subjek Dakwah

Da’i adalah orang yang berperan aktif melaksanakan dakwah baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok atau melalui organisasi maupun lembaga. Dalam hal ini Nasruddin Lathif dalam bukunya mendefinisikan da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah

wa’da, mubaligh mustama’in (juru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi

pengajaran, dan pelajaran agama Islam.14

Berkaitan dengan subjek dakwah, dakwah dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu, Da’i dalam kriteria umum, yaitu setiap muslim atau muslimat yang berdakwah sebagai kewajiban seorang muslim yang melekat dari misinnya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “ballighu’ anni walau ayah” dan secara khusus, yakni mereka mengambil keahlian secara khusus (mutakhassis) dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan yang luar biasa.15 Sebagaimana yang sudah di dituliskan dalam Al-quran surat Al-Imron ayat 104, dijelaskan munkar, mereka itulah orang- orang yang beruntung ”

14

Muhammad Munir. Menejemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009) hal. 22

15

(34)

Maka dengan demikian sebagaimna pelaku dakwah, bagaimanapu keadaan dan permaslahan yang dihadapi seiring dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan globalisasi, serta tututan kebutuhan hidup maka tidak cukup dakwah hanya di lakukan secara fardhi yaitu merencanakan dan mengerjakan sendiri. Oleh sebab itu bisa dilakukan secara jama’i melalui sebuah lembaga yang ditata secara baik serta menghimpun berbagai keahlian yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2) Objek Dakwah

Objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu masyarakat. Pemahaman mangenai masyarakan itu beragam tergantung pada cara pandangnya. Dilihat dari bidang sosial, masyarakat mempunyai struktur dan mengalami perubahan-perubahan. Di dalam masyarakat terjadi interaksi antara satu orang dengan orang lain, antar satu kelompok dengan kelompok lain, individu dengan kelompok. Dalam masyarakat juga terdapat kelompok-kelompok, lapisan-lapisan, lembaga-lambaga, terhadap masyarakat. Pandangan pisikologi lain lagi, demikian pula pandangan dari bidang antropologi, sejarah, ekonomi, agama, dan sebagainya.

(35)

umat Islam yang ada menjadi jahat? mengapa umat Islam melakukan kawin-cerai, kawin-cerai, kawin?.16

Objek dakwah dapat juga disebut sebgai mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu manapun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan baik yang sudah beragama Islam maupun telah beragama Islam. Dalam hal ini secara umum Al-Quran menjelaskan ada tiga tipe mad’u yaitu mukmin, kafir, dan munafik. Kemudia Muhammad Abduh membagai mad’u menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir secara keritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.

2. Golongan awam, yaitu orang yang kebanyakan belum dapat berfikire secara keritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

3. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batasan tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.

Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi, ekonomi, pendidikan, tingkat usia, pengetahuan, sosial dan sebagainya.17

(36)

Maka dari pernyataan diatas tentang pengertian objek dakwah maka peneliti menyimpulkan bahwa objek dakwah merupakan sekelompok manusia yang terdiri dari beberapa golongan kasta yang berbeda dalam masyarakat.

3) Metode Dakwah

َﻲِھ ﻲِﺘَّﻟﺎِﺑ ْﻢُﮭْﻟِدﺎَﺟَو ِﺔَﻨَﺴَﺤْﻟا ِﺔَﻈِﻋْﻮَﻤْﻟاَو ِﺔَﻤْﻜِﺤْﻟﺎِﺑ َﻚِّﺑَر ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻰَﻟِإ ُعْدا

َﻦﯾِﺪَﺘْﮭُﻤْﻟﺎِﺑ ُﻢَﻠْﻋَأ َﻮُھَو ِﮫِﻠﯿِﺒَﺳ ْﻦَﻋ َّﻞَﺿ ْﻦَﻤِﺑ ُﻢَﻠْﻋَأ َﻮُھ َﻚَّﺑَر َّنِإ ُﻦَﺴْﺣَأ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(an-Nahl: 125)

Dari ayat tersebut dapat di ambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan yaitu:

a. Al-hikmah

Kata “hikmah” dalam Al-Quran disebut sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk madrasnya adalah “hukman” yang diartikan secara makna asalnya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah kezoliman, dan jika di kaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan dakwah.

(37)

dan ketajaman pemikiran. Sebagaimana yang telah di kutip oleh M. Munir dalam bukunya Metode Dakwah, menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi, dikutip dari At Tafsirul Qoyyim karangan Ibnu Qoyyim yaitu:

Dakwah bil hikmah” adalah dakwah dengan mengguanakan perkataan

yang benar dan pasti, yaitu yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan

menghilangkan keraguan.18

Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi mulia, dada lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Terkait hal itu maka al-hikmah dapat di fahami sebagai kemampuan dan ketepatan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan tehnik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Dimana kemampuan da’i menjelaskan pemahaman-pemahaman Islam serta realitas yang ada dengan argumen logis dan bahasa komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem yang

menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.

: ة ﺮﻘﺒﻟا)... اًﺮﯿِﺜَﻛ اًﺮْﯿَﺧ َﻲِﺗوُأ ْﺪَﻘَﻓ َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟا َتْﺆُﯾ ْﻦَﻣَو ُءﺎَﺸَﯾ ْﻦَﻣ َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟا ﻲِﺗْﺆُﯾ

269 (

Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al

Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari

firman Allah).” ( QS. Al-Baqarah: 269)

Ayat tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya menjadikan hikmah sebagai sifat dan bagian yang menyatu dalam metode dakwah mengikuti langkah-langkah yang mengundang hikmah. Ayat diatas mengandung arti mengajak

18

(38)

manusia kepada jalan yang benar dan mengajak manusia untuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan akidah yang benar. 19

b. Al-Mau’idza Al-Hasana

Teriminologi mau’izhah hasanah dalam presfektif dakwah sangat populer, Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau’izhah dan kasanah. Kata mau’izhah berasal dari kata wa’adzaya’idzu-wa’dzan—idzhah yang berarti nasehat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah

merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.

Adapun pengertian secara istilah, Sebagaimana yang telah dikutip oleh Abdul Hamid al-Bilali dalam buku Fiqh al-Dakwah fi ingkar al-Munkar, ada beberapa pendapat salah satunya pendapat Abd. Hamid Bilali Mau’izhah al-Hasanah, mengistilahkannya sebagai salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasehat atau membimbing dengan lamah lembut agar mereka mau berbuat baik. Selain itu juga mau’izhah

hasana dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan

pendidikan, pengajaran, kisah-kisah gembira, peringatan, pendidikan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.20

Jadi kesimpulan dari pengertian mau’idzatul hasanah, akan mengundang arti kata-kata yang masuk dalam dalam kalbu dengan penuh kasih sayang. Dan kedalam perasaan denga penuh kelembutan, tidak membongkar atau

19

M. Munir, Metode Dakwah, h. 13

20

(39)

membeberkan kesalahan orang lain, karena lemah lebut dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman.21

c. Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan

Dari segi triminologi (bahasa) lafaz mujadalah terambil dari kata “Jadala” yang bermaknah memintal, melilit. Apabila di tambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.

Ali al-Jarisyah dalam kitabnya Adab al Hiwar wa almunadzara,

mengartikan bahwa “al-jidal” secara bahasa dapat bermakna pula “Datang untuk memilih kebenaran” dan apabila berbentuk isim “al-jadlu” maka berarti “pertentangan atau perseturuan yang tajam.” Sedangkan dari segi istilah (terimonologi) terdapat beberapa pengertian al-Mujadalah (al-Hiwar). Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan atau oleh dua pihak secara sinergis, tanpa ada suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan daiantara keduannya.22

Oleh karena itu peneliti menyimpulakan bahwa metode dakwah merupakan cara atau sarana untuk lebih terpusat dan terarah dalam pencapaian sebuah maksud maupun tujuan yang telah ditetapkan untuk hasil yang lebih sempurna.

21

M. Munir, Metode Dakwah, h. 15-17

22

(40)

4) Materi Dakwah

Pengertian materi dakwah (Maddah Ad-Da’wah) adalah pesan-pesan dakwah Islam atau segala sesuatu yang harus subjek kepada objek dakwah yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada dalam kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan kepada objek dakwah adalah pesan-pesan yang berisi ajaran Islam. Sedangkan dalam istilah komuniasi, materi dakwah atau

Maddah Ad-Da’wah disebut dengan Istilah messege (pesan).

Keseluruhan materi dakwah (maaddah al- Dakwah) ini yang meliputi bidang akidah, syariah (ibadah dan muamalah) dan Akhlak, dari kesemua materi ini bersumber pada dua pokok ajaran Islam juga hasil ijhtihad para ulama, sejarah perdaban Islam. Kedua sumber ajaran Islam itu adalah:

1. Al-Quran

Al-Quran merupakan sumber petunjuk bagi landasan Islam, yang menganut ajaran kitab Allah yaitu agama Islam. Al-quran merupakan materi utama dan sumber utama dalam berdakwah. Dalam, hal ini seorang da’i harus menguasai Al-quran, baik dalam hal membacanya maupun penguasaan terhadap isi kandungan Al-Quran.

2. Hadist

(41)

merealisikan kehidupan berdasarkan Al-Quran. Bagi para juru dakwah penguasaan hadis sangat penting untuk diinterpretasikan melalui sabda-sabda nabi yang tertuang dalam hadits. 23

Oleh sebab itu untuk dapat memahami hadits pendakwah perlu melakukan pengamatan dan pemahaman secara menyeluruh terhadap hadits yang akan di kaji. Secara konseptual pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak di capai. Namun, secara global materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:

a. Masalah keimanan (aqidah)

Aqidah adalah pokok kepercayaan dalam agama Islam. Aqidah Islam tersebut tauhid dan merupakan inti dari kepercayaan. Tauhid adalah salah satu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Islam, aqidah merupakan

I’tiqad batiniyyah yang mencangkup masalah-masalah yang erat hubungannya

dengan rukun iman. Masalah aqidah bukan hanya tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah juga meliputi masalah yang dilarang seperti syirik, dan ingkar adanya tuhan.

b. Masalah Keislaman (syariat)

Sayariat merupakan seluruh hukum dan perundang-undangan yang terdapat dalam Islam baik yang hubungan manusia dengan tuhannya, maupun antar manusia sendiri. Syariat ini berhubungan erat dengan amal lahir (nyata). Pada intinya pengertian syariah menmpunyai dua aspek hubungan yaitu hubungan

23

(42)

antara manusia dengan manusia dengan tuhan (vartikal) yang disebut ibadah, dan hubungan antara manusia dengan sesama manusia (Horizontal) yang disebut muamalt.

c. Masalah Budi Pekerti (Akhlaqul Karimah)

Akhlak dalam aktivitas dakwah merupakan pelengkap keimanan dan keislaman seseorang. Selain itu akhlak pun merupakan penyempurna ke islaman dan keimanan seseoranag sebab rosulullah sendiri pernah bersabda: sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (al-hadis). Dengan demikian ajaran akhlak dalam islam termasuk kedalam dakwah yang penting yang harus disampaikan kepada masyarakat sebagai penerima dakwah.24

5) Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman moderen upayanya yaitu seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah surat kabar, termasuk melalui berbagai macam upaya mencari nafkah dalam berbagai sektor kehidupan. Pada mediapun masalah penelitian bisa diperolah, misalnya bagaimana efek pentas drama terhadap prilaku keagamaan masyarakat tertentu yang menonton drama itu, bagaimana dampak dan hikmahnya.25

(43)

Schramm mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Maka yang dimaksud dengan media adalah alat-alat yang fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video, kaset, slide, dan sebagainnya. Adapun yang dimasud dengan media dakwah, adalah peralatan yang diperguanakan untuk menyampaikan materi dakwah pada penerima dakwah. Di zaman modern seperti ini, seprti televisi, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.26

Maka penulis mendefinisikan media dakwah merupakana sarana atau alat untuk menyampaikan pesan dakwah, agar maksud dan tujuan dakwah tersebut tersampaikan pada khalayak. Sehubung dengan media seperti apa yang akan digunakan oleh seorang da’i tersebut, itu semua di kembalikan lagi pada maksud dan tujuan dakwah tersebut agar sesuai dengan sasaran dakwah sehingga pesan tersampaikan dengan baik.

6) Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah, harus diketahui oleh setiap juru dakwah atau da’i. Karena seseorang yang melakukan aktivitas dakwah pada dasarnya harus mengetahui tujuan apa yang dilakukannya itu. Tanpa mengetahi tujuan dari aktivitas dakwah tersebut, maka dakwah tidak mempunyai maknah apa-apa.

Secara umum tujuan dakwah adalah terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat yang diridhai oleh Allah. Adapun tujuan dakwah dibedakan menjadi dua macam tujuan yaitu:

26

(44)

1. Tujuan umum dakwah

Tujuan utama dakwah adalah nilai-nilai hasil akhir yang dicapai atau di peroleh oleh keseluruhan aktivitas dakwah. Untuk tercapainnya tujuan utama maka semua penyusunan rencana tindakan dakwah harus mengarah kesana. Tujuan diatas masih bersifat global oleh karena itu masih memerlukan perumusan-perumusan secra terperinci pada bagian lain. Sebab tujuan utama itu dakwah kepada seluruh umat manusia. Sedangkan yang berkewajiban berdakwah keseluruh umat adalah Rasulullah dan utusan-utusan yang lain, sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran dikatakan:

ْﻐَّﻠَﺑ ﺎَﻤَﻓ ْﻞَﻌْﻔَﺗ ْﻢَﻟ ْنِإَو َﻚِّﺑَر ْﻦِﻣ َﻚْﯿَﻟِإ َلِﺰْﻧُأ ﺎَﻣ ْﻎِّﻠَﺑ ُلﻮُﺳَّﺮﻟا ﺎَﮭُّﯾَأ ﺎَﯾ

َﺖ

َﻦﯾِﺮِﻓﺎَﻜْﻟا َمْﻮَﻘْﻟا يِﺪْﮭَﯾ ﻻ َﮫَّﻠﻟا َّنِإ ِسﺎَّﻨﻟا َﻦِﻣ َﻚُﻤِﺼْﻌَﯾ ُﮫَّﻠﻟاَو ُﮫَﺘَﻟﺎَﺳِر

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(QS. Al-Maidah (5): 67)

Kebahagian di dunia maupun di akhirat merupakan titik akumulasi tujuan hidup manusia, begitu juga dengan tujuan dakwah. Sebab hidup bahagia dunia

(45)

Manusia memiliki akal dan nafsu, akal senantiasa mengajak ke arah yang menyesatkan. Disinilah dakwah berfungsi memberikan pengertian kepadannya, agar kesejajaran hidup di dunia dan akhirat tercpai itulah cita-cita sesungguhnya dari dakwah Islam.

2. Tujuan Khusus Dakwah

Tujuan khusus merupakan perumusan tujuan dan penjabaran dari tujuan umum dakwah. Maksud dari tujuan ini agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat diketahui kemana arahanya, ataupun jenis kegiatan apa yang hendak di kerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara apa, bagaimana, dan sebagainya, sehingga tidak terjadi overlapping antara juru dakwah yang satu dengan yang lainnya hanya karena masih umumnya tujuan yang hendak di capai.27

Sedangkan secara metodologi menurut Andy Dermawan dalam bukunya Metodologi Ilmu Dakwah menjelaskan bahwa tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia agar mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga dapat menyelamatkan orang dari kesesatan dan kebodohan menjadi orang baik.28

27

Samsul Munir Amir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 59

28

(46)

5. Pengertian Aktivitas Dakwah

Aktivitas dakwah adalah segala bentuk kegiatan bentuk kegiatan yang berkesinambungan yang mengundang nilai-nilai yang mendorong manusia agar berbuat kebaikan berdasarkan Al-qur’an dan as-sunnah. Pengertian lain dari aktivitas dakwah yaitu suatu kegiatan, kesibukan, atau suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk kejalan Allah dan secara bertahap menuju peri kehidupan Islam.

Suatu proses yang berkesinambungan merupakan suatu proses yang bukan insidental atau kebetulan, melainkan bener-bener direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terus menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengebuah prilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.29

Sedangkan penulis menyimpulkan pengertian aktivitas dakwah adalah suatu tindakan yang dilakukan seorang muslim untuk mengajak manusia lainnya pada jalan kebenaran sesuai dengan tuntunan al-quran dan hadist dalam bingkai Islam, agar menadapatkan kebahagian dunia dan akhirat. Penegrtian perjuangan atau dalam bahasa arabnya “mujahidin” yaitu pejuang. Secara bahasa perjuangan adalah perbuatan atau tindakan.30 Menurut Susanto Tirtoprojo perjuangan

29

Siti Soleha,” Aktivitas Dakwah K.H, Drs Saifuddin Amir dalam Mensosialisasikan Konsep Keluarga Qurany di Yayasan Terpadu Shibgatullah Jakarta Timur” (Sekripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri, 2008), h. 9

30

Kamus Bahsa Indonesia Online.

(47)

merupakan suatu usaha untuk meraih suatu yang diharapkan demi mendapatkan kemualiaan dan kebaikan.31

Selain itu pengertian perjuangan dimana manusia harus kerja keras untuk mewujudkan cita-citanya, manusia harus berkerja keras untuk melanjutkan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha atau perjuangan, perjuangan untuk hidup dan ini sudah kodrat sebagai manusia, mahluk yang selalu dinamis hidupnya. Tanpa usaha atau perjuangan manusia tak dapat hidup sempurna.

Apabila manusia ingin menjadi kaya, ia harus kerja keras. Bila seseorang ingin menjadi ilmuwan, iapun harus rajin belajar dan mengikuti semua ketentuan akademik. Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak yaitu dengan berfikir dan ilmu atau jasmani yaitu dengan tenaga, dan bisa juga keduanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan otak dan ilmu yang ia ketahui dibandingkan dengan jasmani atau tenaganya. Sebaliknya seorang buruh bekerja keras dengan jasmaninya yaitu tenaga dibandingkan dengan otaknya.

Seorang manusia yang berkerja keras pada dasarnya menghargai dan menigkatkan harkat dan martabat seorang manusia itu sendiri. Pemalas membuat manusia itu miskin, melarat dan tidak mempunyai harkat dan martabat. Itulah yang dinamakan perjuangan dalam mempertahankan hidup. Oleh karena itu tidak boleh bermalas-malasan, bersantai-santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia yang mengaturnya. Islam mengajarkan untuk berkerja keras, sebagaimana hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W yang

31

Yadi Setianto.”Konsep Perjuangan Dalam Dimensi Sejarah Nasional Indonesia”,

(48)

ditunjuk kepada para pengikutnya “Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok”.

Untuk kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya.32

Dari definisi dan pemaparan mengenai perjuanagan maka penulis mendefinisikan arti perjuangan itu sendiri yaitu suatu tindakan untuk melakukan sesuatu pengorbanan yang nyata untuk merahi suatu tujuan yang diharapkan, agar mendapatkan kebaikan dan kemuliaan demi kemaslahatan juga kesejahteraan bersama.

B. Hak-Hak Perempuan

Bebicara mengenai hak-hak perempuan, seorang perempuan terkadang mendapatkan diskriminasi dalam kehidupan pekerjaan, bermasyarakat maupun lingkup keluarga (antara suami dan istri). Dengan adanya diskriminasi maka kemudian banyak pihak terutama perempuan menyadari pentingnya perlindungan dan pembelaan terhadap kaum perempuan sehingga hak perempuan sebagai salah satu hak asisi manusia yang harus dapat di perjuangkan dan diakui juga dijamin perjuangannya

Hak asasi perempuan, adalah hak yang dimiliki oleh seorang perempuan, baik karena ia seorang manusia maupun sebagai seorang perempuan, dalam khasanah hukum hak asasi manusia dapat ditemui pengaturannya dalam berbagai

32

(49)

sistem hukum tentang hak asasi manusia. Dalam pengertian tersebut dijelaskan bahwa pengaturan mengenai pengakuan atas hak seorang perempuan terdapat dalam berbagai sistem hukum tentang hak asasi manusia. System hukum tentang hak asasi manusia yang dimaksud adalah system hukum hak asasi manusia baik yang terdapat dalam ranah internasional maupun nasional.

Khusus mengenai hak-hak perempuan yang terdapat dalam sistem hukum tentang hak asasi manusia dapat ditemukan baik secara eksplisit maupun implisit. Dengan penggunaan kata-kata yang umum terkadang membuat pengaturan tersebut menjadi berlaku pula untuk kepentingan perempuan. Dalam hal ini dapat dijadikan dasar sebagai perlindungan dan pengakuan atas hak-hak perempuan.33

Oleh karena itu maka penulis mendefinisikan bahwa hak-hak perempuan yaitu, merupakan suatu kepemilikan atau pembelaan yang harus dipertahankan dan diperjuangkan oleh kaum perempuan. Seperti halnya kekerasan atau diskriminasi, ketidak adilan yang terjadi di masyarakat maupun keluarga diamana perlidungannya dibawah system hukum yang berlaku terhadap hak asasi manusia serta mendapatkan pengakuan hukum dalam ranah nasiaonal maupun internasional.

33

Muzaqir, Akbar. “Hak-hak Perempuan”,

http://akbarmuzaqir.blogspot.com/2013/04/hak-hak-perempuan.html. di akses pada 13 September

(50)

40 A. Biaografi Dra. Shinta Nuriyah Wahid

1. Latar belakang keluarga Dra. Hj. Shinta Nuriyah Wahid

Terlahir dari keluarga sulung ibu Shinta Nuriyah merupakan anak pertama dari lima belas bersaudara di antaranya tujuh anak laki-laki dan delapan anak perempuan. Dimana dalam keluarga ibu Shinta Nuriyah semua anak-anaknya diperlakukan sama, artinya antara anak laki-laki dan perempuan memiliki tugas dan kewajiban yang sama dalam keluarga dan tidak ada yang saling membedakan antara pekerjan yang dilakukan perempuan maupun laki-laki semua saling berkerja sama satu sama lainya. 1

Ibu Shinta Nuriyah Wahid putri dari H. Abdullah Syukur, pedagang daging terkenal ini dilahirlkan di Jombang Jawa Timur pada tanggal 8 Maret 1948, beliau adalah istri dari mantan Presiden Indonesia ke empat yaitu K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menjabat dari tahun 1999 hingga tahun 2001. Menikah pada tanggal 11 september 1971 dengan usia 13 tahun, selama pernikahannya ibu Shinta Nuriyah Wahid dikaruniai empat orang anak yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh (lissa), Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus (Nita), Inayah Wulandari (Ina).

1

Khairul Ali, Emamatul Qudsyiyah, “Ibu Hj. Dra. Shinta Nuriyah Wahid, M. Hum.:

(51)

Saat ini Ibu Shinta Nuriyah Wahid tinggal di Jalan Warung Sila No. 10 Cikanjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.2

Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, yang sering akrab di panggil ibu Shinta ini menambahankan nama belakangnnya dengan nama alm. suaminya yaitu Abdurrahman Wahid agar nama suaminya akan tetap terpatih dalam dirinya yang memberikan kekuatan besar untuk meneruskan perjuangan ini.

Pada tahun 1993 suatu kecelakan terjadi menimpah ibu Shinta Nuriyah mobil yang ia kendarai tertabrak hingga membuat ibu Shinta Nuriyah mengalami kelumpuhan dibagian tubuhnya dari leher hingga kaki, sehingga harus berada di kursi roda. Ketika itu beliau sedang memasuki semester kedua program studi S2 studi kajian wanita di Universitas Indonesia Depok. 3

Setelah kecelakan dan sepeninggalan suaminya (alm, K.H. Abdurrahman Wahid) terjadi, tak menghambat beliau untuk terus berjuang. Munculnya ide-ide segar dari Ibu Sinta Nuriyah, beliau melanjutkan apa yang telah diperjuangkan sebelumnya bersama suami tercinta. Kegigihannya berjuang menempatkan wanita Indonesia pada posisi yang terhormat justru semakin mencuat setelah secara fisik ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Oleh karena itu perjuangan hak-hak perempuan merupakan salah satu tujuan hidupnya untuk terus membela kepentingan perempuan baik perempuan

2

Krestyawan. “Mengenal Gus Dur dan Keluarga”,

https://orangkantoran.wordpress.com/tag/gus-dur, di akses pada 10 September 2013.

3

Ensiklopedia Tokoh.”Ibu Negara Pejuang Hak Perempuan”,

(52)

yang berada di dalam maupun di luar rumah tangga yang sama-sama banyak mendapatkan ketidak adilan, hingga saat ini.4

2. Latar belakang pendidikan Dra. Hj. Shinta Nuriyah Wahid Pendidikan yang beliau tempuh yaitu:

d. Strata Satu (SI) Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1971. sendiri adalah singkatan dari “Pesantren Untuk Pemberdayaan Perempuan.” Kemudian, aktivitas yang beliau lakukan adalah membentuk FK3 yaitu Kajian Kitab Kuning yang telah menghasilkan dua buku yaitu “Wajah Baru Relasi Suami

4

Ensiklopedia Tokoh.”Ibu Negara Pejuang Hak Perempuan”,

http://www.tokohIndonesia.com/biografi/articl/285-ensiklopei/2318-ibu-negara-perjuangn-hak-perempuan. di akses pada tanggal 08 Oktober 2013

5

(53)

Isteri” dan “Kembang Setaman Perkawinan”. Forum Kajian Kitab Kuning ini sudah lebih dahulu bergerak dari yayasan Puan Amal Hayati, semua ini berkat kegigihannya memperjuangkan hak-hak perempuan, Ibu Shinta mendapatkan banyak pengharggan baik dalam negeri maupun luar Negeri.6

Kemudian Ia juga merupakan anggota kongres wanita Indonesia (kowani) yang merupakan federasi berbagai organisasi wanita di Indonesia, juga anggota komite Nasional Kedudukan Wanita Indonesia (Nasional Commission on

the status of Women).7 Serta sebagai Jurnalis untuk majalah keluarga “Zaman”

dan penulis lepas pad majalah “Matra”. Kemudian sebagai tenaga pelajar di pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar Jombang, tenaga pengajar di Universitas Darul Ulum dan Universitas Hasyim As’ari, Tebu Ireng Jombang.8

Kegiatan yang dilakukan ibu Sinta Nuriyah sendiri adalah mengadakan seminar, kegiatan konfrensi Internasional atau rontebel diskusi, diskusi terfokus, diskusi terbatas ada juga acara-acara kemasyarakatan seperti pengajian ibu-ibu, atau acara–acara Islam Maulid atau Isra’Miraj yang sebagaian besar ibu Sinta sebagai pembicara. Tahun 2012 ibu Sinta Nuriyah sempat menjadi pembicara di Jepang di pusat kajian wanita di Soka Zaka Universiti. Ibu Shinta Nuriyah sempat menyampaikan apa yang sudah dilakukan bukan oleh ibu Shinta Nuriyah secara pribadi, tetapi apa yang sudah dilakukan oleh Puan Amal Hayati dan banyak

6

Khairul Ali, Emamatul Qudsyiyah,“Ibu Hj. Dra. Shinta Nuriyah Wahid, M. Hum.:

Pejuang Hak-Hak ...”, http://fatayat.or.id/tokoh/detail/6. di akses pada 6 November 2013.

7

.Ensiklopedia Tokoh.”Ibu Negara Pejuang Hak Perempuan”,

http://www.tokohIndonesia.com/biografi/articl/285-ensiklopei/2318-ibu-negara-perjuangn-hak-perempuan. di akses pada tanggal 08 Oktober 2013

8

(54)

aktivis Indonesia untuk memajukan perempuan, sempat satu minggu disana.9 Selain itu juga Berbagai penghargaan telah diperolehnya diantaranya yaitu penghargaan Sokka Gakhi Internasional, Femina dan Trans 7.10

Semua ini dilatar belakangi oleh pengalaman beliau sebagai aktivis banyak pengalaman organisasi yang beliau lakukan dan tekuni hingga saat ini, yaitu: sebagai tenaga pengajar di Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar Jombang, tenaga pengajar di Universitas Hasyim As’ari, Tebuireng, Jombang, Tenaga Pengajar di Universitas Darul Ulum, Rejoso, Jombang, Jurnalis untuk majalah keluarga “Zaman”, tahun 1980-1985, Penulis lepas pada majalah “Matra”, Anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), Komisi Nasional Kedudukan Wanita Indonesia, Pendiri Yayasan al-Munawaroh (bergerak pada pemberian bantuan dana atau beasiswa kepada anak sekolah, keluarga tidak mampu, para penyandang cacat, dan korban bencana), tahun 1996, Anggota Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Pendiri Forum Kajian Kitab Kuning tahun 1997.11

B. Gambaran Umum Yayasan PUAN Amal Hayati

1. Latar Belakang Berdirinya Yayasan PUAN Amal Hayati

Sampai saat ini angka kekerasan terhadap perempuan masih terus saja meningkat. Dari catatan Komnas perempuan tahun 2008, terdapat 7.787 kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi pada tahun 2003. Angka terus melaju secara konsisten sehingga pada tahun 2007, angka kekerasan telah mencapai

9

Wawancara secara pribadi dengan Andrei Husein pada tanggal 03 Mei 2013

10

Khairul Ali, Emamatul Qudsyiyah, “Ibu Hj. Dra. Shinta Nuriyah Wahid, M. Hum.:

Pejuang Hak-Hak ...”, http://fatayat.or.id/tokoh/detail/6. di akses pada 6 November 2013.

11

(55)

25.522 kasus. Dan bentuk kekerasan yang dialami perempuan, dari tahun ke tahun yang terbanyak adalah kekerasan dalam rumah tangga. Bahkan sejak UU PKDRT disahkan pada tahun 2004, jumlah kasus yang ditangani melonjak sampai hampir empat kali lipat.

Sebelum UUD PKDRT disahkan, dalam rentang waktu antara tahun 2001-2004, jumlah kekerasan yang dilaporkan sebanyak 9.662 kasus. Namun sejak diberlakukannya UU PKDRT, dalam kurun waktu 2 tahun, yaitu tahun 2005-2007 terhimpun sebanyak 53. 704 kaus PKDRT yang dilaporkan, ini berarti, antara tahun 2001 sampai tahun 2007, pelaporan meningkat sampai lima kali lipat.

Sebetulnya, Indonesia telah meratifikasi konvensi CEDAW, namun kayataannya, kekerasan terhadap perempuan masih terjadi dimana-mana, mulai dari kelompok sosial yang kecil, yaitu keluarga, sampai kelompok besar, yaitu masyarakat dan keluarga. Sebagaimana yang terdapat dalam gambar di bawah ini:

(56)

yang merugikan perempuan, menyebabkan kekerasan yang tercipta dan terpola, dan kekerasan suami terhadap istri, dianggap sebagai hal yang lumrah, wajar dan takdir. Ini terjadi karena konstruksi budaya, dilegitimasi dengan tafsir-tafsir agama oleh kaum laki-laki.

Akibatnya perempuan selalu dihadapkan pada posisi yang dilemahkan, dengan beban sosial yang makin berat dan sulit. Oleh karena itu, diperlukan adanya sebuah analisis hukum yang berpresfektif jender. CEDAW maupun UU No. 7 tahun 1974, seharusnya tidak dilihat sebagai aturan hukum yang hanya merupakan deretan pasal yang harus dilaksanakan, melainkan harus dilihat sebagai sebuah sistem hukum yang dapat menciptakan keadilan dan kesetaraan jender dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kondisi seperti ini, pembelaan yang intensif dari para aktivis perempuan mampun lembaga-lembaga hukum yang membela perempuan, sangatlah dibutuhkan, terutama agar proses hukum dapat berjalan sebagai mana mestinya.

Gambar

Gambar 1
Gambar 2 kondisi Jamma’ah yang mengikuti kegiatan sahur keliling di Bogor.
Gambar 2 Melakukan buka puasan bersama yang
Gambar kitab yang sudah mengalami

Referensi

Dokumen terkait