• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bebicara mengenai hak-hak perempuan, seorang perempuan terkadang mendapatkan diskriminasi dalam kehidupan pekerjaan, bermasyarakat maupun lingkup keluarga (antara suami dan istri). Dengan adanya diskriminasi maka kemudian banyak pihak terutama perempuan menyadari pentingnya perlindungan dan pembelaan terhadap kaum perempuan sehingga hak perempuan sebagai salah satu hak asisi manusia yang harus dapat di perjuangkan dan diakui juga dijamin perjuangannya

Hak asasi perempuan, adalah hak yang dimiliki oleh seorang perempuan, baik karena ia seorang manusia maupun sebagai seorang perempuan, dalam khasanah hukum hak asasi manusia dapat ditemui pengaturannya dalam berbagai

32

Sukmawati Horios, http://harissoekamti.blogspot.com/2012/06/usahaperjuangan-adalah-kerja-keras.html#ixzz2ekbfZh00, diakses 13 September2013

sistem hukum tentang hak asasi manusia. Dalam pengertian tersebut dijelaskan bahwa pengaturan mengenai pengakuan atas hak seorang perempuan terdapat dalam berbagai sistem hukum tentang hak asasi manusia. System hukum tentang hak asasi manusia yang dimaksud adalah system hukum hak asasi manusia baik yang terdapat dalam ranah internasional maupun nasional.

Khusus mengenai hak-hak perempuan yang terdapat dalam sistem hukum tentang hak asasi manusia dapat ditemukan baik secara eksplisit maupun implisit. Dengan penggunaan kata-kata yang umum terkadang membuat pengaturan tersebut menjadi berlaku pula untuk kepentingan perempuan. Dalam hal ini dapat dijadikan dasar sebagai perlindungan dan pengakuan atas hak-hak perempuan.33

Oleh karena itu maka penulis mendefinisikan bahwa hak-hak perempuan yaitu, merupakan suatu kepemilikan atau pembelaan yang harus dipertahankan dan diperjuangkan oleh kaum perempuan. Seperti halnya kekerasan atau diskriminasi, ketidak adilan yang terjadi di masyarakat maupun keluarga diamana perlidungannya dibawah system hukum yang berlaku terhadap hak asasi manusia serta mendapatkan pengakuan hukum dalam ranah nasiaonal maupun internasional.

33

Muzaqir, Akbar. “Hak-hak Perempuan”,

http://akbarmuzaqir.blogspot.com/2013/04/hak-hak-perempuan.html. di akses pada 13 September

40 A. Biaografi Dra. Shinta Nuriyah Wahid

1. Latar belakang keluarga Dra. Hj. Shinta Nuriyah Wahid

Terlahir dari keluarga sulung ibu Shinta Nuriyah merupakan anak pertama dari lima belas bersaudara di antaranya tujuh anak laki-laki dan delapan anak perempuan. Dimana dalam keluarga ibu Shinta Nuriyah semua anak-anaknya diperlakukan sama, artinya antara anak laki-laki dan perempuan memiliki tugas dan kewajiban yang sama dalam keluarga dan tidak ada yang saling membedakan antara pekerjan yang dilakukan perempuan maupun laki-laki semua saling berkerja sama satu sama lainya. 1

Ibu Shinta Nuriyah Wahid putri dari H. Abdullah Syukur, pedagang daging terkenal ini dilahirlkan di Jombang Jawa Timur pada tanggal 8 Maret 1948, beliau adalah istri dari mantan Presiden Indonesia ke empat yaitu K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menjabat dari tahun 1999 hingga tahun 2001. Menikah pada tanggal 11 september 1971 dengan usia 13 tahun, selama pernikahannya ibu Shinta Nuriyah Wahid dikaruniai empat orang anak yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh (lissa), Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus (Nita), Inayah Wulandari (Ina).

1

Khairul Ali, Emamatul Qudsyiyah, “Ibu Hj. Dra. Shinta Nuriyah Wahid, M. Hum.:

Saat ini Ibu Shinta Nuriyah Wahid tinggal di Jalan Warung Sila No. 10 Cikanjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.2

Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, yang sering akrab di panggil ibu Shinta ini menambahankan nama belakangnnya dengan nama alm. suaminya yaitu Abdurrahman Wahid agar nama suaminya akan tetap terpatih dalam dirinya yang memberikan kekuatan besar untuk meneruskan perjuangan ini.

Pada tahun 1993 suatu kecelakan terjadi menimpah ibu Shinta Nuriyah mobil yang ia kendarai tertabrak hingga membuat ibu Shinta Nuriyah mengalami kelumpuhan dibagian tubuhnya dari leher hingga kaki, sehingga harus berada di kursi roda. Ketika itu beliau sedang memasuki semester kedua program studi S2 studi kajian wanita di Universitas Indonesia Depok. 3

Setelah kecelakan dan sepeninggalan suaminya (alm, K.H. Abdurrahman Wahid) terjadi, tak menghambat beliau untuk terus berjuang. Munculnya ide-ide segar dari Ibu Sinta Nuriyah, beliau melanjutkan apa yang telah diperjuangkan sebelumnya bersama suami tercinta. Kegigihannya berjuang menempatkan wanita Indonesia pada posisi yang terhormat justru semakin mencuat setelah secara fisik ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Oleh karena itu perjuangan hak-hak perempuan merupakan salah satu tujuan hidupnya untuk terus membela kepentingan perempuan baik perempuan

2

Krestyawan. “Mengenal Gus Dur dan Keluarga”,

https://orangkantoran.wordpress.com/tag/gus-dur, di akses pada 10 September 2013.

3

Ensiklopedia Tokoh.”Ibu Negara Pejuang Hak Perempuan”,

yang berada di dalam maupun di luar rumah tangga yang sama-sama banyak mendapatkan ketidak adilan, hingga saat ini.4

2. Latar belakang pendidikan Dra. Hj. Shinta Nuriyah Wahid Pendidikan yang beliau tempuh yaitu:

a. MI (SD) Jombang tahun 1958.

b. MM (Madrasah Mualimat) Baharul Ulum, Jombang, Tambak Beras, Jawa Timur tahun 1964.

c. MA (Madrasah Aliyah) Mual’limin Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, Jawa Timur tahun 1967.

d. Strata Satu (SI) Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1971.

e. Strata Dua (S2) Program Kajian Wanita Program Pascasarjana Universitas Indonesia Jakarta.5 1975.

3. Aktivitas dan Pengalaman Organisai Dra. Hj Shinta Nuriyah Wahid

Aktivitas yang dilakukan ibu Shinta Nuriyah pada tanggal 3 Juli 2000 mendirikan Yayasan Puan Amal Hayati dan mulai beroprasi tahun 2001. PUAN sendiri adalah singkatan dari “Pesantren Untuk Pemberdayaan Perempuan.” Kemudian, aktivitas yang beliau lakukan adalah membentuk FK3 yaitu Kajian Kitab Kuning yang telah menghasilkan dua buku yaitu “Wajah Baru Relasi Suami

4

Ensiklopedia Tokoh.”Ibu Negara Pejuang Hak Perempuan”,

http://www.tokohIndonesia.com/biografi/articl/285-ensiklopei/2318-ibu-negara-perjuangn-hak-perempuan. di akses pada tanggal 08 Oktober 2013

5

Dari hasil wawan cara oleh Adrei Husain di Yayayasan Puan Amal Hayati pada tanggal 27 November 2013.

Isteri” dan “Kembang Setaman Perkawinan”. Forum Kajian Kitab Kuning ini sudah lebih dahulu bergerak dari yayasan Puan Amal Hayati, semua ini berkat kegigihannya memperjuangkan hak-hak perempuan, Ibu Shinta mendapatkan banyak pengharggan baik dalam negeri maupun luar Negeri.6

Kemudian Ia juga merupakan anggota kongres wanita Indonesia (kowani) yang merupakan federasi berbagai organisasi wanita di Indonesia, juga anggota komite Nasional Kedudukan Wanita Indonesia (Nasional Commission on

the status of Women).7 Serta sebagai Jurnalis untuk majalah keluarga “Zaman”

dan penulis lepas pad majalah “Matra”. Kemudian sebagai tenaga pelajar di pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar Jombang, tenaga pengajar di Universitas Darul Ulum dan Universitas Hasyim As’ari, Tebu Ireng Jombang.8

Kegiatan yang dilakukan ibu Sinta Nuriyah sendiri adalah mengadakan seminar, kegiatan konfrensi Internasional atau rontebel diskusi, diskusi terfokus, diskusi terbatas ada juga acara-acara kemasyarakatan seperti pengajian ibu-ibu, atau acara–acara Islam Maulid atau Isra’Miraj yang sebagaian besar ibu Sinta sebagai pembicara. Tahun 2012 ibu Sinta Nuriyah sempat menjadi pembicara di Jepang di pusat kajian wanita di Soka Zaka Universiti. Ibu Shinta Nuriyah sempat menyampaikan apa yang sudah dilakukan bukan oleh ibu Shinta Nuriyah secara pribadi, tetapi apa yang sudah dilakukan oleh Puan Amal Hayati dan banyak

6

Khairul Ali, Emamatul Qudsyiyah,“Ibu Hj. Dra. Shinta Nuriyah Wahid, M. Hum.:

Pejuang Hak-Hak ...”, http://fatayat.or.id/tokoh/detail/6. di akses pada 6 November 2013.

7

.Ensiklopedia Tokoh.”Ibu Negara Pejuang Hak Perempuan”,

http://www.tokohIndonesia.com/biografi/articl/285-ensiklopei/2318-ibu-negara-perjuangn-hak-perempuan. di akses pada tanggal 08 Oktober 2013

8

aktivis Indonesia untuk memajukan perempuan, sempat satu minggu disana.9 Selain itu juga Berbagai penghargaan telah diperolehnya diantaranya yaitu penghargaan Sokka Gakhi Internasional, Femina dan Trans 7.10

Semua ini dilatar belakangi oleh pengalaman beliau sebagai aktivis banyak pengalaman organisasi yang beliau lakukan dan tekuni hingga saat ini, yaitu: sebagai tenaga pengajar di Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar Jombang, tenaga pengajar di Universitas Hasyim As’ari, Tebuireng, Jombang, Tenaga Pengajar di Universitas Darul Ulum, Rejoso, Jombang, Jurnalis untuk majalah keluarga “Zaman”, tahun 1980-1985, Penulis lepas pada majalah “Matra”, Anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), Komisi Nasional Kedudukan Wanita Indonesia, Pendiri Yayasan al-Munawaroh (bergerak pada pemberian bantuan dana atau beasiswa kepada anak sekolah, keluarga tidak mampu, para penyandang cacat, dan korban bencana), tahun 1996, Anggota Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Pendiri Forum Kajian Kitab Kuning tahun 1997.11