• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanya : Menurut anda perjuangan hak-hak perempuan seperti apa yang di perjuangkan oleh Ibu Sinta Nuriyah Wahid?

B. Gambaran Umum Yayasan PUAN Amal Hayati

4. Tanya : Menurut anda perjuangan hak-hak perempuan seperti apa yang di perjuangkan oleh Ibu Sinta Nuriyah Wahid?

Jawab : menurut saya pertama beliau memiliki pemikiran yang liberal. Jika dilihat dari psegi pendidikan dia berhasil mendirikan yayasan yang menampung masyarakat terutama perempuan untuk belajar. Dari segi moral-sosial, belaiu mampu menjaga martabatnya sebagai seorang muslim dan beliau mampu memperjuangkan hak perempuan yang terlindungi dan memfasilitasi konsultasi terhadap hukum yang ada di Indonesia.

Jawab : Sangat berpengaruh baik, karena beliau tidak hanya mentrasfer ilmu terhadap orang-orang yang berpendidikan pada pendidikan umum saja beliaupun mentrasfer ilmu-ilmu agama Islam dalam bentuk kajian,diskusi, dan seminar-seminar.

Nama : Ustd. Andi Rodi (Tokoh Agama) Status : Lectuer of Islamic Classical Books

Tanggapan dan pendapat belaiu tentang hak-hak perempuan yang dilkukan oleh ibu Sinta Nuriyah dengan mengkaji kembali kitab Uqud al-Lujjayn yaitu:

Seorang Istri wajib taat terhadap suami, tidak sebaliknya. Tidak akan pernah sama laki-laki dan perempuan sampai kapan pun, tidak akan pernah sama. Jika ibu Sinta mengatakan: “Dalam segala hal seharusnya perempuan dan

laki-laki memiliki hak dan kewajiban yang sama.” Maka ustd. Andi Rodi

mengatakan: tidak bisa itu namanya sudah melawan ketentuan Allah. Sepanjang sepengetahuan yang saya tahu sampai berulang-ulang tamat mengkaji kitab Uqud al-Lujjayn ini diaman letak ketidak adilannya.

Semua itu sudah kudrottullah, Allah sudah menciptakan nabi dan rasul bahwa sebagaimana memang seorang laki-laki itu pemimpin, itu kelebihannya karena akalnya. Allah menciptakan akal sepuluh, sembilan untuk laki-laki dan satu untuk perempuan. Jika ustad Husein Muhammad menyatakan bahwa:

Pernyataan bahwa perempuan akalnya lebih rendah dari laki-laki itu saya

kira tafsir dari orangbukan dari nabi”. Maka ustad Andi, tidak setuju jika dia

menyatakan tafsiran itu dari orang bukan nabi itu tidak betul itu namanya asbun.

Tanggapan mengenai ibu Sinta Nuriyah di yayasan Puan amal hayati dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dengan mengkaji ulang kitab kuning atau dinamakan FK3 yang di pelajari di pondok pesantren yaitu:

Kitab Uqud al-Lujjayn merupakan kitab yang berbicara mengenai relasi suami istri yang relatif banyak digunakan sebagai referensi di pesantren-pesantren.

Suami boleh memukul istri hanya istri tidak menggunakan parfum. Menurut saya saat ini cara mendidik dengan memukul sudah tidak bisa kita terima lagi ini tidak absah untuk dijadikan dasar hukum. Peryataan bahwa perempuan itu akalnya lebih rendah dari laku-laki itu saya kira itu tafsir dari orang bukan Nabi.

Pandangan serta tanggapan dan awal perjuangan Ibu Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan yaitu:

Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama, dan agama Islam itu agama rahmatan’lilallamin yang mengayomi semua orang.

Selama saya mulai menulis tesis, saya sering menjumpai masalah-masalah tentang perempuan. Ketidak adilan terhadap perempuan, kekerasan serta subordinasi dan marjinalisasi. Tesis saya itu juga menyangkutkan dengan masalah agama dari situ. Dari situ sayawaktu itu saya menggunakan kitab uqud al-lujjayn sebagai bandingan tentang perlakuan terhadap perempuan itu. di situ banyak sekali hal yang sangat-sangat menindas perempuan. Nahh itu kan tidak adil bagi perempuan ketika harus tau mayoritas masyarakat Indonesia adalah agama Islam untuk menata kehidupan mereka, kitab-kitab yang dibaca itu sebagai pegangan adalah kitab kuning semuanya ada di pesantren dan semuanya itu masih sangat pasrial hal, dan untuk itu kita harus punya senjata untuk bisa menerobos masuk kedalam pesantren senjata itu adalah mereraid (mengkaji ulang) kitab kelasik yang masih patrial hal.

Dalam kitab Uqud al-Lujjayn yang ditulis oleh Syaikh Nawawi, mengatakan bahwa perempuan itu kedudukannya di hadapan suaminya bagaikan budak terhadap tuannya.

Saya itu mulai menjadi aktivis tidak pada saat saya menjadi ibu negara, tapi saya menjadi aktivis jauh sebelum itu saya sudah menjadi aktivis. Perjuangan saya tidak akan berhenti, karena tidak adanya bapa..perjuangan

Yang kita harapkan adalah perempuan-perempuan bisa mendapatkan perlakuan-perlakuan yang adil, yang layak, yang sama berjuang dengan laki-laki baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara. Bukan untuk saya saja tapi untuk seluruh perempuan.

Nama: Benny Susetyo (Catholic Priest)

Tanggapan mengenai Ibu Sinta Nuriyah dan yayasan Puan Amal Hayati dalam memperjuangkan hak-hak perempuan:

Kalau Gus Dur itu menawarkan cara berfikir bahwa agama itu memiliki kebebasan melindungi minoritas, Gus Dur juga memberikan tempat bagi semua orang. Sekarang peran itu diambil oleh Ibu Sinta.

hak perempuan:

Saya menangkap pada trobosan yang dilakukan, yang mungkin orang bilang keluar dari plat fom ya. Karena lintas elemen yang disapa oleh beliau menjadikan belaiu tidak terpaku pada program-program first lady, tidak terpaku pada penyapaan istri-istri mentri. Misalnya ada apeal di luar garis-garis formalitas yang beliau sapa misalnya komunitas disable, TKW, dan lainsebagainya. Jadi ada komitmen spesifik untuk memberikan penyapaan terhadap kelompok rentan.

Tidak ada sesuatu yang berubah dari komitmen perjuangan beliau membengun kesetaraan jender sejak menjadi ibu negara maupun setelah tidak menjadi ibu negara lagi saya melihat ada satu ada kontinyu dari ibu komitmen yang cukup kuat.

Tanggapan mengenai Ibu Sinta Nuriyah dengan yayasan Puan Amal Hayati yaitu:

Soal Ibu Nuriyah dan Puan Amal Hayati, saya melihatnya kaya dua sisi yang tidak bisa dipisahkan ibu Nuriyah ya Puan, Puan ya Ibu Nuriyah karena tidak ada yang bisa di representasikan oleh yang lain.

Saya melihat itu yahh jaringan yang kongkrit atas permintaan mereka lagi yahh..mereka meminta untuk didirikan Puan di pesantrennya jadi saya kira respon masyarakat yang cukup bagus dan di lima tahun pertama Puan sudah dapat berkerja sama dengan PBB dan UNFPA untuk program perhentian kekerasan terhadap perempuan.

Karena Poligami itu merupakan salah satu bentuk kekerasan perempuan. Banyak faktor-faktor yang membuktikan itu, itu yang sebenarnya kita menolak kemudian bentuk-bentuk reaksi kami waktu itu dengan ibu Nuriyah, Puan amal hayati adalah membuat dapur anti poligami untuk peserta sebagai yahh...katakan dapur alternatif dari dapurnya panitia, gitu.

dirikan oleh Ibu Sinta Nuriyah yang berbasis pesantren yaitu:

Saya waktu berumur 11 tahun itu saya di perkosa sama ayah saya, saya di gitu lagi di perkosa lagi berulang-ulang. Sampai saya punya anak empat terpaksa gitu kan kalu saya gak nurutin sama ayah saya nanti dibunuh, ya saya di perkosa sampai kasus saya terungkap di kantor polisi saja. Udah diberi keterangan terus saya di bawa kesini ke puspita puan amal hayati. Pas sudah kesini saya seneng banget gitu..aa yang nolong disisi, saya di ajarin agama terus di kasih keterampilan.

Mahkamah Konstitusi 1.pada tanggal 24 Juni 2011

Ibu Sinta Nuriyah mengisi acara radio TKM Kayumanis 99.5 FM. Sebagai Narasumber

Kegiatan Kajian Kitab Kuning (FK3) yang dilakukan Ibu Sinta Nuriyah bersama dengan para aktivis perempuan dan para kyai pondok pesantren

Ibu Sinta SeBagai pembicara di kajian kitab kuning

Acara Sahur Keliling yang diadakan di kota Semarang.

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 1 . Acara sahur keliling yang diadakan di Kota Bogor

Acara sahur keliling yang diadakan di Kota Jember

Gambar 1

Gambar 2. Pentas seni tari yang dilakukan santri di kota Jember

Acara sahur keliling di kota Madura Gambar 1

dilakukan para santri

Sosialisasi Pemberdayaan prempuan di Wangon

Gambar 1

Sosialisasi Pemberdayaan prempuan di daerah Cilacap

Sosialisasi Pemberdayaan prempuan di daerah Banyumas

Ceramah yang di isi oleh ibu Sinta Nuriyah di Acara sahur keliling di kota Demak

Yayasan Puan Amal Hayati tapak dari Luar

bersama pa Andrei Husain

Tampak dari Dalam

Foto kenangan Global Peace Festifal ASIA PASIFIC 2010

Salah satu gambar Kuning yang di kaji

Gambar kitab yang sudah mengalami pengkajian ulang yang di terbitkan langsung oleh Puan Amal Hayati