• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Gambaran Umum Yayasan PUAN Amal Hayati

4. Visi dan Misi Yayasan Puan Amal Hayati Visi :

Mewujudkan masyarakat adil dan setara yang terbatas dari kekerasan dan diskriminasi berdasarkan prinsip-prinsip moral, agama, dan kemanusiaan.

Misi:

Menjadikan pesantren sebagai basis gerakan penegakkan keadilan, nilai-nilai pluralisme dan kesetaraan bagi perempuan melalui advokasi, pengkajian kitab-kitab agama, serta penyebaran informasi. 20

19 Puan Amal Hayati, Tantri, (Jakarta: Yayasan Puan Amal Hayati), h. 6 20

Dari worldpress Puan Amal Hayati. “Visi dan Misi Puan Amal Hayati”,

http://puanamalhayati.wordpress.com/tentang-puan-2/visi-dan-misi/, diakses pada tanggal 18

54

A. Bentuk Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam Memperjuangkan hak-hak perempuan.

Aktivitas dakwah yang dilakukan oleh ibu Sinta Nuriyah Wahid saat ini sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh yayasan Puan Amal Hayati. Serta melanjutkan apa yang sudah di perjuangkan oleh suaminya (alm. K.H. Abdurrahman Wahid). Adapun memang misi tambahan ketika Ibu Sinta Nuriyah Wahid memimpinyaitu memperjuangkan hak-hak perempuan dengan basis pesantren.

Bentuk aktivitas dakwah yang dilakukan ibu Sinta Nuriyah dalam memperjuangkan hak-hak perempuan yaitu sama dengan apa yang dilakukan Yayasan Puan Amal Hayati. Di yayasan ini ada salah satu devisi yang menjadi fokus kajian diskusi yang dilakuakan Ibu Sinta Nuriyah Wahid dengan para kyai podok pesanten dan para aktivis perempuan lainnya yang tergabung dalam sebuah forum kajian kitab kuning atau FK3.1

Forum kajian kitab kuning (FK3) ini mengkaji ulang kitab-kitab klasik diantaranya kitab yang sangat populer dikalangan pondok pesantren yaitu kitab

Uqud al Lujjain” karangan Imam Nawawi al-Bantani, dan kitab“Taqrib”. Kedua

kitab ini menurut Ibu Sinta Nuriah kandungan isinyasudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman dan Nabi-pun tidak mengajarkannya. Terlalu

1

banyak pembahasan yang menyudutkan kaum perempuan seakan agama Islam menganggap rendah kaum perempuan. Salah satu contoh penyatakan dalam kitab tersebut, bahwa perempuan memakai parfum kemudian keluar rumah itu boleh dipukul. Pernyataan dalam kitab ini setelah ditelusuri dan dikaji ternyata hadits itu palsu. Sedangkan ketidak relevanan isi dalam kitab “Takrib” sendiri, adalah bahwa air yang boleh kita gunakan untuk berwudhu adalah empat dzira’. Satu dzira’ itu panjangnya satu lengan orang Arab. Nah, apakah lengan orang Arab ini sama dengan lengannya orang Indonesia. Lalu, bagaimana kita memahamainya? Oleh karena itu kita perlu melakukan reinterpretasi dan re-read terhadap kitab “Taqrib” ini.2

Kemudian dari forum kajian kitab kuning atau FK3 ini, hasil dari diskusi-diskusi yang telah disepakati oleh Ibu Sinta Nuriyah Wahid setelah itu di interpretasikan atau dibekukan dalam sebuah buku yang telah diterjemahakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris agar dapat dibaca dan difahami oleh semua kalangan dengan bahasa yang tidak terlalu baku dan mudah di cerna. Kemudian mensosialisasikannya melalui yayasan Puan Amal Hayati.3 Advokasi yang dilakukan puan amal hayati melalui pesantren ini ternyata mendapatkan respon dan dukungan yang cukup baik, ada delapan pesanten yang menjadi mitra Puan Amal Hayati yaitu ada di daerah Jakarta Timur, Tasik Malaya, Probolinggo, Jember, Malang, Sumeneb dan Lombok.4

2

Emamatul Qudsyiyah, Khairul Ali. “Ibu Hj. Dra. Shinta Nuriyah Wahid, M. Hum.:

Pejuang Hak-Hak ...”, http://fatayat.or.id/tokoh/detail/6. di akses pada 6 November 2013.

3

Dari wawancara dengan Andrei Husain pada tanggal 26 November 2013 4

Bentuk aktivitas dakwah selanjutnya yang dilakukan oleh Ibu Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan yaitu dengan cara ceramah-ceramah di majelis ta’limatau secara tatap muka (face to face),mengisi kajian di radio serta acara seminar-seminar lain yang berkaitan dengan perjuangan hak-hak perempuan, kemudian ibu Sinta Nuriyah Wahid melakukan acara khusus setiap satu tahun sekali yaitu pada bulan puasa. Ibu Sinta Nuriyah Wahid melakukan

roodshow dari satu negara atau kota satu ke kota lain yang ada di Indonesia

maupun luar negeri. Tujuannya adalah agar terciptanya hubungan baik dan harmonis antara pemeluk agama Islam dengan agama lain dan saling menghargai satu sama lain. 5

Pada tahun 2010 kemarin telah berhasil merealisasikan sejumlah program berkenaan dengan pemberdayaan perempuan dan penanggulangan KBG (Kekerasan Berbasis Gender). Di antara program yang sudah dilakukan adalah penyelenggaran acara talkshow dengan tema: “Say No to Violence Againts

Women & Children”, dengan dukungan kementrian pemberdayaan Perempuan

dan UNFPA, acara ini disiarkan secara on-air oleh radio Kayu Manis 99,5 FM (RKM)- Ciputat, setiap senin dan kamis, 24 Juni- 08 Juli 2010, pukul 17 .00- 18-.00 WIB, yang di sampaikan oleh ibu Sinta Nuriyah secara langsung.6

Beliau sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan keadilan jender. Melakukan pengkajian mendalam terkait hadits dalam kitab-kitab klasik yang tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman dan sangat bias jender. Melakukan advokasi secara meyeluruh guna membangun martabat kaum wanita

5

Dari wawancara dengan Andrei Husain pada tanggal 26 November 2013

6

dan meluruskan apa yang selam ini menjadi pandangan orang-orang bahwa kaum wanita adalah kaum yang sangat rendah kedudukannya dihadapan kaum laki-laki yang sangat diskriminatif juga bias jender. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pondok pesantren adalah tempat yang sangat efektif bagi pendidik untuk merelisasikan dan menginplementasikan apa yang selama ini di pelajari oleh santri perlu di luruskan kembali.Selain itu pondok pesantren juga merupakan lembaga pendidikan yang cukup lama di Indonesia, dan masyarakat Indonesia sangat mengenalnya.

Ada banyak kitab kuning dan kitab-kitab klasiklainnya yang diajarkan di pesantren yang sangat mendukung dinasti perempuan. Oleh sebab itu Ibu Sinta Nuriyah melakukan diskusi-diskusiserta melakukan pengkajian kembali bersama kiyai dan para aktivis perempuan lainnya dibawah lembaga yayasan Puan Amal Hayati, dengan mensosialisasikan dan mengimplementasikannya dalam buku. Selain itu yang menjadi agenda rutin setiap tahunnya yang dilakukan oleh ibu Sinta Nuriyah dan yayasan puan amal hayati dalam dakwahnya agar tetap keadilan jender selalu bergaung di seluruh penjuru dunia yaitu agenda sahur keliling. Acara ini di ikuti oleh beberapa tokoh lintas agama yang datang untuk ikut sahur bersama dan memberikan penghormatan atas datangnya bulan suci Ramadhan.

Jadi bentuk aktivitas dakwah ibu Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan disini mencangkup pada dua bentuk aktivitas dakwah yaitu dakwah bil al-lisan, dimana hal itu dilakukan dengan dakwah lisan, seperti ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan lain

sebagainya.Selain itu bentuk aktivitas dakwah yang beliau lakukan dengan dakwah bil al-hal, dakwah dilakukan dengan melalui bergagai kegiatan yaitu, dengan mendirikan yayasan puan amal hayatihingga hasilnya dapat dirasakan oelah masyarakat luas sebagai objek dakwah.

B. Langkah-langkah yang dilakukan Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam Memperjuangkan hak-hak perempuan.

Ibu Sinta Nuriyah Wahid dalam melakukan aktivitas dakwah memperjuangkan hak-hak perempuan di yayasan Puan Amal hayati, langakah-langkah yang dilakukan yaitu:

1. Melalukan diskusi.

Forum Kajian Kitab Kuning atau disebut dengan FK3, dengan para kiyaipondok pesntren serta para aktivis perempuan yaitu, kiyai Husain Muhammad, kiyai Wahid Marianto, Lutfi Fatullah, Ibu Maria Ulfah Ansor yang sekarang menjadi APAI, Ibu Safarina Fadli (Guru besar wanita UI), Ibu Hendartini Absyah (pakar kesehatan produksi), Lis Markus (senior program Asia Fondestion).

Dalam kegiatan yang dilakukan ibu Sinta Nuriyah ini mendapatkan dukungan dan kepercayaan oleh PBB untuk mengelola program-program yang sedang di perjuangkan oleh ibu Sinta Nuriyah Wahid di yayasan Puan Amal Hayati. Kemudian mensosialisasikan ke delapan pesantren yang ada di Indonesia yaitu

daerah Indramayu, Tasikmalaya, probolinggo, Jember, Malang, Sumeneb, Lombok dan Jakarta.7

Diskusi yang dilakukan seperti membahas kembali kitab-kitab klasik yang sudah tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman dan sangat bias jender, hingga saat ini masih digunakan. Ibu Sinta Nuriyah menerobos dan memperbaiki presepsi para kiyai tentang perempuan, yang selama ini selalu saja menggunakan paradigma lama berpegang pada kitab kuning sebagai pedoman. Sesungguhnya menurut ibu Sinta Nuriyah isi kitab kuning tidaklah sepenuhnya sesuai dengan isi al-Quran. Isi kitab yang berisi relasi suami istri inilah yang menggambarkan kedudukan istri sangat terpuruk, dan disebutkan kedudukan seorang istri ibarat seorang budak di hadapansuami di dalam rumah tangga.

Mengkaji kembali isi kitab kuning menurut ibu Sinta Nuriyah merupakan suatu hal yang memberikan kemaslahatan bagi perempuan, karena ternyata isi dalam kitab kuning yang selama ini dipelajari di pesantren ternyata hadits-hadits seperti itu adalah hadist-hadist palsu. Ibu Sinta Nuriyah menyarankan pihak-pihak yang berpendapat poligami diperbolehkan, sebaiknya diharapkan mengkaji al-Quran lebih dalam, seksama, teliti dan seluruh aspek harus dikaji lagi. Sebab menterjemahkan al-Quran bukan hanya pada lingkup tekstual saja tapi juga kontekstual. Termasuk mencangkup kajian asbab al-nuzul dan bahasanya.

Secara tekstual ayat yang menjelaskan tentang tpoligami memang berbunyi,

“fankihû mâ thâba lakum min al-nisâ’ matsnâ wa tsulâtsa wa rubâ”, (nikahilah

dua atau tiga atau empat perempuan yang baik menurutmu). Ayat ini menurut ibu

7

Sinta Nuriyah jangan dipotong, dan menggunakan hanya penggalan ayat tersebut. Sebab masih ada sambungan yang sering dilupakan yakni, “Fain khiftum allâ

ta’dilû fawâhidah” (sekiranya kamu khawatir tidak dapat berlaku adil, maka

kawin satu perempuan). Kemudian menurut ibu Sinta Nuriyah menilain keadilan itu dari sudut mana dan ukuran siapa, karena al-Qur’an memiliki dua pendanan kosakata untuk kata adil yaitu qashata dan ‘adala.

Kata “qashata” sering dipakai untuk pengertian keadilan yang bersifat material. Sementara “adala” untuk keadilan yang bersifat immaterial seperti cinta dan kasih sayang, perhatian dan lain sebagainya. Begitu juga dengan ayat tersebut diatas dalam ayat tadi al-Quran menggunakan kosa kata “adala”. Jadi yang menjadikan permasalahan dalam ayat, yang justru sering di jadikan dasar teologi poligami yaitu keadilan bersifat immaterial. Di dalam surat al-Nisa disebutkan

“Falâ tashtathî’u ‘an ta’dilû baina al-nisâ’ walau haratstum,” engkau tidak akan

mampu berbuat adil atas perempuan meski engkau berusaha keras untuk itu. Jadi keadilan tidak akan mungkin terwujud melalui praktik poligami.8

Oleh karena itu forum kajian kitab kuning (FK3) yang dilakuakn sepekan sekali ini merupakan langkah awal dalam perjuangan mengahapus tindak kekerasandan diskriminasi terhadap kaum perempuan baik di keluarga maupun masyarakat pada umumnya.

2. Mendirikan Yayasan dan Pendampingan.

Yayasan Puan Amal Hayati ini merupakan langkah kedua dalam memperjuangkan hak-hak perempuan yang dilakukan oleh ibu Sinta Nuriyah.

8

Krestyawan. (2009), “Mengenal Gus Dur dan Keluarganya”,

Tujuannya adalah mewujudkan masyarakat yang terbebas dari kekerasan berdasarkan perinsip-perinsip moral agama dan kemanusiaan, khususnya bagi kaum perempuan dan menjadikan pesantren sebagai basis penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

Setelah melakukan pengkajian ulang pada kitab kuning, dari hasil diskusi yang telah disepakati oleh beberapa anggota forum FK3 kemudian dibukukan dan diterbitkan oleh tim yayasan Puan Amal Hayati. Yayasan yang dipimpin oleh ibu Sinta Nuriyah Wahid ini memiliki program-program kegiatan diantaranya ada devisi program pendampingan korban, dimana divisi ini melakukan pendampingan-pendampingan terhadap korban kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan yang sering terjadi dalam keluarga.9

Bentuk pendampingan-pendampingan yang dibutuhkan oleh perempuan korban kekerasan bisa bersifat fisik, yuridis, sosial maupun idieologi. Pendampingan yang bersifat fisik, dilakukan dengan cara memberikan perlindungan secara fisik kepada perempuan korban kekerasan, yang mengalami trauma fisik dan pisikis, serta memberikan tempat perlindungan, dan teman yang bisa dijadikan tempat berbagi rasa, menumpahkan segala derita fisik dan mental yang dialaminya. Bagaimanapun, hampir semua bentuk kekerasan terhadap perempuan,akan meninggalkan dampak pisikologis bagi perempuan, suatu dampak yang mungkin tidak langsung kelihatan, akan tetapi sulit dihilangkan.

9

Sedangkan pendampingan yuridis yaitu memberikan bantuan kepada perempuan korban kekerasan, serta mendampinginya didepan pengandilan.10

Selain itu pendampingan yang dilakukan terhadap perempuan kasus kekerasan atau diskriminasi kemudian mengalami troma, pendampingan yang kami lakukan bukan hanya melakukan pendampingan yang biasa dilakukan tapi bagi korban yang beragama muslim atau Islam biasanya yayasan melakukannnya dengan cara mediatasi yaitu dengan memberikan buku-buku do’a untuk penenangan jiwa si pasien.

3. Melalukan Sosial Kemanusiaan (Langkah pengembangan prularisme atau kerukunan antar umat beragama)

Aktivitas dakwah dilakukan Ibu Sinta Nuriyah selanjut yaitu sosial kemanusiaan, hal ini termasuk dalam pengembangan prularisme atau kerukunan antar umat beragama. Dimana kegiatan sosial ini dialkuakan dengan mengadakan acara sahur keliling setiap tahuannya yaitu pada bulan Ramadhan. Sejak tahun 2000 hingga tahun 2013 acara ini roodshow yang sudah dilakukan ke empat belas kalinya, di Indonesia maupun luar negeri salah satunya negara Jepang, dan beberapa negara lainnya. Kemudian acara ini lebih sering dilakukan di Indonesia, seperti tahun ini sedikitnya ada sekitar dua puluh tujuh daerah yang akan kita kunjungi untuk acara sahur keliling. Kita melakukan roodshow dari Jakarta kemudian ke beberapa daerah lainnya yang ada di pulau Jawa.

Acara sahur keliling ini dilakukan diharapkan bagaimana kita memperkokoh persaudaraan sesama masyarakat Indonesia, tanpa harus mengenal

10

Puan Amal Hayti, Romantika Kehidupan, (Jakarta: Yayasan Puan Amal Hayati: 2009), hal. vii

etnis, tanpa harus mengenal agama, tanpa harus mengenal warna kulit. Kekhasan dari sahur keliling yang kita lakukan ini kami bekerja sama dengan komunitas lintas agama, seperti tahun lalau di kota cirebon, mengadakan sahur keliling di salah satu kelenteng namanya kelenteng Talang itu benar-benar kita lakukan di halaman kelenteng dan suasananya seperti berada di daratan Cina dan kebersamaan itu benar-benar dirajut.

Waktu itu di daerah Cirebon kami berkerjasama dengan teman-teman dari Kong Hucu nama lembaganya itu Matakin (Majelis Tinggi Kong Hucu Indonesia). kemudian tahun 2012 di Tanggrang kita berkerjasama dengan gereja keristen pamulang kita melakukannya di halaman gereja. Kenapa kita melakukan seperti ini karena bagaiman kita merajut menjadi kesatuan dan juga agar penganut lain juga tahu apa yang kita lakukan. Setidaknya dengan apa yang kita lakukan selaku seorang muslim harus menghargai apa yang mereka lakukan. Nah dalam koridur tersebutlah kita melakukannya.11

Langkah ke empat dalam aktivitas dakwahnya ibu Sinta Nuriyah Wahid yaitu melakukan publikasi, dimana publikasi ini di dukung oleh tim Yayasan Puan Amal Hayati dalam menyuarakan perjuangan hak-hak perempuan atau keadilan jender, yaitu melalui Majalah, buku, Media sosial seperti facebook, tewitter, dan blog. Semua dapat dimanfaat kan untuk mengaungkan perjuangan hak-hak perempuan terhadap kesetaraan jender, keadilan jender.12

Oleh karena itu menyuarakan keadilan Jender, kemudian mensosialisasikannya melalui kegiatan majelis taklim majelis taklim dan

11

Dari wawancara dengan Andrei Husain pada tanggal 05 Mei 2013

12

seminar yang diadakan seperti seminar yang dilakukan di luar negeri (Jepang, Hongkong, dll), dan ibu sinta menjadi narasumber di acara radio dan televisi semua itu dilakukan sebagaimana fusngsinya sebagai pendawah dalam aktivitanya adalah menyuarakan kebenaran dan keadilan yang dapat memebrikan kemaslahatan bagi manusia maupun masyarakat.

Dalam menjalankan misi dakwahnya Dra. Hj Sinta Nuriyah Wahid selalu berusaha menyuarakan dan memperjuangakan hak-hak perempuan dimana presepsi atau paradigma terhadap perempuan yang selama ini salah dan menganggap rendah kaum perempuan, baik itu secara lisan maupun tulisan. Ini sesuai dengan ajaran Nabi Muhammmad Saw yaitu “amar ma’ruf nahy munkar”

sayarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat.

Dakwah memang harus memiliki fungsi untuk meningkatkan kulaitas umat, yang pada akhirnya membawa suatu dampak perubahan pada diri manusia. Semangat menyebarkan informasi tentang Islam, meluruskan serta memperjuangkannya memberikan beliau suatu satu kesadaran untuk selalu memberikan hal yang bermanfaat bagi orang lain. Aktivitas dakwah ini di contohkan ibu Sinta Nuriyah Wahid dengan memberikan langkah yang sesuai dengan al-Quran dan hadits.

65 A. Kesimpulan

Setelah penulis menganalisis dan meneliti aktivitas dakwah dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Yayasan Puan Amal Hayati yang dilakukan oleh Ibu Sinta Nuriyah Wahid, maka ada beberapa poin yang dapat kita ambil sebagai kesimpulan sebagai berikut:

1. Aktivitas dakwah yang dilakukan Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Yayasan Puan Amal Hayati lebih pada dakwah bil-lisan dan bil-hal, karena dakwah yang beliau lakukan melalui pengajian ceramah umum dan diskusi, majelis taklim, dan seminar semua itu tercangkup dalam dakwah bil lisan.Selain itu bentuk aktivitas dakwah yang beliau lakukan dengan dakwah bil al-hal, dakwah dilakukan dengan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat yaitu, dengan mendirikan Yayasan Puan Amal Hayati, serta melakukan pendampingan-pendampingan melalui pondok pesantrenhingga hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas sebagai objek dakwah. 2. Langkah-langkah yang dilakukan dalam memperjuangkan hak-hak

perempuan di Yayasan Puan Amal Hayati pada tahap awal beliau membuat forum diskusi Kajian Kitab Kuning atau disebut FK3. Kemudian mendirikan Yayasan Puan Amal Hayati dengan basis pesantren yang berkerjasama dengan delapan pondok pesantren yang ada di Indonesia

sepertin Indramayu, Tasik Malaya, Probolignggo, Jember, Malang, Sumeneb, dan Lombok. Salah satu dari beberapa daerah yang telah disebutkan juga salah satunya ada di Jakarta Selatan yaitu Pondok Pesantren Al-Kinaniyah yang berada di daerah Jakarta Timur dipimpin oleh Kyai Wahid Mariyanto. Setelah itu mensosialisasikannya dengan mengadakan seminar-seminar nasional maupun internasional, mengisi acara-acara di radio maupun televisi. Selain itu ibu Sinta Nuriyah Wahid melakukan tindakan pendampingan-pendampingan terhadap korban diskriminasi terutama perempuan yang di tangani langsung oleh tim Yayasan Puan Amal Hayati. Diharapkan dari semua aktivitas dakwah yang dilakukan oleh ibu Sinta Nuriyah Wahid tersebut agar kesetaraan jender dan keadilan jender dapat terwujud dengan mengkaji kembali kitab-kitab klasik yang bias jender. Demikian kesimpulan dari aktivitas dakwah Dra. Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Yayasan Puan Amal Hayati.

B. Saran-saran

1. Ibu Dra. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid untuk tetap semangat dalam menyebarkan agama Islam, dengan kondisi yang berada di kursi roda beliau harus tetap semangat dalam memperjuangkan keadilan jender. Harus teteap memperluas jaringan walaupun kondisi yang saat ini tidak seperti ketika suami beliau K.H. Abdurrahman Wahid masih hidup dan menjabat sebagai kepala negara Indonesia, yang ketika itu mendapatkan

banyak sorotan oleh media massa. Walaupun begitu memperjuangkan hak-hak perempuan dengan berbasis pesantren merupakan pembianan yang cukup baik dengan memperluas lagijaringan-jaringan pondok pesantren lainnya. Karena dengan memberikan pendampingan-pendampingan secara sikologis salah satunya dengan terapi ruhiyah, dengan metode pengajaran dan pembinanan dalam pesantren kemudian memeprluas jaringannya maka akan membantu masyarakat dalam hal perlindungan terhadap kaum perempuan yang mengalami diskriminasi dan dapat mengurangi angka kekerasan setiap tahunnya.

2. Untuk Yayasan Puan Amal Hayati dan Kjian Kitab Kuningnya atau FK3 ini, alangkah baiknya menggencarkan waktu untuk kajian di media massa, seperti facbook, tewitter, blog di setiap harinya. Lebih membuat forum diskusi juga di media massa ini dengan salah satunya adalah membangun forum diskusi online, agar kajian-kajian diskusi kitab-kitab yang di bahas yang setiap pekannya diadakan, kemudian solusi yang dihasilkan dapat segera tersebar dari hasil yang telah disepakati oleh tim diskusi FK3 ini dan langsung di publis di media massa. semua itu akan membantu dan menambah Informasi bagi masyarakat luas. Agar semua ini juga diharapkan dapat mempopuleritaskan nama Yayasan Puan Amal Hayati lebih disorot oleh masyarakat dan menjadaikan wadah untuk mereka yang memerlukan perlindungan secara fisikis maupun pisikologis. Kemudian kesetaraan jender dapat bergaung lebih luas dengan solusi yang di tawarka oleh Yayasan Puan Amal Hayati.

3. Untuk masyarakat, kaum intelektual dan para aktivis perempuan lainnya apapun latar belangang gerakan kita yang menyuarakan keadilan terhadap kaum perempuan dan memperjungkan hak-hak mereka kita terus menggencarkannya agar kesetaraan jender yang memperjuangkan hak-hak perempuan dapat membantu perlindungan bagi mereka korban diskriminasi. Karena jumlah kekarasan yang ada di Indonesia setiap tahunnya meningkat drastis dan kondisi ini sangat mengkawatirkan untuk masyarakat Indonesia beberapa tahun kedepan.

69 Nasional. 2000.

Ahmed, Leila. Wanita dan Jender Dalam Islam. New Have dan Londen: Lentera.