• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualifikasi dan Validasi

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 116-153)

BAB 4 PEMBAHASAN

4.12 Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi adalah tindakan untuk memastikan kelayakan dari suatu mesin atau peralatan. Kualifikasi yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma Tbk. meliputi kualifikasi desain (DQ), kualifikasi instalasi (IQ), kualifikasi operasional (OQ) dan kualifikasi kinerja (PQ). Ketiga kualifikasi tersebut dilaksanakan terhadap instrumen baru pada periode tertentu yang sudah ditetapkan yaitu 3 tahun serta dicatat dan didokumentasikan dalam jadwal kualifikasi alat. DQ merupakan proses melengkapi dan mendokumentasikan kajian rancangan (design review) untuk meyakinkan bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap perancangan. DQ merupakan elemen pertama dari validasi fasilitas baru, sistem, atau peralatan. IQ merupakan suatu tindakan untuk memastikan bahwa mesin telah terpasang dengan baik sesuai spesifikasinya. OQ merupakan suatu tindakan untuk memastikan bahwa mesin dapat dioperasikan dengan baik. Kegiatan yang dilakukan berupa pemeriksaan fungsi mesin yang dioperasikan tanpa beban. PQ merupakan suatu tindakan untuk memastikan bahwa mesin telah berfungsi dengan baik. Kegiatan yang dilakukan berupa pemeriksaan fungsi mesin terhadap produk yang akan dihasilkan.

Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval pengujian yang lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan, sedangkan kualifikasi dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada perubahan yang signifikan). Namun tidak tertutup kemungkinan kalibrasi dan kualifikasi dilaksanakan di luar jadwal yang sudah ditetapkan sebelumnya, yaitu jika dicurigai ada masalah dengan alat, seperti suhu pengering (FBD) yang kurang tinggi sehingga pengeringan tidak optimal dan lain-lain.

Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk Validasi (RIV) yang merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan

secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan kinerja yang baik. Validasi yang dilakukan di PT. Kalbe Farma Tbk. meliputi validasi proses, validasi fasilitas dan sarana penunjang, validasi metode analisa, validasi pembersihan serta validasi komputer. Pelaksanaan validasi sesuai dengan urutan prioritas yang tercantum dalam Risk Analysis. Kecuali jika terdapat pertimbangan tertentu seperti terjadi penyimpangan yang signifikan yang harus segera ditindaklanjuti, maka pelaksanaan validasi dapat tidak sesuai dengan risk analysis.

Validasi metode analisa di PT. Kalbe Farma Tbk. dilakukan oleh Bagian Analytical Development di Departemen R&D. Penentuan metode analisa mengacu pada beberapa standar, diantaranya Farmakope Indonesia, United State Pharmacopea, Japan Pharmacopea, Europe Pharmacopea dan beberapa pustaka lain. Metode ini nantinya akan digunakan oleh bagian Pengawasan Mutu (QC) untuk melakukan analisa produk rutin.

Validasi pembersihan dilakukan terhadap mesin atau peralatan setelah digunakan untuk proses produksi produk tertentu atau sampling bahan baku tertentu yang ditentukan berdasarkan Risk Analysis (Worst case). Validasi pembersihan mesin ini memiliki tujuan agar sisa produk sebelumnya tidak mengkontaminasi produk selanjutnya yang diproduksi. Tiap line produksi memiliki berbagai macam mesin/alat yang dipakai untuk memproduksi berbagai macam produk dengan spesifikasi yang berbeda, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya satu mesin digunakan lebih dari satu macam produk. Dalam kasus seperti inilah perlu dilakukan Risk Analysis untuk menentukan prioritas produk mana yang perlu dilakukan validasi pembersihan.

Validasi fasilitas dan sistem penunjang dilakukan terhadap Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC) System; Water System; Compressed Air System; Pure Steam: Dust Collection System; Gas System; Plant Steam; Electricity; fasilitas (bangunan di area produksi dan penyelesaian akhir bangunan); dan equipment.

Validasi Proses yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma Tbk. mengacu pada sejumlah pedoman, diantaranya PIC/S, GMP Guidelines of Canada dan FDA

Universitas Indonesia

Guidelines on General Principle of Process Validation. Untuk memperoleh status valid, suatu proses harus secara konsisten memenuhi spesifikasi pada semua tahap melalui prosedur yang telah ditetapkan pada sedikitnya tiga kali pengujian berturut-turut. Jika suatu proses telah tervalidasi, diharapkan selanjutnya proses tersebut tetap terkontrol, selama tidak terdapat perubahan persyaratan. Jika terjadi modifikasi dalam proses atau terdapat perubahan sistem maupun peralatan yang terlibat dalam proses tersebut perlu dilakukan revalidasi. Pelaksanaan revalidasi pada PT. Kalbe Farma Tbk. berdasarkan RIV, yaitu tiga tahun sekali atau jika terjadi suatu perubahan yang harus segera ditindaklanjuti dengan validasi. Dalam beberapa hal, validasi dilakukan pada keadaan terburuk untuk menjamin bahwa proses tersebut dapat diterima pada situasi yang ekstrim. Validasi proses harus dapat membuktikan kelayakan suatu proses pada skala produksi sehingga juga dapat menjamin konsistensi kualitas produk suatu line dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Validasi proses terhadap produk-produk baru, dilaksanakan setelah diperoleh formula yang optimal hasil pra-validasi oleh departemen R&D. Validasi proses terbagi menjadi empat macam, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren, validasi retrospektif dan validasi ulang. Pelaksanaan validasi ulang mengacu pada pengendalian terhadap pengendalian perubahan yang terdapat pada RIV. Pengendalian perubahan merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengevaluasi perubahan yang menyebabkan penyimpangan proses dan mungkin pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas produk.

5.1 Kesimpulan

a. PT. Kalbe Farma Tbk. telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspek dan rangkaian proses produksi, yang meliputi aspek manajemen mutu, personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan hygiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat dan obat kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis terhadap kontrak, kualifikasi dan validasi, serta telah menerapkan ISO 9001, dan ISO 14001, dan OHSAS 18801.

b. Seeorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan yang penting yaitu sebagai Kepala Produksi, Kepala Pengawasan mutu (QC), dan Kepala Pemastian Mutu (QA). Selain itu, apoteker juga bertanggung jawab sebagai tenaga profesional yang turut serta dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan melalui keahliannya dalam dunia kefarmasian.

5.2 Saran

a. Hendaknya setiap upaya yang dilakukan dalam rangka menghasilkan produk yang berkualitas tinggi di PT. Kalbe Farma Tbk., termasuk penerapan CPOB dan standar mutu lainnya, selalu dipertahankan dan ditingkatkan.

b. PT. Kalbe Farma Tbk. hendaknya tetap mempertahankan setiap upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para karyawan akan pentingnya penerapan CPOB dalam segala aspek yang berkaitan dengan produksi.

Universitas Indonesia DAFTAR ACUAN

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. PT Kalbe Farma, Tbk. (2003). Rencana Induk Validasi (RIV) PT Kalbe

Farma, Tbk. Cikarang: PT Kalbe Farma, Tbk.

PT Kalbe Farma, Tbk. (2009). Annual Report PT Kalbe Farma Tbk. Cikarang: PT. Kalbe Farma, Tbk.

VALIDASI PROSES IBUFENZ FORTE SUSPENSI

DI PT. KALBE FARMA Tbk.

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SARAH NAZILIA ISLAMIDIENA, S.Farm

1006835513

ANGKATAN LXXIII

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JANUARI 2012

ii

HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR LAMPIRAN ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Pengertian Validasi Proses... 3 2.2 Jenis Validasi Proses... 4 2.3 Validasi Proses Ibufenz Forte Suspensi ... 7 2.3 Studi Kapabilita Proses ... 8

BAB 3 PELAKSANAAN TUGAS KHUSUS ... 10

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus ... 10 3.2 Metode Pelaksanaan Tugas Khusus ... 10

BAB 4 PEMBAHASAN ... 11 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25 5.2 Saran ... 25

iii

Lampiran 1 Process Capability Sixpack of Keseragaman Volume Ibufenz

Forte Suspensi ... 27 Lampiran 2 Process Capability Sixpack of Tes Torque Ibufenz Forte

Suspensi ... 28 Lampiran 3 Hasil Transformasi Johnson Process Capability Sixpack of

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang

Dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), validasi termasuk 12 elemen CPOB. CPOB mengharuskan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek krtitis dari kegiatan yang dilakukan. Validasi mengarah kepada pengembangan bukti yang terdokumentasi bahwa suatu proses atau sistem, saat dioperasikan dengan parameter tertentu, dapat bekerja dengan efektif dan reprodusibel (mencapai hasil yang standar) untuk menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi dan kualitas (BPOM, 2006).

Istilah validasi pertama kali dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus, Direktur Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun 1970-an sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu produk industri farmasi. Hal ini dilatar belakangi adanya berbagai masalah mutu yang timbul dimana masalah-masalah tersebut tidak terdeteksi dari pengujian rutin yang dilaksanakan oleh industri farmasi yang bersangkutan. Selanjutnya, validasi juga diadopsi oleh negara-negara yang tergabung dalam The Pharmaceutical Inspection Co-operation/Scheme (PIC/S), Uni Eropa (EU), dan World Health Organization (WHO). Validasi merupakan aspek kritis (substantial aspect) dalam penilaian kualitas industri farmasi yang bersangkutan (Nash, Robert A. and Alferd H. Wachter, 2003).

Pelaksanaan validasi proses merupakan salah satu upaya pendekatan terhadap jaminan mutu sediaan farmasi dan untuk mewujudkan efisiensi proses manufaktur sehingga dapat dihasilkan produk yang aman, berkualitas, dan efektif. Pada umumnya, validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal diatas tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospketif). PT. Kalbe Farma, Tbk. senantiasa melaksanakan validasi proses untuk setiap

produknya sebagai bentuk compliance terhadap regulasi yang ada, baik secara nasional maupun internasional (Kalbe Farma, 2003).

1.2 Tujuan

Dalam tugas khusus ini akan dibahas mengenai apakah proses pembuatan validasi proses Ibufenz Forte Suspensi yang dilakukan di line 5 di PT. Kalbe Farma Tbk. sudah memenuhi persyaratan proses produksi, parameter kritis dan parameter pengujian yang sesuai dengan protokol validasi proses Ibufenz Forte Suspensi.

3 Universitas Indonesia 2.1 Pengertian Validasi Proses

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian, tata cara atau metode pembuktian tersebut harus dengan “cara yang sesuai” artinya proses pembuktian tersebut ada tata cara atau metode yang sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam CPOB. Validasi proses merupakan salah satu jenis validasi yang ada di industri farmasi ( Priyambodo, B., 2007).

Validasi proses adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara sesuai bahwa setiap bahan, proses, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (Nash, Robert A. and Alferd H. Wachter, 2003).

Validasi proses bertujuan untuk memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang berlaku dan digunakan dalam proses produksi rutin (batch processing record), senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara terus-menerus. Selain itu, validasi proses juga bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengurangi masalah yang terjadi selama proses produksi dan memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang, sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi. Validasi proses bukan merupakan bagian dari research dan/atau product development, namun merupakan ”dokumen pembuktian” bahwa proses produksi yang dilakukan sesuai dengan dokumen proses pengolahan. Dengan kata lain, validasi bukan merupakan proses ”mencari” tapi proses ”membuktikan” (Priyambodo, B., 2007).

Validasi proses (terutama untuk produk baru) hanya bisa dilaksanakan, jika hal-hal berikut telah dilaksanakan, yaitu :

a. Kualifikasi mesin dan peralatan produksi (IQ/OQ).

b. Kualifikasi sarana penunjang (AHU, water system, dan lain-lain). c. Validasi metode analisa.

Sebelum pelaksanaan validasi harus disusun protokol validasi dan telah mendapat persetujuan dari QA (Quality Assurance) Manajer untuk dilaksanakan.

Selama pelaksanaan validasi proses produksi tidak diperbolehkan untuk melakukan perubahan terhadap protokol yang telah disetujui oleh QA Manajer.

Berdasarkan Rencana Induk Validasi (RIV) PT. Kalbe Farma Tbk. sebelum pelaksanaan validasi proses, terlebih dahulu disusun protokol validasi proses sebagai pedoman saat validasi proses dilakukan. Setelah itu, disusun laporan validasi proses dari hasil validasi proses yang telah dilakukan. Seluruh pelaksanaan validasi yang berhubungan dengan parameter kritis dan uji selama proses sampai hasil produk jadi dengan asumsi seluruh bahan baku, fasilitas, peralatan, dan sistem penunjang berada dalam pengawasan dan terkualifikasi. Ruang lingkup validasi proses sampai tahap pengemasan primer dan jika menggunakan mesin pengemasan primer yang on-line dengan mesin pengemasan sekunder maka pelaksanaan validasi sampai tahap pengemasan sekunder.

Persyaratan yang harus dilakukan dalam melaksanakan validasi adalah: a. Protokol validasi harus sudah tersedia dan telah diterima

b. Validation studies harus sesuai dengan protokol

c. Data validasi dari studies harus dikumpulkan, dicatat dan disimpulkan

d. Laporan validasi harus ditinjau oleh tiap departemen terkait dan diterima oleh quality unit

e. Data validasi harus terdokumentasi yang baik

f. Jika terdapat perubahan pada proses yang divalidasi harus dilaporkan

2.2 Jenis Validasi Proses

Berdasarkan Rencana Induk Validasi (RIV) PT. Kalbe Farma Tbk., terdapat tiga jenis validasi proses, yaitu:

2.2.1 Validasi Prospektif

Validasi prospektif merupakan validasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan produksi rutin dari produk yang akan dipasarkan. Validasi ini dilakukan terhadap produk-produk baru (belum pernah diproduksi atau dipasarkan sebelumnya) atau terhadap proses pembuatan yang mengalami perubahan dimana perubahan tersebut dapat berakibat terhadap karakteristik produk sebelum produk

Universitas Indonesia tersebut didistribusikan. Validasi prospektif dilakukan setelah proses scale up dan optimalisasi prosedur oleh Bagian R&D dan bukan pada skala trial (laboratorium), serta setelah dilakukan finalisasi prosedur produksi (batch processing record) oleh Bagian R&D. Validasi prospektif dilakukan pada 3 (tiga) batch pertama secara berurutan dengan membagi proses produksi menjadi beberapa tahap dan berdasarkan pengalaman atau pertimbangan teoritis masing-masing tahap evaluasi, untuk mengidentifikasi parameter-parameter kritis yang mungkin berdampak terhadap kualitas produk jadi.

Serangkaian penelitian dilakukan untuk menentukan parameter-parameter kritis dengan adanya kontribusi dan keterlibatan dari seluruh departemen yang terkait yaitu produksi, Quality Control (QC), teknik, dan Quality Assurance (QA). Percobaan dengan faktor-faktor yang ekstrim akan dilakukan untuk menentukan ketangguhan dari suatu proses. Setiap penelitian direncanakan dan didokumentasikan secara menyeluruh dalam suatu protokol yang disahkan. Seluruh peralatan, fasilitas produksi, dan metode analisa harus sudah tervalidasi dan terkualifikasi sebelum melaksanakan validasi proses. Penggunaan bahan awal dengan spesifikasi yang ekstrim dapat menggambarkan kemampuan dari proses untuk dapat selalu menghasilkan produk jadi dengan mutu sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditentukan.

2.2.2 Validasi Konkuren

Validasi konkuren merupakan validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk dijual atau validasi yang dilakukan pada proses produksi yang sudah atau tengah berjalan dan diproduksi, yang mana oleh karena suatu hal belum dilakukan validasi prospektif pada proses produksi produk tersebut. Validasi konkuren juga dilakukan apabila terdapat perubahan pada parameter kritis yang dapat mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk. Perubahan parameter yang dapat mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk tersebut, antara lain perubahan spesifikasi bahan baku, peralatan utama, prosedur pembuatan, metode pengujian, dan lain-lain. Validasi konkuren dilakukan pada 3 (tiga) batch yang berurutan. Batch dapat diluluskan berdasarkan serangkaian uji

pengawasan mutu yang intensif, pengawasan kondisi pembuatan, dan persetujuan dari unit sistem pengendalian mutu. Pendokumentasinya sama dengan validasi prospektif, fasilitas, peralatan dan metoda analisa yang digunakan harus sudah tervalidasi dan terkualifikasi.

2.2.3 Validasi Retrospektif

Validasi retrospektif merupakan validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang telah dipasarkan berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian batch. Data yang digunakan untuk validasi proses adalah 10 hingga 30 batch. Validasi retrospektif dilaksanakan terhadap produk-produk yang sudah tangguh prosesnya, mempunyai prosedur yang sudah tetap dan rutin digunakan serta tidak membutuhkan validasi proses resmi yang terdokumentasi. Validasi dengan cara menggunakan data historis untuk memperoleh bukti-bukti cukup yang terdokumentasi bahwa proses dilakukan sesuai dengan apa yang seharusnya.

Validasi ulang dilaksanakan setelah periode waktu tertentu yaitu 5 tahun atau jika terjadi suatu perubahan yang dapat disimpulkan harus ditindaklanjuti dengan validasi atau sesuai dengan jadwal validasi ulang yang sudah ditentukan (proses revalidasi).

Validasi ulang untuk validasi proses dilakukan jika dalam jangka waktu 5 tahun sejak selesainya pelaksanaan validasi tidak terjadi perubahan dan jika terjadi perubahan maka dilakukan validasi ulang, adapun jenis perubahan yang direkomendasikan untuk validasi ulang:

a. Terjadi perubahan spesifikasi raw material (karakteristik bahan seperti densitas, viskositas, distribusi ukuran partikel yang mungkin berpengaruh terhadap proses atau produk).

b. Terjadi perubahan pabrik (manufacture) bahan baku.

c. Terjadi perubahan bahan baku kemas (misalnya penggantian bahan gelas dengan bahan plastik).

d. Terjadi perubahan dalam proses (misalnya waktu pencampuran, suhu pengeringan)

Universitas Indonesia e. Terjadi perubahan yang signifikan atau bermakna pada peralatan yang

digunakan untuk produksi (misalnya penambahan sistem deteksi otomatis, setelah dilakukan perbaikan atau overhaul peralatan). Perubahan peralatan yang melibatkan pergantian peralatan tetapi tidak berpengaruh terhadap parameter kritis dan fungsi kerja dari alat tidak membutuhkan validasi ulang. f. Penggunaan peralatan atau fasilitas baru.

g. Perubahan sistem penunjang atau area produksi (misalnya pengaturan kembali area produksi, sistem baru pengolahan air).

h. Pemindahan proses ke tempat lain.

i. Perubahan yang tidak terduga (misalnya hal tersebut teramati sewaktu melaksanakan self-inspection atau analisa rutin terhadap kecenderungan data selama proses).

j. Perubahan besar pada metoda analisa atau spesifikasi produk.

Pada saat melakukan validasi ulang, protokol yang digunakan dan dokumentasinya sesuai dengan pelaksanaan validasi proses sebelumnya, jenis validasinya dapat berbeda dari sebelumnya dengan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu seperti ketangguhan proses, prosedur yang tetap dan rutin digunakan dan sebagainya.

2.3 Validasi Proses Ibufenz Forte Suspensi

Sebelum melakukan validasi proses, diperlukan suatu protokol validasi. Protokol validasi adalah suatu rencana tertulis mengenai pelaksanaan program validasi yang akan dilaksanakan termasuk parameter pengujian, karakteristik produk, peralatan, dan batas pengambilan keputusan terhadap hasil uji yang dapat diterima.

Format protokol validasi proses Ibufenz Forte Suspensi mencakup: a. Cover Protokol Validasi Proses

b. Dokumen Acuan c. Komposisi d. Tujuan

e. Penanggungjawab f. Ruang Lingkup

g. Pemeriksaan Raw Material h. Deskripsi Proses i. Deskripsi Alat j. Sistem Penunjang k. Proses l. Kriteria Penerimaan m. Revalidasi n. Lampiran:

1. Review Dokumen Acuan 2. Kartu Produksi

3. Metode Analisis Pemeriksaan 4. Karakteristik Raw Material 5. Process Flow Diagram 6. Process Flow Chart 7. Kualifikasi Ruangan 8. Kalibrasi Peralatan

9. Rencana Pengambilan Sampel 10. Tahap Produksi :

a. Step 1: Pencampuran b. Step 2: Pencampuran Akhir c. Step 3: Penyaringan

d. Step 4: Pengisian 11. Evaluasi

2.4 Studi Kapabilita Proses

Kapabilita proses dilakukan menurut program Stastistical Process Control (SPC). Analisis kapabilitas proses ini sangat penting karena melalui analisis ini dapat dinilai seberapa baik suatu proses dapat menghasilkan produk

Universitas Indonesia yang dapat diterima oleh konsumen. Hasil yang diperoleh dari kapabilita proses dibuat prioritas proses yang perlu segera diperbaiki dan mengidentifikasi proses yang tidak membutuhkan perbaikan segera.

Intepretasi dari Process Capability Index (Cpk) yaitu:

1. Cpk < 0,90: penyimpangan produk terjadi secara teratur, proses tidak terkontrol. Harus diperiksa bagaimana proses kerja atau disain spesifikasi perlu ditinjau ulang.

2. 0,90 ≤ Cpk < 1,00: penyimpangan produk kadangkala muncul, proses harus diperiksa lebih ketat untuk mengeliminasi cacat atau penyimpangan.

3. 1,00 ≤ Cpk <1,10: perubahan sedikit dalam proses produksi mengakibatkan munculnya penyimpangan.

4. 1,10 ≤ Cpk < 1,33: kondisi ideal, variasi dalam batas yang diizinkan.

5. Cpk ≥ 1,33: jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi (proses menjadi lebih murah, lebih produktif).

10 Universitas Indonesia 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus

Pelaksanaan tugas khusus dilaksanakan dibagian validasi proses, Quality Assurance dan line 5 PT. Kalbe Farma Tbk. site Cikarang selama 7 hari, yaitu dari tanggal 22 Agustus sampai 26 Agustus 2011.

3.2 Metode Pelaksanaan Tugas Khusus

Tugas khusus Validasi Proses Ibufenz Forte Suspensi dibuat dengan mengikuti proses pembuatan Ibufenz Forte Suspensi di line 5 dari tahap pencampuran, pencampuran akhir, penyaringan, pengisian, dan pemeriksa kesesuaian proses produksi yang meliputi parameter kritis serta pengujian berdasarkan protokol validasi proses Ibufenz Forte Suspensi. Hasil pengujian keseragaman volume dan tes torque diolah dengan program Minitab®ver. 14.20.

11 Universitas Indonesia Validasi proses Ibufenz Forte Suspensi yang dilakukan di PT. Kalbe Farma Tbk. merupakan validasi prospektif. Validasi dilakukan pada tiga batch berurutan tetapi pada saat pelaksanaan tugas khusus berlangsung yang hanya dapat diikuti validasi prosesnya hanya satu batch number (BN) yaitu batch kedua, sedangkan batch pertama dilakukan pada bulan agustus minggu pertama dan batch ketiga jadwal menyusul. Ibufenz Forte Suspensi mengandung Ibuprofen 200 mg per 5 ml. Validasi proses Ibufenz Forte Suspensi mencakup parameter kritis dan pengujian selama tahap proses pembuatan. Parameter kritis yang terdapat pada validasi proses Ibufenz Forte Suspensi antara lain suhu aquademin, waktu pencampuran, kecepatan pencampuran, waktu penyaringan, waktu sirkulasi, waktu sirkulasi pembilasan, jumlah aquademin yang ditambahkan, waktu pengadukan, kecepatan pengadukan, waktu pengisian, spedd regulator, dan frekuensi piston. Sedangkan parameter pengujian antara lain penampilan, pH, viskositas, bobot jenis, keseragaman kadar Ibuprofen, uji disolusi Ibuprofen, penetapan kadar Ibuprofen, cemaran mikroba, tes kebocoran, dan tes torque.

Pada proses pengujian, pengambilan titik sampel tergantung dari pengujian yang sedang dilakukan. Setiap tahap proses Ibufenz Forte Suspensi mempunyai parameter kritis dan pengujian masing-masing sesuai dengan tahapan yang sedang dilakukan. Pengujian dilakukan pada bagian produksi oleh inspektor validasi proses dan di bagian Quality Control (QC). Kualifikasi ruangan produksi selama validasi proses antara lain jumlah mikroba, RH, temperatur dan Absolute Moisture Content (AMC). Pada saat validasi proses diperiksa kebenaran penimbangan bahan baku dan spesifikasi bahan sesuai dengan kartu produksi. Kalibrasi dan kualifikasi peralatan juga diperiksa tanggal kalibrasi, tanggal rekalibrasi, dan tanggal kualifikasi.

Parameter-parameter kritis dan pengujian diperoleh dari dokumentasi Kartu Produksi yang disimpan dalam ruang penyimpanan Batch Record.

Universitas Indonesia Data-data tersebut diinput ke dalam format yang telah ditetapkan (Excel

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 116-153)

Dokumen terkait