• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Air Yang Dibutuhkan .1 Parameter Kualitas Air

Dalam dokumen Ustek Air Bersih (Halaman 30-33)

D. Kapasitas Tampungan

2.4.3 Kualitas Air Yang Dibutuhkan .1 Parameter Kualitas Air

A. Suhu

Kisaran suhu yang disyaratkan untuk air dengan peruntukan air minum adalah antara 40o F – 50o F. Di dalam air umumnya memiliki suhu di bawah 40o F. ketika suhu berada di atas 50o F, air akan berkurang kemungkinannya untuk dikonsumsi dan juga untuk beberapa penggunaan tertentu. Air yang memiliki suhu di atas 80oF tidak dianjurkan sebagai air baku, sedangkan suhu di atas 90o F tidak layak sebagai air baku. Beberapa akibat kenaikan suhu air adalah :

Meningkatnya populas beberapa bakteri

Jumlah beberapa mirkoorganisme akan meningkat ketika suhu meningkat dari 90o F ke 100o F.

Keefektifan dari zat disinfektan akan meningkat

Pada suhu di atas 4o C viskositas dan densitas air akan meningkat

Penggumpalan zat kimia dan proses sedimentasi akan meningkat

B. Warna

Warna air menunjukkan tingkat kelayakan yang sedikit signifikan dari sumber air yang diambil. Warna tidak layak secara visual. Warna bisa disebabkan karena kandungan material atau sisa buangan industri dan dapat menyebabkan proses koagolasi pada pengolahan airnya menjadi lebih sulit. Standar kandungan warna pada air yang diperbolehkan adalah sekitar 20 ppm dan yang dianjurkan adalah kurang dari 10 ppm.

C. Kekeruhan (Turbiditas)

Turbiditas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana cahaya dapat menembus badan air. Turbiditas merupakan ukuran yang tepat untuk mengetahui kandungan bahan terlarut di air. Air yang terpopulasi selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat lainnya, terutama kelarutannya yaitu :

1. Padatan terendap (sedimen) 2. Padatan tersuspensi dan koloid

3. Padatan terlarut

2.4.3.2 Standar Baku Mutu Kualitas Air

Jenis air yang dibutuhkan adalah air baku (raw water) untuk penyiapan dan pengolahan air dengan kwalitas “air minum” dan “air proses industri”. Air baku untuk minum maupun proses industri harus memenuhi standar baku mutu air berdasarkan PP 20/90 mengenai penggolongan air menurut peruntukannya, yaitu Air Baku Golongan B. Air yang dikategorikan sebagai golongan Badalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, keperluan komersial di perkotaan dan industri atau pembangkit listrik.

2.4.3.3 Pengambilan dan Pengawetan Sampel Air

Sebagai langkah awal dari pengumpulan data kwalitas air adalah pengambilan contoh uji air. Metode pengambilan contoh air yang digunakan dalam studi ini mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SK SNI M-02-1989-F) mengenai Metode Pengambilan Contoh Kwalitas Air untuk bidang Pekerjaan Umum. Pengambilan contoh uji air yang akan dilakukan adalah pengambilan contoh uji sesaat (Grab Sampling) dengan menggunakan botol lamout. Terhadap beberapa parameter, pengukuran langsung dilakukan di lokasi pengambilan contoh uji, seperti :

Penentuan pH, temperatur dan oksigen terlarut dengan menggunakan Water Quality Checker Pengamatan benda terapung dan lapisan minyak secara visual

Untuk parameter lainnya uji contoh airnya dilakukan di laboratorium.

2.4.3.4 Metoda Analisa Sampel Air

Metode uji air dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian air secara fisik, kimia dan mikrobiologi dengan tujuan untuk memperoleh hasil uji sifat fisika, kimia dan mikrobiologi dari air. Metode uji parameter kwalitas air dilakukan dengan mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bidang Pekerjaan Umum mengenai kualitas air tahun 1990 dan Standar Methods for the

Examination of Water and Watewater (APHA, 1985). 2.4.4 Perencanaan Bangunan Pengambilan

Bangunan pengambilan (intake) pada tasik ini berfungsi untuk menyadap, mengatur sejumlah air dari tampungan dan melepas kembali ke saluran atau pipa (fungsi suplesi) sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Lokasi dan tipe bangunan pengambilan harus didasarkan pada kondisi topografi dan geologi teknis serta pertimbangan ekonomis. Kapasitas aliran sistem bangunan pengambilan pada dasarnya menggunakan persamaan yang sama dengan persamaan pada debiut yang lewat

pintu air. Perbedaannya adalah jenis bahan yang digunakan sehingga mempengaruhi sifat kekasarannya.

Pemilihan tipe bangunan pengambilan air dilakukan dengan memperhatikan beberapa alternatif sebagai berikut :

2.4.4.1 Pengambilan Bebas (Free Intake)

Bangunan pengambilan air berupa free intake digunakan jika elevasi muka air di lokasi bangunan pengambilan cukup tinggi dibandingkan dengan elevasi lahan yang akan dituju, sehingga air dapat dialirkan secara gravitasi. Free intake memerlukan bangunan pelengkap lain berupa pintu air dan sedimen trap. Pintu air digunakan untuk mengontrol debit air yang dialirkan maupun debit banjir. Sedimen trap digunakan untuk mencegah sedimen masuk ke saluran pembawa. Keuntungan bangunan pengambilan free intake adalah strukturnya ringan, sistem pengoperasian bangunan relatif sederhana dan biaya operasional relatif rendah. Pintu air ditutup dan dibuka sesuai kebutuhan, sementara itu pemblasan sedimen trap dilakukan secara periodik. Kerugian free intake memerlukan elevasi muka air di pintu pengambilan yang tinggi agar tercapai tinggi tekan (head) yang cukup untuk mengalirkan air.

2.4.4.2 Bendung

Pada daerah dengan kondisi topografi yang datar, terdapat kemungkinan bahwa elevasi sumber air (sungai/danau) tidak berbeda jauh dengan elevasi lahan yang akan dituju. Bendung digunakan untuk mempertinggi muka air ekisting di sungai/danau, sehingga dihasilkan head/tinggi tekan yang cukup untuk mengalirkan air secara gravitasi. Sebagaimana free intake, bangunan pengambilan air berupa bendung memerlukan bangunan pelengkap berupa pintu air dan sedimen trap.

Keuntungan dari penggunaan bendung adalah dapat mengakomodir muka air eksisting yang rendah di sungai/danau, sehingga dapat tetap dimanfaatkan dan dialirkan secara gravitasi. Selain itu sistem pengoperasiannya sederhana dan biaya operasionalnya relatif rendah. Kerugian penggunaan bendung adalah terdapat kemungkinan terdapat adanya genangan tambahan akibat peninggian muka air disekitar bendung. Selain itu penggunaan bendung sangat tergantung pada kondisi tanah setempat terutama pada tanah pondasi dan nilai permeabilitas tanah.

2.4.4.3 Pompa

Penggunaan pompa dapat mengatasi adanya keterbatasan head/tinggi tekan akibat kondisi topografi di kawasan ini. Elevasi air yang rendah di danau/sungai dapat diangkat hingga elevasi

tertentu, sehingga dapat dialirkan menuju pengguna air. Sistem penggunaan pompa dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

Semi gravitasi, Air dipompa dari sumber (danau/sungai) ke pengolahan air melalui saluran terbuka

Penggunaan pompa sepenuhnya, Air dipompa dari sumber untuk kemudian dialirkan ke

pengolahan air melalui saluran tertutup

Bangunan lain yang diperlukan dalam penggunaan sistem pompa antara lain adalah rumah pompa dan saringan. Keuntungan penggunaan pompa adalah dapat mengatasi keterbatasan head/tinggi tekan akibat rendahnya elevasi muka air sungai/danau eksisting. Selain itu penggunaan pompa secara penuh juga dapat memperkecil resiko kehilangan air akibat permeabilitas tanah. Kerugian penggunaan pompa adalah memerlukan biaya operasional harian yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan bangunan lainnya.

2.4.4.4 Kombinasi Bendung-Pompa

Pembuatan bendung bertujuan untuk meninggikan elevasi muka air sehingga dihasilkan head yang cukup untuk mengalirkan air secara gravitasi. Seandainya head yang tercapai tidak cukup untuk mengalirkan air secara gravitasi, maka kombinasi penggunaan bendung dan pompa dapat dilakukan. Keuntungan penggunaan kombinasi antara bendung dan pompa adalah head yang dihasilkan akan semakin tinggi. Dengan kombinasi ini beban pompa untuk menarik air dapat dikurangi. Sistem ini adalah biaya konstruksi dan operasional yang tinggi.

Dalam dokumen Ustek Air Bersih (Halaman 30-33)

Dokumen terkait