• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 KUALITAS AIR

Pemanfaatan dan pengambilan airtanah yang tak terkendali dalam arti pengambilan jumlah airtanah yang berlebihan tanpa diimbangi jumlah pengisian airtanah akan merugikan manusia itu sendiri. Dalam penggunaan airtanah diperlukan kualitas air tertentu untuk kebutuhan air minum maupun untuk kebutuhan yang lain.

Pengolahan airtanah dapat menentukan kualitas air. Pada lapisan tanah dangkal kualitas dan kuantitas airtanah lebih bersifat fluktuatif bila dibandingkan airtanah dalam. Lingkungan fisik merupakan faktor utama yang mempengaruhi pengisian dan pengambilan airtanah. lapisan airtanah dangkal merupakan lapisan airtanah yang lebih mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan di daerah tersebut, sedangkan untuk lapisan akuifer dalam, pengaruh lingkungan fisik pada wilayah tersebut tidak terlalu besar (Kumar, 1979).

Kualitas airtanah tergantung pada perpaduan antara air yang masuk ke dalam tanah, batuan yang dilewati dan pada akhirnya mencapai lapisan airtanah yang ada dalam akuifer. Dengan kata lain kualitas airtanah ditentukan oleh material yang dilewatinya, yaitu jenis tanah dan batuan, jenis aliran, dan proses perubahan fisik, kimia maupun biologi air. Konsentrasi material yang terlarut dalam airtanah dapat meningkat atau turun sejalan dengan pergerakan air dalam siklus hidrologi. Jadi kualitas airtanah ditentukan oleh lingkungan yang mempengaruhi selama dalam perjalanan (Waite dalam Djijono, 2002). Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi tersebut adalah:

1) Faktor iklim, yaitu meliputi curah hujan, temperatur, tekanan dan kelembaban udara. Air hujan melarutkan unsur-unsur kimia yang ada di atmosfer seperti O2, CO2, N, SO4. Konsentrasi dan jenis

unsur atau senyawa kimia yang terlarut dalam air hujan dapat mencapai permukaan tanah. Temperatur dan tekanan udara ikut menentukan tingkat konsentrasi unsur-unsur yang terlarut dalam air hujan.

2) Faktor litologi tanah dan batuan merupakan sumber mineral yang terlarut di dalam airtanah. Batuan beku seperti batuan vulkanik tidak mudah larut dalam air, tetapi melarutkan sedikit silica. Batuan sedimen umumnya melarutkan kalsium, sodium, sulfat dan bikarbonat.

3) Kandungan karbon dioksida dan oksigen lebih banyak dipengaruhi oleh proses fotosintesis dan transpirasi dari tanaman.

4) Waktu tinggal (residence time) air ikut menentukan jumlah konsentrasi mineral yang terlarut. Makin lama air tersebut tinggal dalam batuan tertentu maka semakin besar mineral tersebut terlarut dalam air.

Kualitas airtanah berbeda pada dimensi dan waktu dimana airtanah tersebut berada. Pada lingkungan perkotaan yang padat penduduk, pada lingkungan industri dan pada daerah pegunungan yang tidak tercemar lindi air limbah akan mempunyai kualitas air yang tidak sama. Musim hujan dan musim kemarau dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi unsur-unsur tertentu yang terlarut dalam air, bahkan dalam waktu singkat dapat terjadi perubahan tingkat konsentrasi unsur-unsur tertentu (Wuryadi, 1981).

2.4.1 Sumber Kontaminasi Airtanah

Airtanah merupakan sumber air yang murah, banyak digunakan oleh penduduk untuk berbagai keperluan baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk komersil. Kualitas airtanah akan selalu berubah disepanjang alirannya, tergantung komponen-komponen yang

terkandung di dalam batuan yang dilaluinya. Karena airtanah akan kontak dengan batuan tersebut, terjadi proses pelarutan mineral, proses ini akan kontak terus berlangsung lama dan akan mempengaruhi kualitas airtanah tersebut.

Menurut Rengganis dan Herawan (1997), airtanah yang sering terkontaminasi sumber pencemar biasanya terjadi pada airtanah dangkal. Airtanah dari akuifer dalam dapat mempunyai resiko pencemaran tinggi, jika terjadi bocoran dari akuifer dangkal. Berbagai macam sumber pencemaran airtanah adalah :

1) Sanitasi yang tidak teratur dari perkotaan dan perkampungan. 2) Limbah cair industri.

3) Pembuangan limbah padat.

4) Daerah pertanian dengan penggunaan pupuk/pestisida lebih.

2.4.2 Kriteria dan Parameter Kualitas Air

Setiap bentuk penggunaan air memerlukan batas kualitas air tertentu yang berbeda-beda sesuai persyaratan kebutuhan dan baku mutu yang telah ditentukan. Air yang digunakan untuk air minum langsung harus memenuhi kriteria persyaratan sifat fisika, kimia, bakteriologi dan radioaktifitas. Persyaratan sifat fisika air antara lain tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna. Persyaratan kimia air antara lain air tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam batas yang membahayakan kesehatan, sedangkan persyaratan bakteriologi antara lain air tidak boleh mengandung bakteri yang dapat menyebabkan penyakit.

Penetapan kriteria parameter umumnya didasarkan atas bahan yang kelebihan dan kekurangannya akan mengganggu sistem kehidupan. Oleh karena itu, dapat dipahami jika parameter yang diajukan untuk suatu peruntukan terdapat perbedaan antara satu peraturan dengan peraturan yang lain, mengingat tanggapan yang berbeda antara kelompok manusia di suatu tempat dengan tempat yang lain.

Persyaratan kualitas air tertentu secara teoritis ditentukan oleh sejumlah parameter yang spesifik dengan kisaran kadar tertentu pula. Di atas batas kadar tersebut umumnya cenderung kapada indikasi terjadinya kontaminasi maupun sampai tingkat pencemaran air atau bahkan kerusakan lingkungan.

Sebagai contoh, penentuan kualitas air dalam hal untuk mengetahui tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah karena maraknya aktifitas pembangunan dan pengembangan perkotaan tidak sama dengan penentuan kualitas air untuk konsumsi, pertanian, perikanan, peternakan atau keperluan industri. Parameter kualitas air untuk berbagai peruntukan didasarkan pada PP No. 20 tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air sedangkan untuk mengetahui tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah didasarkan pada Kepmen ESDM Nomor 1451.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah.

Tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah dapat diketahui dengan analisis kualitas airtanah berdasarkan parameter Daya Hantar Listrik (DHL) dan Total Dissolved Solid (TDS). Daya Hantar Listrik (DHL) atau Conductivity adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik. Nilainya tergantung pada kandungan garam- garam terlarut yang dapat terionisasi dalam air pada temperatur saat pengukuran dilakukan. Kereaktivan dari setiap ion yang terlarut, bilangan valensi, dan konsentrasi sangat mempengaruhi nilai DHL. Sebagian besar senyawa anorganik (asam, basa, dan garam) seperti HCl, Na2CO3 dan NaCl merupakan konduktor yang baik. Sebaliknya senyawa-senyawa

organik seperti sukrosa dan benzena yang tidak terionisasi dalam air merupakan konduktor yang jelek.

Satuan DHL adalah mhos/cm. mhos adalah kebalikan dari satuan tahanan listrik ohm (). Satuan mhos/cm identik dengan Siemens (S). Nilai DHL aquades berkisar antara 0.5 hingga 2.0 mhos/cm dan dapat meningkat setelah didiamkan beberapa minggu menjadi 2.0 hingga 4.0 mhos/cm. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh penyerapan karbondioksida udara ke dalam air dan peningkatan kadar amonia. Nilai DHL air limbah industri biasanya melebihi 10,000 mhos/cm.

Padatan Terlarut Total atau Total Dissolved Solid (TDS) adalah bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring milipore dengan ukuran pori-pori (porousity) 0.45 m. Bahan-bahan terlarut dianalisa dengan cara menyaring air sampel dengan kertas saring tersebut (menggunakan “vacuum pump”), kemudian air sampel tersaring diuapkan dalam oven pada suhu 103 C hingga 105 C. Metode penentuan TDS ini merupakan metode gravimetrik, yang terdiri dari rangkaian kegiatan penyaringan, penguapan, dan penimbangan.

Berdasarkan pertimbangan penurunan kualitas airtanah, tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah tertekan maupun tidak tertekan dapat dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu : 1) Aman, apabila penurunan kualitas yang ditandai dengan kenaikan zat padat terlarut kurang

dari 1,000 mg/l atau DHL kurang dari 1,000 mhos/cm.

2) Rawan, apabila penurunan kualitas yang ditandai dengan kenaikan zat padat terlarut antara 1,000-10,000 mg/l atau DHL antara 1,000-1.500 mhos/cm.

3) Kritis, apabila penurunan kualitas yang ditand,i dengan kenaikan zat padat terlarut antara 1,.000-100,000 mg/l atau DHL antara 1,500-5,000 mhos/cm.

4) Rusak, apabila penurunan kualitas yang ditandai dengan kenaikan zat padat terlarut lebih dari 100,000 mg/l atau tercemar logam berat dan atau bahan berbahaya dan beracun atau DHL lebih dari 5,000 mhos/cm.

Pengkategorian zona airtanah tersebut berdasarkan pada Kepmen ESDM Nomor 1451.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Kriteria mengenai kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah akibat dari pemanfaatan air bawah tanah dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu:

1) Aman, apabila penurunan muka air bawah tanah kurang dari 40%. 2) Rawan, apabila penurunan muka air bawah tanah 40%-60%. 3) Kritis, apabila penurunan muka air bawah tanah 60%-80%. 4) Rusak, apabila penurunan muka air bawah tanah lebih dari 80%.

Dokumen terkait