• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Alat Ukur (Instrumen)

Dalam dokumen 45914367 Polinggapo Vs Abdhy. pdf (Halaman 47-55)

Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Sebelumnya kita mendeskripsikan sebagai validasi konvergen dan kemudian sebagai validasi diskriminan. Korelasi sebuah tes penalaran kuantitatif dengan nilai-nilai selanjutnya dalam mata pelajaran matematika akan menjadi contoh validasi konvergen. Untuk tes yang sama, validitas diskriminan akan dibuktikan oleh korelasi rendah dan tidak signifikan.

Sedangkan Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali – kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama – sama memegang peranan penting dalam waktu yang bersamaan. Dalam penelitian keperawatan, walaupun sudah ada beberapa pertanyaan ( kuisioner ) yang sudah distandarisasi baik nasional maupun internasional ,peneliti harus tetap menyeleksi instrumen yang dipilih dengan mempertimbangkan keadaan sosial budaya dari area penelitian.

Reliabilitas berarti konsistensi tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Realibilitas tes perlu, tetapi tidak memadai sebagai syarat validitas tes. Agar supaya tes valid, maka dia harus reliabel. Namun demikian tes yang reliabel belum tentu valid.

Reabilitas merujuk pada konsitensi skor yang di capai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawa kodisi pengujian yang berbeda. Konsep reliabilitas ini mendasari perhitungan kesalahan pengukuran atas skor tunggal, yang bisa kita pakai untuk memprediksi kisaran fluktuasi yang mungkin muncul dalam skor individual sebagai hasil dari faktor-faktor peluang yang tak diketahui atau irrelevan.

Dalam pengertian yang paling luas, reliabilitas tes menunjukkan sejauh mana perbedaan-perbedaan individual dalam skor tes dapat dianggap sebagai disebabkan oleh perbedaan yang sesungguhnya dalam karateristik yang dipertimbangkan dan sejauh mana dapat dianggap disebabkan oleh kesalahan peluang. Untuk menempatkannya dalam istilah yang lebih teknis, ukuran-ukuran reliabilitas tes

Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah memungkinkan untuk memperkirakan berapa proporsi dari varians total skor-skor tes yang merupakan varians kesalahan.

Pada dasarnya, koefisien korelasi (r) menyatakan derajat kesesuaian atau hubungan, antara dua perangkat skor. Dengan demikian, jika individu dengan skor top pada variabel 1 juga mendapatkan skor top pada variabel 2, individu nomor dua pada variabel dua dan seterisnya sampai pada individu paling buruk skornya dalam kelompok, lalu akan ada korolasi sempurna pada variabel 1 dan 2. korelasi seperti akan memiliki nilai + 1,00.

Sumber data sebuah penelitian ada kalanya menggunakan data dari hasil kuesioner. Tentunya dalam penyusunan sebuah kuesioner harus benar-benar bisa menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid) dan juga dapat konsisten bila pertanyaan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda (reliabel).

Uji Validitas

Tentang uji validitas ini dapat disampaikan hal-hal pokoknya, sebagai berikut :

Uji ini sebenarnya untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan dalam kuesioner tersebut dapat mendefinisikan suatu variabel.

Daftar pertanyaan ini pada umumnya untuk mendukung suatu kelompok variabel tertentu.

Uji validitas dilakukan setiap butir soal. Hasilnya dibandingkan dengan r tabel | df=n-k dengan tingkat kesalahan 5%

Jika r tabel Jika r tabel < r hitung, maka butir soal disebut valid Uji Reliabilitas

Tentang uji reliabilitas ini dapat disampaikan hal-hal pokoknya, sebagai berikut : Untuk menilai Kestabilan ukuran dan konsistensi responden dalam menjawab kuesioner. Kuesioner tsb mencerminkan konstruk sebagai dimensi suatu variabel yang disusun dalam bentuk pertanyaan.

Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pertanyaan.

Jika nilai alpha>0.60, disebut reliabel

Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah

B. Analisis dan Perbaikan Hasil Instrumen

Pembuatan suatu soal atau angket harus memenuhi validitas dan reliabilitas-nya. Suatu soal dapat dikatakan valid atau sahih jika tepat (semua butir soal mengukur sesuai dengan yang diukur) dan cermat (mampu membedakan sampai sekecil-kecilnya).

Untuk mengukur validitas dan reliabilitas dari suatu soal, maka setelah soal itu jadi maka soal tersebut harus disebarkan, semakin banyak jumlah populasi yang mengisi angket tersebut maka akan semakin baik. Setelah itu dihitung korelasi butir total dengan korelasi (rbt). Butir soal akan dianggap valid jika:

1. Korelasi rbt bernilai positif

2. Korelasi rbt > r tabel atau p < 0.05

3. Ada kesepakatan bahwa butir dinggap valid jika rbt > 0.30

Yang perlu diingat bahwa nilai rbt tersebut adalah nilai per-aitem atau perbutir, jadi harus dihitung lagi rbt-nya sebanyak jumlah soal. Bila tidak valid, butir soal tersebut dibuang, tidak dipakai lagi dalam angket tersebut.

Bila angket atau soal tersebut memiliki lebih dari satu faktor, misalnya mengukur kecerdasan emosi seseorang memiliki 2 faktor, yaitu faktor interpersonal dan faktor antarpersonal maka harus dilakukan uji faktor, untuk mengetahui apakah faktor 1 dan 2 tersebut valid.

Biasanya dalam penelitian, para mahasiswa hanya melakukan uji butir dan uji faktor, padahal uji instrument (alat ukur) tidak kalah pentingnya agar bisa diketahui alat ukur yang kita buat sudah memenuhi standart nggak dibandingkan dengan alat ukur lain yang sudah baku dalam pengukuran yang diteliti. Alat ukur yang dibuat haruslah memiliki conruent validity (kevalidan yang setara) dengan alat ukur lain.

Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Dianggap setara jika memiliki nilai rxx > 0.80. Orang biasanya mengadakan pembedaan validitas berdasar kriteria ini menjadi 2 macam:

1. Validitas sama saat (Concurrent validity), contohnya: menggunakan skor pada tes Wechsler atau tes Stanforf-Binet sebagai kriteria adalah jenis validitas sama saat.

2. Validitas ramalan (Predictive validity), contohnya: validitas ujian masuk perguruan tinggi yang menggunakan IPK mahasiswa sebagai kriteria.

Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda. Dalam artinya yang paling luas, realiabilitas alat ukur menunjuk kepada sejauh mana perbedaan-perbedaan skor perolehan itu mencerminkan perbedaan-perbedaan atribut yang sebenarnya.

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tak dapat ditentukan dengan pasti, malainkan hanya dapat diestimasi. Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi relibilitas alat ukur itu, yaitu:

1. Pendekatan tes ulang / Test-Retest Method:

Suatu perangkat tes diberikan kepada sekelompok subjek 2x, dengan selang waktu tertentu, misalkan 2 minggu. Reliabilitas tes dicari dengan menghitung korelasi antara skor pada testing 1 dan skor pada testing 2. Pendekatan ini secara teori baik, namun didalam praktek mengandung kelemahan, yaitu bahwa kondisi subjek pada testing 2 tidak lagi sama dengan kondisi subjek pada testing 1, karena terjadinya proses belajar, pengalaman, perubahan motivasi, dll. Oleh karena itu pendekatan ini sudah sangat jarang dipakai. Pendekatan ini sangat sesuai kalau yang dijadikan objek pengukuran adalah ketrampilan, terutama ketrampilan fisik.

Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Dua perangkat tes yang paralel, misalnya perangkat A dan B diberikan kepada sekelompok subjek. Reliabilitas tes dicari dengan menghitung korelasi antara skor pada perangkat A dan skor pada perangkat B. Keterbatasan utama pendekatan ini terletak pada sulitnya menyusun 2 perangkat tes yang paralel. Pendekatan inipun sudah jarang digunakan.

3. Pendekatan pengukuran satu kali / Single Trial Method:

Seperangkat tes diberikan kepada sekelompok subjek satu kali, lalu dengan cara tertentu dihitung estimasi reliabilitas tes tersebut. Pendekatan pengukuran satu kali ini menghasilkan informasi mengenai keajegan (konsistensi) internal alat ukur. Pendekatan pengukuran satu kali ini dapat menghindarkan diri dari kesulitan yang timbul dari pendekatan dengan pengukuran ulang maupun pendekatan tes paralel, oleh karena itu pendekatan ini banyak digunakan.

Metode ini yang terbaru untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen pengumpul data yaitu dengan menggunakan analisis faktor konfirmatori. Cara analisisnya dengan menghitung faktor louding yang mirip dengan korelasi antara indikator dengan variabel laten. Jika faktor louding setelah diuji dengan uji t signifikan, artinya instrumen tersebut valid, dan jika residu (error) yang diperoleh non signifikan, artinya reliabel. Selain memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas, juga hendaknya instrumen tersebut praktis untuk dilaksanakan, mudah dimengerti dan hemat biaya.

Ada beberapa teknik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis data. Tujuan dari analisis data adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut, dan menggunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan suatu masalah. Permasalahan yang akan dipecahkan biasanya dinyatakan dalam bentuk satu atau lebih hipotesis nol. Sampel data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk menguji menolak atau tidak menolak hipotesis nol secara statistik.

Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Dahulu banyak pengguna metode statistik dari berbagai disiplin ilmu menggunakan metode statistik univariate. Alasannya karena selain mudah dalam perhitungannya karena cukup dengan menggunakan bantuan kalkulator sederhana, juga mudah dalam menafsirkan hasil analsisnya. Misalnya dengan menggunakan Uji t baik untuk sampel bebas maupun untuk sampel berpasangan, ataupun analisis variansi.

Sebagai contoh : misalnya seseorang meneliti mengenai perilaku konsumen dalam membeli sesuatu barang. Peneliti hanya bisa membandingkan ada atau tidaknya perbedaan rata-rata skor frekuensi membeli, atau waktu membeli, ataujumlah yang dibeli, atau siapa yang berinisiatif membeli dan sebagainya. Karenahanya melibatkan 1 variabel maka ia harus menggunakan analisis univariate, misalnya menggunakan uji t atau analisis variansi satu arah. Tetapi ia tidak dapat membandingkan ada atau tidaknya perbedaan perilaku konsumen. Alasannya karena pengertian perilaku mengandung arti multivariabel, tidak hanya menyangkut frekuensi membeli, atau waktu membeli, atau jumlah yang dibeli, atau siapa yang berinisiatif membeli dan sebagainya secara terpisah, tetapi lebih dari itu perilaku mengandung arti secara bersamaan atau simultan. Dalam hal ini ia harus menggunakan analisis multivariate.Umumnya analisis univariate menggunakan asumsi bahwa sampel berasal dari populasi yang mempunyai distribusi normal univariate, khususnya jika datanya adalah berskala pengukuran interval atau rasio. Sedangkan analisis multivariate umumnya menggunakan asumsi bahwa sampel berasal dari populasi yang mempunyai distribusi normal multivariate, khususnya juga jika data yang digunakan adalah menggunakan pengukuran skala interval atau rasio.

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif ini mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu populasi. Misalnya populasi dilihat dari nilai rata-ratanya (mean, median, modus), standar deviasi, variansi, nilai minimum dan maksimum, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Data yang dianalisis dapat berupa data kualitatif atau data kuantitatif. Cara penyajiannya dapat dilengkapi dengan

Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah menggunakan tabel, grafik dan diagram (garis, batang, lingkaran maupun yang lain baik dengan 2 dimensi maupun 3 dimensi).

2. Analisis Univariate

Analisis ini digunakan untuk memecahkan permasalahan yang hanya terdiri dari 1 variabel. Analisis yang sering digunakan dalam univariate ini diantaranya : Uji t (uji beda untuk 2 populasi), Analisis Variansi (Anova, Uji F) jika digunakan untuk menguji perbedaan lebih dari 2 populasi.

3. Analisis Multivariate

Analisis Multivariate digolongkan menjadi 2 golongan analisis : a. Model Dependen.

Pada model dependen ini, dapat dibedakan dengan jelas mana variabel dependennya dan mana variabel independennya.

b. Model Interdependen.

Pada model interdependen ini, tidak dapat dibedakan dengan jelas mana variabel dependennya dan mana variabel independennya, keduanya saling interdependensi.

Tapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa suatu suatu alat tes bukan dilihat dari rtt-nya tapi dilihat dari seberapa besar penyimpangan dari alat ukur tersebut (Standart Error Measurement / SEM / SE). Semakin kecil nilai penyimpangannya maka alat ukur tersebut semakin baik.

Dengan adanya kemajuan teknologi dan adanya program-program komputer yang menangani tentang statistik, kita tidak perlu lagi menghitung secara manual, kita bisa menggunakan program SPSS atau menggunakan program SPS yang dibuat oleh Prof. Sutrisno Hadi dari UGM Yogyakarta. Tapi dengan mengetahui statistik dan psikometri, diharapkan kita bisa membaca serta menginterpretasikan hasil perhitungan program statistik tersebut.

Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah

A. Prinsip-prinsip Pemberian Nilai

Memberikan nilai merupakan salah satu cara yang penting untuk melihat bagaimana kemajuan siswa belajar, dan untuk melihat efektifitas pembelajaran yang diajarkan. Walaupun demikian, semua cara yang dikemukakan dapat disesuaikan dengan situasi-situasi yang memungkinkan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta didik antara lain:

1. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi;

2. Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran;

3. Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan;

4. Hasil penilaian ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan; 5. Penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur;

2. Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;

3. Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan jender;

4. Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;

Dalam dokumen 45914367 Polinggapo Vs Abdhy. pdf (Halaman 47-55)

Dokumen terkait