Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
DAFTAR ISI
Daftar Isi ... 1
Part I. Konsep Dasar Penilaian Dalam Pembelajaran A. Konsep Dasar Penilaian ... 2
B. Jenis Dan Fungsi Penilaian Dalam Pembelajaran ... 10
Part II. Pengembangan Tes Hasil Belajar A. Keunggulan Dan Kelemahan Tes ... 17
B. Mengembangkan Tes ... 18
C. Merencanakan Tes ... 20
Part III. Pengembangan Assesment Alternative A. Konsep Dasar Assesment Alternative ... 22
B. Bentuk Assesment Kinerja ... 22
C. Assesment Portofolio ... 24
D. Penilaian Ranah Afektif ... 32
Part IV. Pengumpulan Dan Pengolahan Informasi Hasil belajar A. Mengumpulkan dan Mengolah Informasi Hasil Belajar Siswa ... 40
B. Pendekatan dalam Pemberian Nilai ... 42
Part V. Kualitas Alat Ukur (Instrumen) A. Validitas dan Reliabilitas Hasil Pengukuran ... 46
B. Analisis dan Perbaikan Instrumen ... 49
Part VI. Pemberian Nilai Dan Tindak Lanjut Hasil Belajar A. Prinsip-prinsip Pemberian Nilai ... 54
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
A. Konsep Dasar Penilaian
Pengertian dasar penilaian dalam proses pembelajaran mencakup serangkaian
kegiatan yang dilakukan guru untuk mendapatkan informasi tentang perilaku belajar
siswa, tentang proses pembelajaran, dan tentang suasana kelas. Angelo (1991)
mendefinisikan penilaian dalam proses pembelajaran: “Classroom assessment
consist of small-scale assessment conducted continuously in college classrooms by
dicipline-based teachers to determine what students are learning in that class”.
Penilaian dalam proses pembelajaran juga mencakup serangkaian metode
yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan informasi yang kemudian
diinterpretasi untuk memahami siswa, merencanakan dan memonitor proses
pembelajaran, dan untuk menciptakan suasana kelas yang bergairah. Sebagai proses
secara berkelanjutan Nitko (1996) mengistilahkan Penilaian Berkelanjutan Formatif
Informal (PBFI) yaitu suatu penilaian informal yang dilakukan guru secara sambil
lalu dan mendadak tanpa persiapan dan kesan mengenai kemajuan siswa dalam
kaitannya dengan kurikulum.
Penilaian berkelanjutan dalam proses pembelajaran dapat diinterpretasikan
sebagai segala tindakan guru yang dilakukan untuk mengetahui kemajuan siswa
secara terus-menerus dalam menerima pelajaran. Tujuan penilaian dalam proses
pembelajaran terkait dengan fungsi penilaian yang bersifat formatif bertujuan untuk
memonitor dan memandu proses pembelajaran saat proses tersebut berlangsung.
Penilaian ini dapat dilakukan secara informal maupun formal. Secara informal
penilaian dalam proses pembelajaran kurang terstruktur dan tidak direncanakan.
Teknik penilaian yang digunakan mencakup kegiatan guru mengobservasi kelas,
berkomunikasi dengan siswa apakah siswa telah memahami tentang konsep yang
diajarkan atau belum, memperhatikan tanggapan siswa. Penilaian dalam proses
pembelajaran secara formal dapat berbentuk latihan atau tugas-tugas yang diberikan
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah dan terkontrol. Penilaian yang bersifat formal dapat dilakukan dalam penilaian
ulangan harian. Jenis penilaian ini dikatakan formal karena digunakan untuk mencatat
dan mengetahui target belajar yang telah dipelajari siswa. Pelaksanaan penilaian ini
dilakukan setelah satu pokok bahasan selesai diajarkan kepada siswa.
1. Kajian Materi Pembelajaran
Tahap pertama yang harus dilakukan sebagai penilai adalah mempelajari dan
mengkaji materi pembelajaran dari satu atau lebih kompetensi dasar. Kajian materi
ini dapat dilakukan melalui beberapa referensi untuk memperoleh bahan secara
komprehensif dari beragam sumber dengan bertolak pada kompetensi yang
diharapkan.
2. Memilih Teknik Penilaian
Tahap kedua memilih atau menentukan teknik penilaian sesuai dengan
kebutuhan pengukuran. Secara garis besar, teknik penilaian dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu penilaian melalui tes dan non tes. Pusdik dan sekolah biasanya
para banyak menggunakan teknik pertama, yaitu dengan tes. Dalam menentukan
keakuratan perlu dipertimbangkan pemilihan teknik, yaitu tingkat ke-akurat-an dan
kepraktisan penyusunan dalam setiap butir soal. Pemberian nilai dengan cara tes lebih
mudah jika dibandingkan dengan non tes.
TEKNIK PENILAIAN
Tes lisan Tes tulis Tes praktek
Individu
kelompok Uraian Objektif
Berstruktur
Bebas
Terbatas
Benar salah
Pilihan ganda
Isian pendek Individu
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
3. Perumusan Kisi – Kisi
Tahap ketiga merumuskan dan membuat matrik kisi-kisi sesuai dengan teknik
penilaian yang telah ditentukan. Kisi-kisi merupakan deskripsi mengenai informasi
dan ruang lingkup dari materi pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman untuk
menulis soal atau matriks soal menjadi tes. Pembuatan kisi-kisi memiliki tujuan untuk
menentukan ruang lingkup dalam menulis soal agar menghasilkan perangkat tes yang
sesuai dengan indikator.
Kisi kisi dibuat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang ingin
dicapai serta bentuk tes yang akan diberikan kepada peserta didik. Tes dapat
berbentuk tes objektif benar-salah, pilihan ganda atau tes uraian serta non tes berupa
penilaian afektif dan psikomotorik.
Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes.
Dengan adaya kisi-kisi penulisan soal menjadi terarah, komprehensif dan
representatif. Dengan pedoman kepada kisi-kisi penyusunan soal menjadi lebih
mudah dan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.
1. Syarat penyusunan kisi-kisi adalah :
a. Dapat mewakili isi silabus atau kurikulum.
b. Komponen-komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami.
c. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuat soalnya sesuai bentuk soal
yang ditetapkan.
d. Sesuai dengan indikator.
2. Komponen kisi- kisi terdiri dari :
a. Komponen Identitas
b. Jenis Pendidikan dan jenjang Pendidikan.
c. Mata pembelajaran.
d. Tahun ajaran.
e. Jumlah soal.
f. Bentuk soal.
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah h. Kompetensi Dasar.
i. Indikator
Dalam pembuatan kisi-kisi harus memenuhi kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik yang mengacu kepada teori Bloom sebagai berikut :
1. Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:
a. Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan
kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan,
metode.
b. Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang
sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
c. Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan
dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai
dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan,
memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan,
mengubah struktur.
d. Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu
fakta/objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan
membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan,
mengkategorikan.
e. Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara
logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan
mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan,
menghubungkan, mengkhususkan.
f. Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan
terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya
dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
2. Aspek Afektif
Aspek afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam
ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
a. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,
kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
b. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa
puas dalam merespon, mematuhi peraturan
c. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai,
komitmen terhadap nilai
d. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan
abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
e. Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang
dianutnya
3. Aspek Psikomotorik
Psikomotorik meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3)
keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi
auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4)
keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa
bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Berikut ini contoh pembuatan kisi-kisi dalam bentuk matrik dengan bentuk
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Tabel 3.1
Contoh Matrik Kisi-kisi
Jenis Pendidikan dan jenjang Pendidikan : Dik Tukba
Mata pembelajaran : F.T. Lantas
Tahun ajaran : 2008
Jumlah soal : 10
Bentuk soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : - Memahami pengertian ruang
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
maka diperlukan untuk membuat pedoman pengisian instrumen. Misalnya untuk
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
5. Penimbangan/Reviewe
Dalam tahap ini, butir soal dan atau pedoman yang telah disusun Gadik,
ditimbang secara rasional (analisis rasional) ; dibaca, ditelaah dan dikaji kembali
butir-butir soal dan atau pedoman yang dibuat telah memenuhi persyaratan.
6. Perbaikan
Pedoman diperbaiki sesuai dengan hasil penimbangan, bagian-bagian mana
yang perlu dikurangi atau ditambah kalimat atau kata-katanya perbaikan inipun
biasanya didasarkan kepada pemikiran peserta didik untuk memahami isi dari kalimat
yang diberikan, hal ini mengandung arti bahwa kalimat yang disusun hendaknya
mudah di pahami oleh para peserta didik.
7. Uji-coba dan Penggandaan.
Uji-coba terhadap tes/soal yang dibuat adalah untuk menentukan apakah butir
soal yang dibuat telah memenuhi criteria yang dituntut, sudahkah mempunyai tingkat
ketetapan, ketepatan, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang memadai. Untuk
bentuk non tes kriterianya dituntut adalah tingkat ketepatan (validitas) dan ketetapan
(reliabilitas) sehingga diperoleh perangkat alat tes ataupun non tes yang baku
(standar)
8. Diuji (diteskan)
Setelah diperoleh perangkat alat tes ataupun non tes yang memenuhi
persyaratan sudah barang tentu perangkat alat ini diorganisasikan, disusun
berdasarkan pada bentuk-bentuk atau model-model soal bagi perangkat tes, dan untuk
perangkat non tes.Setelah perangkat tes maupun non tes digandakan kemudian siap
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
9. Pemberian Skor
Lembar jawaban peserta didik dikumpulkan dan disusun berdasarkan nomer
induk peserta didik untuk memudahkan dalam memasukkan skor peserta didik.
Kemudian dilakukan pemberian skor sesuai dengan kunci jawaban, sehingga
diperoleh skor setiap peserta didik. Untuk bentuk soal objektif diberi skor 1 jika benar
dan 0 jika salah, sedangkan skor bentuk essay bergantung kepada tingkat kesulitan
soal. Untuk menafsirkan siapa yang lulus dan tidak lulus bergantung pada batas lulus
yang dipergunakan.
10. Putusan.
Setelah pengelolaan, sampai pada menafsirkan, memperoleh putusan akhir
dari kegiatan penilaian. Putusan yang diambil diharapkan obyektif sesuai dengan
aturan.
B. Jenis dan Fungsi Penilaian dalam Pembelajaran
1. Penilaian Psikomotorik
Klasifikasi domain psikomotorik adalah kemampuan yang meliputi keahlian
menampilkan gerakan-gerakan kompleks secara efisien. Keterampilan itu diproleh
dengan berlatih. Kebutuhan intensitas latihan itu tergantung pada kekomplekan
gerakan dan tuntutan terhadap tingkat kesempurnaan gerakan tersebut. Penilaian
terhadap kesempurnaan tersebut dilihat dari isi ketepatan , ketelitian ,kecepatan,
efisiensi, kehalusan, dan keindahan. Domain psikomotorik meliputi tingkatan
peniruan, manipulasi, artikulasi, dan pengalamiahan.
Psikomotorik meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3)
keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi
auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4)
keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau
pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati,
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain,
observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik.
Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik,
partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan ALINS ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat
terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak
diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi.
Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara
bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi,
bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (V) pada kolom jawaban hasil observasi.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur
penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes
tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes
unjuk kerja.
a. Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta
didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan
dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan
suatu alat yang sebenarnya.
b. Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi
langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi
dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale).
Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian
terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik
Pengembangan Instrumen Observasi
Hal yang diperhatikan dalam mengembangkan butir tes keterampilan : Mengacu indikator kompetensi yang dikembangkan.
Mengidentifikasi langkah kerja yang diobservasi.
Menentukan model skala yang dipakai, yakni rating scale atau check list. Membuat rubrik/pedoman penskoran yang dilengkapi dengan kategorisasi
keberhasilan kompetensi yang dikembangkan.
2. Penilaian Afektif
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam
ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan),
Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap
kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni
mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah
kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi,
afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek
yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek
tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek
tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek
tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden,
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni
pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Klasiikasi afektif menurut kratwohl, Bloom dan Masia meliputi indikator
yang berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan penghargaan dan
penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi menjadi lima jenjang yaitu; penerimaan,
pemberian respon, pemberian nilai atau penghargaan, penorganisasian dan
karakteristik, secara singkat akan diuraikan sebagai berikut :
1. Penerimaan, meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin
menerima nilai dan memperhatikan nilai tersebut.
2. Pemberian respon meliputi sikap ingin merespon terhadap sistem , puas dalam
memberi respon.
3. Penilaian meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem
nilai yang dikuasai dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem
nilai tertentu.
4. Pengorganisasian meliputi memilah dan menghimpun sistem yang akan
digunakan.
5. Karakteristik merupakan prilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem
nilai yang diorganisasikan.
Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala
Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif,
dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju,
sangat tidak setuju. Sebagai contoh dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
No. Pernyataan SS S R TS STS
Keterangan:
SS : sangat setuju
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah R : tidak punya pendapat/ ragu-ragu
TS : tidak setuju
STS : sangat tidak setuju
Beberapa petunjuk untuk menyusun Skala Likert :
a) Tentukan objek yang dituju, kemudian tetapkan variabel yang akan diukur
dengan skala tersebut.
b) Lakukan analisis variabel tersebut menjadi beberapa subvariabel atau dimensi
variabel, lalu kembangkan indikator setiap dimensi tersebut.
c) Dari setiap indikator di atas, tentukan ruang lingkup pernyataan sikap yang
berkenaan dengan aspek kognisi, afeksi, dan konasi terhadap objek
d) Susunlah pernyataan untuk masing-masing aspek tersebut dalam dua kategori,
yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif, secara seimbang banyaknya.
Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Afektif
Tahapan mengembangkan kisi-kisi instrumen afektif adalah sebagai berikut:
1. pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap
2. tentukan indikator sikap
3. pilih tipe skala yang digunakan, misalnya; skala Likert dengan lima skala,
seperti sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju.
4. Tentukan nomor butir soal sesuai dengan indikator sikap
5. Buatlah kisi-ksi instrumen dalam bentuk matrik
6. telaah instrumen oleh teman sejawat atau ahli di bidangnya;
7. perbaiki instrumen sesuai dengan hasil telaah instrumen oleh teman sejawat/ahli
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
Skor untuk masing masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada
tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan dan dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif.
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s/d 5.
Penafsiran angka-angka :
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Nilai afektif diberikan dalam bentuk huruf, oleh karena itu total skor yang
telah diperoleh harus dikonversi. Banyak cara untuk mengkonversi skor menjadi
nilai, salah satunya yang sederhana yaitu menggunakan kriteria :
Nilai konversi NILAI KONVERSI
Kualifikasi Standar 4
91 - 100
81 - 90
71 - 80
61 - 70
kurang dari 61
baik sekali
baik
sedang
kurang
gagal
4
3
2
1
gagal
Skor total jawaban benar siswa
Konversi Nilai = --- X 100
skor maksimum perangkat tes
Jadi yang memperoleh skor 23 setelah dikonversi nilainya menjadi:
23
---- X 100 = 76,7
30
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
A. Keunggulan dan Kelemahan Tes
Tes merupakan alat ukur yang paling banyak digunakan di sekolah untuk
mengukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Ada dua jenis tes yang digunakan
di sekolah yaitu tes obyektif dan tes uraian. Tes obyektif sering digunakan terutama
pada saat penerimaan siswa baru, tes sumatif, dan Ujian Nasional (UN) sedangkan tes
uraian sering digunakan pada saat ulangan harian. Dua jenis tes ini memiliki
keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Tes Obyektif
1. Keunggulan Tes Obyektif
a. Tes obyektif digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai
sedang (ingatan, pemahaman, dan penerapan)
b. Dengan menggunakan tes obyektif maka semua atau sebagian besar
materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian.
c. Dengan menggunakan tes obyektif maka peberian skor/nilai pada setiap
siswa dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban
yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti.
d. Dengan tes obyektif pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan
analisis butir soal.
e. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan.
f. Informasi yang diperoleh melalui hasil tes onyektif lebih kaya.
2. Kelemahan Tes Obyektif
a. Butir soal yang diujikan kepada siswa dan mahasiswa kebanyakan hanya
mengukur proses berpikir rendah.
b. Membuat pertanyaan tes obyektif lebih sulit/sukar daripada membuat
pertanyaan tes uraian.
c. Kemampuan anak didik akan terganggu dengan kemampuannya dalam
membaca dan menerka.
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah d. Anak didik tidak dapat mengorganisasikan, menghubungkan dan
menyatakan idenya sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap
pertanyaan sudah diberikan oleh penulis soal.
Tes Uraian
1. Keunggulan Tes Uraian
a. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi.
b. Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak
dapat diukur dengan tes obyektif.
c. Waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes uraian lebih cepat
daripada waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes obyektif.
d. Menulis tes uraian relatif lebih mudah daripada menulis tes obyektif.
2. Kelemahan Tes Uraian
a. Terbatasnya sampel yang ditanyakan.
b. Sukar memeriksa jawaban siswa.
c. Unsur subyektivitas pemeriksa sering ikut mewarnai dalam pemberian
skor.
B. Mengembangkan Tes
Secara umum tes dikelompokkan ke dalam dua jenis :
1. Tes Obyektif
a. Benar – Salah
b. Menjodohkan
c. Pilihan Ganda
2. Tes Uraian
a. Uraian Terbatas (Restricted Question)
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah a. Tes Benar – Salah
Butir soal Benar – Salah merupakan butir soal yang terdiri dari suatu
pernyataan dimana siswa diminta untuk menentukan apakah pernyataan tersebut
benar atau salah, tepat atau tidak tepat, ya atau tidak. Pada umumnya tes Benar –
Salah digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasikan
kebenaran suatu pernyataan mengenai fakta, definisi, prinsip, teori, huku dan
sebagainya.
b. Menjodohkan
Tes menjodohkan merupakan tes obyektif yang ditulis dalam dua kolom.
Kolom pertama merupakan pokok soal atau disebut juga premis, sedangkan kolom
kedua adalah kolom jawaban atau biasa disebut respon. Siswa diinta untuk
pernyataan-pernyataan yang ada pada kolom pertama dengan jawaban yang ada pada
kolom kedua. Untuk mengurangi kemungkinan siswa dalam menebak maka jumlah
jawaban pada kolom kedua dibuat lebih banyak dari jumlah pernyataan pada kolom
pertama.
c. Pilihan Ganda
Tes obyektif ini paling banyak digunakan di sekolah. Kontruksi tes pilihan
ganda terdiri atas dua bagian yaitu pokok soal (stem) dan altenatif jawaban (option).
Satu di antara alternatif jawaban tersebut adalah jawaban yang benar atau yang paling
benar (kunci jawaban) sedangkan alternatif jawaban yang lain berfungsi sebagai
pengecoh (distractor). Pokok soal dapat dibuat dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk
pernyataan tidak selesai atau dalam bentuk kalimat tanya. Jumlah alternatif jawaban
yang dibuat biasanya tiga sampai lima. Semakin banyak alternatif jawaban yang
dibuat maka semakin probabilitas siswa untuk menebak jawaban semakin kecil. Jika
digunakan tiga buah alternatif jawaban maka probabilitas siswa untuk menebak
adalah 1/3 x 100% = 33,3%. Jika digunakan empat alternatif jawaban maka
probabilitasnya adalah ¼ x 100% = 25%. Sebagian ahli mengatakan bahwa tes
pilihan ganda dikatakan baik apabila probabilitas menbaknya berkisar antara 20-25%
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
C. Merencanakan Tes
Ada 2 (dua) bentuk tes yang dilakukan oleh guru/calon guru dalam mengajar,
yaitu:
1. Tes melihat pengetahuan siswa
Sebuah tes tidak lebih dari penilaian yang disiapkan dalam hal yang sama bagi
semua siswa dalam kelas. Dengan adanya tes, keterkaitan antar konsep, penguasaan
konsep-konsep dasar, atau prosedur-prosedur. Selain itu juga merupakan cerminan
pemahaman dari tujuan pembelajaran.
Ada hal penting dapat dipikirkan dalam membuat suatu tes, yaitu:
a. Gunakan kalkulator kecuali untuk tes-tes yang sederhana.
b. Gunakan alat-alat yang dapat dimanipulasi.
c. Melibatkan penjelasan-penjelasan.
d. Adakan juga afektif tes.
e. Hindari soal yang memiliki jawaban hanya satu.
f. Tes-tes yang merupakan tes kecepatan sering mengadakan dampak negatif
terhadap sikap siswa terhadap pelajaran yang bersangkutan.
2. Merancang tes diagnostik
Interview (wawancara) adalah cara sederhana yang dapat dilakukan untuk
mengetahui jalan pikiran/cara berpikir siswa tentang suatu materi tertentu, apa proses
yang digunakannya dalam memecahkan masalah, dan apa sikap dan keyakinan yang
mereka miliki.
Ada beberapa hal yang dpat dipertimbangkan untuk melaksanakan wawancara, yaitu:
a. Hendaknya guru menerka dan bersifat alami ketika mendengar siswa, dan
memberikan senyuman, anggukan dan jangan perlihatkan kening yang berkerut
yang memperlihatkan kesalahan mereka.
b. Hindari menertawakan siswa, atau menuntunnya.
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah d. Jangan interupsi sewaktu siswa berbicara.
e. Untuk mencegah penggelakan-penggelakan.
f. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang menguatkan, atau pertanyaan untuk
mensahkan.
Sebagai seorang guru/calon guru dalam melakukan proses belajar mengajar
hendaknya kita melihat apakah siswa kita telah siap menerima pelajaran yang akan
kita ajarkan dan hendaknya kita mengidentifikasi kesiapan-kesiapan siswa untuk
belajar. Jika mereka belum siap, kita wajib menyiapkan siswa untuk memiliki
kesiapan materi, kematangan, kesiapan afektif, kesiapan kontekstual dan kesiapan
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
A. Konsep Dasar Assesment Altenative
Penggunaan asesmen alternatif dalam penilaian hasil belajar siswa merupakan
jawaban atas adanya kelemahan pada asesmen tradisional yang hanya menggunakan
tes tertulis (paper dan pencil test). Tes tertulis tidak mampu mengukur hasil belajar
siswa yang kompleks, bahwa umumnya tes tertulis hanya mampu mengukur hasil
belajar siswa dalam ranah kognitif dan keterampilan sederhana.
Dengan menggunakan asesmen alternatif, guru akan mampu mengukur secara
keseluruhan hasil belajar siswa tidak hanya ranah kognitif tetapi juga ranah afektif
dan psikomotor. Asesmen alternatif juga mampu mengukur proses belajar.
B. Bentuk Assesment Kinerja
Penilaian dalam proses meliputi penilaian kinerja dalam bentuk tugas-tugas
yang dapat berupa tugas berhitung, tugas membuat grafik, tugas menggunakan
berbagai hubungan dalam dunia nyata dengan matematika, penilaian kinerja dalam
bentuk tugas-tugas. Tugas-tugas yang dikerjakan siswa dalam pelajaran matematika
dapat berupa tugas berhitung, membuat grafik, tugas pemecahan masalah, dan tugas
berbentuk tulisan. Penilaian dapat dilaksanakan dengan observasi dan wawancara.
Tujuan mengadakan tugas adalah untuk berbagai kepentingan. Untuk mengecek
pemahaman siswa atau untuk memberikan tingkat keberhasilan siswa terhadapa tuga
syang dilakukan.
Selain itu juga diadakan penilaian pengetahuan yang meliputi pengetahuan
dan pemahaman konsep-konsep dan prosedur-prosedur, kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah dalam matematika dan
dalam subjek lain, kemampuan untuk menalar dan menganalisis, kemampuan
menggunakan matematika dalam mengkomunikasikan ide-ide, memahami hakikat
matematika dan sikap terhadap matematika, dan perluasan terhadap integrasi
aspek-aspek dari pengetahuan siswa tersebut.
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah 1. Komunikasi
Tujuan dalam aspek ini adalah agar siswa mampu menyajikan ide-ide
matematika dengan berbicara, mendemonstrasikan gambar-gambar, dan dengan
menggunakan kos kata, lambang dan struktur-struktur matematika untuk menyajikan
ide-ide, menjelaskan hubungan-hubungan dan situasi matematika pada model-model.
Dengan demikian, sebagai guru atau calon guru kita hendaknya menciptakan suatu
kondisi sehingga kegiatan yang diadakan membuat siswa berbicara atau menulis
dapat terwujud.
2. Pemecahan masalah
Salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa adalah pemecahan masalah.
Penilaian pemecahan masalah hendaknya meliputi penilaian keterampilan
mengerjakan pemecahan masalah secara individual dan secara kelompok kecil. Tugas
yang menunjukkan kinerja (prestasi) meliputi penyajian-penyajian matematika, pojek,
penyelidikan. Untuk menilai semua kegiatan itu diadakan obsevasi, wawancara, dan
melihat hasil yang kesemuanya itu untuk mengetahui apa sebenarnya yang mereka
ketahui dan apa yang dapat mereka pelajari serta apa yang dapat mereka lakukan.
Kemampuan pemecahan masalah yang dilihat hendaknya meliputi kecepatan dan
ketepatan; kreativitas yang produktif, orisinil, kompleks, efektif; tingkat-tingkat
realita tugas; tingkat kualitas pemahaman meliputi kemampuan mengidentifikasi
suatu konsep muncul dalam suatu situasi; kemampuan menggunakan konsep-konsep
matematika yang tersedia; dan berpikir kritis.
Beberapa presedur yang dapat diberikan kepada siswa dalam memecahkan
masalah:
a. Merumuskan masalah
b. Mengidentifikasi kunci masalah
c. Menggunakan strategi untuk memcahkan masalah
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah 3. Penalaran
Berbagai keterampilan menalar merupakan factor yang penting terhadap
keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Mereka butuh untuk menggunakan
penalaran induktif untuk membuat generalisasi-generalisasi, pola-pola serta untuk
menganalisis situasi, dan untuk memeriksa berbagai kesimpulan.
C. Assesment Portofolio
Penilaian dengan portofolio adalah merupakan portofolio dari siswa yang
merupakan sebuah map yang berisi wakil-wakil (samples) dari hasil kerja harian,
catatan-catatan yang menarik mengenai seseorang atau kejadian (anecdot records),
dan foto copy materi-materi berhitung atau geometri, pemecahan masalah yang
dikembangkan secara terus menerus dari siswa (Riedesel dkk, 1996: 400-403).
Dengan demikian dengan adanya penilaian dengan portfolio pencapaian tujuan-tujuan
pembelajaran siswa atau guru akan terlihat lebih lengkap.
Ada beberapa cara untuk merancang program penilaian dengan portfolio
dalam kelas. Walaupun demikian program portfolio yang akan diadakan tentu saja
yang dpat melayani kebutuhan guru dan berkomunikasi dengan siswa dan orang tua.
Yang penting sekali, tujuan program portfolio yang akan diadakan hendaknya
betul-betul dapat dipahami siswa dengan jelas dan operasional.
Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) tahun 1991
dalam Van De Wale (1994:79) tujuan dan isi dari portfolio disarankan sebagai
berikut:
1. Sikap atau watak dalam belajar
Program portfolio bertujuan agar siswa memiliki watak yang posotif terhadap
setiap pelajaran. NCTM menjelaskan bahwa watak-watak tersebut meliputi motivasi,
keingintahuan, ketekunan, mengambil resiko, fleksibilitas, tanggungjawab, dan
percaya diri.
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Pertumbuhan dan pemahaman matematika meliputi: pengembangan konsep,
keterampilan pemecahan masalah, keterampilan mengkomunikasikan matematika,
pembentukan matematika, memikirkan pendekatan dan pemecahan masalah
tugas-tugas.
3. Pemecahan masalah
Pengembangan keterampilan dalam bekerja dengan yang lain, penggunaan
alat-alat peraga.
4. Penggunaan alat-alat
Memadukan teknologi seperti kalkulator dan komputer ke dalam
pembelajaran adalah merupakan hal yang seharusnya diadakan pada saat ini.
5. Keterlibatan guru dan orang tua
Komunikasi antara guru dan orang tua serta antara orang tua dan siswa
terutama sekali adalah pada pemahaman tujuan-tujuan serta nilai-nilai materi
pelajaran.
Pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara
terus-menerus sesuai dengan pengalaman siswa. Semakin banyak pengalaman yang
dilakukan siswa, maka akan semakin kaya, luas, dan sempurna pengetahuan mereka.
Pengalaman yang diperoleh siswa dari hasil pemberitahuan orang lain seperti
hasil dari penuturan guru, hanya akan mampir sesaat untuk diingat dan setelah itu
dilupakan. Oleh sesbab itu membelajarkan siswa tidak cukup hanya dengan
memberitahukan akan tetapi mendorong siswa untuk melakukan suatu proses melalui
berbagai aktivitas yang dapat mendukung terhadap pencapaian kompetensi.
Setiap aktivitas termasuk berbagai karya yang dihasilkan siswa dari suatu
proses pembelajaran, perlu dimonitor, diberi komentar, dikritik dan diberi catatan
perbaikan oleh setiap guru secara terus-menerus. Melalui proses monitoring yang
terus-menerus itulah pengalaman belajar siswa akan terus disempurnakan hingga
pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan sempurna.
Bagaimana teknik melakukan monitoring terhadap hasil kerja dan pengalaman
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah diartikan sebagai kumpulan karya siswa yang disusun secara sistematis dan
terorganisir sebagai hasil dari usaha pembelajaran yang telah dilakukan dalam kurun
waktu tertentu. Melalui hasil karya tersebut guru dapat melihat perkembangan
kemampuan siswa baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan
sebagai bahan penilaian. Hasil karya siswa itu kemudian dinamakan evidence.
Melalui evidence inilah, siswa dapat mendemonstrasikan unjuk kerja kepada orang
lain baik tentang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Penilaian portofolio memiliki beberapa manfaat diantaranya :
1. Penilaian portofolio dapat memberikan gambaran yang utuh tentang
perkembangan kemampuan siswa. Artinya melalui penilaian portofolio,
informasi yang didapat bukan hanya sekedar pengetahuan saja, akan tetapi
juga sikap dan keterampilan.
2. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang autentik. Artinya penilaian
portofolio memberikan gambaran nyata tentang kemampuan siswa yang
sesungguhnya.
3. Penilaian portofolio merupakan teknik penilaian yang dapat mendorong siswa
pada pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih sempurna, siswa dapat belajar
optimal, tanpa merasa tertekan.
4. Penilaian portofolio dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, oleh sebab
setiap respon siswa dalam proses pembelajaran diberikan reinforcement,
dengan demikian siswa akan segera mengetahui kekurangan dan kelebihan
dari proses pembelajaran yang dilakukannya.
5. Penilaian portofolio dapat mendorong para orang tua siswa untuk aktif terlibat
dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini disebabkan setiap perkembangan
siswa yang digambarkan melalui hasil kerja siswa, orang tua dimintai
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Perbedaan Tes dengan Portofolio
Beberapa perbedaan pokok antara tes sebagai suatu teknik atau alat penilaian
yang selama ini digunakan guru dengan penilaian portofolio sebagai salah satu
inovasi dalam pelaksanaan penilaian, diantaranya yaitu:
NO TES NO PENILAIAN PORTOFOLIO
1 Tes biasanya dilakukan untuk
menilai kemampuan intelektual
siswa melalui penguasaan materi
pembelajaran
1. Penilaian portofolio menilai
seluruh aspek perkembangan siswa
baik intelektual, minat sikap, dan
keterampilan.
2. Guru berperan sangat dominan
dalam proses penilaian sedangkan
siswa berperan sebagai orang yang
dinilai.
2. Peserta didik terlibat dalam proses
penilaian dengan menilai dirinya
sendiri mengenai kemampuan
beserta dalam perkembangannya.
3. Kriteria penilaian ditentukan satu
untuk semua.
3. Kriteria penilaian ditentukan sesuai
dengan kriteria siswa.
4. Keputusan berdasarkan penilaian
ditentukan sendiri oleh guru.
4. Proses penilaian beserta
pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara kolaboratif antara
guru, siswa, dan orang tua.
5. Penilaian dilakukan dengan
berorientasi pada pencapaian hasil
belajar.
5. Penilaian berorientasi pada
kemajuan, usaha yang dilakukan
siswa termasuk pencapaian hasil
belajar.
6. Penilaian merupakan kegiatan yang
terpisah dari proses pembelajaran.
6. Penilaian merupakan bagian
integral dari proses pembelajaran.
7. Penilaian melalui tes biasanya
dilakukan pada akhir program
pembelajaran.
7. Penilaian portofolio dilakukan
selama proses pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Prinsip-prinsip Penilaian Portofolio
Dalam proses pelaksanaan evaluasi dengan sistem penilaian portofolio
terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu :
1. Saling Percaya
Penilaian portofolio adalah penilaian yang melibatkan siswa secara aktif sebagai
pihak yang dievaluasi. Antara guru sebagai evaluator dan siswa sebagai pihak yang
dievaluasi harus saling percaya bahwa bukan semata-mata untuk menilai hasil
pekerjaannya akan tetapi sebagai upaya pemberian umpan balik untuk meningkatkan
hasil belajar.
2. Keterbukaan
Portofolio adalahpenilaian yang dilaksanakan secara terbuka, artinya suru
sebagai evaluator bukan hanya berperan sebagai orang yang memberi nilai atau kritik,
akan tetapi siswa yang dievaluasi perlu memahami mengapa kritik itu muncul, oleh
sebab itu guru harus terbuka melalui argumentasi yang tepat dalam setiap
memberikan penilaian.
3. Kerahasiaan
Sebelum dilaksanakan pameran, kerahasiaan dokumen (evidence) setiap siswa
perlu dijaga. Hal ini untuk menjaga perasaan siswa, jangan sampai ada kesan siswa
merasa direndahkan dan dipermalukan didepan teman-temannya, apalagi kalau
komentar itu menyangkut kemampuan dan pribadi siswa yang bersangkutan.
Demikian juga komentar untuk siswa yang dianggap baik, tidak perlu diinformasikan
pada yang lain. Hal ini untuk menjaga agar siswa yang bersangkutan tidak merasa
paling hebat diantara teman-teman lainnya.
4. Milik Bersama
Guru dan peserta didik harus merasa bahwa evidence portofolio adalah milik
bersama, oleh karena itu semua pihak harus menjaganya secara baik. Hal ini akan
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
5. Kepuasan dan Kesesuaian
Hasil akhir dari penilaian portofolio adalah ketercapaian kompetensi seperti
yang dirumuskan dalam kurikulum. Guru dan siswa akan merasa puas manakala
kompetensi itu telah tercapai. Oleh karena itu, terkumpulnya evidence merupakan
kepuasan baik bagi guru maupun bagi siswa.
6. Budaya Pembelajaran
Penilaian portofolio harus dapat mengembangkan budaya belajar. Sebab
penilaian portofolio itu sendiri pada dasarnya mengandung proses pembelajaran.
Unjuk kerja yang tergambar pada setiap evidence pada dasarnya adalah proses
pembelajaran.
7. Refleksi
Penilaian portofolio harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa
untuk melakukan refleksi tentang proses pembelajaran yang telah dilakukannya.
Melalui refleksi, siswa dapat menghayati tentang proses berpikir mereka sendiri,
kemampuan yang telah mereka peroleh, serta pemahaman mereka tentang kompetensi
yang telah dimilikinya.
8. Berorientasi pada Proses dan Hasil
Penilaian portofolio bertumpu pada dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi
proses dan hasil belajar secara seimbang. Penilaian portofolio mengikuti setiap aspek
perkembangan siswa, bagaimana cara belajar siswa, bagaimana motivasi belajar,
sikap, minat, kebiasaan, dan lain sebagainya dan pada akhirnya menilai bagaimana
hasil belajar yang diperoleh siswa.
Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Portofolio
1. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio memiliki perbedaan yang sangat mendasar dibandingkan
dengan sistem penilaian yang biasa dilakukan misalnya dengan tes. Tes biasa
digunakan untuk menilai kemampuan penguasaan materi pembelajaran atau
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah selesainya pelaksanaan program pembelajaran misalnya pada akhir caturwulan atau
semester. Penilaian portofolio dilakukan untuk menilai setiap aspek perkembangan
siswa termasuk perkembangan minat, sikap, dan motivasi. Oleh sebab itu, penilaian
portofolio merupakan bagian integral dari proses pembelajaran yang dilakukan secara
terus-menerus dan menyeluruh.
Sebagai suatu teknik penilaian portofolio memiliki keunggulan diantaranya :
1. Penilaian portofolio dapat menilai kemampuan siswa secara
menyeluruh.
2. Penilaian portofolio dapat menjamin akuntabilitas
(pertanggung-jawaban).
3. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang bersifat individual.
4. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang terbuka.
5. Penilaian portofolio bersifat selfevaluation.
Disamping kelebihan, penilaian portofolio juga memiliki kelemahan
diantaranya :
1. Memerlukan waktu dan kerja keras.
2. Penilaian portofolio memerlukan perubahan cara pandang.
3. Penilaian portofolio memerlukan perubahan gaya belajar.
4. Penilaian portofolio memerlukan perubahan sistem pembelajaran.
Tahap Pelaksanaan Penilaian Portofolio
Terdapat sejumlah tahapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan
penilaian portofolio, diantaranya yaitu :
1. Menentukan Tujuan Portofolio.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertujuan. Oleh karena itulah tahapan
pertama dalam pelaksasnaan penilaian portofolio adalah merumuskan tujuan yang
ingin dicapai. Dengan tujuan yang jelas dan terarah, akan memudahkan bagi guru
untuk mengelola pembalajaran.
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Isi dalam portofolio harus dapat menggambarkan perkembangan kemampuan
siswa yang sesuai dengan standar kompetensi seperti yang dirumuskan dalam
kurikulum. Untuk menghasilkan kompetensi tersebut, tentu saja proses pembelajaran
yang dilakukan guru harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Siswa
didorong untuk menghasilkan karya, bukan hanya berperan sebagai penerima
informasi dari guru.
3. Menentukan Kriteria dan Format Penilaian.
Kriteria penilaian disusun sebagai standar patokan untuk guru dalam
menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap aspek yang
dinilai. Selanjutnya kriteria itu disusun dalam sebuah format penilaian yang jelas.
Kriteria penilain ditentukan dalam dua aspek pokok, yaitu kriteria untuk
proses belajar dan kriteria untuk hasil belajar. Proses belajar misalnya ditentukan
kriteria penilaian dari aspek kesungguhan menyelesaikan tugas, motivasi belajar,
ketepatan waktu penyelesaian, dan lain sebagainya; sedangkan kriteria dilihat dari
hasil belajar disesuaikan dengan isi yang menggambarkan kompetensi.
Apabila kompetensi yang diharapkan berupa produk atau hasil karya siswa,
maka kriteria dan format penilaian ditetapkan sesuai dengan aspek-aspek yang
terkandung dalam kompetensi itu sendiri.
4. Pengamatan dan Penentuan Bahan Portofolio
Portofolio biasanya hanya memuat evidence yang dianggap dapat mewakili
dan menggambarkan suatu perkembangan dan perubahan yang terjadi. Oleh karena
itu, sebelum ditentukan evidence mana yang dianggap dapat dimasukkan ke dalam
portofolio, terlebih dahulu perlu dilakukan pengamatan.
Pengamatan dan penentuan evidence sebaiknya dilakukan oleh guru dan siswa
secara bersama-sama. Siswa perlu dimintai pertimbangan-pertimbangan serta
alasan-alasannya evidence mana yang harus dimasukkan.hal ini penting untuk menjamin
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
5. Menyeusun Dokumen Poerofolio.
Manakala bahan-bahan portofolio telah titentukan, langkah selanjutnya adalah
menyusun bahan itu dalam dokumen portofolio, misalnya dalam bentuk folder.
Folder itu sendiri perlu dilengkapi dengan:
a) Identitas siswa;
b) Mata pelajaran;
c) Daftar isi dokumen; dan
d) Isi dokumen beserta komentar-komentar baik guru maupun orang tua.
D. Penilaian Ranah Afektif
Hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup prestasi belajar, kecepatan
belajar,dan hasil afektif. Andersen (1981) sependapat dengan Bloom bahwa
karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan.
Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan
ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga
ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam
bidang pendidikan.
Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan
belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit
untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat
dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang
optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat
semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu
ikatanemosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan,
semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu
semuadalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi
oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan
sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran
tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para
pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik
secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk
mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran
dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan
karakteristik afektif peserta didik.
Tingkatan Ranah Afektif
Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif
mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada
komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Tingkatan ranah
afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: receiving (attending),
responding, valuing, organization, dan characterization.
1. Tingkat receiving
Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan
memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas,
kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian
peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya
pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku,Pengembangan
Perangkat Penilaian Afektif senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini
akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif.
2. Tingkat responding
Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian
dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena
khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah memberi respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal
yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus.
Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang
dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
3. Tingkat valuing
Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan
derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu
nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat
komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat
nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku
yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran,
penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
4. Tingkat organization
Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar
nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil
pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem
nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.
5. Tingkat characterization
Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat ini
peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu
tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan
dengan pribadi, emosi, dan sosial.
Karakteristik Ranah Afektif
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan
sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan
dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari
yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka.
Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat
dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau
negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.
Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai
negatif.
Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik
afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek,
aktivitas, atau idePengembangan Perangkat Penilaian Afektif sebagai arah dari
perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada
beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah,
matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target
dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun
kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di
kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.
Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri,
nilai, dan moral.
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak
suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan
menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima
informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan
yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap
adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi,
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk
ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran,
misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran.
Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus,
aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau
pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat
atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting
pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif
yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk:
a. Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam
pembelajaran,
b. Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
c. Pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
d. Menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
e. Mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama,
f. Acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan
memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
g. Mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan
pendidik,
h. Bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah 3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri
pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi
bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan
intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah
sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu
dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif
karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi
sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. Penilaian
konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri
adalah sebagai berikut :
Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik. Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.
Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran. Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik. Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki. Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
Peserta didik mampu menilai dirinya. Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya. 4. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan,
tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah
keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada
keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu
seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif.
Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada
situasi dan nilai yang diacu. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler
(1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan
oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga
objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya
satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai
yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan
personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
5. Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak.
Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan
tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran
respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana
sesungguhnya seseorang bertindak. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau
benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang
dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan
berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah afektif lain yang penting adalah:
Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.
Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.
Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah
A. Mengumpulkan dan Mengolah Informasi Hasil Belajar Siswa
Mengumpulkan dan mengolah informasi hasil belajar siswa dapat dilakukan
dengan cara berikut ini :
1. Interaksi Tanya Jawab/Kuis
Teknik pengajuan pertanyaan dalam proses pembelajaran banyak
dilakukan guru untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang sedang
dibahas. Pertanyaan secara lisan merupakan teknik penilaian proses
pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian besar para guru. Teknik bertanya
merupakan alat untuk mendapatkan informasi atau data tetang perilaku belajar
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. (Airasian, 1991). Tujuan
pengajuan pertanyaan yang diajukan guru pada umumnya untuk mengecek
pemahaman siswa. Menurut Richard dan Loohart (1997) alasan mengapa guru
sering mengajukan pertanyaan adalah:
a. Dapat mendorong dan menjaga minat siswa,
b. Mendorong siswa untuk berpikir dan memfokuskan pada isi pembelajaran,
c. Memungkinkan guru mengklarifikasi apa yang dikatakan siswa,
d. Memungkinkan guru mengungkap struktur dan kosakata,
e. Memungkinkan guru mengecek pemahaman siswa,
f. Mendorong partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Penilaian yang dilakukan dalam bentuk interaksi tanya jawab di kelas
melibatkan penilaian jawaban siswa terhadap pertanyaan guru. Guru dapat
secara langsung memahami kemajuan belajar siswa. Berdasarkan alasan tersebut
maka guru dapat mengambil keputusan yang segera dilakukan untuk
mengambil inisiatif-inisiatif tertentu atau langkah- langkah tertentu demi
kelancaran proses pembelajaran. Dengan demikian teknik bertanya/kuis merupakan
Alat untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan
tersebut.
Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dan Menengah 2. Latihan/Tugas
Latihan/tugas disusun sesuai dengan arah pencapaian tujuan pembelajaran.
Latihan/tugas ini selain berfungsi sebagai bagian dari proses belajar sebagai sarana
menguasai konsep yang sedang disampaikan guru, juga dapat berfungsi
penilaian untuk mengetahui sejauh mana pemahaman yang dicapai dalam proses
belajar yang sedang berlangsung. Nitko (1996) mengemukakan istilah tugas ini
dengan paper-and-pencil tasks. Guru memperoleh balikan tentang kemajuan
belajar siswa dan kelemahan-kelemahannya. Guru juga dapat memonitor proses
belajar siswa. Keterkaitan antara penilaian dan pembelajaran sangat dirasakan dalam
latihan.
Prosedur pelaksanaan latihan atau tugas dapat dilakukan di awal, di
tengah, di akhir pembelajaran berlangsung disesuaikan dengan bahan dan kemajuan
belajar siswa serta dapat diberikan sebagai tugas di rumah. Rossenshine dan
Stevens (1990) mengemukakan prosedur pelaksanaan latihan yang meliputi:
mengajukan banyak pertanyaan, membimbing siswa dalam mempraktekkan bahan
baru, mengecek pemahaman siswa, memberikan umpan balik bagi siswa, mengoreksi
kesalahan siswa, diulang jika diperlukan.
Latihan maupun tugas yang diberikan saat berlangsungnya proses
pembelajaran berfungsi sebagai teknik pembelajaran dan sekaligus dapat dijadikan
alat mengontrol kemajuan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
3. Observasi
Teknik observasi merupakan alat pengumpul informasi tentang
berlangsungnya proses pembelajaran. Observasi proses pembelajaran yang
dilakukan guru mencakup mengawasi siswa melaksanakan aktivitas belajar,
mendengarkan siswa berbicara maupun berdiskusi, mengawasi tingkah laku siswa
dalam kelas seperti perhatiannya maupun sikapnya. (Airasian, 1991). Observasi
dalam psroses pembelajaran tidak direncanakan dan bersifat informal penilaian,
kejadiannya tidak sistematik. Apa yang terjadi di kelas diamati tanpa direncanakan