• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.8. Kualitas Desain Penelitian

Data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Menurut Lincoln dan Guba (Moleong, 2007:324), desain penelitian dapat “diuji” dengan logical-tests tertentu untuk menjamin keabsahan data yaitu : derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif, berfungsi untuk melakukan penyelidikan tingkat kepercayaan, dan menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti. Beberapa cara

yang dapat dilakukan dalam melakukan penyelidikan derajat kepercayaan adalah:

1) Memperpanjang masa observasi untuk diadakan pengecekan kembali ke lapangan.

2) Pengamatan terus menerus agar peneliti dapat memperhatikan sesuatu lebih cermat, terinci, dan mendalam.

3) Membicarakannya dengan orang lain (peer briefing) sebagai usaha untuk mendiskusikan dengan orang lain yang memiliki pengetahuan tentang pokok penelitian, dan metode penelitian yang diterapkan.

4) Melakukan triangulasi untuk mengecek kebenaran data, dengan membandingkan data yang diperoleh pada berbagai fase penelitian lapangan dan pada waktu yang berlainan, untuk menguji data para informan dengan dokumen yang ada.

5) Melakukan membercheck, yaitu mengecek ulang secara garis besar setelah wawancara dengan para informan penelitian.

2. Pengujian Keteralihan (Transferability)

Keteralihan adalah persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Proses ini mengharuskan peneliti mencari dan mengumpulkan data kejadian dan

empiris dalam konteks yang sama, sehingga peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya.

3. Standar Ketergantungan (Dependability)

Standar ketergantungan adalah memeriksa proses penelitian dan taraf kebenaran data serta tafsirannya. Peneliti perlu menyediakan bahan-bahan sebagai berikut:

1) Data mentah, seperti catatan sewaktu observasi, wawancara, hasil rekaman, dan dokumen yang diolah dan disajikan dalam bentuk laporan lapangan.

2) Hasil analisis data berupa rangkuman dan konsep-konsep.

3) Hasil sintesis data, seperti tafsiran, kesimpulan, definisi, interelasi data, tema, pola, hubungan dengan literatur dan laporan akhir.

4) Catatan mengenai proses data yang digunakan, yaitu metodologi, desain, strategi, prosedur, dan usaha-usaha agar

penelitian terpercaya, serta upaya untuk melakukan audit trail (memeriksa dan melacak suatu kebenaran).

4. Pengujian Kepastian (Confirmability)

Upaya untuk mewujudkan kepastian penelitian, setiap tahap penulisan penelitian maupun konsep yang dihasilkan dari lapangan didiskusikan dengan dosen pembimbing, sehingga diperoleh masukan untuk menambah kepastian.

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya didirikan di atas tanah seluas 74.518 m2 milik Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya sejak tahun 1987, dengan status Fakultas Non Gelar Teknologi ITS, kemudian tahun 1991 diterbitkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0313/O/1991 tentang Penataan Politeknik Dalam Lingkungan Universitas dan Institut Negeri.

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya memiliki program studi pendidikan D3 dan D4, yaitu :

§ Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

§ Jurusan Teknik Bangunan Kapal, terdiri dari :

1) Program Studi D3 Teknik Perencanaan dan Konstruksi Kapal. 2) Program Studi D3 Teknik Bangunan (Manufaktur) Kapal. 3) Program Studi D4 Teknik Pengelasan.

4) Program Studi D4 Teknik Desain dan Manufaktur.

§ Jurusan Teknik Permesinan Kapal, terdiri dari :

1) Program Studi D3 Teknik Permesinan Kapal. 2) Program Studi D4 Teknik Perpipaan.

§ Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, terdiri dari :

1) Program Studi D3 Teknik Kelistrikan Kapal. 2) Program Studi D4 Teknik Otomasi (Manufaktur).

Visi :

”Sebagai institusi pusat unggulan yang diakui dalam melaksanakan pendidikan vokasional yang mengimplementasikan ilmu dan teknologi dalam bidang manufaktur kemaritiman dan industri terkait dengan berwawasan lingkungan”

Misi :

1) Menyelenggarakan pendidikan tinggi vokasional unggulan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan berkualitas;

2) Menyelenggarakan penelitian ilmu dan teknologi terapan pada bidang manufaktur maritim dan industri terkait;

3) Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dalam bentuk pendidikan, pelatihan, dan pelayanan industri;

4) Membentuk masyarakat ilmiah yang beretika profesional untuk berkompetisi di era global; dan

5) Membentuk jaringan dengan institusi terkait dalam rangka mengembangkan sistem pendidikan yang komprehensif.

4.2. Organisasi Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) dan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)

Kementerian negara/lembaga yaitu Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan unit akuntansi instansi sesuai dengan hirarki organisasi yang terdiri dari Unit Akuntansi keuangan (UAK) dan Unit Akuntansi Barang (UAB). Organisasi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya menurut hirarki dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 : Organisasi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Menurut Hirarki

Tingkat

Nama Unit Akuntansi Keuangan dan Unit

Akuntansi Barang

Kode Nama Instansi

Kementerian Negara/Lembaga

UAKPA dan UAKPB 023 Departemen Pendidikan Nasional

Eselon 1 UAPPA-E1 dan UAPPB-E1

04 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Wilayah/Provinsi UAPPA-W dan

UAPPB-W

0500 Provinsi Jawa Timur

Satuan Kerja UAKPA dan UAKPB 576804 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Tim SAI Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Nomor : 3728/K12/KP/2007, tanggal 5 September 2007. Tim SAI terdiri dari pelakna SAI, petugas bagian keuangan, dan tiga orang petugas lainnya yang tidak terkait langsung dengan kegiatan SAI maupun bagian keuangan, jumlah seluruhnya sebanyak 14 orang.

Pembentukan tim SAI tersebut belum mengacu pada ketentuan yang ada terdiri dari organisasi Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) dan organisasi Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terkait dengan penyelenggaraan akuntansi barang dan akuntansi keuangan di lingkungan satuan kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, yaitu:

Tabel 4.2 : Informan Penelitian

No. Jabatan Keterangan

1 Direktur Politeknik Perkapalan

Negeri Surabaya Penanggung jawab SAI 2 Pembantu Direktur II Penanggung jawab SAI

3 Bendahara Pengeluaran Sebagai petugas (verifikator) SAK 4 Staf Subbagian Keuangan Sebagai petugas (operator) SAK 5 Staf Subbagian Tata Usaha Sebagai petugas (verifikator) SABMN 6 Staf Subbagian Tata Usaha Sebagai petugas (operator) SABMN 7 Petugas Gudang Petugas pengelola persediaan

4.2.1. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya telah ditetapkan sebagai organisasi UAKPB dengan kode : 023.04.05.576804.000, akan tetapi personil organisasi UAKPB belum ditunjuk dan ditetapkan. SABMN dilaksanakan oleh tiga orang yaitu dua orang staf Bagian Tata Usaha dan

Struktur organisasi UAKPB pada tingkat satuan kerja telah ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, struktur organisasi UAKPB dapat dilihat dalam gambar 4.1 berikut:

Penanggung jawab Petugas akuntansi BMN

Gambar 4.1: Struktur organisasi tingkat UAKPB (Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 59/PMK.06/2005)

4.2.2. Organisasi Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya telah ditetapkan sebagai organisasi UAKPA dengan kode yaitu: 023.04.0500.576804, akan tetapi personil organisasi UAKPA belum ditunjuk dan ditetapkan. Sistem

Kepala Satuan Kerja Kasubbag UmumTU/Pejabat yang ditetapkan Petugas verifikasi Petugas administrasi

Akuntansi Keuangan (SAK) dilaksanakan oleh bendahara pengeluaran dan seorang staf bagian keuangan.

Struktur organisasi UAKPA di tingkat satuan kerja telah ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-24//PB/2006 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, struktur organisasi UAKPA dapat dilihat dalam gambar 4.2 berikut:

Penanggung jawab

Petugas akuntansi keuangan

Gambar 4.2 : Struktur organisasi tingkat UAKPA (Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : PER-24//PB/2006)

Kepala Satuan Kerja Kasubbag TU/Pejabat yang menangani keuangan/pejabat yang ditunjuk Petugas verifikasi Petugas perekam komputer

4.3. Tugas dan Fungsi

4.3.1. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)

Tugas dan fungsi Unit Akuntansi BMN telah diatur dalam Lampiran IV PMK Nomor : 59/PMK.06/2005. Uraian tugas pengelola persediaan belum secara rinci diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 59/PMK.06/2005, oleh karena itu perlu adanya penetapan tugas dan fungsi petugas unit akuntansi barang/BMN yang terdiri dari petugas aset tetap dan petugas persediaan, agar tanggung jawab masing-masing personil menjadi jelas.

Berikut adalah tugas pokok penanggung jawab UAKPB, yaitu menyelenggarakan akuntansi BMN di lingkungan satuan kerja, dengan fungsi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan akuntansi BMN;

b. Menyusun dan menyampaikan laporan BMN secara berkala; c. Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi BMN.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, penanggung jawab UAKPB melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

a. Menunjuk dan menetapkan petugas akuntansi BMN;

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi BMN dan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara laporan barang dengan laporan keuangan;

c. Memantau dan mengevaluasi hasil kerja petugas pelaksana; d. Menelaah keluaran SABMN;

e. Menandatangani dan menyampaikan laporan BMN secara berkala setiap akhir semester dan akhir tahun ke organisasi di atasnya yaitu Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W).

Sedangkan petugas akuntansi barang/BMN yang terdiri dari petugas administrasi dan petugas verifikasi melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

a. Memelihara dokumen sumber dan dokumen akuntansi BMN;

b. Membukukan BMN ke dalam aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (SAKPB);

c. Memberi tanda registrasi pada BMN;

d. Menyusun data transaksi BMN pada setiap akhir bulan;

e. Melaksanakan pencocokan/rekonsiliasi data antara laporan BMN dengan laporan keuangan yang disusun petugas akuntansi keuangan, serta melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan; f. Menyusun laporan BMN setiap semester dan laporan BMN beserta

laporan keadaan barang (LKB) setiap akhir tahun anggaran;

g. Menyimpan arsip data BMN dan melakukan proses tutup buku setiap akhir tahun anggaran;

h. Secara manual menyusun catatan ringkas BMN (persediaan dan aset tetap) yang disampaikan ke unit akuntansi keuangan sebagai dasar penyusunan Catatan atas Laporan Keuangan.

4.3.2. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)

Tugas pokok penanggung jawab UAKPA telah diatur dalam Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : PER-24/PB/2006 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, dengan uraian tugas pokok yaitu:

Menyelenggarakan akuntansi keuangan di lingkungan satuan kerja, dengan fungsi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan akuntansi keuangan;

b. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala; c. Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, penanggung jawab UAKPA melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

a. Menunjuk dan menetapkan organisasi UAKPA sebagai pelaksana sistem akuntansi keuangan;

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan; c. Memantau dan mengevaluasi hasil kerja petugas pelaksana;

d. Menandatangani dan menyampaikan laporan keuangan dan ADK ke KPPN dan data file ke Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W) secara berkala setiap akhir bulan.

Sedangkan petugas akuntansi keuangan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

b. Membukukan/menginput dokumen sumber ke dalam aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA);

c. Menerima data SABMN dari petugas akuntansi BMN;

d. Melakukan verifikasi register transaksi harian yang dihasilkan aplikasi SAKPA dibandingkan dengan dokumen sumber;

e. Melaksanakan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan laporan barang, serta melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan;

f. Melakukan analisa untuk membuat catatan atas laporan keuangan; g. Menyusun laporan keuangan;

h. Menyiapkan pendistribusian laporan keuangan;

i. Menyimpan arsip data dan melakukan proses tutup buku setiap akhir tahun anggaran.

Berikut adalah penjelasan Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya mengenai pembentukan organisasi UAKPB dan UAKPA, serta uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing personil dalam UAKPB dan UAKPA di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya:

Tim SAI telah ditetapkan, tetapi organisasi SAI yang terdiri dari Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) dan Unit akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) belum dibentuk. Uraian tugas masing-masing personil Tim SAI juga belum disusun (28 Maret 2008).

Tidak semua personil Tim SAI melaksanakan tugas yang berhubungan dengan SAI atau keuangan, karena terdapat tiga orang

petugas lainnya yang tidak terkait langsung dengan kegiatan SAI maupun kegiatan bagian keuangan. Kemudian adanya hasil evaluasi penerapan SAI oleh BPKP yang menyarankan agar Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya menunjuk dan menetapkan personil organisasi UAKPB dan UAKPA. Sampai dengan bulan Juni 2008 personil organisasi UAKPB dan UAKPA belum ditetapkan, hal ini menunjukkan kurangnya komitmen dari Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya selaku kepala satuan kerja dan sebagai penanggung jawab UAKPB dan UAKPA dalam menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi.

4.4. Penerapan Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Sistem akuntansi pemerintah pusat dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59/PMK.06/2005, tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, yaitu sistem yang terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis mulai dari pengumpulan data, pembukuan dan pelaporan semua transaksi keuangan, aset, kewajiban dan ekuitas seluruh entitas pemerintah pusat.

Transaksi BMN dalam Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) diproses melalui aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPB) oleh unit akuntansi barang/BMN, kemudian unit akuntansi BMN memberikan data transaksi BMN berupa administrasi data komputer (ADK) setiap akhir bulan (jika ada transaksi), kepada unit akuntansi keuangan kemudian diproses melalui aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) untuk penyusunan neraca. Secara

manual disusun juga Catatan Ringkas Barang Milik Negara. Catatan Ringkasan BMN disampaikan unit akuntansi BMN ke unit akuntansi keungan sebagai bahan penyusunan CaLK (semesteran dan tahunan).

Basis akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya sesuai dengan strategi pengembangan SAP dilakukan melalui proses transisi dari basis kas menuju akrual, yang disebut cash towards accrual, yaitu:

- Basis kas untuk pengakuan pendapatan dan belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran.

- Basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca.

4.4.1. Akuntansi Barang Milik Negara (BMN)

Hasil observasi dokumen dan wawancara dengan petugas akuntansi BMN yang terdiri dari petugas akuntansi BMN, petugas persediaan, dan Pembantu Direktur II dapat disimpulkan sebagai berikut:

4.4.1.1. Akuntansi Persediaan Pada Unit Akuntansi BMN

UU Nomor 1 Tahun 2004 pasal 44 menyatakan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

Barang Milik Negara (BMN) merupakan bagian dari aset pemerintah yang berwujud. BMN dapat dikelompokkan menjadi aset

lancar dan aset tetap. Aset lancar adalah aset yang diharapkan untuk segera direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. BMN yang termasuk dalam kategori aset lancar adalah persediaan.

Persediaan yang ada mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk mendukung kegiatan operasional Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya terdiri dari:

1. Barang Konsumsi, terdiri dari : Alat tulis, tinta, buku tulis, penggaris, ordner/map, kertas, bolpoin, pinsil, penghapus, penggaris, dan alat listrik.

2. Bahan Pemeliharaan, antara lain berupa : sapu dan sikat, keset dan tempat sampah, alat pel/lap, serta bahan kimia pembersih.

3. Suku Cadang, berupa bahan : laboratorium bangunan konstruksi; laboratorium logam, laboratorium mesin dan listrik; laboratorium proses pembuatan pola; laboratorium proses pengelasan; alat bengkel bermesin; dan suku cadang alat bengkel lainnya.

4. Bahan Baku, berupa: plat besi dan baja, kaca, batu, seng, zat asam, bahan kimia, minyak pelumas, dan kawat.

Transaksi persediaan tidak diproses melalui aplikasi SAKPB, melainkan dilaksanakan secara manual. Persediaan per 31 Desember 2007 dilaporkan kepada unit akuntansi keuangan, kemudian unit akuntansi keuangan membuat jurnal persediaan ke dalam aplikasi SAKPA.

Pernyataan petugas akuntansi BMN mengenai transaksi persediaan yang dilaksanakan secara manual:

Transaksi persediaan dilaksanakan secara manual, karena adanya keterbatasan pada aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (SAKPB). Aplikasi SAKPB belum mengakomodasi transaksi persediaan (22 Juni 2008).

Setelah saldo persediaan per 31 Desember 2007 diterima unit akuntansi keuangan dari unit akuntansi BMN, selanjutnya dilakukan jurnal persediaan ke dalam aplikasi SAKPA secara manual. Berikut pernyataan petugas akuntansi keuangan mengenai transaksi persediaan yang dilaksanakan secara manual:

Input data persediaan per 31 Desember 2007 ke aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) dilakukan secara manual. Administrasi data komputer (ADK) yang dihasilkan oleh aplikasi SAKPB hanya data transaksi aset tetap, tidak termasuk data transaksi persediaan (22 Juni 2008).

Hasil observasi dokumen dan wawancara atas akuntansi persediaan di lapangan (28 Maret 2008), menunjukkan bahwa:

1. Administrasi penatausahaan persediaan belum tertib

Persediaan dikelola oleh petugas gudang. Sejak penerapan SAP tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, petugas persediaan belum melaksanakan akuntansi persediaan dengan mencatat dalam Buku Persediaan dalam bentuk kartu untuk setiap jenis persediaan, dan belum membuat Laporan Persediaan setiap periode pelaporan berdasarkan hasil inventarisasi fisik persediaan.

2. Nilai persediaan di neraca per 31 Desember 2007 sebesar Rp 411.177.350,00 tidak berdasarkan hasil inventarisasi fisik

persediaan, akan tetapi berdasarkan jumlah pembelian persediaan pada akhir tahun 2007.

3. Akuntansi persediaan masih dalam proses pembenahan. Pencatatan persediaan ke dalam kartu barang baru saja dimulai, dan kegiatan tersebut belum selesai dilaksanakan.

Seharusnya menurut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-40/PB/2006, tentang Pedoman Akuntansi Persediaan, unit akuntansi BMN menatausahakan persediaan yang dicatat dalam Buku Persediaan dalam bentuk kartu untuk setiap jenis barang, dan membuat laporan persediaan setiap akhir semester berdasarkan hasil opname fisik dan harga pembelian terakhir yang diperoleh dari unit akuntansi keuangan, selanjutnya menyerahkan laporan persediaan tersebut kepada unit akuntansi keuangan. Berdasarkan laporan tersebut, unit akuntansi keuangan akan membuat jurnal penambahan/pengurangan nilai persediaan melalui aplikasi SAKPA untuk menyusun Laporan Keuangan berupa Neraca.

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-40/PB/2006 menyebutkan bahwa Buku Persediaan dikelola oleh petugas yang menangani persediaan, demikian juga Laporan Persediaan dibuat oleh petugas yang menangani persediaan yang diketahui oleh penanggung jawab UAKPB. Laporan persediaan dibuat setiap akhir

semester pada suatu periode akuntansi untuk melaporkan nilai persediaan pada akhir semester.

Pencatatan administrasi pengelolaan persediaan belum tertib disebabkan:

1. Uraian tugas dan fungsi masing-masing personil Tim SAI belum ditetapkan, sehingga petugas pengelola persediaan tidak mengetahui tugas dan fungsinya sebagai pengelola persediaan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59/PMK.06/2005, tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

2. Keterbatasan jumlah tenaga dan kemampuan petugas pengelola persediaan untuk mengelola persediaan yang jumlah dan jenisnya cukup banyak. Petugas pengelola persediaan kurang lancar dalam mengoperasikan komputer serta tidak memahami tujuan dilakukannya inventarisasi fisik persediaan, sehingga petugas persediaan hanya melakukan pekerjaan rutin sesuai dengan apa yang dilaksanakan sebelum penerapan SAP.

3. Kepala satuan kerja sebagai penanggung jawab UAKPB tidak memantau dan mengevaluasi hasil kerja petugas persediaan, serta tidak memahami tujuan dan manfaat penatausahaan/akuntansi persediaan, yaitu :

• Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang persediaan;

• Mengamankan transaksi persediaan melalui pencatatan, pemrosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten;

• Mendukung penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah pusat yang menghasilkan informasi persediaan sebagai dasar pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.

• Sebagai pertimbangan dalam perencanaan kebutuhan, pengadaan dan penganggaran persediaan periode berikutnya.

Berikut adalah komentar petugas persediaan mengenai akuntansi persediaan belum tertib:

Selama ini belum ada perintah untuk mencatat persediaan dalam kartu barang, dan belum pernah melakukan inventarisasi fisik persediaan (28 Maret 2008).

Pernyataan Pembantu Direktur II yang menangani administrasi umum dan keuangan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya tentang akuntansi persediaan yang belum sesuai dengan SAP adalah sebagai berikut:

Memang benar, sampai dengan tahun 2007 petugas persediaan belum mengelola persediaan dengan baik dan belum melakukan inventarisasi fisik secara periodik, karena akuntansi persediaan belum menjadi perhatian. Penerapan akuntansi persediaan tahun 2008 sesuai SAP masih dalam proses (26 September 2008).

Berikut adalah pernyataan petugas unit akuntansi BMN mengenai persediaan di neraca tahun 2007 sebesar Rp 411.177.350,00 yang merupakan tindak lanjut dari hasil rekonsiliasi laporan keuangan antara unit akuntansi keuangan dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara (KPPN) bahwa saldo persediaan per 31 Desember 2007 harus disajikan di neraca, tetapi karena keterbatasan waktu sehingga nilai persediaan tersebut tidak dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik persediaan:

Hasil rekonsiliasi dengan KPPN menghendaki saldo persediaan akhir tahun 2007 di sajikan dalam neraca, sedangkan inventarisasi fisik persediaan tidak mungkin dilaksanakan kerena waktunya tidak cukup maka diputuskan nilai persediaan di neraca per 31 Desember 2007 berdasarkan jumlah pembelian persediaan pada akhir tahun 2007 (22 Juni 2008).

Nilai persediaan di neraca per 31 Desember 2007 sebesar Rp 411.177.350,00 tersebut ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara

unit akuntansi BMN dengan unit akuntansi keuangan. Berikut pernyataan petugas unit akuntansi keuangan:

Petugas SAK dan petugas SABMN sepakat menyajikan nilai persediaan pada neraca tahun 2007 karena kita menyadari bahwa persediaan merupakan bagian dari aset lancar di unit satuan kerja kami, mengingat kami diharuskan menyusun laporan akhir tahun dan CaLK tepat waktu dan dikarenakan hambatan waktu serta tidak memungkinkan dilakukan stock opname persediaan per item, untuk itu kami melakukan estimasi nilai persediaan dari pembelian pada akhir tahum 2007 (25 Agustus 2008).

Usaha perbaikan yang dilakukan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dalam rangka penatausahaan persediaan masih dalam proses, sampai dengan bulan Juni 2008 masih dalam proses inventarisasi untuk menyusun Laporan Persediaan.

4.4.1.2. Akuntansi Aset Tetap Pada Unit Akuntansi BMN

Unit akuntansi BMN telah melaksanakan proses akuntansi aset tetap dalam rangka menghasilkan data transaksi BMN, Laporan BMN, dan laporan manajerial lainnya. Input data ke aplikasi SAKPB dilaksanakan berdasarkan dokumen sumber dan daftar dimana aset tetap tersebut ditempatkan.

Jenis transaksi dan dokumen sumber yang digunakan dalam proses akuntansi aset tetap pada unit akuntansi BMN di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah sebagai berikut:

1. Saldo awal aset tetap:

Saldo awal aset tetap berdasarkan hasil inventarisasi fisik aset tetap per 31 Desember 2005 yang dilaksanakan unit akuntansi BMN bersama dengan BPKP Perwakilan Provinsi Jawa Timur.

2. Perolehan aset tetap

Perolehan aset tetap berasal dari: a. Transaksi pembelian

Petugas akuntansi BMN merekam data transaksi BMN dari dokumen sumber ke dalam aplikasi SAKPB setelah menerima

Dokumen terkait