TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3. Kualitas Hasil Pemeriksaan
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi auditee nya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya indikasi
bahwa kantor akuntan publik yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan kantor akuntan publik berskala kecil.
Harhinto (2004) melakukan penelitian dengan menggunakan 120 auditor dari KAP di Surabaya, Malang dan Jember sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkatnya jumlah klien, reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit. Sementara besarnya tekanan dari klien dan lamanya hubungan dengan klien (audit tenure), pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor), profesionalisme dan beban kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian Wooten (2003) telah mengembangkan model kualitas hasil pemeriksaan dan menyimpulkan bahwa indikator kualitas hasil pemeriksaan, yaitu:
a. deteksi salah saji;
b. kesesuaian dengan SAP;
c. kepatuhan terhadap standar operasional;
d. risiko audit;
e. prinsip kehati-hatian;
f. proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor;
g. perhatian yang diberikan oleh manajer atau fatner.
Deis dan Groux (1992) melakukan penelitian tentang hal-hal yang memiliki hubungan dengan kualitas hasil pemeriksaan, yaitu:
a. Lama waktu auditor dalam melakukan pemeriksaan. Semakin lama auditor
b. Jumlah objek yang diperiksa. Semakin banyak jumlah objek yang diperiksa maka kualitas hasil pemeriksaan akan semakin baik karena auditor dengan jumlah objek yang diperiksa yang banyak maka auditor akan semakin menjaga reputasinya;
c. Kesehatan keuangan objek yang diperiksa, semakin tidak sehat keuangan
objek yang diperiksa maka aka nada kecenderungan untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar;
d. Review oleh pihak ke tiga, kualitas hasil pemeriksaan akan semakin baik jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pemeriksaannya akan direview oleh pihak ketiga.
Elim (2006),menyatakan bahwa prinsip penyusunan rencana audit adalah:
1. Memahami dan memaksimalkan peran dan tanggung jawab unit pengawasan
internal;
2. Penaksiran resiko dan menggunakan skala prioritas;
3. Kriteria penaksiran risiko atas audit universe;
4. Adanya risiko melekat dan keterbatasan sistem dan metode penetapan
prioritas audit sehingga mengharuskan unit pengawasan secara berkala mengkaji semua faktor risiko dan penilaiannya.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan definisi kualitas hasil
pemeriksaan yaitu pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang serta pendistribusian laporan hasil
pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif
apabila telah mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung
jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa serta tindakan perbaikan yang direncanakan.
Apabila tanggapan dari pejabat pada entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan, simpulan, atau rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa, tanggapan tersebut tidak benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi, maka pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan perbaikan tersebut beserta alasannya. Sebaliknya, pemeriksa wajib memperbaiki laporannya sesuai dengan dengan temuan, simpulan, atau rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.
Akuntan publik harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam hal ini mengenai standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan (SPAP, 2001).
a. Auditor harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor;
b.Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor;
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kecakapan profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya;
b.Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan;
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;
b.Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya;
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor;
d.Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi.
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini antara lain:
Penelitian Batubara (2008) menjelaskan tentang analisis pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan (studi empiris pada Bawasko Medan). Hasil dari penelitian secara parsial kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan latar belakang pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Penelitian Sososutikno (2003) menjelaskan tentang hubungan tekanan
anggaran waktu dengan perilaku disfungsional serta pengaruhnya terhadap kualitas
audit. Penelitian ini juga menyatakan tekanan anggaran waktu menungkinkan munculnya perilaku disfungsional yang tercermin dari perilaku premature sign-off, under reporting of time, dan audit quality reduction behavior namun perilaku
disfungsional ini tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Pada penelitian ini juga dikatakan bahwa tekanan anggaran waktu secara langsung tidak memilik hubungan negatif terhadap kualitas audit. Penelitian ini mengambil sampel auditor ahli pada BPK perwakilan III Jogjakarta, BPKP Jawa Tengah dan DKI Jakarta.
Damanik (2010) di Medan melakukan penelitian pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP, pengetahuan tentang pengelolaan
keuangan daerah, peran Inspektorat dalam review laporan keuangan daerah.
Penelitian ini menggunakan metode sampel pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemahaman terhadap SAP berpengaruh
secara simultan terhadap peran Inspektorat dalam review laporan keuangan
di Kabupaten Serdang Bedagai.
Penelitian Mayangsari (2003) di Jakarta menyimpulkan tentang pengaruh
independensi, kualitas audit, serta mekanisme corporate governance terhadap
integritas laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan metode sampel yaitu perusahaan publik yang terdaftar selama periode 1998-2002. Hasil penelitian menyatakan spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
Alia (2001) di Yogyakarta,yang meneliti mengenai persepsi auditor terhadap
kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa auditor berpersepsi hanya
pengetahuan saja yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengalaman auditor ternyata tidak begitu banyak memberikan konstribusi untuk meningkatkan keahlian
auditor, yang berarti pengalaman tidak pula berpengaruh terhadap kualitas audit. Penugasan audit bersifat rutin sehingga tugas yang dilakukan tidak bersifat kompleks.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Nama/ Tahun Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Batubara (2008)
Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan dan Independensi
Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris pada Bawasko Medan) Variabel Dependen: Kualitas Hasil Pemeriksaan Variabel Independen: Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan dan Independensi Pemeriksa
Latar Belakang pendidikan Pemeriksa tidak Pengaruh secara parsial terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan
Sososutik no (2003)
Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit Variabel Independen: Tekanan Anggaran Waktu Varibel Dependen: Kualitas Audit
Tekanan Anggaran Waktu Secara Langsung Tidak Memiliki Hubungan Negatif terhadap Kualitas Audit Doni
Damanik (2010)
Pengaruh pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi,
pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran Inspektorat dalam review
laporan keuangan daerah
Variabel Independen: Pengetahuan tentang proses audit, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengelolaan keuangan daerah
Varibel Dependen: peran Inspektorat dalam review
laporan keuangan daerah
Pemahaman terhadap SAP berpengaruh secara simultan dan partial terhadap peran Inspektorat dalam review
laporan keuangan daerah
Mayang Sari (2003)
Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme
Corporate Governance
terhadap Integritas Laporan Keuangan
Variabel Independen: Independensi, Kualitas Audit, Serta Mekanisme
Corporate Governance
Varibel Dependen: Laporan Keuangan
Spesialisasi Auditor
Berpengaruh Positif terhadap Integritas Laporan Keuangan
Alia Ariesanti (2001)
Persepsi Auditor terhadap Kualitas Audit
Tidak ada variabel dependen dan variabel independen
Hanya pengetahuan yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengalaman auditor hanya sedikit memberikan konstribusi untuk meningkatkan keahlian auditor
BAB III