PENGARUH LATAR BELAKANG PRIBADI PEMERIKSA
TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DAN
PENGALAMAN PEMERIKSA SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA INSPEKTORAT
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Oleh
DUMA SARI FATMAWATY SIAHAAN
097017048/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
SE K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA
N
PENGARUH LATAR BELAKANG PRIBADI PEMERIKSA
TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DAN
PENGALAMAN PEMERIKSA SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA INSPEKTORAT
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DUMA SARI FATMAWATY SIAHAAN
097017048/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH LATAR BELAKANG PRIBADI
PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL
PEMERIKSAAN DAN PENGALAMAN
PEMERIKSA SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA INSPEKTORAT
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Nama Mahasiswa : Duma Sari Fatmawaty Siahaan
Nomor Pokok : 097017048
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)
(Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal 26 Mei 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
2. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
3. Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Latar
Belakang Pribadi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan dan
Pengalaman Pemeriksa Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat
Kabupaten Serdang Bedagai”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Mei 2011
Yang membuat pernyataan,
PENGARUH LATAR BELAKANG PRIBADI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGALAMAN PEMERIKSA
SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA INSPEKTORAT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
ABSTRAK
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah di era otonomi daerah telah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Hal ini berdampak pada tidak seimbangnya kapasitas yang dimiliki Inspektorat Kabupaten/Kota dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Perubahan yang drastis terjadi tersebut mengakibatkan ketidaksiapan suatu strategi penguatan dan pemberdayaan, baik dari aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek standar, pedoman dan sumber daya yang memadai. Penelitian ini bertujuan mengetahui, menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh latar belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.
Penelitian ini dilakukan dengan populasi seluruh pegawai di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah sampel sebanyak 31 orang dengan jenis penelitian sensus. Adapun yang menjadi variabel dependen dari penelitian ini adalah kualitas hasil pemeriksaan dengan variabel independen latar belakang pribadi pemeriksa yang pada penelitian ini terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan, serta pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating. Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis analisis regresi linier berganda dan analisis regresi moderate dan analisis ini didasarkan pada data dari 31 responden yang penelitiannya melalui kuesioner, dengan tingkat signifikansi alpha 5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial pemahaman terhadap SAP dan kecakapan profesional di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Pengalaman kerja sebagai variabel moderating terbukti tidak mampu memperkuat hubungan antara latar belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
THE INFLUENCE OF PERSONAL BACKGROUND EXAMINERS ON THE QUALITY OF EXAMINATION RESULTS AND EXPERIENCE
OF EXAMINERS AS A MODERATING VARIABLE IN THE INSPECTORATE OF SERDANG BEDAGAI
ABSTRACT
The Implementation of local government in the era of regional autonomy has changed significantly. This chage will lead to unbalance the capacity of the Inspectorate District in conducting oversight of the activities that the authority of the autonomous regional. Drastic changes that occurred can cause in not preparedness of a strategy strengthening and empowerment strategy, both from institutional and managerial aspects, as well as from standards, guidelines and adequate resources aspect. This research aimed to identify, analyze and obtain empirical evidence about the influence of personal background examiners on the quality of examination results and experience of examiners as a moderating variable in the Inspectorate of Serdang Bedagai.
This research was conducted with the population of all employees in the Inspectorate of Serdang Bedagai with sample size 31 respondents. This research used three variables, they are dependent variable, independent variable and moderating variable. The dependent variable is the quality of the audit. The independent variable is personal background examiners that consists of understanding of government standart accounting, professional skills and continuing education. The moderating variable is experience of examiners. The model of analysis that is used to test hypotheses multiple regression analysis and moderated regression analysis and this analysis is based on data of 31 respondents that have been research through questionnaires, with a significance level of 5% alpha.
The results of this research demonstrate partial understanding of government standart accounting and professional skills in the Inspectorate of Serdang Bedagai have a significant effect on the quality of examination results. Work experience as a moderating variable was proved unable to strengthen the relationship between personal background examiners and the quality of examination results.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan
kekuatan, hikmat dan kelimpahan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tesis
ini dengan judul “Pengaruh Latar Belakang Pribadi Pemeriksa terhadap Kualitas
Hasil Pemeriksaan dan Pengalaman Pemeriksa Sebagai Variabel Moderating pada
Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai”. Penyusunan tesis ini merupakan tugas
akhir untuk mencapai derajat Strata Dua (S2) pada Magister Akuntansi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, baik secara langsung membimbing penulisan tesis ini, maupun
secara tidak langsung. Dalam kesempatan ini dengan penuh ketulusan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K),
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.SIE selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program
Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
sekaligus selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak mengarahkan
4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan waktu, motivasi, serta perhatian dalam mengarahkan dan
membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini;
5. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, Bapak Iskandar Muda, M.Si, Ak
dan Bapak Syarif Fauzie, M.Ak, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah
memberikan saran dalam penyusunan tesis ini;
6. Seluruh Dosen dan Staf pada Program Magister Akuntansi Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan;
7. Bapak Bupati Serdang Bedagai, H.T. Erry Nuradi, M.Si yang telah
memberikan izin belajar mengikuti perkuliahan;
8. Bapak Inspektur Kabupaten Serdang Bedagai Drs. Henry, M.Si yang telah
banyak mendukung penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini;
9. Orang tuaku tercinta, Bapak Upar Basa Na Balga Siahaan (alm) dan Mama
Poybe Hamida Sitompul (alm) yang telah mewariskan teladan dan semangat
untuk terus berjuang dan berpengharapan hanya di dalam Tuhan Yesus
Kristus. Pernah memilikimu adalah hadiah terindah dihidupku;
10.Keluarga Abangda dr. Salomo Fajar Irene Siahaan, M.Path.Clinc, Kakanda
Natalyna Pintahaen Doloksaribu, ST, Adinda Abigail Hotma Laras Siahaan
dan Andreas Tuani Panahatan Siahaan yang telah banyak memberikan
11.Keluarga Kakanda Frida Helenawaty Patriana, S.Pd dan Abangda Horas K
Simanjuntak, SH, Adinda Cecillia Angelhica Simanjuntak, Bertha Gabriella
Simanjuntak dan Elshadai Simanjuntak yang telah banyak memberikan
dukungan doa, dana dan motivasi bagi penulis;
12.Kakanda Eva Marlin Verawaty Siahaan, SE yang telah sabar dan banyak
memberikan dukungan doa, dana dan motivasi bagi penulis;
13.Abangda Joseph Ferry Anto Siahaan, ST yang telah sabar dan banyak
memberikan dukungan doa, dana dan motivasi bagi penulis;
14.Seluruh Saudara/Sahabat/Teman-teman terkasih, yang dengan tulus ikhlas
telah menginvestasikan hidup, waktu, doa dan motivasinya kepada penulis;
15.Seluruh pegawai Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai yang telah
mendukung penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini, terkhusus buat
Bapak Seprinal, SE, Ak, Bapak Jhon Richard Arifianto, SH, Sunarti, S.Pi,
Erika Syahputri Siregar, ST;
16.Rekan-rekan pada Program Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara
angkatan ke-17 terkhusus buat Ibu Listiorini, SE, MSi, Elia Winarti Nurhaida,
SE, MSi, Zunaira Imataya, SE, Bapak Warsima Siburian, SE, Ak, Bapak Doni
Damanik, SE, MSi, Ak, Bapak Adi Surya, SE, Ak, Vina, SE dan Ekky, SE,
yang telah memberikan dukungan, pertolongan dan motivasi bagi penulis
selama mengikuti perkuliahan;
17.Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan saran dan kritik yang
Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan
berkat dan kasih karunia bagi seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian
penulisan tesis ini.
Medan, Mei 2011 Penulis
RIWAYAT HIDUP
NAMA LENGKAP : DUMA SARI FATMAWATY SIAHAAN
TEMPAT/TGL LAHIR : SERBALAWAN, 06 JANUARI 1982
ALAMAT RUMAH : JL. BAWANG I NO. 47 PERUMNAS SIMALINGKAR MEDAN
AGAMA : KRISTEN PROTESTAN
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
NAMA AYAH : UPAR BASA NA BALGA SIAHAAN (ALM)
NAMA IBU : POYBE HAMIDA SITOMPUL (ALM)
SAUDARA : 1. dr. SALOMO FAJAR IRENE SIAHAAN, M.Path.Clinc 2. FRIDA HELENAWATY PATRIANA SIAHAAN, S.Pd 3. EVA MARLIN VERAWATY SIAHAAN, S.E.
4. JOSEPH FERRY ANTO SIAHAAN, S.T.
PENDIDIKAN :
1. SDN I LARAS , Lulus Tahun 1994;
2. SLTPN 1 DOLOK BATU NANGGAR, Lulus Tahun 1997; 3. SMU NEGERI 1 DOLOK BATU NANGGAR, Lulus Tahun 2000;
4. UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS MEDAN (S-1), Lulus Tahun 2004;
5. SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, Lulus Tahun 2011.
PEKERJAAN :
1. Sekretaris Direktur Medis pada RSU. Martha Friska Medan sejak tahun 2004 s.d 2006.
2. Staf Keuangan pada Gleni International Hospital sejak tahun 2006 s.d 2009.
DAFTAR ISI
2.1.3. Kualitas Hasil Pemeriksaan ... 16
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) ... 21
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 24
3.1. Kerangka Konsep ... 24
3.2. Hipotesis ... 26
BAB IV METODE PENELITIAN ... 27
4.1. Jenis Penelitian ... 27
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 28
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 28
4.5.1. Variabel Independen ... 29
4.5.2. Variabel Moderating ... 30
4.5.3. Variabel Dependen ... 30
4.6. Model dan Teknik Analisis Data ... 33
4.6.1. Model Analisis Data ... 33
4.6.2. Teknik Analisis Data... 34
4.6.2.1. Uji kualitas data ... 35
4.6.2.2. Uji asumsi klasik ... 36
4.6.2.3. Uji statistik deskriptif ... 37
4.6.2.4. Uji hipotesis ... 38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
5.1. Statistik Deskriptif ... 41
5.1.1. Demografi Responden ... 42
5.1.2. Karakterisitik Penelitian... 45
5.2. Analisis Data ... 46
5.2.1. Uji Kualitas Data... 46
5.2.1.1. Pengujian validasi ... 46
5.2.1.2. Uji reliabilitas ... 48
5.2.1.3. Uji asumsi klasik ... 49
5.3. Pengujian Hipotesis ... 53
5.3.1. Pengujian Hipotesis 1 ... 53
5.3.2. Pengujian Hipotesis 2 ... 56
5.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58
5.3.1. Hipotesis Satu ... 58
5.3.2. Hipotesis Dua ... 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 63
6.1. Kesimpulan ... 63
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 64
6.3. Saran ... 65
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Penelitian Terdahulu ... 23
4.1. Definisi Operasional Variabel ... 32
5.1. Statistik Deskriptif ... 41
5.2. Data Demografi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 43
5.3. Data Demografi Berdasarkan Umur Responden ... 43
5.4. Data Demografi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 44
5.5. Data Demografi Berdasarkan Masa Kerja sebagai PNS ... 44
5.6. Data Demografi Berdasarkan Masa Kerja Responden selama Bekerja di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai ... 45
5.7. Uji Validitas Variabel ... 47
5.8. Uji Reabilitas Variabel ... 48
5.9. Uji Normalitas Data ... 49
5.10. Uji Glejser ... 52
5.11. Uji Multikolinieritas ... 52
5.12. Pengujian Hipotesis ... 53
5.13. Uji Statistik t (Parsial) ... 54
5.14. Uji Koefisien Determinasi ... 56
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1. Kerangka Konsep………. 24
5.1. Pengujian Normalitas Data Hipotesis……….. 50
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian…….……….. 70
2. Tabulasi Kuesioner………...………... 78
3. Hasil Analisis Deskriptif………...……… 79
4. Uji Kualitas Data: Uji Validitas dan Reabilitas……….. 80
5. Uji Asumsi Klasik………..………..……….…….. 86
6. Hasil Pengujian Hipotesis 1……....……… 89
PENGARUH LATAR BELAKANG PRIBADI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGALAMAN PEMERIKSA
SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA INSPEKTORAT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
ABSTRAK
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah di era otonomi daerah telah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Hal ini berdampak pada tidak seimbangnya kapasitas yang dimiliki Inspektorat Kabupaten/Kota dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Perubahan yang drastis terjadi tersebut mengakibatkan ketidaksiapan suatu strategi penguatan dan pemberdayaan, baik dari aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek standar, pedoman dan sumber daya yang memadai. Penelitian ini bertujuan mengetahui, menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh latar belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.
Penelitian ini dilakukan dengan populasi seluruh pegawai di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah sampel sebanyak 31 orang dengan jenis penelitian sensus. Adapun yang menjadi variabel dependen dari penelitian ini adalah kualitas hasil pemeriksaan dengan variabel independen latar belakang pribadi pemeriksa yang pada penelitian ini terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan, serta pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating. Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis analisis regresi linier berganda dan analisis regresi moderate dan analisis ini didasarkan pada data dari 31 responden yang penelitiannya melalui kuesioner, dengan tingkat signifikansi alpha 5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial pemahaman terhadap SAP dan kecakapan profesional di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Pengalaman kerja sebagai variabel moderating terbukti tidak mampu memperkuat hubungan antara latar belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
THE INFLUENCE OF PERSONAL BACKGROUND EXAMINERS ON THE QUALITY OF EXAMINATION RESULTS AND EXPERIENCE
OF EXAMINERS AS A MODERATING VARIABLE IN THE INSPECTORATE OF SERDANG BEDAGAI
ABSTRACT
The Implementation of local government in the era of regional autonomy has changed significantly. This chage will lead to unbalance the capacity of the Inspectorate District in conducting oversight of the activities that the authority of the autonomous regional. Drastic changes that occurred can cause in not preparedness of a strategy strengthening and empowerment strategy, both from institutional and managerial aspects, as well as from standards, guidelines and adequate resources aspect. This research aimed to identify, analyze and obtain empirical evidence about the influence of personal background examiners on the quality of examination results and experience of examiners as a moderating variable in the Inspectorate of Serdang Bedagai.
This research was conducted with the population of all employees in the Inspectorate of Serdang Bedagai with sample size 31 respondents. This research used three variables, they are dependent variable, independent variable and moderating variable. The dependent variable is the quality of the audit. The independent variable is personal background examiners that consists of understanding of government standart accounting, professional skills and continuing education. The moderating variable is experience of examiners. The model of analysis that is used to test hypotheses multiple regression analysis and moderated regression analysis and this analysis is based on data of 31 respondents that have been research through questionnaires, with a significance level of 5% alpha.
The results of this research demonstrate partial understanding of government standart accounting and professional skills in the Inspectorate of Serdang Bedagai have a significant effect on the quality of examination results. Work experience as a moderating variable was proved unable to strengthen the relationship between personal background examiners and the quality of examination results.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyelenggaraan otonomi daerah karena adanya perubahan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1974 dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah
mengakibatkan perubahan pada penyelenggaraan pemerintah daerah, khususnya
dalam bidang pengawasan daerah. Hal ini berdampak pada tidak seimbangnya
kapasitas yang dimiliki Inspektorat Kabupaten/Kota dalam melakukan pengawasan
atas pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Perubahan yang
drastis terjadi tersebut mengakibatkan ketidaksiapan suatu strategi penguatan dan
pemberdayaan, baik dari aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek
standar, pedoman dan sumber daya yang memadai.
Pada kondisi ketidakseimbangan kapasitas yang dimiliki, Inspektorat
Kabupaten/Kota, wajib melakukan tugas pengawasan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 Pasal 24 yang menyatakan
bahwa Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota merupakan Aparat
Pengawas Intern Pemerintah di Daerah. Inspektorat Kabupaten/Kota mengemban
tugas, pokok dan fungsinya, dalam pemeriksaan ke seluruh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang ada pada setiap Provinsi, Kabupaten dan Kota. Hasil dari
pemeriksaan rutin berupa laporan hasil pemeriksaan yang akan diserahkan kepada
Dengan keterbatasan aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek
standar, pedoman dan sumber daya yang ada, Inspektorat Kabupaten/Kota wajib
menyusun laporan hasil pemeriksaan yang dapat membantu kepala daerah dalam
menetapkan fungsi manajemen. Hal ini didukung dengan pernyataan Elim (2006)
bahwa peran auditor adalah:
1. Terlibat dalam pengelolaan resiko membantu manajemen;
2. Berperan sebagai pihak yang melaksanakan control self assessment atas
pengendalian manajemen;
3. Melakukan audit berbasis resiko.
Kabupaten Serdang Bedagai mengalami pemekaran dari Kabupaten Deli
Serdang sejak tahun 2004. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan
Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara. Inspektorat Kabupaten
Serdang Bedagai adalah salah satu satuan kerja perangkat daerah yang berada
di dalam lingkungan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Kedudukan
Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai berada dalam posisi yang sejajar dengan
dinas di Kabupaten Serdang Bedagai dalam melakukan pemeriksaan.
Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai melakukan pemeriksaan rutin ke
seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) se - Kabupaten Serdang Bedagai.
Hasil dari pemeriksaan rutin berupa Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dapat
diklasifikasikan berdasarkan bidang-bidang kerja. Adapun temuan-temuan dalam
1. Pengelolaan Aparatur dan Pengendalian Internal;
2. Pengelolaan Kekayaan;
3. Pengelolaan Keuangan.
Kualitas laporan hasil pemeriksaan sangat bergantung pada kualitas latar
belakang pribadi pemeriksa. Latar belakang pribadi pemeriksa dapat didefinisikan
sebagai latar belakang dari sumber daya manusia yang meliputi jenis kelamin, usia,
latar belakang pendidikan dan jenjang pendidikan. Latar belakang pendidikan yang
dimiliki staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai beraneka ragam terdiri dari 7
orang berpendidikan pascasarjana, 19 orang sarjana, 2 orang berpendidikan diploma
III dan 3 orang SMA. Proses mutasi pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai
juga menjadi penyebab beraneka ragamnya latar belakang pendidikan yang ada. Latar
belakang jurusan pendidikan yang dimiliki oleh staf Inspektorat Kabupaten Serdang
Bedagai terdiri dari dari jurusan ekonomi, teknik, kesehatan, hukum, sosial dan
politik. Latar belakang pendidikan mempunyai peran yang sangat penting. Hal ini
disebabkan oleh karena Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada
di Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari berbagai bidang. Untuk itu
keanekaragaman latar belakang pendidikan sangat berguna dalam proses pemeriksaan
oleh staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.
Masa kerja yang dimiliki staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai juga
beraneka ragam, hal ini akan berpengaruh terhadap pengalaman dan kecakapan
Proses pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Serdang
Bedagai merupakan bagian dari tugas, pokok dan fungsi (tupoksi). Staf Inspektorat
Kabupaten Serdang Bedagai sesuai dengan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan
(PKPT) yang telah disusun untuk melakukan pemeriksaan secara rutin dan kasus
kepada setiap dinas, badan, kantor, kecamatan, desa/kelurahan, puskesmas, sekolah
negeri yang berada di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai.
Pemeriksaan dilakukan bukan hanya pada bidang keuangan saja melainkan juga
dilakukan pemeriksaan terhadap pengendalian internal pada SKPD. Pemeriksaan
yang dilakukan pada akhirnya akan menghasilkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Untuk mengetahui kualitas hasil pemeriksaan, dapat dinilai dari laporan hasil
pemeriksaan. Dalam laporan hasil pemeriksaan akan diketahui apa yang akan menjadi
permasalahan pada setiap satuan kerja perangkat daerah. Inspektorat Kabupaten
Serdang Bedagai dalam laporannya juga akan memberikan saran kepada objek yang
telah diaudit. Saran tersebut merupakan jawaban dari permasalahan yang ditemukan
pada auditee.
Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai merupakan auditor internal pada
Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil pemeriksaan Inspektorat Kabupaten
Serdang Bedagai hanya terbatas pada pemberian saran kepada kepala daerah seperti
saran pemberian sanksi, surat peringatan, mutasi dan pemberhentian. Untuk
implementasi dari saran-saran tersebut merupakan hak preogratif Bupati Serdang
Di tengah keterbatasan aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek
standar, pedoman dan sumber daya yang ada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai
fungsi satuan pengawas internal dalam membantu bupati masih belum bisa
diharapkan efektivitasnya. Hal ini dapat dilihat bahwa keberadaan unit pengawas
belum bisa diterima sebagai mitra kerja dalam memecahkan persoalan, laporan hasil
pemeriksaan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dalam hal ini
menjadi objek yang diperiksa (obrik), ditemukan temuan yang berulang-ulang dan
dengan rekomendasi yang kurang tajam.
Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik menyusun karya akhir ini
dengan mengambil judul “Pengaruh latar belakang pribadi pemeriksa terhadap
kualitas hasil pemeriksaan dan pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating
pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka masalah penelitian
(research question) dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah latar belakang pribadi pemeriksa yang terdiri dari pemahaman
terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan
berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan?
2. Apakah pengalaman pemeriksa berpengaruh terhadap hubungan latar
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:
1. Untuk dapat mengetahui pengaruh latar belakang pribadi pemeriksa terhadap
kualitas pemeriksaan.
2. Untuk dapat mengetahui pengaruh pengalaman pemeriksa terhadap hubungan
latar belakang pribadi pemeriksa dengan kualitas hasil pemeriksaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat:
1. Bagi Peneliti: penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman,
pemahaman kemampuan intelektual tentang pengaruh latar belakang pribadi
pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan, serta mengetahui pengaruh
pengalaman pemeriksa terhadap hubungan latar belakang pribadi pemeriksa
dengan kualitas hasil pemeriksaan.
2. Bagi Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai, penelitian ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran tentang kualitas auditor dan kualitas hasil
pemeriksaan, cara rekrutmen staf, pelatihan, tuntutan kecakapan profesional
yang dibutuhkan yang dapat meningkatkan kinerja Inspektorat Kabupaten
Serdang Bedagai di masa yang akan datang.
3. Bagi Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, penelitian ini diharapkan dapat
berguna sebagai bahan masukan yang baru bagi jajaran Pemerintah Kabupaten
(Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri) dalam memahami fungsi,
peran, tanggung jawab dan tugas Inspektorat.
4. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian
dan sebagai bahan referensi peneliti lain.
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan reflikasi dari penelitian Batubara (2008), yang
meneliti tentang pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional
profesional dan pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa terhadap
kualitas hasil pemeriksaan (studi empiris pada Bawasko Medan).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Batubara adalah:
1. Variabel Independen pada penelitian terdahulu terdiri dari:
a) latar belakang pendidikan;
b) kecakapan profesional;
c) pendidikan berkelanjutan;
d) independensi.
Sedangkan pada penelitian ini variabel independennya terdiri dari;
a) pemahaman terhadap SAP;
b) kecakapan profesional;
c) pendidikan berkelanjutan pemeriksa.
2. Pada penelitian terdahulu tidak menggunakan variabel moderating namun
moderating, untuk mengetahui hubungan antara pengaruh latar belakang
pribadi pemeriksa terhadap laporan hasil pemeriksaan.
3. Populasi penelitian terdahulu adalah seluruh auditor Inspektorat Kota
Medan, sedangkan penelitian ini populasinya adalah seluruh pegawai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Pada bab ini akan menguraikan pengertian latar belakang pribadi pemeriksa,
pengalaman pemeriksa serta kualitas hasil penelitian.
2.1.1. Latar Belakang Pribadi
Latar belakang pribadi pemeriksa dapat didefinisikan sebagai latar belakang
dari sumber daya manusia yang meliputi jenis kelamin, usia, latar belakang
pendidikan dan jenjang pendidikan. Sumber daya manusia merupakan pilar
penyangga utama sekaligus pengerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi
dan misi serta tujuan dari organisasi tersebut. Sumber daya manusia merupakan
elemen organisasi yang sangat penting, karenanya harus dipastikan sumber daya
manusia ini harus dikelola sebaik mungkin akan mampu memberikan kontribusi
secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan internal di pemerintah daerah,
Inspektorat harus memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Sumber daya
manusia yang dalam penelitian ini diwakili oleh pemahaman terhadap Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan
manusia yang dimiliki, maka semakin optimal pelaksanaan pengawasan
di pemerintah daerah.
2.1.1.1. Pemahaman terhadap SAP (standar akuntansi pemerintahan)
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, "Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah". Penerapan SAP di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan.
Sistem informasi dan merupakan proses pengindentifikasian, pengukuran,
pencatatan, pelaporan, dan penganalisaan transaksi ekonomi (keuangan) suatu entitas
secara sistematis serta dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berkepentingan adalah definisi dari
akuntansi. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah
dapat menjadi acuan bagi:
a) Para penyusun standar akuntansi pemerintahan dalam melaksanakan tugasnya;
b) Para penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi
yang belum diatur dalam standar;
c) Para pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
d) Pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah
di Indonesia, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum. Untuk
itu perlu diperhatikan faktor pemahaman terhadap SAP guna penyusunan laporan
keuangan. Pemahaman terhadap SAP ini sangat diperlukan supaya hasil dari laporan
keuangan daerah dapat dipertanggungjawabkan.
Pada proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah, perangkat
SKPD harus memahami standar akuntansi pemerintahan yang berisikan penyajian
laporan keuangan, laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas
laporan keuangan, akuntansi persediaan, akuntansi aset tetap, akuntansi konstruksi
dalam pengerjaan, akuntansi investasi, akuntansi kewajiban, koreksi kesalahan,
perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa serta laporan keuangan
konsolidasi.
Upaya yang dilakukan untuk memahami maksud Peraturan Pemerintah
Nomor 24 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan antara lain dengan dilakukannya
sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan mekanisme
penerapannya di Pemerintah Daerah, pelatihan teknis tentang SAP yang didukung
dengan tingkat pendidikan yang memadai terhadap akuntansi. Diharapkan dengan
sosialisasi dan pelatihan ini dapat mempermudah dalam penyusunan laporan
Inspektorat Kabupaten/Kota mengemban tugas, pokok dan fungsinya, dalam
pemeriksaan ke seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pemeriksaan ke
seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) hanya sebatas memeriksa dokumen
laporan pertanggungjawaban APBN yang di anggarkan ke masing-masing instansi
saja. Oleh sebab itu, PSAP yang wajib di pahami oleh pemeriksa adalah:
1. PSAP Nomor 05 mengenai persediaan;
2. PSAP Nomor 07 mengenai Aset tetap; dan
3. PSAP Nomor 08 mengenai konstruksi dalam pekerjaan.
2.1.1.2. Kecakapan profesional pemeriksa
Pemeriksaan merupakan kegiatan untuk menilai apakah hasil pelaksanaan
yang sebenarnya telah sesuai dengan yang seharusnya serta mengidentifikasi
penyimpangan atau hambatan yang ditemukan.
Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksa Keuangan dinyatakan bahwa dalam
pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa
harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksaan. Pemeriksa harus mempunyai Kecakapan profesionalnya dengan cermat
dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap
penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional
(professional judgement), meskipun dapat terjadi penarikan kesimpulan yang tidak
tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama.
a. Formula tujuan audit;
b. Penentuan ruang lingkup audit, termasuk evaluasi risiko audit;
c. Pemilihan pengujian dan hasilnya;
d. Pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan
audit;
e. Penetapan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit dan
efek/dampaknya;
f. Pengumpulan bukti audit;
g. Penentuan kompetensi, integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain
yang berkaitan dengan penugasan audit.
2.1.1.3. Pendidikan berkelanjutan
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan, setiap pemeriksa yang
melaksanakan pemeriksaan menurut standar pemeriksaan harus meningkatkan
kompetensinya melalui pendidikan profesional. Dalam rangka peningkatan
kompetensi nya menurut standar pemeriksaan, setiap 2 (dua) tahun pemeriksa harus
menyelesaikan paling tidak 80 (delapan puluh) jam pendidikan yang secara langsung
meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan.
Paling tidak 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam hal yang
berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
dimana entitas yang diperiksa beroperasi dan minimal 20 jam dari 80 jam tersebut
harus diselesaikan dalam 1 tahun dari 2 periode 2 tahun.
Adapun definisi dari pendidikan berkelanjutan yaitu mencakup perkembangan
mutakhir dalam metodologi dan standar pemeriksaan, prinsip akuntansi, penilaian
akuntansi, prinsip manajemen atau profesional, pemeriksaan atas profesional
informasi, sampling pemeriksaan, analisis laporan keuangan, manajemen keuangan,
profesional disain evaluasi, dan analisis data. Pendidikan berkelanjutan ini juga
mencakup profesional tentang pekerjaan pemeriksaan di lapangan, seperti
administrasi profesional, struktur dan kebijakan pemerintah, teknik profesi, keuangan,
ilmu ekonomi, ilmu profesional, dan teknologi informasi.
2.1.2. Pengalaman Pemeriksa
Pengalaman sangatlah diperlukan dalam rangka kewajiban seorang pemeriksa
terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum pemeriksaan. Pengalaman yang
selanjutnya menghasilkan pengetahuan seorang auditor dimulai dengan pendidikan
formal, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik
audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus
menjalani pelatihan teknis yang cukup.
Menurut Loeher (2002), pengalaman merupakan akumulasi dari semua yang
diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama
Menurut Bedard (1993), terdapat dua pandangan pokok mengenai keahlian.
Pertama, pandangan perilaku terhadap keahlian yang didasarkan pada paradigma
Einhorn. Menurut pandangan ini agar dikatakan sebagai seorang ahli harus:
a. Mampu mengelompokkan variabel-variabel dalam cara yang sama ketika
mengidentifikasikan dan mengorganisasikan isyarat (cues);
b. Dalam mengukur jumlah isyarat seorang ahli harus memperlihatkan
keterandalan intra judge yang tinggi, keterandalan inter judge yang tinggi dan
relatif bebas dari judge bias;
c. Mampu menimbang dan mengkombinasikan isyarat dalam cara yang sama.
Kedua, pandangan kognitif yang menjelaskan keahlian dari sudut
pengetahuan. Pengetahuan bisa diperoleh lewat pengalaman langsung dan
pengalaman tidak langsung (misalnya, pendidikan, buku).
Seseorang yang lebih berpengalaman pada bidang substantif, maka orang
tersebut mempunyai lebih banyak item yang mampu disimpan dalam memorinya.
Sehingga akan lebih mudah baginya untuk membedakan item-item menjadi beberapa
kategori. Hal ini juga menunjukkan semakin banyak pengalaman seseorang, maka
hasil pekerjaan semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur
kategori yang rumit.
Penelitian lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai
dampak yang signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung.
Hubungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel intervening
Schmidt et al., 1986), terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik (Bonner,
1990).
Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman (1991) menunjukkan bahwa
auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum
(atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi tidak menemukan
item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang
kurang pengalaman.
Abdol Mohammadi dan Wright (1987) menunjukkan bahwa auditor yang
tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan
dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. Studi ini auditor
ditempatkan dalam berbagai level dan diminta untuk memberikan penilaian mengenai
kemampuan suatu entitas melanjutkan usahanya(going concern).
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Tubbs (1992) yang melakukan
pengujian mengenai efek pengalaman terhadap kesuksesan pelaksanaan audit.
Hasilnya menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki, semakin
banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh auditor.
2.1.3. Kualitas Hasil Pemeriksaan
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas di mana
seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi auditee nya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya indikasi
bahwa kantor akuntan publik yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas
Harhinto (2004) melakukan penelitian dengan menggunakan 120 auditor dari
KAP di Surabaya, Malang dan Jember sebagai responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semakin meningkatnya jumlah klien, reputasi auditor,
kemampuan teknis dan keahlian berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit.
Sementara besarnya tekanan dari klien dan lamanya hubungan dengan klien (audit
tenure), pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor),
profesionalisme dan beban kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit.
Penelitian Wooten (2003) telah mengembangkan model kualitas hasil
pemeriksaan dan menyimpulkan bahwa indikator kualitas hasil pemeriksaan, yaitu:
a. deteksi salah saji;
b. kesesuaian dengan SAP;
c. kepatuhan terhadap standar operasional;
d. risiko audit;
e. prinsip kehati-hatian;
f. proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor;
g. perhatian yang diberikan oleh manajer atau fatner.
Deis dan Groux (1992) melakukan penelitian tentang hal-hal yang memiliki
hubungan dengan kualitas hasil pemeriksaan, yaitu:
a. Lama waktu auditor dalam melakukan pemeriksaan. Semakin lama auditor
b. Jumlah objek yang diperiksa. Semakin banyak jumlah objek yang diperiksa
maka kualitas hasil pemeriksaan akan semakin baik karena auditor dengan
jumlah objek yang diperiksa yang banyak maka auditor akan semakin
menjaga reputasinya;
c. Kesehatan keuangan objek yang diperiksa, semakin tidak sehat keuangan
objek yang diperiksa maka aka nada kecenderungan untuk menekan auditor
agar tidak mengikuti standar;
d. Review oleh pihak ke tiga, kualitas hasil pemeriksaan akan semakin baik jika
auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pemeriksaannya akan direview oleh
pihak ketiga.
Elim (2006),menyatakan bahwa prinsip penyusunan rencana audit adalah:
1. Memahami dan memaksimalkan peran dan tanggung jawab unit pengawasan
internal;
2. Penaksiran resiko dan menggunakan skala prioritas;
3. Kriteria penaksiran risiko atas audit universe;
4. Adanya risiko melekat dan keterbatasan sistem dan metode penetapan
prioritas audit sehingga mengharuskan unit pengawasan secara berkala
mengkaji semua faktor risiko dan penilaiannya.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan definisi kualitas hasil
pemeriksaan yaitu pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan
pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif
apabila telah mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung
jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang
bertanggung jawab mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan,
penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak
ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa serta tindakan perbaikan yang
direncanakan.
Apabila tanggapan dari pejabat pada entitas yang diperiksa bertentangan
dengan temuan, simpulan, atau rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan
menurut pemeriksa, tanggapan tersebut tidak benar atau apabila rencana tindakan
perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi, maka pemeriksa harus
menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan perbaikan
tersebut beserta alasannya. Sebaliknya, pemeriksa wajib memperbaiki laporannya
sesuai dengan dengan temuan, simpulan, atau rekomendasi dalam laporan hasil
pemeriksaan.
Akuntan publik harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam hal ini mengenai
standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan (SPAP, 2001).
a. Auditor harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor;
b.Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor;
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kecakapan profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya;
b.Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat
dan lingkup pengujian yang akan dilakukan;
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia;
b.Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya;
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor;
d.Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi.
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan dalam
penelitian ini antara lain:
Penelitian Batubara (2008) menjelaskan tentang analisis pengaruh latar
belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan
independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan (studi empiris pada
Bawasko Medan). Hasil dari penelitian secara parsial kecakapan profesional,
pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa berpengaruh terhadap kualitas
hasil pemeriksaan. Sedangkan latar belakang pendidikan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Penelitian Sososutikno (2003) menjelaskan tentang hubungan tekanan
anggaran waktu dengan perilaku disfungsional serta pengaruhnya terhadap kualitas
audit. Penelitian ini juga menyatakan tekanan anggaran waktu menungkinkan
munculnya perilaku disfungsional yang tercermin dari perilaku premature sign-off,
disfungsional ini tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Pada penelitian ini juga
dikatakan bahwa tekanan anggaran waktu secara langsung tidak memilik hubungan
negatif terhadap kualitas audit. Penelitian ini mengambil sampel auditor ahli pada
BPK perwakilan III Jogjakarta, BPKP Jawa Tengah dan DKI Jakarta.
Damanik (2010) di Medan melakukan penelitian pengetahuan tentang proses
audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP, pengetahuan tentang pengelolaan
keuangan daerah, peran Inspektorat dalam review laporan keuangan daerah.
Penelitian ini menggunakan metode sampel pada Inspektorat Kabupaten Serdang
Bedagai. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemahaman terhadap SAP berpengaruh
secara simultan terhadap peran Inspektorat dalam review laporan keuangan
di Kabupaten Serdang Bedagai.
Penelitian Mayangsari (2003) di Jakarta menyimpulkan tentang pengaruh
independensi, kualitas audit, serta mekanisme corporate governance terhadap
integritas laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan metode sampel yaitu
perusahaan publik yang terdaftar selama periode 1998-2002. Hasil penelitian
menyatakan spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan
keuangan.
Alia (2001) di Yogyakarta,yang meneliti mengenai persepsi auditor terhadap
kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa auditor berpersepsi hanya
pengetahuan saja yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengalaman auditor
auditor, yang berarti pengalaman tidak pula berpengaruh terhadap kualitas audit.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan
sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Moderating Variabel Dependen
Latar Belakang Pribadi
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Pemahaman
terhadap SAP (X1)
Kecakapan Profesional
(X2)
Pendidikan Berkelanjutan
(X3)
Kualitas Hasil Pemeriksaan
(Y)
Pengalaman Pemeriksa
Pada Gambar 3.1 dijelaskan bahwa kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi
oleh latar belakang pribadi pemeriksa yang dalam penelitian ini terdiri dari
pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan
pemeriksa. Laporan hasil pemeriksaan yang telah disusun merupakan hasil dari
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.
Pemahaman terhadap SAP akan membantu pemeriksa memberikan pendapat
mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan. Pemahaman terhadap SAP yang dimiliki oleh pemeriksa juga dapat
membantu pemeriksa dalam menjalankan fungsi pembinaan kepada objek yang
diperiksa, sehingga laporan-laporan keuangan dapat dipertanggung-jawabkan.
Kecakapan profesional dalam melakukan pemeriksaan mutlak dilakukan,
demi meningkatkan kualitas laporan pemeriksaan. Kecakapan profesional juga
meliputi kemampuan auditor membuat dan melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan
prosedur auditor dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.
Pendidikan berkelanjutan yang telah diikuti oleh auditor akan menghasilkan
pengetahuan-pengetahuan, peraturan-peraturan, metode-metode yang baru dan terkini
dalam hal pemeriksaan. Frekwensi pelatihan dan berbagai macam pelatihan yang
pernah diikuti pemeriksa merupakan indikator bagi pengukuran variabel pendidikan
berkelanjutan. Materi pelatihan yang diikuti seorang pemeriksa harus mengikuti
perkembangan teknologi yang terbaru.
Pengalaman pemeriksa diharapkan memiliki dampak yang positif terhadap
seorang pemeriksa, kedudukan pemeriksa serta frekwensi melakukan pemeriksaan
menjadi indikator bagi penilaian pengalaman pemeriksa. Pemeriksa yang
berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical)
dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman. Semakin banyak pengalaman
yang dimiliki seorang pemeriksa, semakin banyak kesalahan yang dapat ditemukan
oleh pemeriksa.Dengan demikian akan semakin tajam hasil pemeriksaan, yang akan
meningkatkan kualitas laporan hasil pemeriksaan.
Pada keseluruhannya, semakin baik kualitas latar belakang pribadi yang
dimiliki oleh pemeriksa maka semakin baik juga kualitas laporan hasil pemeriksaan.
Hal ini disebabkan oleh latar belakang pribadi pemeriksa akan sangat berpengaruh
terhadap aktivitas pemeriksaan mulai dari tahap perencanaan penugasan, tahap
pekerjaan lapangan dan tahap administrasi (pelaporan) akhir.
3.2. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tinjauan teori, dan
kerangka pemikiran, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Latar belakang pribadi pemeriksa yang terdiri dari pemahaman terhadap SAP,
kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan berpengaruh terhadap
kualitas hasil pemeriksaan.
2. Pengalaman pemeriksa berpengaruh terhadap hubungan latar belakang pribadi
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal. Penelitian ini berusaha
memberikan bukti empiris dan menganalisis pengaruh latar belakang pribadi
pemeriksa yang terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan
pendidikan berkelanjutan pemeriksa terhadap kualitas hasil dan pengalaman
pemeriksa sebagai variabel moderating pemeriksaan pada Inspektorat Kabupaten
Serdang Bedagai.
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai yang
berlokasi di Jalan Negara No. 300 Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi
Sumatera Utara.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf Inspektorat di Lingkungan
penelitian ini adalah sensus, seluruh populasi yaitu Staf Inspektorat Kabupaten
Serdang Bedagai sejumlah 31 orang dijadikan sampel.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, yang dikumpulkan melalui
instrumen yang diajukan kepada responden yang terkait. Sumber data dalam
penelitian ini berasal dari responden yaitu seluruh staf di Inspektorat Kabupaten
Serdang Bedagai yang berjumlah 31 (tiga puluh satu) orang. Instrumen dalam
penelitian ini adalah daftar kuesioner yang dimodifikasi dari peneliti terdahulu yaitu
Batubara (2008) dan kuesioner ini mengacu pada variabel dan indikator penelitian
dimana peneliti mengambil bahan untuk pembuatan kuesioner dari buku Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), Peraturan Daerah Kabupaten Serdang
Bedagai, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berhubungan dengan
variabel penelitian dan indikatornya.
Tahapan dalam penyebaran dan pengumpulan kuisioner terdiri dari dua tahap,
tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh staf
Inspektorat kemudian menunggu pengisian kuesioner tersebut. Tahapan yang kedua
adalah pengambilan kuesioner yang telah diisi oleh staf Inspektorat Kabupaten
Serdang Bedagai untuk kemudian dilakukan pengolahan data dari kuesioner tersebut.
Waktu penelitian dilaksanakan selama 16 Minggu (Desember 2010 s.d Maret 2011).
Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variabel independen, 1 (satu) variabel
moderating dan 1 (satu) variabel dependen yang diukur dengan menggunakan skala
Likert. Menurut Ghozali (2006) skala likert merupakan metode untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dalam skala likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
4.5.1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu latar belakang pribadi
pemeriksa yang terdiri dari:
1. Pemahaman terhadap SAP
Pemahaman terhadap SAP merupakan persepsi responden tentang
pemahaman terhadapSAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan
hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah
di Indonesia.
Pemahaman terhadapSAP diukur dengan skala likert. Pengukuran variabel ini
dilakukan dengan skala 1 menunjukkan tidak memahami, skala 2 adalah
sedikit memahami, skala 3 sebagian memahami, skala 4 adalah memahami
dan skala 5 adalah sangat memahami (Damanik, 2010).
2. Kecakapan Profesional
Dalam penelitian ini adalah staf Inspektorat yang telah mengikuti pelatihan
akuntansi, pelatihan audit dan pengalaman dalam melakukan pemeriksaan.
Pengukurannya menggunakan skala likert. Variabel penilaiannya dengan skor
pernah, skor 3 menunjukkan pernah, Skor 4 menunjukkan sering, skor 5
menunjukkan sangat sering (Batubara, 2008).
3. Pendidikan Berkelanjutan
Dalam penelitian ini adalah staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai yang
telah mengikuti program pendidikan singkat untuk dalam dan luar negeri,
materi pelatihan yang diikuti tersebut harus mengikuti perkembangan
teknologi yang terbaru, jenis pelatihan yang diikuti oleh staf pemeriksa harus
berhubungan dengan obyek pemeriksaan yang ada, dan frekuensi pelatihan
seorang pemeriksa setiap dua tahun minimal 80 jam mengikuti pelatihan.
Teknik Pengukurannya menggunakan skala likert. Variabel penilaiannya
dengan skor 1 menunjukkan tidak pernah, skor 2 menunjukkan hampir tidak
pernah, skor 3 menunjukkan pernah, Skor 4 menunjukkan Sering, skor 5
menunjukkan Sangat sering, (Batubara, 2008).
4.5.2. Variabel Moderating
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel moderating adalah pengalaman
pemeriksa. Lamanya bekerja di Inspektorat, kedudukan pemeriksa pada
instansi dan frekuensi pemeriksa dalam melakukan pemeriksaaan.
Pengukurannya menggunakan skala likert. Variabel penilaiannya dengan skor
1 menunjukkan sangat tidak setuju, skor 2 menunjukkan tidak setuju, skor 3
menunjukkan netral, skor 4 menunjukkan setuju, skor 5 menunjukkan sangat
4.5.3. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kualitas hasil
pemeriksaan. Pelaksanaan program pemeriksaan, prinsip kehati-hatian,
perhatian dari pimpinan, lama audit dan jumlah objek pemeriksaan merupakan
faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Pengukurannya
menggunakan skala likert. Variabel penilaiannya dengan skor 1 menunjukkan
sangat tidak setuju, skor 2 menunjukkan tidak setuju, skor 3 menunjukkan
netral, skor 4 menunjukkan setuju, skor 5 menunjukkan sangat setuju
Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel
Jenis Variabel Definisi Variabel Indikator Skala A.Dependen
1. Kualitas Hasil Penelitian
Pelaporan tentang kelemahan pengendalian internal dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang serta pendistribusian LHP serta tindak lanjut dari rekomendasi auditor
-Pelaksanaan Program Pemeriksaan
-Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian
persepsi responden tentang pemahaman terhadap SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia
-Pemahaman terhadap PSAP nomor 01, 02, 03, 04, 05, 06
Pelatihan dalam bidang akuntansi, audit dan kehati-hatian profesional dalam melakukan pemeriksaan
-Pelatihan akuntansi
-Pelatihan pemeriksaan (audit) -Membuat dan melaksanakan
pemeriksaan sesuai dengan prosedur audit
-Mengevaluasi bukti audit -Melakukan prosedur
investigasi
Interval
3. Pendidikan Berkelanjutan
Pelatihan baik dalam bidang akuntansi, auditing, SPIP pemahaman tentang perundang-undangan dan lain-lain, perkembangan teknologi audit, relevansi dengan objek pemeriksaan dan masa pendidikan
-Pelatihan di dalam dan luar negeri
-Perkembangan objek yang diperiksa
-Materi perkembangan teknologi informasi akuntansi dan audit yang terbaru
-Frekwensi pelatihan C. Moderating
1.Pengalaman Pemeriksa
Keahlian seorang auditor yang dimulai dari pendidikan formal kemudian ditambah dengan praktek audit
-Lamanya bekerja di Inspektorat
-Kedudukan pemeriksa
-Frekuensi dalam melakukan pemeriksaaan
4.6. Model dan Teknik Analisis Data
4.6.1. Model Analisis Data
Model dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
regresi linier berganda dan uji selisih mutlak. Pengolahan data menggunakan software
SPSS (Statistical Package for Sosial Sciense). Model dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Model satu:
Y = á + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Di mana: Y = Kualitas Hasil Pemeriksaan
X1 = Pemahaman terhadap SAP
X2 = Kecakapan Profesional
X3 = Pendidikan Berkelanjutan
á = Konstanta
b = Koefisien Regresi
e = Error
Model dua:
Tahap I: Y = á + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5 X1 – X4 +
B6 X2 – X4 + b7 X3 – X4 +e
Tahap II: Y = á + b1 ZX1 + b2 ZX2 + b3 ZX3 + b4 ZX4 + b5 AbsX1 _ X4 +
Di mana: Y = Kualitas hasil pemeriksaan
ZX1 = Standardize Pemahaman terhadap SAP
ZX2 = Standardize Kecakapan Profesional
ZX3 = Standardize Pendidikan Berkelanjutan
ZX4 = Standardize Pengalaman Pemeriksa
X1 – X4 = Interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan antara
X1 dan X4
X2 – X4 = Interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan antara
X2 dan X4
X3 – X4 = Interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan antara
X3 dan X4
Abs X1 _ X4 = X1 – X4
Abs X2 _ X4 = X2 – X4
Abs X3 _ X4 = X3 – X4
á = Konstanta
b = Koefisien Regresi
e = Error
4.6.2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model
regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi ke dalam sebuah model
yang dimasukkan ke dalam serangkaian data. Penelitian diuji dengan beberapa uji
statistik yang terdiri dari, uji kualitas data, pengujian asumsi klasik, statistik
deskriptif, dan uji statistik untuk pengujian hipotesa.
4.6.2.1. Uji kualitas data
Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat
dievaluasi melalui uji validitas dan realibilitas. Pengujian tersebut masing-masing
untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan
instrumen. Ada dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur
kualitas data, yaitu:
1. Uji Validitas dapat digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Uji Validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara
skor masing-masing pertanyaan dengan total skor dari item-item pertanyaan.
Menurut Ghozali (2006) validitas dalam hal ini merupakan akurasi temuan
penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan
objek pengujian berbeda. Uji Validitas dihitung dengan menggunakan korelasi
person dan setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan software
SPSS akan dilihat tingkat signifikansi untuk semua pertanyaan.
2. Uji Reabilitas ditentukan dengan koefisien Cronbach Alpha kemudian
dilakukan pengukuran dengan menggunakan software SPSS. Setelah
diperoleh hasil dengan menggunakan software SPSS, angka Cronbach Alpha
Cronbach Alpha (r) > angka ketentuan batas reabilitas, maka pernyataan
dinyatakan signifikan yang berarti bahwa pernyataan tersebut reliabel.
4.6.2.2. Uji asumsi klasik
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi
klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan
bermanfaat. Uji Asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji
heteroskesdastisitas.
1. Uji Normalitas, bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam
penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah
distribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui normal probability plot
dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. Uji Statistik dilakukan uji one sampleKolmogorov Smirnov Test,
jika nilai Kolmogorov Smirnov signifikansinya di atas á = 0.05, yang berarti
data residual berdistribusi normal (Ghozali, 2006).
2. Uji Multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen
lain dalam satu model. Selain itu deteksi terhadap multikolinieritas juga