• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.4 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh

2012

4.4.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

Kualitas hidup lansia edentulus yang memakai GTP berdasarkan jenis kelamin, laki-laki seluruhnya 4 orang (100%) memiliki kualitas hidup baik, begitu juga dengan perempuan, seluruhnya 11 orang (100%). Berdasarkan perhitungan skor OHIP-14 terlihat bahwa kualitas hidup setiap lansia edentulus yang memakai GTP memperoleh skor di antara 0% - 33.33% (0 – 18.66) dari total skor OHIP-14 yaitu 56 (100%). Hal ini menunjukkan bahwa lansia edentulus yang memakai GTP memiliki kualitas hidup baik. (Tabel 6)

Tabel 6. Kualitas hidup lansia edentulus yang memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin Sampel Skor OHIP-14 Kualitas Hidup Laki-laki n = 4 Perempuan n = 11

Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk

1. 9 / 2. 7 / 3. 10 / 4. 5 / 5. 8 / 6. 8 / 7. 5 / 8. 5 / 9. 14 / 10. 8 / 11. 0 / 12. 14 / 13. 6 / 14. 17 / 15. 5 / Jumlah 4 (100%) 0 (0 %) 0 (0 %) 11 (100%) 0 (0 %) 0 (0 %)

4.4.2 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Kualitas hidup lansia edentulus yang memakai GTP berdasarkan tingkat pendidikan, lansia tidak berpendidikan, TS seluruhnya 1 orang (100%) memiliki kualitas hidup baik, begitu juga dengan lansia yang berpendidikan SD seluruhnya 2 orang (100%), SMP seluruhnya 5 orang (100%), SMA seluruhnya 5 orang (100%) dan PT seluruhnya 2 orang (100%) memiliki kualitas hidup yang baik. Berdasarkan perhitungan skor OHIP-14 terlihat bahwa kualitas hidup setiap lansia edentulus yang memakai GTP memperoleh skor di antara 0% - 33.33% (0 – 18.66) dari total skor OHIP-14 yaitu 56 (100%). Hal ini menunjukkan bahwa lansia edentulus yang memakai GTP memiliki kualitas hidup baik. (Tabel 7)

4.5 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

4.5.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

Kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai GTP berdasarkan jenis kelamin, laki-laki seluruhnya 7 orang (100%) memiliki kualitas hidup buruk sedangkan lansia berjenis kelamin perempuan, sebanyak 7 orang (87.5%) juga memiliki kualitas hidup buruk. Berdasarkan perhitungan skor OHIP-14 terlihat bahwa kualitas hidup setiap lansia edentulus yang tidak memakai GTP memperoleh skor di antara 66.67% - 100% (37.34 – 56) dari total skor OHIP-14 yaitu 56 (100%). Hal ini menunjukkan bahwa lansia edentulus yang tidak memakai GTP memiliki kualitas hidup buruk, tetapi hanya 1 orang (12.5%) lansia edentulus yang tidak memakai GTP berjenis kelamin perempuan memiliki kualitas hidup yang sedang di mana memperoleh jumlah skor di antara 33.34% - 66.66% (18.67 – 37.33) daripada total skor OHIP-14 (56). (Tabel 8)

Tabel 8. Kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin Sampel Skor OHIP-14 Kualitas Hidup Laki-laki n = 7 Perempuan n = 8

Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk

1. 47 / 2. 50 / 3. 49 / 4. 44 / 5. 51 / 6. 50 / 7. 32 / 8. 40 / 9. 43 / 10. 49 / 11. 49 / 12. 38 / 13. 42 / 14. 40 / 15. 46 / Jumlah 0 (0%) 0 (0%) 7 (100%) 0 (0%) 1 (12.5%) 7 (87.5%)

4.5.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai GTP berdasarkan tingkat pendidikan, lansia tidak berpendidikan, TS seluruhnya 3 orang (100%) memiliki kualitas hidup buruk, begitu juga dengan lansia yang berpendidikan SD seluruhnya 5 orang (100%), SMP sebanyak 5 orang (83.33%) dan SMA seluruhnya 1 orang (100%) memiliki kualitas hidup yang buruk. Berdasarkan perhitungan skor OHIP-14 terlihat bahwa kualitas hidup setiap lansia edentulus yang tidak memakai GTP memperoleh skor di antara 0% - 33.33% (0 – 18.66) dari total skor OHIP-14 yaitu 56 (100%). Hal ini menunjukkan bahwa lansia edentulus yang tidak memakai GTP memiliki kualitas hidup buruk, tetapi hanya 1 orang (16.67%) lansia edentulus yang tidak memakai GTP berpendidikan SMP memiliki kualitas hidup yang sedang di mana memperoleh jumlah skor di antara 33.34% - 66.66% (18.67 – 37.33) daripada total skor OHIP-14 (56). (Tabel 9)

4.6 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup dan Kualitas Hidup Lansia yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

4.6.1 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup Lansia yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

Uji Fisher’s Exact Test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p < 0.05) antara lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP berdasarkan jenis kelamin pada 13 aspek, namun tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0.05) pada aspek kualitas hidup ketidaknyamanan karena makanan tersisa. (Tabel 10)

Pada hasil penelitian perbedaan kualitas hidup lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP berdasarkan tingkat pendidikan, uji Fisher’s Exact menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p < 0.05) pada 12 aspek kualitas hidup, namun tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0.05) pada aspek kualitas hidup ketidaknyamanan karena makanan tersisa dan gangguan konsentrasi. (Tabel 11)

Tabel 10. Perbedaan aspek kualitas hidup lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin

No. Aspek Kualitas Hidup p

1. Kesulitan dalam pengunyahan makanan 0.000* 2. Bau nafas yang kurang menyenangkan 0.000* 3. Tidak nyaman untuk memakan makanan 0.000*

4. Sariawan di mulut 0.001*

5. Ketidaknyamanan karena makanan tersisa 0.121

6. Merasa malu 0.000*

7. Menghindari makanan 0.000*

8. Menghindari untuk tersenyum 0.000*

9. Gangguan tidur 0.001*

10. Gangguan konsentrasi 0.000*

11. Menghindari bersosialisasi 0.000*

12. Aktivitas sehari-hari terganggu 0.000*

13. Biaya hidup tinggi 0.001*

14. Percaya diri terganggu 0.000*

Tabel 11. Perbedaan aspek kualitas hidup lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan tingkat pendidikan

No. Aspek Kualitas Hidup p

1. Kesulitan dalam pengunyahan makanan 0.000* 2. Bau nafas yang kurang menyenangkan 0.000* 3. Tidak nyaman untuk memakan makanan 0.000*

4. Sariawan di mulut 0.001*

5. Ketidaknyamanan karena makanan tersisa 0.090

6. Merasa malu 0.000*

7. Menghindari makanan 0.000*

8. Menghindari untuk tersenyum 0.000*

9. Gangguan tidur 0.004*

10. Gangguan konsentrasi 0.414

11. Menghindari bersosialisasi 0.000*

12. Aktivitas sehari-hari terganggu 0.002*

13. Biaya hidup tinggi 0.000*

14. Percaya diri terganggu 0.000*

4.6.2 Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

Pada hasil penelitian ini, sebanyak 4 orang laki-laki (26.67%) lansia edentulus yang memakai GTP memiliki kualitas hidup yang baik, sedangkan 7 orang (46.67%) laki-laki lansia edentulus yang tidak memakai GTP memiliki kualitas hidup yang buruk. Bagi lansia edentulus yang memakai GTP, sebanyak 11 orang (73.33%) lansia yang berjenis kelamin perempuan memiliki kualitas hidup yang baik, sedangkan lansia edentulus yang tidak memakai GTP berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (46.67%) memiliki kualias hidup yang buruk dan hanya 1 orang (6.67%) perempuan yang memiliki kualitas hidup baik. (Tabel 12)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia edentulus yang memakai GTP berpendidikan TS sebanyak 1 orang (6.67%), SD sebanyak 2 orang (13.33%), SMP sebanyak 5 orang (33.33%), SMA sebanyak 5 orang (33.33%) dan PT sebanyak 2 orang (13.33%) memiliki kualitas hidup yang baik. Sedangkan lansia edentulus yang tidak memakai GTP yang berpendidikan TS sebanyak 3 orang (20%), SD sebanyak 5 orang (33.33%), SMP sebanyak 5 orang (33.33%) dan SMA sebanyak 1 orang (6.67%) memiliki kualitas hidup yang buruk, namun hanya 1 orang (6.67%) lansia edentulus yang tidak memakai GTP berpendidikan SMP memiliki kualitas hidup yang sedang.(Tabel 13)

Tabel 12. Perbedaan kualitas hidup lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis Kelamin

Memakai Gigitiruan Penuh n = 15

Tidak Memakai Gigitiruan Penuh n = 15

Jumlah Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk

n % n % n % n % n % n %

1. Laki-laki 4 26.67 0 0 0 0 0 0 0 0 7 46.67 11 2. Perempuan 11 73.33 0 0 0 0 0 0 1 6.67 7 46.67 19 Jumlah 15 100 0 0 0 0 0 0 1 6.67 14 93.34 30

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk mengumpulkan data-data tentang aspek-aspek kualitas hidup pada lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012. Studi analitik yang dilakukan bertujuan untuk mengamati perbedaan kualitas hidup lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP berdasarkan karakteristik jenis kelamin dan tingkat pendidikan yaitu perbedaan keseluruhan skor kualitas hidup dan perbedaan 14 aspek kualitas hidup seperti kesulitan dalam pengunyahan, bau nafas yang kurang menyenangkan, tidak nyaman untuk memakan makanan, sariawan di mulut, ketidaknyamanan karena makanan tersisa, merasa malu, menghindari makanan, menghindari untuk tersenyum, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, menghindari bersosialisasi, aktivitas sehari-hari terganggu, biaya hidup yang tinggi dan percaya diri terganggu.

5.1 Karakteristik Lansia Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

Pada tabel 1 terlihat, lansia edentulus yang paling banyak memakai GTP terdapat pada kelompok berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 4 orang (26.67%). Lansia edentulus yang berjenis kelamin perempuan pada kelompok berpendidikan SMA kemungkinan perduli terhadap peranan pemakaian terhadap aspek kualitas hidup seperti penampilan dan pengunyahan mereka karena berpendidikan tinggi. Karakteristik ini juga sejalan dengan penelitian Ismail (1996), Seman dkk (2007) dan Zainab dkk (2008) di Malaysia dalam hal jenis kelamin bahwa kebanyakan lansia edentulus yang memakai GTP adalah perempuan.10 Pada penelitian ini, terlihat bahwa jumlah lansia edentulus yang memakai GTP berjenis kelamin

laki-laki lebih sedikit daripada jumlah lansia edentulus yang memakai GTP berjenis kelamin perempuan. Hal ini kemungkinan karena lansia edentulus yang berjenis kelamin perempuan lebih disiplin dan mementingkan aspek kualitas hidup seperti penampilan dan pengunyahan. Hal ini terlihat pada penelitian Ismail dkk (2008) yang mengatakan bahwa kehilangan gigi merupakan suatu kondisi yang mengkhawatirkan lansia edentulus berjenis kelamin perempuan, maka penanganan dilakukan adalah dengan pemakaian GTP.9

Jumlah lansia edentulus yang tidak memakai GTP hampir sama antara laki-laki dan perempuan yaitu laki-laki-laki-laki sebanyak 7 orang (100%) dan perempuan sebanyak 8 orang (100%). Lansia edentulus yang berjenis kelamin perempuan terbanyak adalah pada kelompok berpendidikan SMP yaitu 5 orang (33.33%) kemungkinan mengalami kehilangan gigi pada usia lanjut sehingga tidak mementingkan faktor estesis lagi. Penelitian Zainab dkk (2008) mengatakan bahwa alasan lansia tidak memakai GTP adalah akibat terpengaruh oleh pengalaman negatif dari golongan lansia yang memakai GTP, merasa mual saat melihat GTP, dan beranggapan bahwa pemakaian GTP akan menyebabkan ketidaknyamanan.10 Lansia edentulus yang paling banyak tidak memakai GTP adalah kelompok berpendidikan SD berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 3 orang (20%) kemungkinan karena mereka berpendidikan rendah dan tidak tahu peranan GTP terhadap aspek kualitas hidup seperti penampilan dan pengunyahan. Hal ini terlihat pada penelitian Ismail dkk (2008) bahwa kebanyakan lansia yang kehilangan gigi dan tidak memakai GTP adalah berpendidikan rendah.9

5.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

5.2.1 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada tabel 2 terlihat seluruh lansia edentulus yang memakai GTP berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang (100%) dan perempuan sebanyak 11 orang (100%) tidak pernah mengalami kesulitan dalam pengunyahan, tidak pernah mengalami bau nafas yang kurang menyenangkan, tidak pernah merasa tidak nyaman untuk memakan makanan, tidak pernah mengalami sariawan di mulut, tidak pernah merasa malu, tidak pernah menghindari makanan, tidak pernah menghindari untuk tersenyum, tidak pernah mengalami gangguan tidur, tidak pernah mengalami gangguan konsentrasi, tidak pernah menghindari bersosialisasi, aktivitas sehari-hari tidak pernah terganggu, biaya hidup tidak pernah tinggi dan percaya diri tidak pernah terganggu. Menurut penelitian Chomjai (2009) mengenai kepuasan pemakaian GTP, hampir seluruh pasien dalam penelitian ini memilih skor 0 dan 1 bagi semua pertanyaan OHIP.47 Berdasarkan penelitian Adam(2006), lansia edentulus yang memakai GTP melaporkan bahwa pemakaian GTP menyebabkan mereka tidak pernah merasa ketidaknyamanan karena makanan tersisa, tidak pernah merasa malu, tidak pernah menghindari makanan dan tidak pernah menghindari untuk tersenyum.46

Lansia edentulus yang memakai GTP berjenis kelamin perempuan hanya 3 orang (27.27%) yang sering merasa ketidaknyamanan karena makanan tersisa. Hal ini kemungkinan karena makanan sering tersisa di bagian bawah basis GTP karena retensi GTP yang tidak baik, hal ini sama dengan hasil penelitian Lauriba L dkk.45

5.2.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada tabel 3, seluruh lansia edentulus yang memakai GTP berpendidikan TS sebanyak 1 orang (100%), SD sebanyak 2 orang (100%), SMP sebanyak 5 orang (100%), SMA sebanyak 5 orang (100%) dan PT sebanyak 2 orang (100%) tidak pernah mengalami kesulitan dalam pengunyahan, tidak pernah mengalami bau nafas yang kurang menyenangkan, tidak pernah merasa tidak nyaman untuk memakan makanan, tidak pernah mengalami sariawan di mulut, tidak pernah merasa malu, tidak pernah menghindari makanan, tidak pernah menghindari untuk tersenyum, tidak pernah mengalami gangguan tidur, tidak pernah mengalami gangguan konsentrasi, tidak pernah menghindari bersosialisasi, aktivitas sehari-hari tidak pernah terganggu, biaya hidup tidak pernah tinggi dan percaya diri tidak pernah terganggu. Hal ini sesuai dengan penelitian Zainab dkk (2008), yang mengatakan bahwa lansia edentulus yang memakai GTP tidak mempunyai dampak terhadap aspek kualitas hidup seperti kesulitan dalam pengunyahan, tidak nyaman untuk memakan makanan dan tidak menghindari makanan. Penelitian Shimazaki dkk (2001) juga mengatakan bahwa aktivitas sehari-hari lansia edentulus yang memakai GTP tidak terganggu.10

Lansia edentulus yang berpendidikan SMP sebanyak 1 orang (20%) dan berpendidikan SMA sebanyak 3 orang (40%) sering merasa ketidaknyamanan karena makanan tersisa. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian Zainab dkk (2008) bahwa terdapat juga lansia yang memakai GTP merasa ketidaknyamanan karena makanan tersisa karena retensi GTP yang tidak baik.10

5.3 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

5.3.1 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada tabel 4 terlihat bahwa, kesulitan dalam pengunyahan makanan, bau nafas yang kurang menyenangkan, tidak nyaman untuk memakan makanan, merasa malu, dan menghindari untuk tersenyum sering dirasakan oleh seluruh lansia edentulus yang tidak memakai GTP yaitu 7 orang (100%) pada kelompok jenis kelamin laki-laki dan 8 orang (100 %) pada kelompok jenis kelamin perempuan. Menurut Maryam dkk kehilangan seluruh gigi dapat mengakibatkan terganggunya fungsi pengunyahan, penampilan, bicara dan percaya diri.25

Terdapat 2 orang lansia edentulus yang tidak memakai GTP yaitu laki-laki sebanyak 2 orang (28.57%) dan perempuan sebanyak 2 orang (25%) tidak pernah mengalami sariawan di mulut. Hal ini kemungkinan karena nutrisi dan pola hidup lansia yang baik. Sedangkan lansia edentulus yang tidak memakai GTP yang tidak pernah mengalami ketidaknyamanan karena makanan tersisa adalah laki-laki sebanyak 3 orang (42.86%) dan perempuan sebanyak 3 orang (37.5%). Menghindari makanan tidak pernah dialami oleh lansia edentulus yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang (37.5%). Gangguan tidur tidak pernah dirasakan oleh lansia yang tidak memakai GTP yaitu laki-laki sebanyak 2 orang (28.57%) dan perempuan sebanyak 2 orang (25%). Aktivitas sehari-hari tidak pernah terganggu pada lansia edentulus yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang (38.57%) dan perempuan sebanyak 1 orang (12.5%). Menurut penelitian Jubhari, Ingle dkk, kehilangan seluruh gigi akan mengganggu kemampuan untuk berbicara dan secara langsung mempengaruhi interaksi sosial serta aktivitas sehari-hari.29,33

Sedangkan lansia edentulus yang tidak memakai GTP lebih banyak yang merasakan tidak pernah mengalami gangguan konsentrasi yaitu laki-laki sebanyak 4

orang (57.14%) dan perempuan sebanyak 5 orang (62.5%). Hal ini kemungkinan karena sudah lama mengalami kehilangan gigi sehingga sudah dapat menerima keadaan tersebut.

5.3.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada tabel 5 terlihat kesulitan dalam pengunyahan makanan, bau nafas yang kurang menyenangkan dan menghindari untuk tersenyum sering terjadi pada seluruh lansia edentulus yang tidak memakai GTP untuk seluruh tingkat pendidikan yaitu 3 orang (100%) untuk TS, 5 orang (100%) untuk SD, 6 orang (100%) untuk SMP dan 1 orang (100%) untuk SMA. Penelitian Sheiham dkk (2001) juga mengatakan bahwa lansia edentulus yang tidak memakai GTP sering menghindari makanan, sering mengalami kesulitan dalam pengunyahan, dan kebanyakan lansia sering merasa tidak nyaman untuk memakan makanan dan mereka sering mengganti komposisi dan cara memasak makanan agar lebih mudah untuk mengunyah.10

Ketidaknyamanan untuk memakan makanan sering pada lansia edentulus yang tidak memakai GTP bertingkat pendidikan TS, SD dan SMA, sedangkan pada SMP terdapat 1 orang (16.67%) yang tidak pernah merasakan ketidaknyamanan untuk memakan. Sariawan di mulut sering terjadi pada lansia edentulus yang tidak memakai GTP bertingkat pendidikan SD dan SMA, tetapi ada juga yang tidak pernah terjadi sariawan pada yang TS 1 orang (33.33%) dan SMP 4 orang (66.67%). Ketidaknyamanan karena makanan tersisa sering terjadi pada lansia edentulus yang tidak memakai GTP bertingkat pendidikan TS, tetapi ada yang tidak pernah merasa ketidaknyamanan karena makanan tersisa pada SD sebanyak 1 orang (20%), SMP sebanyak 2 orang (33.33%) dan SMA sebanyak 1 orang (33.33%). Hal ini kemungkinan karena mereka kurang prihatin mengenai makanan yang kemungkinan tersisa di bagian vestibular. Gangguan konsentrasi tidak pernah terjadi pada lansia edentulus yang tidak memakai GTP bertingkat pendidikan TS sebanyak 2 orang (66.67%), SD sebanyak 3 orang (60%) dan SMA sebanyak 1 orang (33.33%).

Menghindari bersosialisasi sering terjadi pada lansia edentulus yang tidak memakai GTP bertingkat pendidikan TS dan SMA, tetapi ada juga yang tidak pernah menghindari bersosialisasi yaitu pada SD sebanyak 1 orang (20%) dan SMP sebanyak 1 orang (16.67%). Penelitian Fiske dkk dan Davis dkk mengatakan bahwa lansia yang kehilangan seluruh gigi merasakan interaksi sosial mereka terganggu dan sering menghindari untuk bersosialisasi. Mereka juga akan merasa malu dengan kehilangan seluruh gigi.38

Biaya hidup tinggi sering terjadi pada lansia edentulus yang tidak memakai GTP bertingkat pendidikan TS, SMP dan SMA, tetapi ada juga yang tidak pernah mengalami biaya hidup yang tinggi yaitu pada SD sebanyak 2 orang (40%). Percaya diri terganggu sering terjadi pada lansia edentulus yang tidak memakai GTP bertingkat pendidikan SMP dan SMA, tetapi ada juga yang tidak pernah mengalami percaya diri terganggu yaitu pada TS sebanyak 1 orang (33.33%) dan SD sebanyak 1 orang (20%) kemungkinan karena orang berlatar pendidikan rendah tidak banyak berharap dan bisa menerima keadaan. Menurut penelitian Roessler (2003), lansia edentulus yang tidak memakai GTP sering menghindari makanan, sering sakit, sering merasa tertekan dan sukar untuk merasa relaksasi.

5.4 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

5.4.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada tabel 6 terlihat kualitas hidup seluruh lansia edentulus yang memakai GTP berdasarkan jenis kelamin, laki-laki seluruhnya 4 orang (100%) memiliki kualitas hidup baik, begitu juga dengan perempuan, seluruhnya 11 orang (100%). Berdasarkan perhitungan skor OHIP-14 terlihat bahwa kualitas hidup setiap lansia edentulus yang memakai GTP memiliki kualitas hidup baik. Hal ini sesuai dengan

penelitian Bloem dkk (2009) yang mengatakan bahwa GTP merupakan salah satu perawatan prostodontik yang mampu memperbaiki kualitas hidup lansia edentulus.48 Penelitian Adam (2006) juga mengatakan bahwa pemakaian GTP memperbaiki kualitas hidup lansia yang telah mengalami kehilangan gigi.46

5.4.2 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada tabel 7 terlihat kualitas hidup lansia edentulus yang memakai GTP berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu lansia tidak berpendidikan, TS seluruhnya 1 orang (100%) memiliki kualitas hidup baik, begitu juga dengan lansia yang berpendidikan SD seluruhnya 2 orang (100%), SMP seluruhnya 5 orang (100%), SMA seluruhnya 5 orang (100%) dan PT seluruhnya 2 orang (100%) memiliki kualitas hidup yang baik. Berdasarkan perhitungan skor OHIP-14 terlihat bahwa kualitas hidup setiap lansia edentulus yang memakai GTP memiliki kualitas hidup baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Chomjai menunjukkan bahwa pemakaian GTP menghasilkan kepuasan lansia yang memakai GTP di provinsi Roi-et di Thailand.47 Selain itu, penelitian Bloem dkk (2009) juga mengatakan bahwa GTP merupakan salah satu perawatan prostodontik yang mampu memperbaiki kualitas hidup lansia edentulus.48

5.5 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

5.5.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada tabel 8 terlihat kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai GTP berdasarkan jenis kelamin, laki-laki seluruhnya 7 orang (100%) memiliki kualitas

hidup buruk sedangkan lansia berjenis kelamin perempuan, sebanyak 7 orang (87.5%) juga memiliki kualitas hidup buruk. Berdasarkan perhitungan skor OHIP-14 terlihat bahwa kualitas hidup seluruh lansia edentulus yang tidak memakai GTP memiliki kualitas hidup buruk, tetapi hanya 1 orang (12.5%) lansia edentulus yang tidak memakai GTP berjenis kelamin perempuan memiliki kualitas hidup yang sedang. Hal ini kemungkinan karena sudah lama mengalami kehilangan gigi dan sudah dapat menerima kondisi tersebut. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa kehilangan seluruh gigi berdampak pada penurunan fungsional, psikologis dan sosial sehingga kondisi tersebut mempunyai dampak negatif terhadap kualitas hidup pada lansia terkait dengan fungsi pengunyahan, penampilan, kemampuan berbicara dan keyakinan diri. 8,10,11

5.5.2 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada tabel 9 terlihat kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai GTP berdasarkan tingkat pendidikan, lansia tidak berpendidikan, TS seluruhnya 3 orang (100%) memiliki kualitas hidup buruk, begitu juga dengan lansia yang berpendidikan SD seluruhnya 5 orang (100%), SMP sebanyak 5 orang (83.33%) dan SMA seluruhnya 1 orang (100%) memiliki kualitas hidup yang buruk. Berdasarkan perhitungan skor OHIP-14 terlihat bahwa lansia edentulus yang tidak memakai GTP memiliki kualitas hidup buruk, tetapi hanya 1 orang (16.67%) lansia edentulus yang tidak memakai GTP berpendidikan SMP memiliki kualitas hidup yang sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian Hussain (2010) mengenai kualitas hidup lansia yang kehilangan gigi di Pakistan mengatakan bahwa kondisi edentulus mengakibatkan sakit di sekitar mulut yang menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakmampuan

Dokumen terkait