• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kualitas Hidup Lansia Dengan Edentulus Yang Memakai Dan Tidak Memakai Gigi Tiruan Penuh Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Kualitas Hidup Lansia Dengan Edentulus Yang Memakai Dan Tidak Memakai Gigi Tiruan Penuh Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP LANSIA EDENTULUS

YANG MEMAKAI DAN TIDAK MEMAKAI

GIGITIRUAN PENUH DI KELURAHAN

TANJUNG REJO KECAMATAN

MEDAN SUNGGAL

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

SHANTAKUMARI ARIVAYAGAN NIM : 080600142

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2012

Shantakumari Arivayagan

Perbedaan Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal xiv + 67 Halaman

(3)

geligi dan struktur pendukung di rahang atas dan rahang bawah. Pemakaian GTP diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup lansia edentulus.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang memakai dan tidak memakai GTP. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai kualitas hidup lansia yang memakai dan tidak memakai GTP, kemudian dilanjutkan dengan analisis data untuk mengamati perbedaan kualitas hidup antara lansia yang memakai dan tidak memakai GTP menggunakan uji Fisher’s Exact Text karena karena jumlah sampel yang tidak terdistribusi merata.

(4)

hidup yang buruk secara keseluruhan. Perbedaan aspek kualitas hidup dan kualitas hidup terlihat antara lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP.

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP pada hampir kesemua aspek kualitas hidup berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pedidikan secara keseluruhan.

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 26 November 2012

Pembimbing : Tanda tangan

1. Eddy Dahar, drg., M. Kes ………

NIP: 195409101981121002

2. Ariyani, drg. ………

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 26 November 2012

TIM PENGUJI

KETUA : Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) ANGGOTA : 1. Eddy dahar, drg.,M.Kes

2. Ariyani, drg.

3. Putri Welda Utami Ritonga, drg.

(7)

Salam Sejahtera

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kurniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Arivayagan dan Ibunda Krishna Kumari yang telah membesarkan serta memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa, semangat dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan FKG-USU atas kesempatan dan dukungan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan lancar.

(8)

3. Ariyani, drg. selaku pembimbing kedua penulis dalam penulisan skripsi ini telah banyak membantu penulis dengan perhatian, kritik, saran, dorongan, dan telah meluangkan waktu sehingga skripsi ini dapat selesai.

4. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros(K) selaku koordinator skripsi yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia FKG-USU dan ketua tim penguji atas kesempatan dan dukungan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan lancar.

6. Putri Welda Utami Ritonga, drg., selaku anggota tim penguji skripsi penulis yang telah banyak memberikan perhatian, saran, dukungan dan dorongan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

7. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS., selaku dosen wali yang telah banyak memberikan perhatian, saran, dukungan dan dorongan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

8. Prof Ismet Danial Nasution,drg., Ph.D.,Sp.Pros (K) dan seluruh staf pengajar di Departemen Prostodonsia FKG-USU atas masukan, saran dan dukungan yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

9. Drs. Abdul Jalil AA. M.Kes yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam analisis statistik.

(9)

lain yang tidak mungkin disebutkan satu per satu atas bantuan, doa dan dukungan yang diberikan dalam suka dan duka.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melaksanakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu, masyarakat dan FKG-USU.

Medan, 26 November 2012 Penulis,

(Shantakumari Arivayagan)

NIM: 080600142

DAFTAR ISI

(10)

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia... 6

2.3.2.1 Fungsi Gigitiruan Penuh ... 12

2.3.2.2 Indikasi Pemakaian Gigitiruan Penuh ... 12

2.3.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan GTP ... 13

2.4. Kualitas Hidup ... 14

(11)

3.2 Populasi Penelitian ... 17

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali ... 18

3.5 Definisi Operasional ... 19

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Lansia Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 ... 22

4.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 ... 25

4.2.1 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 25

4.2.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 27

4.3 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 ... 29

4.3.1 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

4.3.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 32

(12)

4.4.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 ... 35 4.4.2 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan

Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012 ... 37 4.5 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan

Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 ... 39 4.5.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 .... 39 4.5.2 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012 ... 41 4.6 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup dan Kualitas Hidup Lansia

Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 .. 43 4.6.1 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang

Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan ... 43 4.6.2 Perbedaan Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai dan

Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan ... 46 BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Lansia Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 ... 49 5.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan

Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 ... 51 5.2.1 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51 5.2.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 52 5.3 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai

(13)

5.3.1 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53 5.3.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 54 5.4 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh

di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 ... 55 5.4.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan

Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 ... 55 5.4.2 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan

Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 56 5.5 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan

Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 ... 56 5.5.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56 5.5.2 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 57 5.6 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup dan Kualitas Hidup Lansia

Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 . 58 5.6.1 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang

Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan ... 58 5.6.2 Perbedaan Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai dan

Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan ... 58 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

(14)

1 Karakteristik Lansia Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo

Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 ... 24 2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan

Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26 3 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan

Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 28 4 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan

Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31 5 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan

Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34 6 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan

Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36 7 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan

Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38 8 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan

Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40 9 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai

Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan

Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42 10 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup Lansia yang Memakai dan

Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 44 11 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup Lansia yang Memakai dan

(15)

Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 45 12 Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Memakai dan Tidak

Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 47 13 Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Memakai dan Tidak

Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 48

(16)

1. Kerangka Konsep Skripsi 2. Kerangka Operasional Skripsi

3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan 4. Kuesioner Penelitian

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk.1 Hasil positif yang telah terwujud seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional di berbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis dan ilmu kedokteran sehingga meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta umur harapan hidup manusia.2 Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.1,2 Jumlah lansia di seluruh dunia diperkirakan 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pula tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.2

(18)

dan kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit.1,2

Kesehatan rongga mulut dan kesehatan umum saling terkait dan berhubungan.3,4 Menurut WHO, kesehatan rongga mulut memiliki peranan penting untuk kesehatan umum.5 Gangguan kesehatan gigi dan mulut menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan keseimbangan tubuh bagi penderitanya, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi kesehatan umum.6 Salah satu gangguan kesehatan rongga mulut adalah kehilangan gigi. Kehilangan gigi berdasarkan jumlah terbagi atas dua jenis yaitu kehilangan sebagian gigi dan seluruh gigi (edentulus).3,7-9 Edentulus merupakan bentuk kehilangan gigi yang umum terjadi di kalangan lansia di seluruh dunia.3,9 Menurut penelitian Cahyati, lebih dari setengah jumlah golongan lansia adalah lansia yang kehilangan seluruh gigi.6

Kehilangan seluruh gigi berdampak pada penurunan fungsional, psikologis dan sosial.8,10,11 Kondisi kehilangan seluruh gigi mempunyai dampak negatif terhadap kualitas hidup mencakup fungsi pengunyahan, penampilan, kemampuan berbicara dan keyakinan diri.4,12,13 Kehilangan seluruh gigi menhilangkan fungsi pengunyahan dan secara langsung akan mempengaruhi pilihan makanan. Contohnya, lansia edentulus cenderung menghindari makanan-makanan yang keras berserat.3 Dengan adanya pemilihan makanan akan mempengaruhi status gizi lansia.4 Status gizi yang baik memiliki peranan yang penting dalam pemeliharaan kesehatan rongga mulut dan umum lansia.14 Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa edentulus mempengaruhi kesehatan rongga mulut dan umum serta kualitas hidup.9 Selain itu, beberapa penelitian menemukan korelasi antara kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup.5

(19)

kesehatan rongga mulut yang baik dapat merupakan faktor penentu untuk meningkatkan kualitas hidup. Menurut penelitian Kusdhany dkk, perempuan memiliki harapan hidup yang lebih tinggi berbanding laki-laki.5 Sedangkan penelitian Zainab dkk mengatakan bahwa salah satu sasaran prioritas yang membutuhkan perhatian dan pelayanan kesehatan rongga mulut adalah perempuan.9

Gigi yang hilang seluruhnya dapat diganti dengan menggunakan gigitiruan penuh (GTP).18 Gigitiruan penuh adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi asli dan struktur di sekitarnya yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah.19 John dkk menyatakan bahwa kebutuhan GTP memiliki dampak terhadap kualitas hidup.13 Menurut hasil penelitian Smith, 40% golongan lansia yang tidak memakai GTP mengeluh kesulitan mengunyah dan memerlukan waktu makan yang lebih lama.6 Selain itu, menurut penelitian Kusdhany dkk, kehilangan gigi, turut terkait dalam kesulitan dalam pengunyahan, stress dan menghindari bersosialisasi.5 Zainab dkk menyatakan lansia yang memakai GTP memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibanding lansia yang tidak memakai GTP.10,20

Instrumen yang paling banyak atau sering digunakan untuk mengukur kualitas hidup lansia adalah Oral Health Related Impact Profile (OHIP).5,10,12,13,21 OHIP pada awalnya yang terdiri atas 49 pertanyaan, dikembangkan kepada OHIP-14 yang terdiri dari 14 pertanyaan yang mengukur dampak masalah kesehatan rongga mulut yang mencakup dimensi fungsional (fisik), psikologis dan sosial dari kehidupan sehari-hari.21 OHIP ini dikembangkan di Australia oleh Slade dan Spencer pada tahun 1994, dan beberapa versi dari alat ini telah dikembangkan seperti OHIP-14 adalah instrumen yang paling tepat untuk pasien edentulus, karena menyajikan serangkaian pertanyaan yang spesifik.16,21

1.2 Permasalahan

(20)

dengan fungsi pengunyahan, penampilan, kemampuan berbicara dan keyakinan diri. Salah satu perawatan yang umum dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup lansia edentulus adalah dengan memakai GTP. Peneliti merasa perlu dilakukan penelitian pada lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP untuk menganalisis perbedaan kualitas hidup lansia tersebut dan agar lansia lebih teliti dan inisiatif terhadap kebutuhan pemakaian GTP untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Penduduk lansia di Kelurahan Tanjung Rejo di Kecamatan Medan Sunggal dipilih sebagai populasi atau sampel penelitian untuk membedakan kualitas hidup antara lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP. Alasan pemilihan Kelurahan Tanjung Rejo di Kecamatan Medan Sunggal adalah karena populasi mudah terjangkau.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan?

2. Bagaimana aspek kualitas hidup lansia edentulus yang memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan?

3. Bagaimana aspek kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan?

4. Bagaimana kualitas hidup lansia edentulus yang memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan?

5. Bagaimana kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan?

(21)

Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan

2. Untuk mengetahui aspek kualitas hidup lansia edentulus yang memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

3. Untuk mengetahui aspek kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

4. Untuk mengetahui kualitas hidup lansia edentulus yang memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

5. Untuk mengetahui kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

6. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan aspek kualitas hidup dan perbedaan kualitas hidup antara lansia yang memakai dan tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan

1.5 Manfaat Penelitian

1. Untuk memperoleh data mengenai dampak kehilangan gigi pada lansia yang kehilangan gigi yang memakai dan tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo di Kecamatan Medan Sunggal, sehingga dapat dijadikan referensi untuk memperbaiki kualitas hidup lansia.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut WHO kesehatan rongga mulut saling berhubungan dengan kesehatan umum dan kesadaran untuk menjaga kesehatan rongga mulut berperan penting dalam menentukan kesehatan rongga mulut seorang individu. Penuaan pada manusia mempengaruhi perubahan fungsional, psikologis dan sosial dalam berbagai proses multidimensi. Kehilangan seluruh gigi atau edentulus pada lansia sering mengurangi kualitas hidup secara substantial.1,2 Kehilangan seluruh gigi juga berdampak pada penurunan fungsional, psikologis dan sosial.8,10,11 Kondisi kehilangan seluruh gigi mempunyai dampak negatif terhadap kualitas hidup mencakup fungsi pengunyahan, penampilan, kemampuan berbicara dan percaya diri.4,12,13

2.1 Lansia

2.1.1 Pengertian

(23)

Ada beberapa pendapat mengenai usia terjadinya penurunan fungsi organ tubuh yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.23

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Mariam R. Siti Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada siklus kehidupan manusia. Lansia, adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Mariam. R. Siti, 2008 :32).2,22,24

Menurut Maryam, dkk (2008) lansia dibagi menjadi lima klasifikasi: a) Pralansia yang berusia antara 45–59 tahun,

b) Lansia berusia 60 tahun atau lebih,

c) Lansia resiko tinggi berusia 70 tahun atau lebih,

d) Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa,

e) Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Klasifikasi WHO mengelompokkan usia lanjut atas tiga kelompok yaitu:2,24 a) middle age (45-59)

b) eldery age (60-74) c) old age (75-90)

2.2 Kesehatan Rongga Mulut

(24)

kehilangan gigi dan penyakit-penyakit serta gangguan oral lain yang membatasi kapasitas individu untuk menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara dan kesejahteraan psikososial.25,26

2.2.1 Fungsi Gigi Geligi

Kehilangan gigi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan rongga mulut dan dapat mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan seluruh gigi dapat mengakibatkan terganggunya beberapa fungsi seperti:25,27

a) pengunyahan, b) penampilan, c) bicara d) percaya diri

2.2.1.1 Pengunyahan

Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan serta meringankan kerja proses pencernaan. Setiap gigi memiliki fungsi masing-masing dalam proses pengunyahan yaitu: 27,28

a) Gigi Insisivus, gigi anterior yang tajam, digunakan unutk menggigit dan memotong makanan.

b) Gigi Kaninus, gigi anterior yang runcing dan tajam, digunakan untuk mengoyak makanan.

c) Gigi Premolar, gigi posterior yang lebar dan tumpul, digunakan untuk menghancurkan dan menggiling makanan.

d) Gigi Molar, posterior yang lebar dari premolar dengan empat tonjolan (cusp), digunakan untuk menghancurkan makanan.

(25)

2.2.1.2 Penampilan

Senyum tidak akan lengkap tanpa adanya sederetan gigi yang rapi dan bersih. Penelitian Elias dan Sheiham (1998), mengatakan bahwa penampilan atau estetis yang diperoleh merupakan hal yang lebih penting daripada fungsinya. Umumnya kekhawatiran pasien tentang estetis muncul apabila mengalami kehilangan gigi anterior, tetapi menurut penelitian Hertrich dkk (1990) dan Adult Dental Health Survey (1998), gigi posterior seperti premolar dan juga jaringan lunak merupakan faktor yang mempengaruhi estetis karena berada dalam ‘zona estetis’ atau ‘zona senyum’ pada pasien yang memiliki senyum yang lebar. Faktor yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi aspek estetis pada pasien gigitiruan penuh (GTP) adalah: 27,30-32

a) Dukungan bibir b) Dukungan pipi

c) Tinggi vertikal dimensi d) Garis bibir bawah e) Garis bibir atas f) Garis senyum

2.2.1.3 Bicara

Kemampuan berbicara merupakan salah satu fungsi yang penting bagi setiap orang. Pengucapan huruf-huruf yang dihasilkan melalui bantuan gigi, bibir dan lidah adalah: 32

a) Bilabial (b, p, m)  didukung oleh kedua bibir atas dan bawah

b) Labiodental (f, v)  didukung oleh gigi insisivus atas dan bibir bawah c) Linguoalveolar (t, d, s, z, v, j, l)  didukung oleh lidah dengan bagian

anterior palatum

d) Linguodental (th, ch, sh)  didukung oleh lidah di antara gigi anterior atas dan bawah

(26)

2.2.1.4 Percaya Diri

Setiap orang tentunya menginginkan memiliki gigi yang sehat dan kuat, karena senyum kita lebih menarik dan lebih percaya diri dengan memiliki gigi yang sehat dan terawat. Kehilangan gigi mempengaruhi percaya diri seseorang. Percaya diri akan semakin menurun apabila seseorang merasa kurang menarik secara fisik dan sadar bahwa wajah mengalami perubahan dengan hilangnya gigi karena memiliki pipi dan mulut yang cekung. Pada umumnya, masyarakat yang telah menggunakan GTP akan merasa lebih percaya diri.34,35

2.3 Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi merupakan kondisi yang umum terjadi di kalangan lansia di seluruh dunia.3,9 Menurut penelitian Cahyati, lebih dari setengah jumlah golongan lansia mengalami kehilangan seluruh gigi.6 Penelitian Zainab dkk (2008) mengatakan bahwa alasan lansia tidak memakai GTP adalah akibat terpengaruh oleh pengalaman negatif dari golongan lansia yang memakai GTP, merasa mual saat melihat GTP, dan beranggapan bahwa pemakaian GTP akan menyebabkan ketidaknyamanan.10 Penelitian Ismail dkk (2008) bahwa kebanyakan lansia yang kehilangan gigi dan tidak memakai GTP adalah berpendidikan rendah.9 Menurut penelitian Kusdhany dkk, kehilangan gigi, turut terkait dalam kesulitan dalam pengunyahan, stress dan menghindari bersosialisasi.5

2.3.1 Dampak Kehilangan Gigi

2.3.1.1 Dampak Fungsional

Dampak fungisonal dari kehilangan gigi yaitu berupa gangguan pada proses:3,4,14,25,29,33,36

a) Pengunyahan

(27)

mempengaruhi status gizi lansia. Status gizi yang baik memiliki peranan yang penting dalam pemeliharaan kesehatan rongga mulut dan umum lansia. Menurut penelitian Roessler (2003), lansia edentulus yang tidak memakai GTP sering menghindari makanan, sering sakit, sering merasa tertekan dan sukar untuk merasa relaksasi.

b) Bicara

Kehilangan gigi anterior atas dan bawah akan menyebabkan kelainan bicara, karena gigi (khususnya gigi anterior) termasuk bagian organ fonetik. Menurut penelitian Jubhari dan Ingle dkk, kehilangan seluruh gigi akan mengganggu kemampuan untuk berbicara dan secara langsung mempengaruhi interaksi sosial dan aktivitas sehari-hari.

2.3.1.2 Dampak Sosial

Kehilangan gigi akan menimbulkan dampak sosial berupa menurunnya produktivitas kerja, kecerdasan, asupan gizi dan emosi terganggu. Emosi adalah keadaan pikiran dan psikologis saling terjalin dengan erat, dan dengan sendirinya tidak dapat dipisahkan dari persepsi individu mengenai nilai dan pertimbangan terhadap dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkup emosionalnya.37 Penelitian Fiske dkk dan Davis dkk mengatakan bahwa lansia yang kehilangan seluruh gigi merasakan interaksi sosial mereka terganggu dan sering menghindari untuk bersosialisasi. Mereka juga akan merasa malu dengan kehilangan seluruh gigi.38

2.3.1.3 Dampak Psikologis

(28)

2.3.2 Gigitiruan Penuh

Gigitiruan Penuh (GTP) adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi asli dan jaringan sekitarnya yang hilang pada rahang atas dan rahang bawah.19,32,41

2.3.2.1 Fungsi Gigitiruan Penuh

Gigitiruan penuh memilki beberapa fungsi yaitu: 32,41,42 a) Pengunyahan

Gigitiruan penuh harus memiliki keseimbangan oklusi yang tepat untuk memperoleh stabilitas GTP yang optimum pada saat menerima beban pengunyahan.

b) Estetis

Anasir gigitiruan pada GTP dapat memperbaiki vertikal dimensi, memberi dukungan kepada bibir dan pipi serta mengembalikan kontur wajah yang hilang.

c) Bicara

Gigitiruan penuh dapat mengembalikan pengucapan huruf-huruf yang dihasilkan melalui bantuan gigi, bibir dan lidah yaitu:

i. Bilabial (b, p, m)  didukung oleh kedua bibir atas dan bawah

ii. Labiodental (f, v)  didukung oleh gigi insisivus atas dan bibir bawah iii. Linguoalveolar (t, d, s, z, v, j, l)  didukung oleh lidah dengan bagian

anterior palatum

iv. Linguodental (th, ch, sh)  didukung oleh lidah di antara gigi anterior atas dan bawah.

2.3.2.2 Indikasi Pemakaian Gigitiruan Penuh Indikasi pemakaian GTP adalah:43

a) Individu yang seluruh giginya telah hilang atau dicabut.

(29)

c) Bila dibuatkan GTSL, gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.

d) Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.

e) Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang akan diperoleh.

2.3.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Gigitiruan Penuh Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan GTP adalah: 43,44

a) Retensi

Retensi adalah kemampuan GTP untuk menahan pergeseran yang terjadi ketika gigitiruan dipasang ke dalam rongga mulut.32 Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi adalah faktor fisis, adaptasi yang baik antara gigitiruan dengan mukosa mulut, perluasan basis gigitiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface), linggir sisa dan faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang di bawahnya. Dalam penelitian Lauriba L dkk makanan sering tersisa di bagian bawah basis GTP karena pembuatan GTP tidak begitu sempurna akibat GTP yang longgar.45 Penelitian Zainab dkk (2008) menunjukkan bahwa lansia yang memakai GTP merasa ketidaknyamanan karena makanan tersisa karena kelonggaran GTP.10

b) Stabilitas

Stabilitas gigitiruan menurut GPT dapat diartikan sebagai sifat gigitiruan untuk tetap bertahan ditempatnya melawan tekanan fungsional yang menggerakkannya, tidak mudah berubah posisi bila diberikan tekanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas adalah tinggi vertikal linggir sisa, kualitas jaringan lunak yang menutupi linggir, kualitas hasil pencetakan, oklusal rim dan kontur permukaan yang dipoles.

c) Dukungan

(30)

d) Estetis

Untuk mendapatkan estetis yang harmonis, hasil cetakan pada daerah forniks harus dapat dicapai seakurat mungkin. Selain itu, skema estetis untuk gigi anterior GTP dipengaruhi oleh bentuk rahang gigituran. Wax rim yang dibuat harus disesuaikan untuk menghasilkan posisi bukolingual yang diinginkan dari anasir gigitiruan dan ketinggian bidang oklusal. Orientasi pada bidang oklusal mempengaruhi jumlah gigi yang kelihatan dan inklinasi labiolingual yang akan mempengaruhi estetis. Jika ketinggian bidang oklusal diatur terlalu rendah atau jika gigi anterior diatur pada bidang oklusal yang terlalu datar, maka gigi akan terlalu kelihatan. Selain itu, jika orientasi bidang oklusal tidak sejajar dengan garis interpupil maka senyum akan kelihatan miring.45

2.4 Kualitas Hidup

(31)

menunjukkan bahwa pemakaian GTP memuaskan lansia.47 Penelitian Ismail dkk (2008) yang mengatakan bahwa kehilangan gigi merupakan suatu insiden yang merisaukan lansia edentulus yang berjenis kelamin perempuan, maka penanganan yang sering dipilih adalah dengan pemakaian GTP.9 Selain itu, Bloem dkk (2009) mengatakan bahwa GTP merupakan salah satu perawatan prostodontik yang mampu memperbaiki kualitas hidup lansia edentulus.48

Penelitian Zainab dkk (2008) mengatakan bahwa alasan lansia tidak memakai GTP adalah akibat terpengaruh oleh pengalaman negatif dari golongan lansia yang memakai GTP, merasa mual saat melihat GTP, dan beranggapan bahwa pemakaian GTP akan menyebabkan ketidaknyamanan.10 Penelitian Zainab dkk (2008), yang mengatakan bahwa lansia edentulus yang memakai GTP tidak mempunyai dampak terhadap aspek kualitas hidup seperti kesulitan dalam pengunyahan, tidak nyaman untuk memakan makanan dan tidak menghindari makanan.

Penelitian Hussain (2010) mengenai kualitas hidup lansia yang kehilangan gigi di Pakistan mengatakan bahwa kondisi edentulus mengakibatkan sakit fisik yang menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakmampuan psikologis. Langkah-langkah untuk mengatasi keadaan ini harus diambil pada tahap awal agar kualitas hidup lansia tidak terus memburuk. Hasil penelitian Hussain (2010) menyimpulkan bahwa pemakaian GTP sangat penting untuk memperoleh kualitas hidup yang baik bagi lansia edentulus dan secara langsung memiliki dampak positif pada aktivitas sosial, mental dan psikologis.49 Menurut penelitian Kusdhany dkk, perempuan memiliki harapan hidup yang lebih tinggi berbanding laki-laki.5 Sedangkan penelitian Zainab dkk mengatakan bahwa salah satu sasaran prioritas yang membutuhkan perhatian dan pelayanan kesehatan rongga mulut adalah perempuan.9 Penelitian Ingle dkk mengatakan bahwa perempuan memiliki pengalaman kualitas hidup yang buruk dibanding laki-laki. Kebanyakan perempuan merasakan kehidupan sosial terganggu akibat kesehatan rongga mulut yang buruk.33

(32)

dikembangkan oleh Slade (1994), Ariani dkk (2006) menganjurkan OHIP untuk diaplikasikan dalam populasi lansia di Indonesia. 16,50

(33)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional melalui metoda wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner.51

3.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah golongan lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012.

3.3 Sampel

Cara sampling yang digunakan adalah teknik penarikan sampel non probabiliti secara purposive sampling, yaitu dengan mengadakan penelitian untuk mengidentifikasi karakteristik populasi dan kemudian menetapkan sampel berdasarkan pertimbangan pribadi, sebagian dari anggota populasi menjadi sampel.51,52 Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal terdiri dari 24 lingkungan dengan jumlah penduduk 42.512 jiwa. Berhubung keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka pengambilan sampel dibatasi pada tiga lingkungan saja. Berdasarkan pendapat Bailey dan Gay untuk penelitian yang menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel minimum yang digunakan adalah 30.53

3.3.1 Kriteria Inklusi

(34)

2. Masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang mengalami kehilangan seluruh gigi.

3. Masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang bersedia di wawancara.

3.3.2 Kriteria Eksklusi

1. Masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang berusia di bawah 60 tahun.

2. Masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang kehilangan seluruh gigi namun tidak dalam keadaan jasmani dan rohani yang sehat.

3. Masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang tidak bersedia di wawancara.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Lansia edentulus Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang memakai dan tidak memakai GTP berdasarkan:

1. Jenis Kelamin 2. Tingkat Pendidikan

3.4.2 Variabel Terikat Kualitas hidup

3.4.3 Variabel Terkendali Peneliti dan alat ukur yang sama

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali

(35)

3.5 Definisi Operasional

1. Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien yaitu laki-laki atau perempuan. 2. Tingkat Pendidikan yaitu status pendidikan pasien yaitu tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMU, atau tamat Perguruan Tinggi.

3. Memakai GTP, lansia yang kehilangan seluruh gigi dan memakai GTP. 4. Yang tidak memakai GTP, lansia yang kehilangan seluruh gigi dan tidak memakai GTP.

5. Kualitas hidup, didefinisikan sebagai penilaian individu terhadap dampak fungsional, psikologi, dan sosial mempengaruhi kesejahteraan yang dinilai dari 14 aspek kualitas hidup.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal dimulai pada bulan Maret 2012.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1.1 Alat Penelitian

1. Alat pemeriksa rongga mulut yaitu kaca mulut, sonde dan pinset 2. Alat tulis

3. Alat pengolah data yaitu komputer dan kalkulator

3.7.1.2 Bahan Penelitian Lembar Kuesioner

3.7.2 Cara Penelitian

(36)

Kesehatan, surat izin dari Dinas Kesehatan Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal dan surat izin dari Kepala Kelurahan.

2. Setelah surat izin penelitian diperoleh, peneliti menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan, kemudian subjek penelitian diberikan Informed Consent yaitu surat persetujuan setelah memperoleh penjelasan.

3. Peneliti mencatat identitas pasien dan melakukan pemeriksaan terhadap rongga mulut pasien.

4. Peneliti memberi penjelasan kepada sampel penelitian mengenai kuesioner. Kuesioner OHIP-14 terdiri dari 14 pertanyaan mengenai keterbatasan fungsi, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikologis, ketidakmampuan sosial, hambatan (handicapped).54

5. Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan untuk memperoleh data yang diperlukan. Lansia edentulus yang memakai GTP diwawancara menggunakan kuesioner bagian II, dan lansia edentulus yang tidak memakai GTP diwawancara menggunakan kuesioner bagian III.

6. Tabulasi data.

Kuesioner diklasifikasikan berdasarkan karakteristik memakai, tidak memakai, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Data hasil kuesioner OHIP-14 diberi skor 0 – 4 sesuai jawaban pasien yaitu (0) tidak pernah; (1) hampir tidak pernah; (2) kadang-kadang; (3) agak sering; (4) sangat sering.55

7. Pengolahan data.

(37)

3.8 Analisis Data

(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Jumlah lansia yang diwawancara adalah sebanyak 30 orang yang edentulus. 15 orang lansia edentulus yang memakai GTP dan 15 orang lansia edentulus yang tidak memakai GTP sesuai dengan kriteri inklusi. Data yang diperoleh dihitung frekuensi distribusi dan dilakukan uji statistik dengan uji statistik Fisher’s Exact Test. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel.

4.1 Karakteristik Lansia Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

Pada penelitian ini, lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal dikelompokkan menjadi dua karakteristik, yaitu jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Berdasarkan jenis kelamin, lansia edentulus yang memakai GTP terdiri atas 4 orang laki-laki (26,67%) dan 11 orang perempuan (73.33%). Berdasarkan tingkat pendidikan, lansia edentulus yang memakai GTP dibagi kepada lima kelompok yaitu kelompok tidak sekolah (TS) terdiri atas 1 orang perempuan (6.67%), kelompok sekolah dasar (SD) sebanyak 2 orang perempuan (13.33%), kelompok sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 2 orang laki-laki (13.33%) dan 3 orang perempuan (20.00%), kelompok sekolah menengah atas (SMA) sebanyak 1 orang laki-laki (6.67%) dan 4 orang perempuan (26.67%) dan kelompok perguruan tinggi (PT) terdiri atas 1 orang laki-laki (6.67%) dan 1 orang perempuan (6.67%).

(39)
(40)

4.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

4.2.1 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

Lansia edentulus yang memakai GTP berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 4 orang (100%) dan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 11 orang (100%). Lansia edentulus yang memakai GTP berjenis kelamin laki-laki tidak pernah merasa kesulitan dalam pengunyahan makanan, tidak pernah mengalami bau nafas yang kurang menyenangkan, tidak pernah merasa tidak nyaman untuk memakan makanan, tidak pernah mengalami sariawan di mulut, tidak pernah mengalami ketidaknyamanan karena makanan tersisa, tidak pernah merasa malu, tidak pernah menghindari makanan, tidak pernah menghindari untuk tersenyum, tidak pernah mengalami gangguan tidur, tidak pernah mengalami gangguan konsentrasi, tidak pernah menghindari bersosialisasi, aktivitas sehari-hari tidak pernah terganggu, biaya hidup tidak pernah tinggi, percaya diri tidak pernah terganggu.

(41)

Tabel 2. Aspek kualitas hidup lansia edentulus yang memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin

No

1. Kesulitan dalam pengunyahan makanan

4 100 0 0 11 100 0 0 15

2. Bau nafas yang kurang menyenangkan 4 100 0 0 11 100 0 0 15 3. Tidak nyaman untuk memakan

makanan

4 100 0 0 11 100 0 0 15

4. Sariawan di mulut 4 100 0 0 11 100 0 0 15

(42)

4.2.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(43)

4.3 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

4.3.1 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

(44)
(45)

Tabel 4. Aspek kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin

No .

Aspek Kualitas Hidup

Tidak Memakai Gigitiruan Penuh 15 (100%)

1. Kesulitan dalam pengunyahan makanan

0 0 7 100 0 0 8 100 15

2. Bau nafas yang kurang menyenangkan 0 0 7 100 0 0 8 100 15 3. Tidak nyaman untuk memakan

makanan

5. Ketidaknyamanan karena makanan tersisa

10. Gangguan konsentrasi 4 57.1 4 11. Menghindari bersosialisasi 1 14.2

9 12. Aktivitas sehari-hari terganggu 2 28.5

(46)

4.3.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(47)
(48)

4.4 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

4.4.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

(49)

Tabel 6. Kualitas hidup lansia edentulus yang memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin

Sampel

Skor OHIP-14

Kualitas Hidup Laki-laki

n = 4

Perempuan n = 11

Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk

1. 9 /

2. 7 /

3. 10 /

4. 5 /

5. 8 /

6. 8 /

7. 5 /

8. 5 /

9. 14 /

10. 8 /

11. 0 /

12. 14 /

13. 6 /

14. 17 /

15. 5 /

(50)

4.4.2 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(51)

4.5 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

4.5.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

(52)

Tabel 8. Kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin

Sampel Skor OHIP-14

Kualitas Hidup Laki-laki

n = 7

Perempuan n = 8

Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk

1. 47 /

2. 50 /

3. 49 /

4. 44 /

5. 51 /

6. 50 /

7. 32 /

8. 40 /

9. 43 /

10. 49 /

11. 49 /

12. 38 /

13. 42 /

14. 40 /

15. 46 /

(53)

4.5.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(54)

4.6 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup dan Kualitas Hidup Lansia yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

4.6.1 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup Lansia yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

Uji Fisher’s Exact Test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p < 0.05) antara lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP berdasarkan jenis kelamin pada 13 aspek, namun tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0.05) pada aspek kualitas hidup ketidaknyamanan karena makanan tersisa. (Tabel 10)

(55)

Tabel 10. Perbedaan aspek kualitas hidup lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin

No. Aspek Kualitas Hidup p

1. Kesulitan dalam pengunyahan makanan 0.000* 2. Bau nafas yang kurang menyenangkan 0.000* 3. Tidak nyaman untuk memakan makanan 0.000*

4. Sariawan di mulut 0.001*

5. Ketidaknyamanan karena makanan tersisa 0.121

6. Merasa malu 0.000*

7. Menghindari makanan 0.000*

8. Menghindari untuk tersenyum 0.000*

9. Gangguan tidur 0.001*

10. Gangguan konsentrasi 0.000*

11. Menghindari bersosialisasi 0.000*

12. Aktivitas sehari-hari terganggu 0.000*

13. Biaya hidup tinggi 0.001*

14. Percaya diri terganggu 0.000*

(56)

Tabel 11. Perbedaan aspek kualitas hidup lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan tingkat pendidikan

No. Aspek Kualitas Hidup p

1. Kesulitan dalam pengunyahan makanan 0.000* 2. Bau nafas yang kurang menyenangkan 0.000* 3. Tidak nyaman untuk memakan makanan 0.000*

4. Sariawan di mulut 0.001*

5. Ketidaknyamanan karena makanan tersisa 0.090

6. Merasa malu 0.000*

7. Menghindari makanan 0.000*

8. Menghindari untuk tersenyum 0.000*

9. Gangguan tidur 0.004*

10. Gangguan konsentrasi 0.414

11. Menghindari bersosialisasi 0.000*

12. Aktivitas sehari-hari terganggu 0.002*

13. Biaya hidup tinggi 0.000*

14. Percaya diri terganggu 0.000*

(57)

4.6.2 Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

Pada hasil penelitian ini, sebanyak 4 orang laki-laki (26.67%) lansia edentulus yang memakai GTP memiliki kualitas hidup yang baik, sedangkan 7 orang (46.67%) laki-laki lansia edentulus yang tidak memakai GTP memiliki kualitas hidup yang buruk. Bagi lansia edentulus yang memakai GTP, sebanyak 11 orang (73.33%) lansia yang berjenis kelamin perempuan memiliki kualitas hidup yang baik, sedangkan lansia edentulus yang tidak memakai GTP berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (46.67%) memiliki kualias hidup yang buruk dan hanya 1 orang (6.67%) perempuan yang memiliki kualitas hidup baik. (Tabel 12)

(58)

Tabel 12. Perbedaan kualitas hidup lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis Kelamin

Memakai Gigitiruan Penuh n = 15

Tidak Memakai Gigitiruan Penuh n = 15

Jumlah Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk

n % n % n % n % n % n %

(59)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk mengumpulkan data-data tentang aspek-aspek kualitas hidup pada lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012. Studi analitik yang dilakukan bertujuan untuk mengamati perbedaan kualitas hidup lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP berdasarkan karakteristik jenis kelamin dan tingkat pendidikan yaitu perbedaan keseluruhan skor kualitas hidup dan perbedaan 14 aspek kualitas hidup seperti kesulitan dalam pengunyahan, bau nafas yang kurang menyenangkan, tidak nyaman untuk memakan makanan, sariawan di mulut, ketidaknyamanan karena makanan tersisa, merasa malu, menghindari makanan, menghindari untuk tersenyum, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, menghindari bersosialisasi, aktivitas sehari-hari terganggu, biaya hidup yang tinggi dan percaya diri terganggu.

5.1 Karakteristik Lansia Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

(60)

laki-laki lebih sedikit daripada jumlah lansia edentulus yang memakai GTP berjenis kelamin perempuan. Hal ini kemungkinan karena lansia edentulus yang berjenis kelamin perempuan lebih disiplin dan mementingkan aspek kualitas hidup seperti penampilan dan pengunyahan. Hal ini terlihat pada penelitian Ismail dkk (2008) yang mengatakan bahwa kehilangan gigi merupakan suatu kondisi yang mengkhawatirkan lansia edentulus berjenis kelamin perempuan, maka penanganan dilakukan adalah dengan pemakaian GTP.9

(61)

5.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

5.2.1 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada tabel 2 terlihat seluruh lansia edentulus yang memakai GTP berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang (100%) dan perempuan sebanyak 11 orang (100%) tidak pernah mengalami kesulitan dalam pengunyahan, tidak pernah mengalami bau nafas yang kurang menyenangkan, tidak pernah merasa tidak nyaman untuk memakan makanan, tidak pernah mengalami sariawan di mulut, tidak pernah merasa malu, tidak pernah menghindari makanan, tidak pernah menghindari untuk tersenyum, tidak pernah mengalami gangguan tidur, tidak pernah mengalami gangguan konsentrasi, tidak pernah menghindari bersosialisasi, aktivitas sehari-hari tidak pernah terganggu, biaya hidup tidak pernah tinggi dan percaya diri tidak pernah terganggu. Menurut penelitian Chomjai (2009) mengenai kepuasan pemakaian GTP, hampir seluruh pasien dalam penelitian ini memilih skor 0 dan 1 bagi semua pertanyaan OHIP.47 Berdasarkan penelitian Adam(2006), lansia edentulus yang memakai GTP melaporkan bahwa pemakaian GTP menyebabkan mereka tidak pernah merasa ketidaknyamanan karena makanan tersisa, tidak pernah merasa malu, tidak pernah menghindari makanan dan tidak pernah menghindari untuk tersenyum.46

(62)

5.2.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada tabel 3, seluruh lansia edentulus yang memakai GTP berpendidikan TS sebanyak 1 orang (100%), SD sebanyak 2 orang (100%), SMP sebanyak 5 orang (100%), SMA sebanyak 5 orang (100%) dan PT sebanyak 2 orang (100%) tidak pernah mengalami kesulitan dalam pengunyahan, tidak pernah mengalami bau nafas yang kurang menyenangkan, tidak pernah merasa tidak nyaman untuk memakan makanan, tidak pernah mengalami sariawan di mulut, tidak pernah merasa malu, tidak pernah menghindari makanan, tidak pernah menghindari untuk tersenyum, tidak pernah mengalami gangguan tidur, tidak pernah mengalami gangguan konsentrasi, tidak pernah menghindari bersosialisasi, aktivitas sehari-hari tidak pernah terganggu, biaya hidup tidak pernah tinggi dan percaya diri tidak pernah terganggu. Hal ini sesuai dengan penelitian Zainab dkk (2008), yang mengatakan bahwa lansia edentulus yang memakai GTP tidak mempunyai dampak terhadap aspek kualitas hidup seperti kesulitan dalam pengunyahan, tidak nyaman untuk memakan makanan dan tidak menghindari makanan. Penelitian Shimazaki dkk (2001) juga mengatakan bahwa aktivitas sehari-hari lansia edentulus yang memakai GTP tidak terganggu.10

(63)

5.3 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

5.3.1 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada tabel 4 terlihat bahwa, kesulitan dalam pengunyahan makanan, bau nafas yang kurang menyenangkan, tidak nyaman untuk memakan makanan, merasa malu, dan menghindari untuk tersenyum sering dirasakan oleh seluruh lansia edentulus yang tidak memakai GTP yaitu 7 orang (100%) pada kelompok jenis kelamin laki-laki dan 8 orang (100 %) pada kelompok jenis kelamin perempuan. Menurut Maryam dkk kehilangan seluruh gigi dapat mengakibatkan terganggunya fungsi pengunyahan, penampilan, bicara dan percaya diri.25

Terdapat 2 orang lansia edentulus yang tidak memakai GTP yaitu laki-laki sebanyak 2 orang (28.57%) dan perempuan sebanyak 2 orang (25%) tidak pernah mengalami sariawan di mulut. Hal ini kemungkinan karena nutrisi dan pola hidup lansia yang baik. Sedangkan lansia edentulus yang tidak memakai GTP yang tidak pernah mengalami ketidaknyamanan karena makanan tersisa adalah laki-laki sebanyak 3 orang (42.86%) dan perempuan sebanyak 3 orang (37.5%). Menghindari makanan tidak pernah dialami oleh lansia edentulus yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang (37.5%). Gangguan tidur tidak pernah dirasakan oleh lansia yang tidak memakai GTP yaitu laki-laki sebanyak 2 orang (28.57%) dan perempuan sebanyak 2 orang (25%). Aktivitas sehari-hari tidak pernah terganggu pada lansia edentulus yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang (38.57%) dan perempuan sebanyak 1 orang (12.5%). Menurut penelitian Jubhari, Ingle dkk, kehilangan seluruh gigi akan mengganggu kemampuan untuk berbicara dan secara langsung mempengaruhi interaksi sosial serta aktivitas sehari-hari.29,33

(64)

orang (57.14%) dan perempuan sebanyak 5 orang (62.5%). Hal ini kemungkinan karena sudah lama mengalami kehilangan gigi sehingga sudah dapat menerima keadaan tersebut.

5.3.2 Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada tabel 5 terlihat kesulitan dalam pengunyahan makanan, bau nafas yang kurang menyenangkan dan menghindari untuk tersenyum sering terjadi pada seluruh lansia edentulus yang tidak memakai GTP untuk seluruh tingkat pendidikan yaitu 3 orang (100%) untuk TS, 5 orang (100%) untuk SD, 6 orang (100%) untuk SMP dan 1 orang (100%) untuk SMA. Penelitian Sheiham dkk (2001) juga mengatakan bahwa lansia edentulus yang tidak memakai GTP sering menghindari makanan, sering mengalami kesulitan dalam pengunyahan, dan kebanyakan lansia sering merasa tidak nyaman untuk memakan makanan dan mereka sering mengganti komposisi dan cara memasak makanan agar lebih mudah untuk mengunyah.10

(65)

Menghindari bersosialisasi sering terjadi pada lansia edentulus yang tidak memakai GTP bertingkat pendidikan TS dan SMA, tetapi ada juga yang tidak pernah menghindari bersosialisasi yaitu pada SD sebanyak 1 orang (20%) dan SMP sebanyak 1 orang (16.67%). Penelitian Fiske dkk dan Davis dkk mengatakan bahwa lansia yang kehilangan seluruh gigi merasakan interaksi sosial mereka terganggu dan sering menghindari untuk bersosialisasi. Mereka juga akan merasa malu dengan kehilangan seluruh gigi.38

Biaya hidup tinggi sering terjadi pada lansia edentulus yang tidak memakai GTP bertingkat pendidikan TS, SMP dan SMA, tetapi ada juga yang tidak pernah mengalami biaya hidup yang tinggi yaitu pada SD sebanyak 2 orang (40%). Percaya diri terganggu sering terjadi pada lansia edentulus yang tidak memakai GTP bertingkat pendidikan SMP dan SMA, tetapi ada juga yang tidak pernah mengalami percaya diri terganggu yaitu pada TS sebanyak 1 orang (33.33%) dan SD sebanyak 1 orang (20%) kemungkinan karena orang berlatar pendidikan rendah tidak banyak berharap dan bisa menerima keadaan. Menurut penelitian Roessler (2003), lansia edentulus yang tidak memakai GTP sering menghindari makanan, sering sakit, sering merasa tertekan dan sukar untuk merasa relaksasi.

5.4 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

5.4.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

(66)

penelitian Bloem dkk (2009) yang mengatakan bahwa GTP merupakan salah satu perawatan prostodontik yang mampu memperbaiki kualitas hidup lansia edentulus.48 Penelitian Adam (2006) juga mengatakan bahwa pemakaian GTP memperbaiki kualitas hidup lansia yang telah mengalami kehilangan gigi.46

5.4.2 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada tabel 7 terlihat kualitas hidup lansia edentulus yang memakai GTP berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu lansia tidak berpendidikan, TS seluruhnya 1 orang (100%) memiliki kualitas hidup baik, begitu juga dengan lansia yang berpendidikan SD seluruhnya 2 orang (100%), SMP seluruhnya 5 orang (100%), SMA seluruhnya 5 orang (100%) dan PT seluruhnya 2 orang (100%) memiliki kualitas hidup yang baik. Berdasarkan perhitungan skor OHIP-14 terlihat bahwa kualitas hidup setiap lansia edentulus yang memakai GTP memiliki kualitas hidup baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Chomjai menunjukkan bahwa pemakaian GTP menghasilkan kepuasan lansia yang memakai GTP di provinsi Roi-et di Thailand.47 Selain itu, penelitian Bloem dkk (2009) juga mengatakan bahwa GTP merupakan salah satu perawatan prostodontik yang mampu memperbaiki kualitas hidup lansia edentulus.48

5.5 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

5.5.1 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin

(67)

hidup buruk sedangkan lansia berjenis kelamin perempuan, sebanyak 7 orang (87.5%) juga memiliki kualitas hidup buruk. Berdasarkan perhitungan skor OHIP-14 terlihat bahwa kualitas hidup seluruh lansia edentulus yang tidak memakai GTP memiliki kualitas hidup buruk, tetapi hanya 1 orang (12.5%) lansia edentulus yang tidak memakai GTP berjenis kelamin perempuan memiliki kualitas hidup yang sedang. Hal ini kemungkinan karena sudah lama mengalami kehilangan gigi dan sudah dapat menerima kondisi tersebut. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa kehilangan seluruh gigi berdampak pada penurunan fungsional, psikologis dan sosial sehingga kondisi tersebut mempunyai dampak negatif terhadap kualitas hidup pada lansia terkait dengan fungsi pengunyahan, penampilan, kemampuan berbicara dan keyakinan diri. 8,10,11

5.5.2 Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(68)

5.6 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup dan Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

5.6.1 Perbedaan Aspek Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

Pada tabel 10 terlihat berdasarkan Uji Fisher’s Exact menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p < 0.05) antara lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP berdasarkan jenis kelamin pada semua aspek, namun tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0.05) pada aspek kualitas hidup ketidaknyamanan karena makanan tersisa kemungkinan karena masih adanya lansia yang memakai GTP sering tidak nyaman karena adanya makanan tersisa akibat longgarnya GTP.

Pada tabel 11 perbedaan kualitas hidup lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP berdasarkan tingkat pendidikan, uji Fisher’s Exact menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p < 0.05) pada semua aspek kualitas hidup, namun tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0.05) pada aspek kualitas hidup ketidaknyamanan karena makanan tersisa dan gangguan konsentrasi karena skor OHIP yang tidak terdistribusi normal. Dijumpai lansia yang memakai GTP mengalami gangguan konsentrasi dan ketidaknyamanan karena makanan tersisa akibat GTP yang longgar.

5.6.2 Perbedaan Kualitas Hidup Lansia Edentulus yang Memakai dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

(69)

laki-laki lansia edentulus yang tidak memakai GTP memiliki kualitas hidup yang buruk. Pada kelompok lansia edentulus yang memakai GTP, seluruh lansia yaitu 11 orang (73.33%) lansia yang berjenis kelamin perempuan memiliki kualitas hidup yang baik, sedangkan lansia edentulus yang tidak memakai GTP berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (46.67%) memiliki kualias hidup yang buruk dan hanya 1 orang (6.67%) perempuan yang memiliki kualitas hidup sedang. Lansia berjenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki kualitas hidup yang baik berbanding lansia berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian Kusdhany dkk, perempuan memiliki harapan hidup yang lebih tinggi berbanding laki-laki.5 Sedangkan penelitian Zainab dkk mengatakan bahwa salah satu sasaran prioritas yang membutuhkan perhatian dan pelayanan kesehatan rongga mulut adalah perempuan.9

Pada tabel 13 hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia edentulus yang memakai GTP berpendidikan TS sebanyak 1 orang (6.67%), SD sebanyak 2 orang (13.33%), SMP sebanyak 5 orang (33.33%), SMA sebanyak 5 orang (33.33%) dan PT sebanyak 2 orang (13.33%) memiliki kualitas hidup yang baik. Sedangkan lansia edentulus yang tidak memakai GTP yang berpendidikan TS sebanyak 3 orang (20%), SD sebanyak 5 orang (33.33%), SMP sebanyak 5 orang (33.33%) dan SMA sebanyak 1 orang (6.67%) memiliki kualitas hidup yang buruk, namun hanya 1 orang (6.67%) lansia edentulus yang tidak memakai GTP berpendidikan SMP memiliki kualitas hidup yang baik.

(70)
(71)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik lansia edentulus yang memakai GTP terlihat bahwa jumlah lansia edentulus yang memakai GTP berjenis kelamin laki-laki 4 orang dan yang berjenis kelamin perempuan 11 orang. Lansia edentulus yang paling banyak memakai GTP terdapat pada kelompok berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 4 orang (26.67%). Jumlah lansia edentulus yang tidak memakai GTP berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang (100%) dan perempuan sebanyak 8 orang (100%). Lansia edentulus yang berjenis kelamin perempuan terbanyak adalah pada kelompok berpendidikan SMP yaitu 5 orang (33.33%).

2. Ditinjau dari masing-masing aspek kualitas hidup maka berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan, seluruh lansia edentulus yang memakai GTP tidak pernah mengalami semua aspek kualitas hidup (14 aspek) sekaligus.

3. Ditinjau dari masing-masing aspek kualitas hidup maka berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan, seluruh lansia edentulus yang tidak memakai GTP sebagian besar sering mengalami ke 14 aspek kualitas hidup sekaligus.

4. Berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan, seluruh lansia edentulus yang memakai GTP memiliki kualitas hidup yang baik secara keseluruhan.

5. Berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan, lansia edentulus yang tidak memakai GTP memiliki kualitas hidup yang buruk secara keseluruhan.

(72)

6.2 Saran

1. Pada penelitian lebih lanjut diharapkan untuk menggunakan sampel yang lebih representatif.

2. Hasil observasi banyak dijumpai lansia edentulus yag mengalami kehilangan gigi tidak memakai GTP untuk mengganti gigi yang hilang, untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai alasan-alasan tidak memakai GTP agar dapat memperbaiki kualitas hidup mereka.

3. Pada penelitian lebih lanjut diharapkan untuk menggunakan jumlah sampel yang terdistribusi merata agar dapat menghasilkan data yang valid.

(73)

DAFTAR PUSTAKA

1. Penduduk Lanjut Usia

November 2011).

2. Nurse centil plus tomboy. Faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari dipanti sosial Tresno Werdha Budi Luhur Kota Jambi Tahun 2011. <1 Mei 2011>. <http://dyanmalida.blogspot. com/2011/05/faktor-yang-mempengaruhi-tingkat.html >. (6 Januari 2012).

3. Petersen PE, Yamamoto T. Improving the oral health of people:the approach of the WHO Global Oral Health Programme. Community Dent Oral Epidemiol 2005; 33: 81-92.

4. John J, Mani SA, Azizah Y. Oral Health Care in the Elderly Population in Malaysia – A Review. Med J Malaysia 2004; 59: 433-39.

5. Kusdhany LS, Sundjaja Y, Sitti Fardaniah, Ismail RI. Oral health related quality of life in Indonesia middle-aged and elderly woman. Med J Indones 2011; 20: 62-5 6. Cahyati WH. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Lanjut

Usia (Studi Kasus di Panti Wreda Kota Semarang). KEMAS 2005; 1(1): 22-30. 7. Adams C, Slack-Smith LM, Larson A, O’Grady’s MJ. Edentulism and associated

factors in people 60 years and over from urban, rural and remote Western Australia. Aust Dent J 2003; 48(1): 10-4.

8. Reddy NS. Edentulism – An Epidemiological Survey of Population in Chennai, India. J Orofac Sci 2010; 2(1): 14-8.

9. Zainab S, Ismail NM, Norbanee TH, Ismail AR. Prevalence and Associated Factors of Edentulism among Elderly Muslims in Kota Bharu, Kelantan, Malaysia. JIMA 2008; 40: 143-8.

10.Zainab S, Ismail NM, Norbanee TH, Ismail AR. The prevalence of denture wearing and the impact on the oral health related quality of life among elderly in Kota Bharu,

Gambar

Tabel 2. Aspek kualitas hidup lansia edentulus yang memakai gigitiruan penuh di Kelurahan
Tabel 4. Aspek kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai gigitiruan penuh di
Tabel 6. Kualitas hidup lansia edentulus yang memakai gigitiruan penuh di Kelurahan
Tabel 8. Kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai gigitiruan penuh di
+4

Referensi

Dokumen terkait

Find as many different ways as possible to replace each star (*) with either a plus sign (+) or a minus sign (–) so that the result equals

AANWIJZING SEWA MESIN FOTO COPY DIGITAL MULTIFUNGSI KECEPATAN TINGGI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN RI JL.. KEBON SIRIH NO.14 JAKARTA UNTUK PERIODE BULAN

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pejabat Pengadaan

Alamat : Griya Gejawan Indah H.178, Balecatur, Gamping, Sleman

Kebon Sirih No.14 Jakarta Pusat melalui situs www.lpse.depkeu.go.id telah diadakan Rapat Penjelasan (Aanwijzing) dengan e-procurement Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Demikian pengumuman ini disampaikan, kepada peserta lelang yang berkeberatan atas penetapan pemenang lelang, diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis,

Pada hari ini Jumat, tanggal delapan belas bulan Oktober tahun dua ribu tiga belas, pukul 14.00 WIB bertempat di Ruang Sidang Unit Layanan Pengadaan Universitas

administrasi/manajemen, kegiatan- kegiatan pelayanan ini pada dasarnya merupakan suatu sistem dimana antara pelayanan yang satu dengan yang lain saling berhubungan