• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG

Spirulina platensis

PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN WARNA

IKAN KOMET (

Carassius auratus

)

SKRIPSI

WILDAN PANJAITAN 100302057

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG

Spirulina platensis

PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN WARNA

IKAN KOMET (

Carassius auratus

)

SKRIPSI

WILDAN PANJAITAN 100302057

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)

Nama : Wildan Panjaitan

NIM : 100302057

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Eri Yusni, M.Sc Indra Lesmana, S.Pi, M.Si Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Mengetahui :

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

(4)

ABSTRAK

WILDAN PANJAITAN. Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus). Dibimbing oleh ERI YUSNI dan INDRA LESMANA.

Ikan Komet (Carassius auratus) merupakan salah satu jenis ikan hias yang populer saat ini.Ikan komet memiliki keistimewaan tersendiri yaitu dilihat dari warnanya yang indah dan keindahan siripnya terutama sirip ekor yang memanjang. Hal inilah yang membuat ikan komet memiliki nilai daya jual yang tinggi, sehingga banyak orang yang berusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Warna merupakan nilai estetika ikan hias yang mempengaruhi nilai ekonomisnya. Oleh karena itu, warna harus ditingkatkan dan dipertahankan kualitasnya. Usaha untuk meningkatkan warna dilakukandengan pemberian sumber pigmen alami yang ditambahkan dalam pakan ikan. Sumber pigmen alami dapat diperoleh dari Spirulina platensis. Tujuan dari kajian penelitian ini ialah untuk mengetahui dosis Spirulinaplatensis yang optimal untuk meningkatkan warna Ikan Komet. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan, dengan dosis perlakuan 0%, 1%, 3%, dan 5% selama 30 hari. PemberianSpirulina platensis melalui pakan dapat meningkatkan warna pada Ikan Komet.Pemberian pakan yang diperkaya dengan Spirulina platensis dosis3% menghasilkan warna yang lebih cerah dibandingkan dengan dosis lainnya. Penambahan Spirulina pada pakan tidak berpengaruh pada pertumbuhan berat dan panjang Ikan Komet.

(5)

ABSTRACT

WILDAN PANJAITAN. Effect of Spirulina platensis Concentration in Diet to Increase Color of Comet Fish (Carrassius auratus). Supervised by ERI YUSNI and INDRA LESMANA.

Comet Fish (Carassius auratus) is a kind ornamental fish which is popular today. Comet Fish has a distinctive featuren that can be seen from the beautiful color and beuty fins especially elongated tail fin. This makes the come fish has a high selling value, so many people are trying to obtain high profits. Color is aesthetics ornamental fish that affect it economical values. Thus, the color should be upgraded and maintained its quality. Such efforts to increase color will be done by adding pigments natural resources into the feeds. Pigments natural resources can be obtained from Spirulina platensis. The purpose of this research is to know dosage Spirulina platensis that optimal to increase the color of Comet Fish. This Research using Complete Random Design (CRD) with three repetition, with the dose treatment by 0 %, 1 %, 3 %, and 5 % for up during 30 days. Provision of Spirulina platensis through the feed can increasing colors of the Comet Fish. The nutrient that enriched with Spirulina platensis dosage 3% can produce colors brighter than the other dose. Additional Spirulina in the feed has no effect on growth of Comet Fish.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rantauprapat kabupaten

Labuhanbatu pada tanggal 14 September 1992 sebagai

anak ketiga dari Empat bersaudara pasangan Tutur

Panjaitan dan Rut Nur cahaya Nasution.Pendidikan fomal

yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar

(SD) Negeri 112162 kabupaten Labuhanbatu pada tahun 1998 - 2004, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Rantau Utara kabupaten Labuhanbatu pada

tahun 2004 - 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Rantau Utara

Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2007 - 2010. Pada tahun 2010 penulis

melanjutkan pendidikan di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian

Masuk Bersama (UMB).

Selain mengikuti perkuliahan penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan

yakni Ikatan Pemuda/i Kristen Rantauprapat Medan (IPPKRM), Ikatan

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA), Pemerintahan

Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (PEMA FP USU), Unit

Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM KMK) Universitas Sumatera Utara, Youth

Fire Bless Family Ministris.

Penulis pernah melaksanakan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH) Depok, Jawa

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan

Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus).

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih

sebesar-besarnya kepada Ayahanda Tutur Panjaitan, Ibunda Yenis Suprapti Br Silaen,

Abangda Daniel Panjaitan, David Panjaitan, dan Adikku Renada Br Panjaitan,

Indah Br Panjaitan, Uzia Panjaitan Hizkia Panjaitan, serta Komunitas Sel Padang

Bulan yang telah memberikan dukungan materi, kasih sayang dan doa kepada

penulis. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih

kepada Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc dan Bapak Indra Lesmana S.Pi, M.Si selaku ketua

dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dalam pengerjaan

skripsi ini. Penulis Juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi,

M.Si selaku Ketua Jurusan, seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan. Disamping itu penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada Bapak R. Gatot Pahlawan, S.Pi, dan seluruh staf pegawai di

UPTD Budidaya, Ricky dan seluruh rekan rekan mahasiswa Fakultas Pertanian

yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan dan Perikanan.

Medan, Februari 2015

(8)
(9)

Pengukuran Panjang Ikan ... 23

Pengukuran Berat Ikan ... 24

Analisis Data ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Hasil ... 25

Warna ... 25

Pertumbuhan... 26

Kualitas Air ... 27

Pembahasan ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Kualitas Air yang Optimum dalam PemeliharaanIkan Komet ... 9

2. Kadar Protein, Vitamin-vitamin dan Mineral Spirulina platensis.. 17

3. Data Perubahan Warna Ikan Komet dari Masing-Masing

Perlakuan ... 25

4. Data Pertumbuhan Berat dan Panjang Ikan Komet dari Masing-

Masing Perlakuan ... 26

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 5

2. IkanKomet(Carassius auratus) ... 9

3. Spirulina platensis ... 16

4. Perubahan Warna Ikan Komet (Carassius auratus) ... 28

5. Perubahan Panjang Ikan Komet (Carassius auratus) ... 31

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Denah penempatan akuarium yang berisikan Ikan Komet dengan

masing-masing perlakuan... 39

2. Daftar Panelis Pengukur Warna ... 40

3. Toca Color Finder (TCF) yang dimodifikasi... 41

4. Perhitungan Statistik Warna ... 42

5. Perhitungan Statistik Panjang ... 44

6. Perhitungan Statistik Berat ... 45

7. Perubahan Warna Ikan ... 47

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan

sumber daya alam perikanan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi untuk kesejahteraan manusia dengan mengoptimalisasikan dan

memelihara produktivitas sumber daya perikanan dan kelestarian lingkungan.

Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen perikanan yang

berperan sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan suatu

output yang bernilai ekonomi masa kini maupun masa mendatang.

Indonesia merupakan negara perairan dengan potensi hasil perikanan

cukup besar, baik untuk komoditas konsumsi maupun nonkonsumsi. Salah satu

komoditas nonkonsumsi yang berpengaruh terhadap sistem perekonomian

masyarakat adalah ikan hias. Ikan hias yang dikembangkan di Indonesia

merupakan ikan hias yang berasal dari luar negeri, Masih sedikit yang

mengembangkan komoditi ikan hias asli Indonesia.

Salah satu permasalahan Indonesia yaitu rendahnya penguasaan teknologi

budidaya dan penanganan ikan hias yang baik yang menyebabkan produksi

nasional tidak dapat menghasilkan kualitas yang mampu bersaing di pasar global.

Permasalahan yang sering ditemukan oleh pembudidaya ikan hias adalah warna

dan bentuk morfologi ikan hias kurang menarik.

Keberadaan ikan hias di Indonesia tidak semuanya asli dari Indonesia,

sebagaian besar adalah ikan yang diimpor kemudian dikembangkan dan hasilnya

(14)

negeri. Ikan hias merupakan ikan untuk dilihat keindahaan akan warna dan corak

yang berbeda dari setiap jenis dan memiliki daya tarik tersendiri, serta ikan untuk

pajangan.

Ikan hias memiliki ciri khas yang tersendiri. Apabila ikan konsumsi nilai

atau harganya ditentukan dari bobot badan, kandungan nutrisi dan rasanya, nilai

ikan hias ditentukan dari penampilannya. Daya tarik ikan hias dapat diukur dari

warna yang cemerlang, bentuk dan kelengkapan fisik, perilaku, serta kondisi

kesehatan atau staminanya. Pemanfaatannya sebagai hiasan dalam dekorasi

akuarium merupakan konsumsi seni bagi penikmatnya. Warna yang cemerlang,

bentuk yang cantik, badan yang mulus, lucu, sehat dan gerakan yang lemah

lembut atau gesit merupakan sederet daya tarik ikan hias bagi penggemarnya.

Sebagian besar penggemar ikan hias percaya bahwa bentuk, warna, sifat

dan gerak-gerik tubuh ikan hias ketika berenang di kolam atau dalam akuarium

yang dekorasinya ditata dengan apik dapat menenteramkan hati, menyembuhkan

tekanan darah tinggi maupun stress (tekanan jiwa) yang disebabkan karena

berbagai hal atau masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Warna sebagai nilai estetika ikan hias akan mempengaruhi nilai

ekonomisnya, maka warna harus dapat ditingkatkan dan dipertahankan

kualitasnya. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata

pada ikan adalah menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Saat ini, sudah

banyak dibuat zat warna sintetik yang dapat ditambahkan dalam pakan tetapi

hasilnya tidak sebaik jika menggunakan sumber pigmen alami. Pembudidaya

(15)

Spirulina platensis merupakan alga hijau berfilamen yang sudah banyak

digunakan sebagai sumber pakan alami. Spirulina platensis dapat dimanfaatkan

sebagai suplemen bahan pakan, makanan dan pengobatan. Spirulina platensis

yang digunakan sebagai pakan tambahan pada ikan hias yang dapat menambah

pewarnaan ikan hias karena pigmen yang terkandung didalamnya. Hal ini

didukung dengan kandungan beta-karoten yang dimiliki oleh jenis mikro alga ini

(Utomo, 2005).

Ikan komet merupakan salah satu jenis ikan hias yang populer saat ini,

keunggulan ikan komet adalah pada warna yang terdapat pada ikan tersebut yang

bermacam-macam seperti putih, kuning, merah, atau perpaduan lain dari

warna-warna tersebut. Hal inilah yang membuat ikan komet memiliki nilai daya jual

yang tinggi, sehingga banyak orang yang berusaha memperoleh keuntungan yang

tinggi. Ikan komet juga memiliki harga yang tetap stabil di pasaran dan

permintaan pasar yang terus meningkat. Ikan komet memiliki keistimewaan

tersendiri yaitu dilihat dari keanekaragaman warna, jenis dan keindahan

sirip-siripnya.

Melihat dari pemaparan di atas, bahwa warna ikan komet akan menambah

nilai seni dan akan meningkatkan nilai jual. Spirulina platensis merupakan pakan

alami yang dapat meningkatkan kualitas warna dari ikan komet. Sejauh ini belum

diketahui dosis yang dapat meningkatkan kualitas warna dari ikan komet,

berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

”Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan Terhadap

(16)

Kegiatan penelitian ini diharapkan untuk dapat meningkatkan kualitas dari

warna ikan komet yang juga akan menambah harga dari ikan tersebut serta

nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan bagi pencinta ikan komet.

Perumusan Masalah

1. Apakah kandungan Spirulina platensis dapat memberikan pengaruh perubahan

warna pada ikan komet.

2. Pada dosis berapakah Spirulina platensis yang optimal merubah warna ikan

komet.

Kerangka Pemikiran

Nilai seni dari ikan hias adalah warna, bentuk marfologi badan dan

gerakan. Warna yang menarik adalah warna yang terang yang dapat

mempengaruhi suasana yang ada di sekitarnya. Ikan hias komet merupakan ikan

hias yang mengandalkan bentuk morfologi dan warna ikan. Warna ikan

merupakan turunan dari induk, namun warna anak bisa lebih cerah jika

dibandingkan dengan induk. Perubahan ini dapat dilakukan dengan pemberian

Spirulina platensis. Menurut Sasson (1991), pada ikan hias air tawar yang diberi

pakan Spirulina platensis dapat membuat warna ikan hias tersebut menjadi lebih

berkilau.

Secara fakta, dan menurut Sasson (1991), Spirulina platensis dapat

memberi pengaruh terhadap warna ikan, namun dosis yang optimal untuk

(17)

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut. Kerangka pemikiran

penelitian penulis ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Ikan Hias

kontrol 1% 5%

Spirulina platensis

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian 3%

Morfologi Warna

Gen Lingkungan Pakan Pigmen

Dosis

Gerakan

Peningkatan Warna

(18)

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sejauh mana kandungan pigmen Spirulina platensis dapat

memberikan pengaruh terhadap perubahan warna pada ikan komet.

2. Mengetahui dosis Spirulina platensis yang optimal untuk merubah warna ikan

komet.

Manfaat Penelitian

1. Mengembangkan teori tentang peningkatan perubahan warna ikan komet.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku budidaya ikan komet untuk

meningkatkan kualitas warna ikan.

3. Menetapkan dosis optimal Spirulina platensis untuk merubah warna ikan

komet.

Hipotesis

1. Spirulina platensis dapat meningkatkan kualitas warna ikan komet.

2. Jumlah dosis Spirulina platensis yang diberikan akan mempengaruhi

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ikan Komet (Carrasius auratus)

Ikan komet merupakan termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus

Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak

dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis

serta bentuk yang menarik. Kedudukan ikan komet di dalam sistematika (Lingga

dan Susanto, 2003) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Ostariphisysoidei

Subordo : Cyprinoidea

Famili : Cyprinidae

Genus : Carassius

Spesies : Carassius auratus

Ikan komet berasal dari Cina, dengan nama asing Goldfish. Dikalangan

pembudidaya ikan hias di dunia, ikan komet termasuk salah satu ikan hias yang

sangat populer dan banyak penggemarnya. Tubuhnya yang aneh itu sulit

digambarkan bentuknya dan oleh para peternak disebut fantastik. Ikan komet yang

dikenal sekarang dipasaran maupun dikalangan pembudidaya bukan lagi seperti

(20)

Morfologi ikan komet tidak jauh beda dengan morfologi ikan mas.

Karakteristik ikan komet masih dapat dibedakan dari karakteristik ikan mas secara

umum, meskipun jika didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab itu

diluar negeri ikan komet dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Ikan komet sangat

aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam akuarium, tidak dapat

bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta membutuhkan filtrasi yang

kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak ditemui dengan warna

putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga berumur 7 hingga 12

tahun dan panjang dapat mencapai 30 cm (Partical Fish Keeping, 2006).

Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik

dalam akuarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang

bersih. Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25%

air akuarium atau kolam tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium

atau kolam dapat diberi pasir atau kerikil, ini dapat membantu ikan komet dalam

mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan

plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun

termasuk ikan yang hidup dengan suhu rendah (15-21 0C) tetapi ikan komet juga

membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27-30 0C hal ini diperlukan saat ikan

komet akan memijah. Untuk memperoleh suhu inilah maka ketinggian air didalam

(21)

Gambar 2. Ikan Kome

Pakan

Bagi setiap makhluk hidup, makanan mempunyai peranan sangat penting

sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan

perkembangbiakan. Di negara-negara yang telah maju usaha budidaya ikannya,

makanan tidak hanya digunakan sebagai sumber energi saja tetapi digunakan juga

untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menghasilkan warna-warna indah pada

tubuh ikan sesuai dengan yang diinginkan.

Menurut Liviawaty dan Aprianto (1990), guna mempertahankan

kelangsungan hidupnya, ikan membutuhkan semua komponen makanan dalam

jumlah tertentu, seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Ikan

sangat efisien dalam mengkonsumsi protein dibandingkan dengan lemak atau

karbohidrat, baik protein hewani maupun nabati. Meskipun umumnya lebih

mahal, kualitas protein hewani relatif lebih baik dibandingkan dengan protein

(22)

Berdasarkan sumbernya, makanan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

makanan alami dan makanan buatan. Makanan alami adalah makanan yang

terbentuk secara alamiah, baik di alam maupun di lingkungan tertentu yang

sengaja disiapkan oleh manusia. Sedangkan makanan buatan adalah makanan

yang dibuat oleh manusia dengan bahan yang komposisi tertentu sesuai dengan

kebutuhan. Menurut beberapa ahli perikanan, penggunaan makanan alami

dianggap lebih menguntungkan, karena dapat menghasilkan pertumbuhan lebih

baik dibandingkan dengan penggunaan makanan buatan. Hal ini mungkin

disebabkan oleh kandungan gizi dari makanan alami yang lebih baik dan tidak

menimbulkan masalah penurunan kualitas air berupa proses pembusukan yang

sering dialami jika menggunakan makanan buatan. Adanya proses pembusukan

dari sisa makanan buatan di dasar kolam, sering mengakibatkan timbulnya gas-gas

beracun, penurunan kandungan oksigen yang larut di dalam air dan meningkatnya

serangan penyakit.

Berdasarkan fungsinya, makanan dapat dibagi menjadi tiga golongan

besar, yaitu :

1. Makanan Utama, yaitu makanan yang diberikan kepada ikan untuk

digunakan sebagai sumber energi utama bagi kebutuhan hidupnya.

2. Makanan Tambahan, yaitu makanan yang diberikan kepada ikan sebagai

sumber energi tambahan karena energi yang berasal dari makanan utama

dianggap kurang memadai.

3. Makanan Suplemen, yaitu makanan yang diberikan dengan tujuan untuk

(23)

Dosis makanan yang diberikan pada ikan jangan terlalu berlebihan agar

tidak menciptakan kondisi buruk di dalam air, terutama jika memberikan makanan

buatan. Dosis makanan yang umum diberikan dalam satu hari berkisar antara

3-5% dari berat total ikan yang dipelihara. Makanan ini tidak diberikan sekaligus,

tetapi diberikan secara bertahap. Jumlah makanan yang diberikan pada setiap

waktu makanan tergantung dari frekuensi pemberian. Artinya, jika frekuensi

pemberian makanan dilakukan empat kali sehari, maka jumlah yang diberikan

pada setiap waktu makan adalah 1/4 dari dosis yang telah ditentukan. Untuk

menghindari pemberian makanan secara berlebihan, pemberian makanan harus

dihentikan apabila 25% dari jumlah ikan yang dipelihara telah meninggalkan

tempat makannya.

Semua hewan membutuhkan waktu tertentu untuk mencerna makanan

yang ada di dalam lambungnya. Pada ikan komet, waktu yang dibutuhkan untuk

mencerna makanan dalam lambungnya berkisar antara 3-4 jam. Berdasarkan

kenyataan ini, agar makanan yang diberikan dapat dikonsumsi lebih banyak,

sebaiknya komet baru diberi makanan berikutnya setelah 3-4 jam kemudian.

Dengan demikian, frekuensi makanan dapat dilakukan sebanyak 6-8 kali dalam

sehari semalam, namun untuk mudahnya petani hanya memberikan makan 2-3

kali dalam sehari semalam.

Alternatif lain yang dianggap cukup baik adalah memberikan makanan

berupa kombinasi antara makanan buatan dan alami. Makanan buatan diberikan

pada siang hari dan makanan alami diberikan pada malam hari dengan jumlah

lebih banyak. Berdasarkan pertimbangan tertentu, beberapa petani sengaja

(24)

makanan buatan harus disesuaikan dengan lebar mulut komet. komet kecil

umumnya diberi makanan berupa larutan, semakin besar ukurannya semakin

bertambah besar pula ukuran makanan buatan yang diberikan (Liviawaty dan

Aprianto, 1990).

Pakan buatan bagi ikan hias memiliki banyak jenis dan merk dagang,

Takari merupakan salah satu diantaranya dan cukup populer dalam pemasarannya.

Takari merupakan resep istimewa yang mengandung nilai nutrisi yang cukup

untuk pertumbuhanyang sehat bagi pakan ikan. Komposisi Takari meliputi tepung

ikan, tepung udang, tepung kedelai, vitamin, mineral, pencerah warna, anti

oksidan dan lainnya. Adapun kandungan nutrisi Takari ialah protein 30%, Lemak

3%, Serat 4%, Abu 12%, Kadar Air 12%, Vitamin A, D3, E, B1, B6, B12, Niacin,

Biotin, Panthotenic, Choline dan lainnya (PT.Central Proteinaprima Tbk, 2014).

Warna pada Ikan

Warna merupakan salah satu alasan ikan hias yang diminati oleh

masyarakat. Warna menjadi indikator keindahan ikan hias, sehingga pembudidaya

perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan memberi pakan yang

mengandung pigmen warna. Peningkatan intensitas warna pada ikan dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah

faktor yang berasal dari dalam tubuh ikan yang sifatnya tetap seperti umur,

ukuran, genetik, jenis kelamin, dan kemampuan ikan dalam menyerap kandungan

nutrisi dalam pakan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari

(25)

Warna pada ikan disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofor yang

terdapat dalam dermis pada sisik, di luar maupun di bawah sisik (Subamia et al,

2010). Sel ini diklasifikasikan menjadi lima kategori warna dasar, yaitu eritriofora

yang menghasilkan warna merah dan orange, xanthofora yang menghasilkan

warna kuning, melanofora yang menghasilkan warna hitam, leukofora yang

menghasilkan warna putih, dan iridofora yang dapat memantulkan refleksi

cahaya. Ikan hanya dapat mensintesis pigmen warna hitam dan putih. Warna

merah, oranye dan kuning tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan, sehingga

pembentukan warna pada ikan hias sangat tergantung pada jumlah karotenoid

yang ada pada pakan (Lesmana dan Sugito, 1997).

Komponen utama pembentuk warna merah dan kuning pada ikan adalah

senyawa karotenoid. Hewan akuatik tidak dapat mensintesis karotenoid dalam

tubuhnya dan oleh karena itu harus mendapatkan pigmen ini dari pakan (Maulid,

2011).

Secara fisiologis ikan akan mengubah pigmen yang diperoleh dari

makanannya, sehingga menghasilkan variasi warna. Perubahan warna secara

fisiologis adalah perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan

butiran pigmen atau kromatofor (Evan, 1993). Pergerakan butiran pigmen secara

mengumpul atau tersebar di dalam sel pigmen warna, akibat dari rangsangan yang

berbeda, seperti suhu, cahaya, dan lain-lain.

Pigmentasi pada ikan dikendalikan oleh sistem saraf dan dua zat kimia

yang dihasilkan oleh saraf, yaitu (1) epinefrin (adrenalin) merupakan

neurohormon yang dikeluarkan oleh organisme ketika terkejut atau takut sehingga

(26)

tersebut kehilangan warna, (2) asetilkolin adalah zat kimia yang dikeluarkan sel

saraf menuju otot, sehingga menyebabkan melanin menyebar dan mengakibatkan

warna tubuh organisme menjadi gelap (Evan, 1993). Penyerapan karotenoid

dalam sel-sel jaringan mempengaruhi kromatofor dalam lapisan epidermis ikan.

Kromatofor yang terdapat di kulit memungkinkan ikan untuk mengubah warna.

Kandungan astaxanthin dalam karotenoid akan meningkatkan pigmen warna

merah pada eritrofor sehingga warna merah yang dihasilkan akan tampak lebih

jelas.

Biologi Spirulina platensis

Mikroalga merupakan tumbuhan air mikroskopik yang mampu bergerak

secara pasif (Parson, 1984). Mikroalga juga merupakan mikroorganisme

fotosintetik dengan morfologi sel yang bermacam-macam, baik bersel tunggal

maupun bersel banyak, berukuran kecil hidup di perairan dan dibedakan menjadi

dua golongan yakni phytoplankton dan zooplankton (Kurniawan dan Gunarto,

1999).

Mikroalga memiliki peranan yang penting dalam ekosistem perairan

sebagai sumber makanan, pelindung fisik bagi organisme perairan karena

mikroalga mengandung komposisi kimia yang potensial misalnya protein,

karbohidrat, pigmen (klorofil dan karotenoid), asam amino, lipid dan hidrokarbon

(Dwijayanti, 2005).

Spirulina plantensis berbentuk filamen yang menghasilkan berbagai

(27)

tinggi dan sangat penting dalam bioteknologi nutrisional, industri dan lingkungan

serta kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Spirulina plantensis banyak

dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada makanan, untuk pakan ikan

(Oktafiana, 2007), hal ini dikarenakan kandungan beberapa zat yang terkandung

didalamnya antara lain protein, mineral, vitamin B12, karotenoid, asam lemak

essensial seperti γ-linolenic acid (Henrikson, 1989). Bentuk Spirulina platensis

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Spirulina platensis

Spirulina platensis adalah alga hijau yang kaya protein, vitamin, mineral

dan nutrient lainnya. Dalam keadaan kering mengandung protein 55-75%. Protein

ini terdiri dari asam amino-asam amino seperti methionin, sistein dan lysin. Jika

dibandingkan dengan protein yang berasal dari telur dan susu, alga ini juga kaya

gamma-linolenic (GLA), dan juga menyediakan alpha-linolenic acid (ALA),

linolenicacid (LA), stearidonic acid (SDA), eicosapentaeonic (EPA),

(28)

terkandung di dalamnya adalah vitamin B1, B2, B3, B6, B9, B12, Vitamin C,

Vitamin D dan Vitamin E. Selain hal-hal tersebut di atas juga sebagai sumber

potasium, kalsium, krom, tembaga, besi, magnesium, manganese, fosfor,

selenium, sodium dan seng (Susanna, dkk., 2007). Perbandingan komponen kimia

antara Spirulina platensis, susu dan telur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar Protein, Vitamin-vitamin dan Mineral Spirulina platensis.

Komponen Kimia 1 butir Telur 10 g Spirulina 200 ml Susu

Protein (g) 6,6 6,6 6,4

Sumber: Umesh dan Seshagiri (1984)

Spirulina platensis menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang

mempuyai nilai ekonomi yang tinggi seperti karotenoid (Suharyanto, 2011).

Karotenoid merupakan pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan

beberapa organisme fotosintesis seperti alga dan beberapa tipe dari jamur dan

bakteri. Fungsi penting dari karotenoid diantaranya sebagai pembentuk pigmen

jingga yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan misalnya menambah

kecerahan warna pada ikan koi, kandungan karotenoid pada Spirulina platensis

juga dapat menjadi antioksidan dan dijadikan sebagai food supplement (Layam

(29)

Komposisi pigmen yang terkandung dalam Spirulina adalah phycocyanin,

clorophyll-a dan carotene. Kandungan karotene yang tersusun adalah xantophyll

37%, β-carotene (28%) dan zeaxanthin (17%) (Vonshak, 2008).

Timbulnya warna ikan secara alami disebabkan tersedianya karotenoid

dari makanan alami (Simpson et al., 1981), sedangkan sumber karotenoid bagi

ikan yang dipelihara secara artifisial berasal dari pakan buatan yang jumlahnya

sedikit. Karotenoid tidak dapat disintesa di dalam tubuh hewan sehingga harus

ditambahkan ke dalam pakan (Fuji, 1993). Ikan hias air tawar yang diberi pakan

Spirulina dapat membuat warnanya menjadi lebih berkilau atau cemerlang

(30)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september-oktober 2014, di

Pusat Informasi Balai Budidaya Ikan Hias Dinas Pertanian dan Kelautan Kota

Medan, Medan Johor. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 12 unit akuarium

ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm sebagai wadah pemeliharaan, aerator untuk

menjaga kandungan oksigen dalam media, pH meter untuk melihat kadar asam

dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui kandungan oksigen, termometer

melihat suhu, timbangan digital untuk mengukur bobot ikan, selang sifon untuk

membuang sisa metabolisma (menjaga kualitas air), serok untuk menangkap ikan,

alat tulis, kamera digital untuk dokumentasi dan lain-lain.

Sedangkan untuk mengetahui perubahan warna menggunakan alat yang

dimodifikasi. Alat ini dibuat dengan menggunakan pencampuran warna.

Perubahan warna kuning kemudian semakin meningkat. Peningkatan warna

dengan cara penambahan kontras 20% per nomor perubahan dan alat pengukur

warna ini dibuat sesuai dengan acuan TCF (Toca Color Finder).

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan komet :

ukuran ± 5 cm dengan berat ± 5 gr, air bersih, tepung Spirulina platensis, pakan

(31)

pada pakan, dan lain-lain. Rancangan anggaran biaya penelitian dapat dilihat pada

Lampiran 4.

Metode Penelitian

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang

sebanyak 3 kali ulangan, yang menjadi perlakuan dalam penelitian ini adalah :

1. Perlakuan 1 : Pemberian tepung Spirulina platensis 1%

2. Perlakuan 2 : Pemberian tepung Spirulina platensis 3%

3. Perlakuan 3 : Pemberian tepung Spirulina platensis 5%

4. Kontrol : Tanpa pemberian tepung Spirulina platensis

Bagan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dapat dilihat pada Lampiran1.

Prosedur Penelitian

1. Persiapan Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan komet yang

berukuran ± 5 cm dengan berat ± 5 g (berasal dari induk yang sama, umur yang

sama dan ukuran yang sama). Sebelum ikan dimasukan kedalam wadah uji,

terlebih dahulu ikan diadaptasi selama dua hari. Selama adaptasi ikan uji diberi

perlakukan sama seperti pemberian pakan pelet. Setelah diadaptasi ikan ditebar

sebanyak 5 ekor per akuarium/media uji. Pengamatan perubahan warna hanya

(32)

2. Persiapan Pakan

Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan buatan pelet ikan

hias dan dicampur dengan Spirulina platensis sesuai dengan perlakuan. Pakan

yang digunakan untuk kontrol tidak mengandung Spirulina, sedangkan perlakuan

1% mengandung 1 g serbuk Spirulina dalam 100 g pakan, 3 g dalam 100 g pakan

pada perlakuan 3%, dan 5 g dalam 100 g pakan untuk perlakuan 5%.

Spirulina platensis yang digunakan berupa tepung dalam bentuk kering.

Kemudian masing-masing dosis ditambahkan pada pakan buatan ikan hias.

Adapun tahapan pencampuran Spirulina platensis dalam pakan ialah tepung

Spirulina sesuai dosis terlebih dahulu dicampur dengan progol (2-3 g/kg pakan)

dalam satu wadah dan diaduk sampai merata. Kemudian, tepung Spirulina yang

telah diaduk merata dengan progol diberi air dengan dosis 150 ml/kg pakan dan

dibiarkan sampai 10 menit.

Kemudian selanjutnya, pakan Takari (PT. Central Proteinaprima) dituang ke

dalam wadah tepung Spirulina bersama progol yang telah dilarutkan dalam air.

Lalu diaduk campuran tersebut, sampai seluruh tepung Spirulina sudah lengket

merata pada pakan. Jika seluruh tepung Spirulina sudah lengket kemudian

dikering anginkan campuran tersebut sampai kering selama 30-60 menit. Jika

selama pengeringan terjadi perubahan warna dan bau maka pakan tersebut

dibuang dan harus dibuat kembali untuk menghindari pakan sudah rusak dan tidak

(33)

3. Pemeliharaan Ikan

Wadah yang digunakan adalah akuarium berjumlah 12 buah yang

berukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm. Akuarium dicuci menggunakan detergen

hingga bersih dan dikeringkan. Setelah itu, akuarium diisi dengan air sekitar 75%

dari volumenya dan diberi aerator sebagai penyuplai oksigen.

Sebelumnya ikan diadaptasikan terlebih dahulu terhadap media budidaya.

Setelah masa adaptasi selesai ikan dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan untuk

menghilangkan pengaruh sisa pakan dalam tubuh ikan. Kemudian ikan ditimbang,

difoto dan dimasukkan ke dalam akuarium.

Pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan

sebanyak dua kali sehari yakni pada jam 10.00 dan 15.00 WIB pada

masing-masing perlakuan. Jumlah pakan yang diberikan per perlakuan sama yaitu 5% dari

berat ikan, yang membedakan hanyalah perlakukannya.

Sistem kontrol air dilakukan dengan melakukan penyifonan setiap hari.

Jumlah volume air yang disifon sebanyak 10% pada wadah pemeliharaan.

Parameter kualitas air juga dilakukan untuk mengetahui kondisi air. Kualitas air

yang diukur adalah suhu, pH dan oksigen terlarut (DO). Pengukuran kualitas air

dilakukan pada setiap 10 hari sekali.

Perubahan warna ikan uji adalah perbandingan warna awal dengan

perubahan warna akhir. Perbandingan warna ini melihat dari nomor yang

(34)

Pengamatan Hasil

Pengamatan hasil dilakukan setiap 10 hari sekali dari awal penebaran

hingga akhir penelitian. Pengamatan hasil meliputi pengukuran panjang, bobot

dan warna ikan.

1. Pengukuran Warna Ikan

Pengukuran warna dilakukan setiap 10 hari sekali dengan menggunakan

alat pengukur warna yang dimodifikasi sendiri. Cara pengamatan yaitu difokuskan

pada dua warna yang mendekati pada keseluruhan permukaan tubuh. Pengamatan

terhadap intensitas warna komet menggunakan alat pengukur warna yang

dimodifikasi sendiri dan diamati oleh 5 orang panelis yang tidak memiliki

gangguan pengelihatan (buta warna dan rabun).

Pengamatan dilakukan secara visual dengan cara membandingkan warna

asli ikan pada kertas pengukur warna yang telah diberi pembobotan. Pengamatan

terhadap intensitas warna komet dilakukan dengan pemberian nilai atau

pembobotan pada kertas pengukur warna. Penilaian dimulai dari terkecil 1,2,3

hingga skor terbesar 30 dengan gradasi warna dari orange muda hingga merah

pekat. Modifikasi alat pengukur warna dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Pengukuran Panjang Ikan

Pengukuran panjang meliputi panjang total ikan dari ujung mulut sampai

ujung ekor ikan. Pengukuran panjang ikan menggunakan kertas millimeter.

(35)

Keterangan : Lm : Pertumbuhan panjang mutlak ikan (cm)

Lt : Panjang ikan pada waktu ke-t (cm)

L0 : Panjang ikan pada waktu ke-0 (cm)

3. Pengukuran Bobot Ikan

Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan digital. Pertambahan

bobot dihitung dengan rumus :

Wm = Wt – W0

Keterangan : Wm : Pertambahan bobot mutlak ikan (g)

Wt : Bobot ikan pada waktu ke-t (g)

W0 : Bobot ikan pada waktu ke-0 (g)

Analisis Data

Data peningkatan kualitas warna yang diperoleh (hasil selisih pengukuran

warna awal hingga warna akhir pada modifikasi alat pengukur warna) dianalisis

dengan analisa statistik menggunakan SPSS yang meliputi Analisis Ragam

(ANOVA) uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter.

Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan (penggunaan

tepung Spirulina platensis) akan diuji menggunakan Duncan. Selanjutnya data

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Warna

Pengamatan warna ikan Komet dilakukan setiap 10 hari. Dalam

melakukan penelitian ikan Komet mengalami perubahan warna dari masing -

masing perlakuan. Perlakuan yang diberikan yaitu K (0% dosis spirulina), P1

(dosis 1%), P2 (dosis 3%), P3 (dosis 5%). Perubahan warna Ikan yang tertinggi

terdapat pada perlakuan P2 (11,58), kemudian diikuti perlakuan P3 (10,30),

perlakuan P1 (9,28) dan perubahan warna terendah pada perlakuan K (8,05). Data

gambar perubahan warna Ikan Komet dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Data Perubahan Warna Ikan Komet dari Masing-Masing Perlakuan

Pada gambar dapat dilihat banyaknya dosis Spirulina tidak menjadikan

kecerahan warna pada ikan Komet menjadi semakin baik. Nilai dosis Spirulina

(37)

terletak pada perlakuan P2 yaitu menggunakan dosis Spirulina 3%. Hasil

pengamatan warna dari masing - masing panelis dapat dilihat pada table 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Warna Ikan Komet Selama Penelitian

Perlakuan Panelis Pengamatan (Hari Ke-)

1 10 20 30

Keterangan : Nilai didapat melalui pengamatan dengan penyesuaian warna dengan alat modifikasi.

Dari hasil rata-rata nilai pengamatan warna ikan Komet oleh panelis pada

table diatas menunjukkan perubahan warna terjadi oleh karena pemberian

Spirulina. Data hasil panelis menujukkan bahwa perubahan warna terbaik terdapat

pada perlakuan P2 yaitu pemberian Spirulina sebanyak 3%. Ini terlihat dari

perubahan warna hingga 4 tingkat nilai warna dari alat modifikasi, kemudian

diikuti P3 sebanyak 5% dengan perubahan warna 3 tingkat, selanjutnya P1

sebanyak 1% dengan 2 tingkat. Pada perlakuan kontrol terdapat perubahan yang

(38)

Pertumbuhan Berat

Pada proses pertumbuhan, ikan Komet juga mengalami perubahan yaitu

berat dan panjang. Pertumbuhan berat terbaik ikan Komet selama penelitian

terdapat pada perlakuan P2 (7,26 g), kemudian diikuti perlakuan P3 (6,07 g),

perlakuan P1 (5,78 g) dan berat terendah ikan Komet adalah perlakuan K (5,45 g).

Data pertumbuhan berat dari masing – masing perlakuan dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 5. Data Pertumbuhan Berat Ikan Komet dari Masing-Masing Perlakuan

Pertumbuhan berat ikan Komet terlihat pada gambar menunjukkan bahwa

peningkatan berat ikan Komet secara umum yaitu pada hari hari pertengahan.

Peningkatan Berat tubuh dari 10 hari mulai meningkat kemudian dari rentang hari

20 sampai hari 30 mulai semakin terlihat peningkatan secara signifikan dari

masing – masing perlakuan. Nilai peningkatan berat ikan Komet yang paling baik

(39)

Tabel 4. Rata-rata dan Standar Deviasi Terhadap berat Ikan Komet

Perlakuan Hari Pengamatan

10 20 30

K 3,74 ± 0,57a 4,29 ± 0,79a 5,45 ± 0,73a P1 4,20 ± 1,03a 4,84 ± 1,35a 5,78 ± 0,88a P2 4,96 ± 1,41b 5,07 ± 2,12a 7,26 ± 1,67b P3 4,04 ± 0,62a 4,84 ± 0,96a 6,07 ± 0,85a Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama

tidak berbeda nyata

Pertumbuhan Panjang

Selama proses pemeliharaan, ikan Komet juga mengalami perubahan

ukuran panjang. Pertumbuhan panjang terbaik ikan Komet selama penelitian

terdapat pada perlakuan P2 dengan dosis Spirulina 3% (7,65 cm), kemudian diikuti

perlakuan P3 dosis 5% (7,52 cm), perlakuan P1 1% (7,20 cm) serta perlakuan

Kontrol tanpa pemberian Spirulina (6,61 g). Data pertumbuhan panjang dari

masing – masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Data Pertumbuhan Panjang Ikan Komet dari Masing-Masing Perlakuan

(40)

Pada gambar terlihat Pertumbuhan panjang ikan Komet menunjukkan

bahwa peningkatan panjang ikan Komet secara umum cukup seimbang. Ini

terlihat dari perbandingan antara perlakuan yang mendapat tambahan dosis

Spirulina tidak berbeda jauh. Hasil rata-rata dan standar deviasi dapat dilihat pada

table 5.

Tabel 5. Rata-rata dan Standar Deviasi Terhadap Panjang Ikan Komet

Perlakuan Hari Pengamatan

10 20 30

K 5,96 ± 0,47a 6,36 ± 0,50a 6,61 ± 0,58a P1 6,26 ± 0,63a 6,83 ± 0,89a 7,20 ± 0,87b P2 6,47 ± 0,75b 6,88 ± 1,14a 7,65 ± 0,69b P3 6,36 ± 0,47a 6,88 ± 0,49a 7,52 ± 0,48b Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama

tidak berbeda nyata

Kualitas Air

Pertumbuhan dan Kelangsungan hidup ikan Komet sangat dipengaruhi

oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selama melakukan penelitian

adalah suhu, DO dan pH. Kondisi kualitas air dijaga dalam batas kelayakan untuk

pemeliharaan ikan Komet. Data kualitas air yang didapat selama penelitian dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data Kualitas Air Selama Penelitian

Parameter K P1 P2 P3

Suhu (0C) 26,5-27,8 26,9-27,4 26,2-28,3 26,2-28,2

DO (mg/L) 6,1-7,3 6,6-7,4 6,3-7,1 6,9-7,8

(41)

Pembahasan

Selama proses penelitian berlangsung hasil pengamatan menunjukkan

terjadi perubahan warna Ikan pada masing – masing perlakuan. Perubahan warna

Ikan yang tertinggi terjadi pada perlakuan P2 (dosis 3%), kemudian diikuti

perlakuan P3 (dosis 5%), P1 (dosis 1%) dan yang terendah K (kontrol). Pada

pengamatan Simpson (1981), menyimpulkan timbulnya warna ikan secara alami

disebabkan tersedianya karotenoid dari makanan. Sehingga terjadinya perubahan

warna Ikan Komet akibat dari penambahan tepung Spirulina pada pakan¸ karena

Spirulina mengandung karotenoid yang dapat meningkatkan warna pada ikan.

Hasil dari penelitian (Gambar 4) memperlihatkan bahwa perlakuan P2

memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan perlakuan P1 dan P3 pada

warna ikan. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan P2 (dosis 3%) sudah

mencukupi kebutuhan Ikan Komet akan karotenoid yang ada dalam Spirulina.

Perubahan warna Ikan setiap pengamatan disajikan pada Lampiran 7.

Selama penelitian berlangsung perubahan warna paling baik dan efektif

meningkatkan pigmen cerah dalam tubuh Ikan Komet adalah pada pemberian

dosis spirulina pada perlakuan P2, dengan nilai 11,58 dan paling rendah pada

perlakuan K (kontrol) dengan nilai 8,05. Pada hari ke-10, rata – rata ikan uji

mengalami perubahan ke arah yang lebih cerah dan meningkat pada hari ke-20.

Sesuai dengan hasil pengamatan Fitriyati (2006), bahwa dengan mencampurkan

Spirulina ke dalam makanan ikan koi selama 14 hari, akan terlihat adanya

peningkatan warna. Demikian juga pada Ikan Komet, pada hari ke-10 sampai hari

ke-14 mulai terjadi adanya perubahan warna, dikarenakan adanya peningkatan

(42)

Menurut Mara diacu oleh Barus (2014), terbentuknya warna dalam tubuh

ikan dikarenakan oleh karotenoid yang larut dalam lemak akan dicerna pada

bagian usus oleh enzim lipase pankreatik dan garam empedu. Enzim lipase

pankreatik akan menghidrolisis trigliserid menjadi monogliserid dan asam lemak.

Garam empedu berfungsi sebagai pengemulsi lemak sehingga terbentuk partikel

lemak berukuran kecil yang disebut micelle yang mengandung asam lemak,

monogliserid dan kolesterol. Karoteniod dalam sitoplasma sel mukosa usus halus

dipecah menjadi retinol kemudian diserap oleh dinding usus bersamaan dengan

diserapnya asam lemak secara difusi pasif dan digabungkan dengan micelle

kemudian berkumpul membentuk gelembung lalu diserap melalui saluran

limfatik. Selanjutnya micelle bersama dengan retinol masuk ke saluran darah dan

ditransportasikan menuju ke hati, di hati retinol bergabung dengan asam palmitat

dan disimpan dalam bentuk retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh,

karotenoid ditransfer ke protein lain, untuk diangkut ke sel-sel jaringan. Sehingga

dengan demikian karotenoid dapat terserap dalam tubuh.

Ikan akan mengikat dan mengubah pigmen-pigmen yang diperoleh dari

makanannya. Pergerakan butiran pigmen secara mengumpul atau tersebar di

dalam sel pigmen warna, akibat dari rangsangan yang berbeda, seperti suhu,

cahaya, dan lain-lain. Ini sesuai dengan pernyataan Evan (1993), bahwa

perubahan warna secara fisiologis yaitu adalah perubahan warna yang diakibatkan

oleh aktivitas pergerakan butiran pigmen atau kromatofor.

Selama proses penelitian dapat dikatakan bahwa dengan penambahan

(43)

karotenoid dalam tepung Spirulina dapat meningkatkan jumlah sel kromatofor

pada ikan. Sel kromatofor adalah sel pigmen memiliki bentuk yang bulat dan

terletak menyebar di seluruh lapisan sel epidermis kulit ikan. Butiran pigmen yang

tersebar di dalam sel menyebabkan sel menyerap sinar dengan sempurna sehingga

terjadi peningkatan warna sisik yang menyebabkan warna sisik pada ikan menjadi

lebih terang dan jelas.

Dalam penelitian, hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian pakan

dengan penambahan tepung Spirulina yang berbeda memberikan pengaruh yang

sangat nyata terhadap peningkatan warna Komet (p > 0,05). Hasil uji lanjut

menunjukkan perlakuan P2 (dosis 3%) tepung Spirulina memberikan respon

paling baik terhadap perubahan warna tubuh Komet dibandingkan dengan

perlakuan lainnya. Menurut Satyani diacu oleh Barus (2014), bahwa penambahan

karoten ke dalam pakan memiliki batas maksimal artinya jika karoten

ditambahkan ke dalam pakan dalam jumlah berlebih, pada titik tertentu tidak akan

memberikan perubahan warna yang lebih baik bahkan mungkin menurunkan nilai

warna.

Pakan tambahan pada ikan Komet seperti Spirulina ini bertujuan untuk

menghasilkan ikan agar mempunyai penampilan fisik yang menarik terutama

warnanya menjadi lebih cerah. Sedangkan pengukuran panjang dan berat tubuh

ikan dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian Spirulina yang berbeda

terhadap pertumbuhan ikan tersebut.

Dari hasil analisis data, pertumbuhan panjang dan berat Ikan Komet tidak

berbeda nyata untuk setiap perlakuan (p > 0,05). Sehingga Penambahan

(44)

terhadap pertumbuhan panjang dan berat ikan komet. Menurut Prayogo dkk.

(2012), bahwa ikan hias yang diberi pakan sumber karoten diduga lebih

memanfaatkan zat warna tersebut untuk meningkatkan warna tubuhnya.

Pertumbuhan perubahan parameter panjang dan berat tersebut berbanding

lurus, semakin besar panjang tubuh maka semakin bertambah pula berat tubuh

(Gambar 5 dan 6). Hasil perubahan panjang selama pengamatan setiap perlakuan

berkisar antara 0,6 – 1,52 cm, sementara untuk perubahan berat ikan selama

pengamatan didapatkan hasil berkisar 1,2 – 2,26 gram untuk setiap perlakuan.

Pertumbuhan Ikan Komet terbaik terdapat pada perlakuan P2 (dosis 3%). Hal ini

terlihat dari pertumbuhan panjang dan berat mutlak yang mencapai angka

tertinggi yaitu 1,18 cm dan 2,26 gram.

Dalam kegiatan pemeliharaan ikan parameter kualitas air penting untuk

diperhatikan agar pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan komet berjalan baik.

Parameter fisika – kimia air (suhu, DO, dan pH) merupakan indikator yang

diamati dalam penelitian ini. Suhu air pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan

relatif stabil pada kisaran suhu 26,2 – 28,2 0C. Suhu ini sesuai dengan kisaran

suhu optimum bagi kelangsungan hidup ikan hias menurut Lesmana (2007) yakni

23 – 29 0C.

Oksigen terlarut (DO) merupakan unsur penting dalam proses

metabolisme. Nilai oksigen terlarut selama penelitian yang diperoleh ialah 6,1 –

7,8 mg/L. Menurut Boyd (1979), nilai oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan

dan pertumbuhan ikan adalah >3 mg/L. Sehingga oksigen terlarut pada media

(45)

Kandungan nilai pH juga merupakan unsur penting dalam kelangsungan

hidup ikan uji. Kisaran pH yang diukur pada wadah pemeliharaan setiap

perlakuan berkisar antara 6,9 – 7,6. Menurut Lesmana (2007), bahwa pH yang

optimal pada pemeliharaan Ikan Komet berkisar antara 6,5 – 8,0. Sehingga pH

pada wadah pemeliharaan tidak akan mempengaruhi pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan, sehingga kondisi pH dalam media uji mendukung

dalam proses penelitian.

Secara keseluruhan pengamatan parameter Kualitas air yang mencakup

suhu, DO, serta pH dinilai baik dan layak untuk pemeliharaan ikan Komet

sehingga tidak akan memicu stress pada ikan. Karena menurut Evan (1993),

bahwa ketika ikan terkejut atau stres, akan menyebabkan butiran pigmen

berkumpul di tengah sel dan menyebabkan ikan tersebut kehilangan warna. Hal

ini sesuai juga dengan pernyataan Menurut Antono (2010), bahwa stress pada ikan

hias pada umumnya akan berdampak negatif pada warnanya. Sehingga dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa yang mempengaruhi perubahan warna ikan

Komet pada penelitian ini adalah dari pakan yang diberikan. Dokumentasi

kegiatan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 8.

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa :

1. Tepung Spirulina platensis yang ditambahkan pada pakan dapat merubah

warna dan mempengaruhi pertumbuhan ikan Komet (Carassius auratus).

2. Tepung Spirulina platensis yang ditambahkan pada pakan dengan dosis 3%

menghasilkan tingkat perubahan warna yang lebih baik dan lebih efektif

dibandingkan dengan dosis 1% atau 5% pada ikan Komet (Carassius

auratus).

Saran

1. Dalam meningkatkan kualitas warna pada ikan Komet sebaiknya pakan

dicampur dengan tepung Spirulina platensis dengan dosis 3%.

2. Dalam menjaga kelangsungan hidup ikan Komet perlunya pengontrolan

kualitas air dan seluruh media yang digunakan yang meliputi pencegahan

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Barus, R.S. 2014. Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus).[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Boyd, C.E., 1979. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Craft Master Printers Inc, Alabama.

Dwijayanti, Y. 2005. Pengaruh Penggunaan Tepung Alga Spirulina dalam Pakan Buatan Terhadap Perubahan Warna Ikan Botia (Botia Machracantus Bleeker). Skripsi. Jurusan Perikanan Universitas Padjajaran. Tidak Dipublikasi.

Effendie, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.

Evan, D. H. 1993. The Physiology of Fishes. CCR Press. London.

Fuji, R. 1993. Coloration and Chromatophore. p:536-561. In: D. H. Evans (Ed.). The Physiology of Fish, Vol. 17. CRC Press. Inc., United States, America.

Fitriyati, N., Carman, O., dan Utomo, N.B.P. 2006. Pengaruh Penambahan

Spirulina platensis dengan Kadar Berbeda pada Pakan Terhadap Tingkat

Intensitas Warna Merah pada Ikan Koi Kohaku (Cyprinus carpio L.). Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(1) : 1-4.

Henrikson, R.1989. Earth Food Spirullina. Ronore Enterprises Inc. 180p.California

Indarti, S., Muhaemin, M.., dan Hudaidah, S., 2012. Modified Toca Colour Finder (M-TCF) dan Kromatofor sebagai Penduga Tingkat Kecerahan Warna Ikan Komet (Carassius auratus auratus) yang Diberi Pakan dengan Proporsi Tepung Kepala Udang (TKU) yang Berbeda. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, 1(1) : 9-16.

Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogyakarta.

Kurniawan, H. dan Gunarto, L. 1999. Aspek Industri Sistem Kultivasi Sel Mikroalga Imobil. Buletin Agro Bio. BPBTP. Bogor.

(48)

Lesmana, D.S. 2007. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Panebar Swadaya. Jakarta.

Lesmana, D.S. dan Satyani, D. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lesmana, D.S. dan Sugito, S. 1997. Astaxanthin sebagai Suplemen Pakan untuk Peningkatan Warna Ikan Hias. Warta Penelitian Perikanan Indonesia 3 (1): hlm 6-8.

Lingga, P. dan Susanto, H. 1999. Ikan Hias Air Tawar, Penebar Swadaya. Jakarta.

Liviawaty, E. dan Aprianto, E. 1991. Budidaya Komet dan Pemasarannya. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Maulid, M.A. 2011. Penambahan Karotenoid Total dari Bakteri Fotosintetik Anoksigenik pada pakan untuk Perbaikan Penampilan Ikan Pelangi Meran (Glossolepis insicus) Jantan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran.

Mara, K. I. 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Udang dalam Pakan Buatan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Rainbow Merah (Glossolepis incises). [Skripsi]. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Oktafiana, D.J. 2007. Pemanfaatan Blotong Kering Sebagai Pupuk untuk Pertumbuhan Populasi Spirullina platensis. Skiripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. 49 hal.

Parson, T.R. 1984. Biological Oceanographic Processes. Oxford:Pergamon Press.

Prayogo, H.H., Rostika, R., dan Nurruhwaty, I. 2012. Pengkayaan Pakan yang Mengandung Maggot dengan Tepung Kepala Udang sebagai Sumber Karotenoid Terhadap Penampilan Warna dan Pertumbuhan Benih Rainbow Kurumoi (Melanotaenia parva). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3(3) : 201-205.

Sasson, A. 1991. Culture of Microalgae in Achievement and Evaluation. United Nation Educational, Scientific and Cultural Organitation (UNESCO) Place de Pontenry, Paris. France. 104p.

(49)

Simpson, K. L., Katayama, T. and Chichester, C.O. 1981. Carotenoid in Fish Feed. p:102-103. In: Carotenoid as Colorants and Vitamin A Precursors. Academic Press, Publishers, New York- San Francisco.

Subamia, I.W., Nina, M. dan Karunia, L. 2010. Peningkatan Kualitas Warna Ikan Rainbow Merah (Glossolepis insicus) Melalui Pengkayaan Sumber Karotenoid Tepung Kepala Udang dalam Pakan. Jurnal Iktiologi Indonesia. Balai Riset Ikan Hias, Depok.

Suharyanto. 2011. Spirullina platensis.

201112977-Spirullina-sp-sebagai pakan-alami.html. i1 1 hal. (Diakses pada 18 Januari 2014).

Susanna, D., Zakianis., Hermawati, E. dan Adi, H.K. 2007. Pemanfaatan Spirulina Platensis Sebagai Suplemen Protein Sel Tunggal (PST) Mencit (Mus Musculus). Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2007: 44-49

Umesh, B.V. and Seshagiri, S. 1984. Phycotechnology Spirulina as Feed and Food. Monograph Series on Engineering Photosynthetic Systems. 17,38 p.

Utomo. 2005. Spirullina platensis Sebagai Peningkatan Warna Ikan Hias. Buletin Agro Bio. BPBTP. Bogor.

(50)

Lampiran 1. Denah penempatan akuarium yang berisikan Ikan Komet

dengan masing-masing perlakuan

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Keterangan :

K : Tanpa pemberian Spirulina platensis (kontrol)

P1 : Pemberian tepung Spirulina platensis 1%

P2 : Pemberian tepung Spirulina platensis 3%

P3 : Pemberian tepung Spirulina platensis 5% P1U1

P1U2

K P1U3

K

P2U1

P2U2

P3U3

K

P3U3 P3U1

(51)

Lampiran 2. Daftar Nama Panelis Dalam Pengukuran Warna

No. Nama Keterangan

1. Heri Teknisi Balai

2. Albuchori Teknisi Balai

3. Robert Teknisi Balai

4. Evan Hulu Mahasiswa Universitas Sumatera Utara 5. Zefri Ade Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Keterangan :

Pengukuran warna ikan uji diamati oleh 5 orang panelis yang tidak memiliki

(52)

Lampiran 2. Toca Color Finder (TCF) yang Dimodifikasi

Keterangan :

Alat pengukur warna ini dimodifikasi menggunakan penambahan kontras 20%

pada seluruh komponen warna. Perubahan warna pada ikan dilihat dengan

(53)

Lampiran 3. Hasil Pengamatan Warna Ikan Komet Selama Penelitian

Nilai didapat melalui pengamatan dengan penyesuaian warna dengan alat

(54)

Lampiran 3. Analisis Ragam Warna Ikan Komet Selama masa Pemeliharaan

Deviation ,18822 ,21996 ,21996

1

Mean 7,6533 8,4267 9,2800

N 15 15 15

Std.

Deviation ,30675 ,40614 ,44593

3

Mean 8,3200 9,7600 11,5867

N 15 15 15

Std.

Deviation ,37645 ,58652 ,85010

5

Mean 8,0133 9,2000 10,3067

N 15 15 15

Std.

Deviation ,31593 ,36253 ,24919

Total

Mean 7,8567 8,7833 9,8067

N 60 60 60

Std.

Deviation ,45113 ,86928 1,40216

Analisis ANOVA Warna Ikan Komet Selama 30 Hari

Perlakuan Df Hari Pengamatan

Sig dari F 10 Sig dari F 20 Sig dari F 30

Spirulina 3 2,271 11,647** 33,850**

(S x Spirulina) 56 0,093 0,172 0,258

Total 59

(55)
(56)

Lampiran 4. Analisis Ragam Berat Ikan Komet Selama Masa Pemeliharaan

Deviation ,57801 ,79144 ,73179

1 Mean 4,2000 4,8400 5,7800

N 15 15 15

Std.

Deviation 1,03992 1,35794 ,88576

3 Mean 4,9667 5,0733 7.2667

N 15 15 15

Std.

Deviation 1,41909 2,12350 1,67702

5 Mean 4,0467 4,8467 6,0733

N 15 15 15

Std.

Deviation ,62777 ,96649 ,85228

Total Mean 4,2400 4,7633 6,1433

N 60 60 60

Std.

Deviation 1,05512 1,40060 1,27656

Analisis ANOVA Berat Ikan Komet Selama 30 Hari

Perlakuan Df Hari Pengamatan

Sig dari F 10 Sig dari F 20 Sig dari F 30

Spirulina 3 4,052 1,649 9,374

(S x Spirulina) 56 0,956 1,978 1,215

Total 59

(57)
(58)

Lampiran 5. Analisis Ragam Panjang Ikan Komet Selama Masa

Deviation ,47006 ,50662 ,58048

1 Mean 6,2600 6,8333 7,2667

N 15 15 15

Std.

Deviation ,72091 ,76873 ,87885

3 Mean 6,4733 6,8800 7,6533

N 15 15 15

Std.

Deviation ,75826 1,14842 ,69165

5 Mean 6,3667 6,8867 7,5200

N 15 15 15

Std.

Deviation ,47759 ,49981 ,48580

Total Mean 6,2667 6,7417 7,2633

N 60 60 60

Std.

Deviation ,63451 ,78832 ,77174

Analisis ANOVA Panjang Ikan Komet Selama 30 Hari

Perlakuan Df Hari Pengamatan

Sig dari F 10 Sig dari F 20 Sig dari F 30

Spirulina 3 0,714 0,946 3,202

(S x Spirulina) 56 0,386 0,604 0,456

Total 59

(59)
(60)

LAMPIRAN

Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

1. Bak Tandon 2. PakanRusak

3. Aklimatisasi 4. Media Pemeliharaan

(61)

Lampiran 8. (Lanjutan)

7. Pengukuran Kualitas Air 8. Perbandingan wana

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2. Ikan Komet (http://www.zonaikan.com oleh Dian, 2014)
Gambar 3. Spirulina platensis (http://www.holistikhealth.com oleh Agung, 2014)
Tabel 2. Kadar Protein, Vitamin-vitamin dan Mineral Spirulina platensis.
+6

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel ( Dauscus carota) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki ( Carassius auratus )

Untuk meningkatkan kecerahan warna pada ikan hias dapat dilakukan dengan memberikan pakan yang mengandung zat warna atau karotenoid (Lesmana, 2002 dalam Solichin,

Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina Platensis Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Lobster Air Tawar Huna Merah Cherax Quadricarinatus Jurnal Perikanan Dan Kelautan.. Agar

Sejauh ini belum diketahui dosis yang dapat meningkatkan kualitas warna dari ikan Maskoki, berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tepung wortel dalam meningkatkan perubahan warna pada ikan maskoki dan mengetahui dosis tepung wortel yang

Tepung spirulina memberikan pengaruh terhadap peningkatan intensitas warna pada ikan mas koki, dikarenakan spirulina mengandung karotenoid yang dapat meningkatkan

Butiran pigmen yang tersebar di dalam sel menyebabkan sel menyerap sinar dengan sempurna sehingga terjadi peningkatan warna sisik yang menyebabkan warna sisik

Efektivitas Penambahan Tepung Buah Karamunting ( Rhodomyrtus tomentosa ) Kedalam Pakan Komersil Terhadap Performa Kecerahan Warna Ikan Komet (Carassius