TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Ikan Komet (Carrasius auratus)
Ikan komet merupakan termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus
Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak
dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis
serta bentuk yang menarik. Kedudukan ikan komet di dalam sistematika (Lingga
dan Susanto, 2003) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariphisysoidei
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus
Ikan komet berasal dari Cina, dengan nama asing Goldfish. Dikalangan
pembudidaya ikan hias di dunia, ikan komet termasuk salah satu ikan hias yang
sangat populer dan banyak penggemarnya. Tubuhnya yang aneh itu sulit
digambarkan bentuknya dan oleh para peternak disebut fantastik. Ikan komet yang
dikenal sekarang dipasaran maupun dikalangan pembudidaya bukan lagi seperti
Morfologi ikan komet tidak jauh beda dengan morfologi ikan mas.
Karakteristik ikan komet masih dapat dibedakan dari karakteristik ikan mas secara
umum, meskipun jika didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab itu
diluar negeri ikan komet dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Ikan komet sangat
aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam akuarium, tidak dapat
bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta membutuhkan filtrasi yang
kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak ditemui dengan warna
putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga berumur 7 hingga 12
tahun dan panjang dapat mencapai 30 cm (Partical Fish Keeping, 2006).
Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik
dalam akuarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang
bersih. Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25%
air akuarium atau kolam tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium
atau kolam dapat diberi pasir atau kerikil, ini dapat membantu ikan komet dalam
mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan
plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun
termasuk ikan yang hidup dengan suhu rendah (15-21 0C) tetapi ikan komet juga
membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27-30 0C hal ini diperlukan saat ikan
komet akan memijah. Untuk memperoleh suhu inilah maka ketinggian air didalam
Gambar 2. Ikan Kome
Pakan
Bagi setiap makhluk hidup, makanan mempunyai peranan sangat penting
sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan
perkembangbiakan. Di negara-negara yang telah maju usaha budidaya ikannya,
makanan tidak hanya digunakan sebagai sumber energi saja tetapi digunakan juga
untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menghasilkan warna-warna indah pada
tubuh ikan sesuai dengan yang diinginkan.
Menurut Liviawaty dan Aprianto (1990), guna mempertahankan
kelangsungan hidupnya, ikan membutuhkan semua komponen makanan dalam
jumlah tertentu, seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Ikan
sangat efisien dalam mengkonsumsi protein dibandingkan dengan lemak atau
karbohidrat, baik protein hewani maupun nabati. Meskipun umumnya lebih
mahal, kualitas protein hewani relatif lebih baik dibandingkan dengan protein
Berdasarkan sumbernya, makanan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
makanan alami dan makanan buatan. Makanan alami adalah makanan yang
terbentuk secara alamiah, baik di alam maupun di lingkungan tertentu yang
sengaja disiapkan oleh manusia. Sedangkan makanan buatan adalah makanan
yang dibuat oleh manusia dengan bahan yang komposisi tertentu sesuai dengan
kebutuhan. Menurut beberapa ahli perikanan, penggunaan makanan alami
dianggap lebih menguntungkan, karena dapat menghasilkan pertumbuhan lebih
baik dibandingkan dengan penggunaan makanan buatan. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kandungan gizi dari makanan alami yang lebih baik dan tidak
menimbulkan masalah penurunan kualitas air berupa proses pembusukan yang
sering dialami jika menggunakan makanan buatan. Adanya proses pembusukan
dari sisa makanan buatan di dasar kolam, sering mengakibatkan timbulnya gas-gas
beracun, penurunan kandungan oksigen yang larut di dalam air dan meningkatnya
serangan penyakit.
Berdasarkan fungsinya, makanan dapat dibagi menjadi tiga golongan
besar, yaitu :
1. Makanan Utama, yaitu makanan yang diberikan kepada ikan untuk
digunakan sebagai sumber energi utama bagi kebutuhan hidupnya.
2. Makanan Tambahan, yaitu makanan yang diberikan kepada ikan sebagai
sumber energi tambahan karena energi yang berasal dari makanan utama
dianggap kurang memadai.
3. Makanan Suplemen, yaitu makanan yang diberikan dengan tujuan untuk
melengkapi unsur-unsur tertentu yang mungkin tidak diperoleh dari
Dosis makanan yang diberikan pada ikan jangan terlalu berlebihan agar
tidak menciptakan kondisi buruk di dalam air, terutama jika memberikan makanan
buatan. Dosis makanan yang umum diberikan dalam satu hari berkisar antara
3-5% dari berat total ikan yang dipelihara. Makanan ini tidak diberikan sekaligus,
tetapi diberikan secara bertahap. Jumlah makanan yang diberikan pada setiap
waktu makanan tergantung dari frekuensi pemberian. Artinya, jika frekuensi
pemberian makanan dilakukan empat kali sehari, maka jumlah yang diberikan
pada setiap waktu makan adalah 1/4 dari dosis yang telah ditentukan. Untuk
menghindari pemberian makanan secara berlebihan, pemberian makanan harus
dihentikan apabila 25% dari jumlah ikan yang dipelihara telah meninggalkan
tempat makannya.
Semua hewan membutuhkan waktu tertentu untuk mencerna makanan
yang ada di dalam lambungnya. Pada ikan komet, waktu yang dibutuhkan untuk
mencerna makanan dalam lambungnya berkisar antara 3-4 jam. Berdasarkan
kenyataan ini, agar makanan yang diberikan dapat dikonsumsi lebih banyak,
sebaiknya komet baru diberi makanan berikutnya setelah 3-4 jam kemudian.
Dengan demikian, frekuensi makanan dapat dilakukan sebanyak 6-8 kali dalam
sehari semalam, namun untuk mudahnya petani hanya memberikan makan 2-3
kali dalam sehari semalam.
Alternatif lain yang dianggap cukup baik adalah memberikan makanan
berupa kombinasi antara makanan buatan dan alami. Makanan buatan diberikan
pada siang hari dan makanan alami diberikan pada malam hari dengan jumlah
lebih banyak. Berdasarkan pertimbangan tertentu, beberapa petani sengaja
makanan buatan harus disesuaikan dengan lebar mulut komet. komet kecil
umumnya diberi makanan berupa larutan, semakin besar ukurannya semakin
bertambah besar pula ukuran makanan buatan yang diberikan (Liviawaty dan
Aprianto, 1990).
Pakan buatan bagi ikan hias memiliki banyak jenis dan merk dagang,
Takari merupakan salah satu diantaranya dan cukup populer dalam pemasarannya.
Takari merupakan resep istimewa yang mengandung nilai nutrisi yang cukup
untuk pertumbuhanyang sehat bagi pakan ikan. Komposisi Takari meliputi tepung
ikan, tepung udang, tepung kedelai, vitamin, mineral, pencerah warna, anti
oksidan dan lainnya. Adapun kandungan nutrisi Takari ialah protein 30%, Lemak
3%, Serat 4%, Abu 12%, Kadar Air 12%, Vitamin A, D3, E, B1, B6, B12, Niacin,
Biotin, Panthotenic, Choline dan lainnya (PT.Central Proteinaprima Tbk, 2014).
Warna pada Ikan
Warna merupakan salah satu alasan ikan hias yang diminati oleh
masyarakat. Warna menjadi indikator keindahan ikan hias, sehingga pembudidaya
perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan memberi pakan yang
mengandung pigmen warna. Peningkatan intensitas warna pada ikan dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam tubuh ikan yang sifatnya tetap seperti umur,
ukuran, genetik, jenis kelamin, dan kemampuan ikan dalam menyerap kandungan
nutrisi dalam pakan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari
luar tubuh ikan yaitu kualitas air, cahaya dan pakan yang mengandung gizi tinggi
Warna pada ikan disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofor yang
terdapat dalam dermis pada sisik, di luar maupun di bawah sisik (Subamia et al,
2010). Sel ini diklasifikasikan menjadi lima kategori warna dasar, yaitu eritriofora
yang menghasilkan warna merah dan orange, xanthofora yang menghasilkan
warna kuning, melanofora yang menghasilkan warna hitam, leukofora yang
menghasilkan warna putih, dan iridofora yang dapat memantulkan refleksi
cahaya. Ikan hanya dapat mensintesis pigmen warna hitam dan putih. Warna
merah, oranye dan kuning tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan, sehingga
pembentukan warna pada ikan hias sangat tergantung pada jumlah karotenoid
yang ada pada pakan (Lesmana dan Sugito, 1997).
Komponen utama pembentuk warna merah dan kuning pada ikan adalah
senyawa karotenoid. Hewan akuatik tidak dapat mensintesis karotenoid dalam
tubuhnya dan oleh karena itu harus mendapatkan pigmen ini dari pakan (Maulid,
2011).
Secara fisiologis ikan akan mengubah pigmen yang diperoleh dari
makanannya, sehingga menghasilkan variasi warna. Perubahan warna secara
fisiologis adalah perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan
butiran pigmen atau kromatofor (Evan, 1993). Pergerakan butiran pigmen secara
mengumpul atau tersebar di dalam sel pigmen warna, akibat dari rangsangan yang
berbeda, seperti suhu, cahaya, dan lain-lain.
Pigmentasi pada ikan dikendalikan oleh sistem saraf dan dua zat kimia
yang dihasilkan oleh saraf, yaitu (1) epinefrin (adrenalin) merupakan
neurohormon yang dikeluarkan oleh organisme ketika terkejut atau takut sehingga
tersebut kehilangan warna, (2) asetilkolin adalah zat kimia yang dikeluarkan sel
saraf menuju otot, sehingga menyebabkan melanin menyebar dan mengakibatkan
warna tubuh organisme menjadi gelap (Evan, 1993). Penyerapan karotenoid
dalam sel-sel jaringan mempengaruhi kromatofor dalam lapisan epidermis ikan.
Kromatofor yang terdapat di kulit memungkinkan ikan untuk mengubah warna.
Kandungan astaxanthin dalam karotenoid akan meningkatkan pigmen warna
merah pada eritrofor sehingga warna merah yang dihasilkan akan tampak lebih
jelas.
Biologi Spirulina platensis
Mikroalga merupakan tumbuhan air mikroskopik yang mampu bergerak
secara pasif (Parson, 1984). Mikroalga juga merupakan mikroorganisme
fotosintetik dengan morfologi sel yang bermacam-macam, baik bersel tunggal
maupun bersel banyak, berukuran kecil hidup di perairan dan dibedakan menjadi
dua golongan yakni phytoplankton dan zooplankton (Kurniawan dan Gunarto,
1999).
Mikroalga memiliki peranan yang penting dalam ekosistem perairan
sebagai sumber makanan, pelindung fisik bagi organisme perairan karena
mikroalga mengandung komposisi kimia yang potensial misalnya protein,
karbohidrat, pigmen (klorofil dan karotenoid), asam amino, lipid dan hidrokarbon
(Dwijayanti, 2005).
Spirulina plantensis berbentuk filamen yang menghasilkan berbagai
senyawa bioaktif yang bernilai tinggi (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
tinggi dan sangat penting dalam bioteknologi nutrisional, industri dan lingkungan
serta kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Spirulina plantensis banyak
dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada makanan, untuk pakan ikan
(Oktafiana, 2007), hal ini dikarenakan kandungan beberapa zat yang terkandung
didalamnya antara lain protein, mineral, vitamin B12, karotenoid, asam lemak
essensial seperti γ-linolenic acid (Henrikson, 1989). Bentuk Spirulina platensis
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Spirulina platensis
Spirulina platensis adalah alga hijau yang kaya protein, vitamin, mineral
dan nutrient lainnya. Dalam keadaan kering mengandung protein 55-75%. Protein
ini terdiri dari asam amino-asam amino seperti methionin, sistein dan lysin. Jika
dibandingkan dengan protein yang berasal dari telur dan susu, alga ini juga kaya
gamma-linolenic (GLA), dan juga menyediakan alpha-linolenic acid (ALA),
linolenicacid (LA), stearidonic acid (SDA), eicosapentaeonic (EPA),
terkandung di dalamnya adalah vitamin B1, B2, B3, B6, B9, B12, Vitamin C,
Vitamin D dan Vitamin E. Selain hal-hal tersebut di atas juga sebagai sumber
potasium, kalsium, krom, tembaga, besi, magnesium, manganese, fosfor,
selenium, sodium dan seng (Susanna, dkk., 2007). Perbandingan komponen kimia
antara Spirulina platensis, susu dan telur dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kadar Protein, Vitamin-vitamin dan Mineral Spirulina platensis.
Komponen Kimia 1 butir Telur 10 g Spirulina 200 ml Susu
Protein (g) 6,6 6,6 6,4
Sumber: Umesh dan Seshagiri (1984)
Spirulina platensis menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang
mempuyai nilai ekonomi yang tinggi seperti karotenoid (Suharyanto, 2011).
Karotenoid merupakan pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan
beberapa organisme fotosintesis seperti alga dan beberapa tipe dari jamur dan
bakteri. Fungsi penting dari karotenoid diantaranya sebagai pembentuk pigmen
jingga yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan misalnya menambah
kecerahan warna pada ikan koi, kandungan karotenoid pada Spirulina platensis
juga dapat menjadi antioksidan dan dijadikan sebagai food supplement (Layam
Komposisi pigmen yang terkandung dalam Spirulina adalah phycocyanin,
clorophyll-a dan carotene. Kandungan karotene yang tersusun adalah xantophyll
37%, β-carotene (28%) dan zeaxanthin (17%) (Vonshak, 2008).
Timbulnya warna ikan secara alami disebabkan tersedianya karotenoid
dari makanan alami (Simpson et al., 1981), sedangkan sumber karotenoid bagi
ikan yang dipelihara secara artifisial berasal dari pakan buatan yang jumlahnya
sedikit. Karotenoid tidak dapat disintesa di dalam tubuh hewan sehingga harus
ditambahkan ke dalam pakan (Fuji, 1993). Ikan hias air tawar yang diberi pakan
Spirulina dapat membuat warnanya menjadi lebih berkilau atau cemerlang