BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup bangsa Indonesia. Tujuan lainnya adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang berarti bahwa tersedianya pendidikan
dalam arti luas bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesejahteraan dan kecerdasan
merupakan wujud dari pembangunan yang berperikemanusiaan sebagaimana yang
diamanatkan oleh Pancasila yang telah diterima sebagai falsafah dan ideologi
negara Indonesia serta Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk memperoleh hidup yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan dan kecerdasan perlu penyediaan barang dan atau jasa
dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan dengan harga yang terjangkau
oleh masyarakat.
Dalam praktek perdagangan yang merugikan konsumen, diantaranya
penentuan harga barang dan penggunaan klausula eksonerasi secara tidak patut,
kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen,
lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang.1
Dikarenakan semakin banyaknya bermunculan berbagai macam produk
dan atau pelayanan jasa yang disediakan para pelaku usaha untuk konsumen, hal
ini membuat konsumen menjadi manja dan semakin bersifat konsumtif. Sehingga
menyebabkan posisi konsumen menjadi lebih lemah daripada posisi pelaku
usaha.
Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan
berbagai macam produk barang dan atau pelayanan jasa yang dipasarkan kepada
konsumen baik melalui promosi, iklan, maupun penawaran secara langsung.
Pertumbuhan dan perkembangan industri barang dan/atau jasa di satu pihak
membawa dampak positif, antara lain seperti tersedianya kebutuhan dalam jumlah
yang mencukupi, mutunya yang lebih baik, serta adanya alternatif pilihan bagi
konsumen dalam pemenuhan kebutuhan.
Kondisi tersebut memberikan manfaat bagi konsumen untuk memilih
secara bebas barang dan/atau jasa yang diinginkannya, dan konsumen juga bebas
untuk menentukan kualitas barang dan/atau jasa yang dibutuhkannya. Akan tetapi,
di lain pihak terdapat juga dampak negatifnya, yaitu dampak penggunaan dan
teknologi itu sendiri serta perilaku bisnis yang timbul karena semakin ketatnya
persaingan yang mempengaruhi masyarakat konsumen.
2
1Erman, Rajagukguk, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, 2006,
hal.10.
Para produsen atau pelaku usaha akan mencari keuntungan yang
setinggi-tingginya sesuai dengan prinsip ekonomi. Dalam rangka mencapai untung yang
setinggi-tingginya itu, para produsen atau pelaku usaha harus bersaing antar
sesama mereka dengan perilaku bisnisnya masing-masing yang dapat merugikan
konsumen. Ketatnya persaingan dapat mengubah perilaku ke arah persaingan
yang tidak sehat karena para pelaku usaha memiliki kepentingan yang saling
berbenturan di antara mereka. Persaingan yang tidak sehat ini pada gilirannya
dapat merugikan konsumen.
Sekurang-kurangnya ada empat bentuk perbuatan yang lahir sebagai akibat
dari persaingan yang tidak sehat tersebut, yaitu menaikkan harga, menurunkan
mutu, dumping, dan memalsukan produk.3
Dengan pemahaman bahwa semua masyarakat adalah konsumen, maka
melindungi konsumen berarti juga melindungi seluruh masyarakat. Karena itu,
sesuai dengan amanat Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, maka
perlindungan konsumen menjadi penting. Konsumen atau masyarakat adalah
pelaksana pembangunan yang sekaligus juga merupakan sumber pemupukan Berkaitan dengan hal-hal di atas, masyarakat selaku konsumen harus
bersikap semakin kritis dalam hal mencari informasi mengenai suatu barang dan
atau jasa yang akan di konsumsi atau digunakan. Konsumen juga perlu dilindungi
secara hukum dari kemungkinan kerugian yang dialaminya karena persaingan
yang tidak sehat tersebut.
3Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti,
modal bagi pembangunan. Untuk kelangsungan pembangunan nasional mutlak
diperlukan perlindungan kepada konsumen itu.
Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun
formal terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi
produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai
sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, baik
langsung ataupun tidak langsung konsumenlah yang pada umumnya akan
merasakan dampaknya. Dengan demikian, upaya-upaya untuk memberikan
perlindungan yang memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu
hal yang sangat penting dan mendesak untuk segera dicari solusinya, terutama di
Indonesia. Mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut
perlindungan konsumen, lebih-lebih untuk menghadapi era perdagangan bebas
yang akan datang.4
Selain itu keperluan adanya hukum untuk memberikan perlindunagn
konsumen di Indonesia merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan sejalan
dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia seuutuhnya.5
Adanya Undang-Undang yang mengatur perlindungan konsumen tidak
dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha. Undang-Undang
Perlindungan Konsumen justru bisa mendorong iklim usaha yang sehat serta
4
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal 5.
5Sudaryatmo, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan
yang ada dengan menyediakan barang dan atau jasa yang berkualitas. Didalam
penjelasan umum Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dijelaskan bahwa
dalam pelaksanaannya, undang-undang tersebut akan tetap memperhatikan hak
dan kepentingan para pelaku usaha.
Menurut Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, maka faktor utama yang menjadi penyebab eksploitasi
terhadap konsumen masih sering terjadi adalah masih rendahnya tingkat
kesadaran konsumen akan haknya dan masih minimnya informasi yang diperoleh
konsumen dari pelaku usaha.
Konsumen ternyata tidak hanya dihadapkan kepada persoalan lemahnya
kesadaran dan ketidakmengertian mereka terhadap hak-haknya sebagai konsumen.
Mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy pernah mengemukakan
empat hak dasar konsumen, yaitu :6
1. the right to safe products;
2. the right to be informed about products;
3. the right to definite choices in selecting products;
4. the right to be heard regarding consumer interest.
Sedangkan menurut ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, sebagai konsumen ada hak-hak yang
6Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan
menjadi milik dari konsumen. Diantaranya adalah hak atas informasi yang benar,
jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.7
7Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal.27-29.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 3 huruf d Undang-Undang Perlindungan
Konsumen bahwa salah satu tujuan dari perlindungan konsumen adalah
menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
Kebebasan memperoleh informasi merupakan bagian dari Hak Asasi
Manusia (HAM) dan secara global sudah diakui secara universal dalam
Declaration of Human Rights and Convenant on Civil and Political Rights.
Hak atas memperoleh informasi merupakan salah satu kewenangan yang
diberikan oleh hukum kepada setiap orang (konsumen) atas suatu kepentingan,
yang dilindungi oleh hukum itu sendiri. Oleh karena itu, masalah kebebasan
informasi masuk dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 F serta
TAP MPR Nomor.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
Informasi yang benar dan lengkap dapat membantu konsumen untuk
menentukan pilihannya terhadap barang dan atau jasa yang akan dipilihnya sesuai
dengan kebutuhannya. Oleh karena itu secara hukum memberikan informasi yang
salah, menyesatkan dan tidak jujur adalah melanggar hak konsumen yang dalam
hal ini melanggar hak atas informasi. Dengan kata lain hal ini dikatakan sebagai
Tanpa informasi yang benar dan jelas mengenai harga dan kualitas dari
suatu produk, maka hal ini dapat melemahkan dan mengurangi keuntungan
konsumen.
Tujuan informasi dari suatu produk, tidak hanya untuk perluasan pasar,
tetapi juga menyangkut informasi secara keseluruhan akan kelebihan dan
kekurangan dari produk tersebut, terutama keamanan dan keselamatan konsumen.
Tahun 2015 Indonesia memasuki babak baru dalam konteks persaingan
usaha dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic
Community). Pelaksanaan AEC secara otomatis akan mendorong perdagangan
menjadi semakin terbuka. Lalu lintas barang dan jasa dari berbagai negara di
ASEAN berpotensi untuk membanjiri pasar Indonesia. Pemerintah juga dituntut
untuk semakin memperhatikan perlindungan kepada konsumen.8
Hukum perlindungan konsumen memberikan hak konsumen atas informasi
yang benar, yang didalamnya tercakup juga hak atas informasi yang diberikan
secara tidak diskriminatif dan diberikan secara proporsional. Hal ini dilakukan Indonesia akan menjadi target pasar bagi produk-produk para pelaku usaha
dari berbagai negara di kawasan ini. Dengan adanya pelaksanaan AEC, maka
semakin tinggi juga penggunaan teknologi dalam produksi barang dan atau jasa
yang dapat menyebabkan semakin banyaknya informasi yang harus dikuasai oleh
masyarakat selaku konsumen.
karena tidak semua masyarakat selaku konsumen memiliki kemampuan dan
kesempatan akses atas informasi suatu produk barang dan atau jasa.
Berbagai upaya dan strategi telah dilakukan pemerintah dan para
pengusaha nasional untuk memperkuat daya saing pelaku usaha dalam negeri.
Diantaranya dengan menggunakan energi yang lebih efisien dan sumbernya
tersedia sangat besar di Indonesia yaitu gas bumi.
Dengan harga gas bumi yang lebih murah dibandingkan dengan harga
bahan bakar minyak (BBM), selain para pelaku usaha mampu menekankan beban
biaya sehingga harga produknya ketika sampai di pasar masih sangat kompetitif,
penggunaan gas bumi juga mempunyai tingkat polusi dan emisi yang rendah.
Dalam proses produksi maupun pengolahannya, penggunaan gas bumi juga
mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.9
9Pikiran Rakyat, Memperkuat Daya Saing Industri Dengan gas Bumi.
Perusahaan Gas Negara (PGN) adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan tujuan untuk
membangun ekonomi nasional dengan mengutamakan kebutuhan rakyat menuju
masyarakat yang adil dan makmur secara materiil dan spiritual. Sesuai Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 1965 tentang Pembubaran Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Listrik Negara Dan Pendirian Perusahaan Listrik Negara (P.L.N) Dan
Perusahaan Gas Negara (P.G.N) maka dilahirkannya PGN.
Selaku BUMN dan juga merupakan sebagai salah satu pelaku ekonomi,
PGN harus memenuhi hak-hak dari para konsumen seperti yang tertulis di dalam
Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Diantaranya adalah hak atas
informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa.
PGN adalah merupakan salah satu BUMN dalam bidang gas yang banyak
memperoleh penghargaan. Hal ini terbukti dengan diterimanya beberapa
penghargaan yang ditujukan kepada PGN khususnya dalam hal-hal yang berkaitan
dengan memperoleh informasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa PGN senantiasa
memperhatikan hak-hak dari konsumen. Khususnya hak memperoleh informasi.
Hal tersebut diatas yang menjadi alasan penulis memilih judul :
“PERLINDUNGAN KONSUMEN PERUSAHAAN GAS NEGARA DALAM
MEMPEROLEH HAK INFORMASI (STUDI DI PT. PERUSAHAAN GAS
NEGARA (PERSERO) Tbk DISTRIBUSI WILAYAH III).
Penelitian ini diangkat menjadi sebuah penulisan skripsi dikarenakan
perlindungan terhadap konsumen yang diberikan pelaku usaha terkadang tidak
dilakukan secara optimal. Terlebih konsumen itu sendiri tidak mengetahui apa
saja haknya selaku konsumen, misalnya mengenai hak atas informasi yang benar,
jelas, dan jujur yang akan dibahas dalam pembahasan skripsi ini.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalan
dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Sejauh Mana Pentingnya Hak Atas Informasi Yang Benar, Jelas, dan Jujur
Bagi Konsumen Perusahaan Gas Negara ?
2. Bagaimana Peranan Perusahaan Gas Negara Dalam Memenuhi Hak Atas
Informasi Yang Benar, Jelas, dan Jujur Bagi Konsumen ?
3. Apakah Hambatan yang Timbul dari Pihak PT PGN (PERSERO) Tbk dalam
Memberikan Pelayanan yang Optimal Terhadap Konsumen serta Upaya yang
Dilakukan PT PGN (PERSERO) Tbk dalam Memenuhi Hak Konsumen ?
C.Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejauh mana pentingnya hak atas informasi yang benar,
jelas, dan jujur terhadap konsumen, khususnya konsumen di Perusahaan Gas
Negara.
2. Untuk mengetahui apa saja peran Perusahaan Gas Negara dalam memenuhi
hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur bagi konsumen.
3. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi Perusahaan Gas Negara
dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada konsumen dan juga
bagaimana upaya yang dilakukan dalam memenuhi hak konsumen tersebut.
Berangkat dari perumusan masalah dan tujuan penulisan skripsi ini,
1. Diharapkan masyarakat selaku konsumen dan sebagai pemohon dan/atau
pengguna informasi publik pada Perusahaan Gas Negara dapat mengetahui apa
saja yang menjadi hak-haknya, khususnya hak atas informasi yang benar, jelas,
dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa yang akan
digunakan.
2. Agar masyarakat pada umumnya mengetahui apa saja peran Perusahaan Gas
Negara dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada konsumen dalam
hal memenuhi hak-hak dari konsumen seperti diatur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. Diharapkan Perusahaan Gas Negara semakin menyadari kewajibannya selaku
pelaku usaha dalam memenuhi apa saja yang menjadi hak konsumen
khususnya hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur. Dan juga diharapkan
pelaku usaha semakin memberikan pelayanan yang optimal dalam memenuhi
hak-hak konsumen.
D.Metode Penelitian
Suatu penulisan skripsi haruslah dimulai dengan mengumpulkan data-data
untuk sebagai bahan dalam menyelesaikan skripsi. Untuk mendukung
penyelesaian skripsi ini, penulis mengumpulkan data dengan melakukan
penelitian.
Didalam dunia penelitian, termasuk penelitian hukum dikenal berbagai
jenis/macam dan tipe penelitian. Pembedaan jenis ini didasarkan dari sudut mana
dipandang penting karena ada kaitan erat antara jenis penelitian itu dengan
sistematika dan metode serta analisis data yang harus dilakukan untuk setiap
penelitian. Hal demikian perlu dilakukan guna mecapai nilai validitas yang tinggi,
baik data yang dikumpulakn maupun hasil akhir penelitian yang dilakukan.10
1. Jenis penelitian
Adapun metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah:
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
penelitian yuridis empiris (yuridis sosiologis). Penelitian yuridis empiris, adalah
metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan
menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif dan
kriterium kebenaran koresponden serta fakta yang digunakan untuk melakukan
proses induksi dan pengujian kebenaran secara koresponden adalah fakta yang
mutakhir.11
Penelitian yuridis sosiologis adalah penelitian yang didasarkan pada data
primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian di lapangan dengan
didukung oleh penelitian kepustakaan yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.12
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT.PGN (PERSERO) Tbk SBU III Medan,
dengan pertimbangan bahwa tempat penelitian itu adalah yang menjadi sorotan
10Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, 2014, hal 44. 11
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodelogi Penelitian, CV.Mandar, Bandung, 2002, hal 23.
12Ronitijo Soemitro, Methodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalatia Indonesia,
dalam penulisan skripsi ini sehingga didapat data-data dan bahan tertulis
mengenai masalah yang akan diteliti.
3. Sumber data
Dalam penelitan hukum empiris penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber asalnya yan belum
pernah diolah oleh orang lain. Untuk memperoleh data primer penulis
melakukan studi lapangan, yaitu dengan teknik pengumpulan data dengan
cara mengadakan wawancara. Metode wawancara sering dianggap sebagai
metode yang paling efektif dalam pengumpulan data primer di lapangan.
Hal ini dikarenakan pewawancara dapat bertatap muka langsung dengan
responden di lapangan untuk menanyakan segala hal yang menjadi isi atau
materi wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui segala
sesuatu yang berkaitan dengan perlindungan konsumen dalam memperoleh
hak informasi pada PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk SBU III.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis yang sebelumnya sudah
pernah diolah oleh orang lain. Untuk memperoleh data sekunder, penulis
melakukan studi kepustakaan. Dalam penelitian hukum empiris (sosiologis),
bersama dengan metode lain seperti wawancara. Studi kepustakaan adalah
penelitian terhadap bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan
permasalahan sebagai bahan untuk mendukung keberhasilan penelitian.
Studi kepustakaan atau data sekunder terdiri dari:
1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang berasal dari norma dan
kaidah dasar yaitu pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, peraturan
perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi, peraturan pemerintah yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1965 tentang Pembubaran Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara Dan Pendirian Perusahaan
Listrik Negara ( P.L.N ) Dan Perusahaan Gas Negara ( P.G.N ) dan
peraturan lainnya yang setaraf.
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer berupa keterangan, kajian,
analisis tentang hukum positif seperti makalah, skripsi, tesis, atau
seminar serta pendapat pakar hukum.
3) Bahan Hukum Tersier, yaitu merupakan bahan yang mendukung,
memberikan penjelasan bagi bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder seperti kamus hukum.
Dalam penulisan skripsi ini digunakan dua metode penelitian yaitu :
Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu dengan melakukan analisis data
sekunder dalam bentuk bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
hukum tersier yang berkaitan dengan skripsi ini, serta melakukan penelitian
lapangan (Field Reseacrh), yaitu penelitian secara langsung melalui wawancara
kepada pihak-pihak yang terkait dengan skripsi penulis. Yakni Abirul Trison
Syahputra selaku staf bagian perwakilan hukum pada PT PGN (persero) Tbk SBU
Wilayah III dan Anisya Nesiyanti selaku staf bagian perwakilan Human Capital
Management pada PT PGN (persero) Tbk Pusat.
5. Analisis Data
Terhadap data yang sudah dikumpul yang mencakup data bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder serta bahan hukum tersier yang diperoleh
kemudian dianalisis secara kualitatif untuk menjawab permasalahan dalam skripsi
ini, yaitu dengan mempelajari secara utuh dan menyeluruh untuk memperoleh
jawaban yang akurat mengenai skripsi ini. Analisis kualitatif dilakukan jika
diantaranya :
a. Data yang terkumpul tidak berupa angka-angka yang dapat dilakukan
pengukuran;
b. Data tersebut sukar diukur dengan angka;
c. Pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan pengamatan.
Metode kualitatif tidak hanya bertujuan untuk mengungkap kebenaran
tetapi juga untuk memahami kebenaran tersebut dan latar belakang terjadinya
E.Keaslian Penulisan
Skripsi ini merupakan karya asli dari penulis. Sepanjang yang diketahui
berdasarkan penelusuran lebih lanjut dan informasi data uji bersih yang dilakukan
pada perpustakaan Fakultas Hukum USU, diketahui bahwa belum pernah ada
penelitian sebelumnya yang berjudul “Hukum Perlindungan Konsumen
Perusahaan Gas Negara Dalam Memperoleh Hak Informasi (Studi Di PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III”.
F. Sistematika Penulisan
Tulisan ini terdiri dari 5 (lima) bab. Dimana masing-masing gambaran
umum mengenai substansi bahasan tiap bab, antara lain sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab Pendahuluan yang isinya antara lain
memuat Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat
Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN
Adapun yang dibahas di dalam bab dua ini adalah Tinjauan Umum
Tentang Perlindungan Konsumen yakni Pengertian Perlindungan
Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen serta Prinsip-prinsip
Hukum Perlindungan Konsumen, juga Hak dan Kewajiban
Konsumen dan Produsen Selaku Pelaku Usaha.
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG PT PGN (PERSERO) Tbk
Tinjauan Umum tentang PT PGN (persero) Tbk yang terdiri dari
Mengenai Perusahaan Gas Negara (PGN) di Indonesia, juga
tentang Bisnis Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk, serta
mengenai Aturan-Aturan Perlindungan Konsumen Dalam Bisnis
Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk.
BAB IV : PERLINDUNGAN KONSUMEN PERUSAHAAN GAS
NEGARA DALAM MEMPEROLEH HAK INFORMASI (STUDI
KASUS DI PT PGN (PERSERO) Tbk
Bab ini merupakan bagian yang paling pokok dalam penulisan
skripsi ini, dalam bab ini akan dibahas tentang sejauh mana
Pentingnya Hak Atas Informasi Yang Benar, Jelas, dan Jujur Bagi
Konsumen Perusahaan Gas Negara, bagaimana Peranan
Perusahaan Gas Negara Dalam Memenuhi Hak Atas Informasi
Yang Benar, Jelas, Dan Jujur Bagi Konsumen, Dan Apa Saja
Hambatan Yang Timbul Dari Pihak PT PGN (Persero) Tbk Dalam
Memberikan Pelayanan Yang Optimal Terhadap Konsumen Serta
Bagaimana Upaya Yang Dilakukan PT PGN (Persero) Tbk Dalam
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi Kesimpulan dan Saran yang ditarik berdasarkan apa yang
telah dijabarkan secara jelas di dalam BAB Pembahasan.
Berdasarkan kesimpulan ini kemudian diberikan saran yang
dianggap dapat memberikan masukan–masukan untuk memperluas
cakrawala pengetahuan dan pemikiran tentang Perlindungan