• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Nilai Konsentrasi Tepung Spirulina platensis yang Berbeda Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pemberian Nilai Konsentrasi Tepung Spirulina platensis yang Berbeda Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pemberian Nilai Konsentrasi Tepung Spirulina platensis yang Berbeda Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)

Effect of Spirulina platensis Concentration in Diet to Increase Color of Comet Fish (Carrassius auratus)

Wildan Panjaitan1)Eri Yusni2)dan Indra Lesmana2) 1

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (E-mail : labuhanbatu65@yahoo.com) 2

Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Comet fish (Carassius auratus) is a kind of ornamental fish and very popular in the world. Comet fish has a distinctive feature that can be seen from the beautiful color, beutiful fins especially elongated tail fin, and makes the comet fish has a high selling value. The color should be upgraded and maintained its quality. Such efforts to increase color has be done by adding natural pigment resources into the feeds. Natural pigment resources can be obtained from Spirulina platensis, the Spirulina were give 1 %, 3 %, and 5 % for 30 days. The purpose of this research is to determine dosage of Spirulina platensis make it optimal to increase the color of Comet fish. This Research using Complete Random Design (CRD) with three treatment repetition and control. The results of 3% Spirulina was significant bright color, compared of 1% and 5% Spirulina were give. But for the growth and length of Comet fish has no significant diffrence. Keywords : Carassius auratus, Comet fish, Spirulina platensis, colour

PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan

Indonesia yaitu rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik yang menyebabkan

produksi nasional tidak dapat

menghasilkan kualitas yang mampu bersaing di pasar global. Permasalahan

yang sering ditemukan oleh

pembudidaya ikan hias adalah warna dan bentuk morfologi ikan hias kurang menarik.

Ikan hias memiliki ciri khas tersendiri. Apabila ikan konsumsi nilai atau harganya ditentukan dari bobot badan, kandungan nutrisi dan rasanya, maka nilai ikan hias ditentukan dari penampilannya. Daya tarik ikan hias

dapat diukur dari warna yang

cemerlang, bentuk dan kelengkapan fisik, perilaku, serta kondisi kesehatan

atau staminanya. Pemanfaatannya

sebagai hiasan dalam dekorasi akuarium

merupakan konsumsi seni bagi

penikmatnya. Warna yang cemerlang, bentuk yang cantik, badan yang mulus, lucu, sehat dan gerakan yang lemah lembut atau gesit merupakan sederet daya tarik ikan hias bagi penggemarnya (Lesmana, 2007).

Sebagian besar penggemar ikan hias percaya bahwa bentuk, warna, sifat dan gerak-gerik tubuh ikan hias ketika berenang di kolam atau dalam akuarium yang dekorasinya dan ditata dengan

bagus dapat menenteramkan hati,

menyembuhkan tekanan darah tinggi maupun stress (tekanan jiwa) yang

(2)

disebabkan karena berbagai hal atau masalah dalam kehidupan sehari-hari (Effendie, 1979).

Warna sebagai nilai estetika ikan

hias akan mempengaruhi nilai

ekonomisnya. Warna harus dapat

ditingkatkan dan dipertahankan

kualitasnya. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan adalah menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Saat ini sudah banyak dibuat zat warna sintetik yang dapat ditambahkan dalam pakan tetapi hasilnya tidak sebaik jika menggunakan sumber pigmen alami.

Pembudidaya lebih memilih

menggunakan sumber pigmen alami untuk meningkatkan warna ikan hias. Sumber pigmen alami dapat diperoleh dari Spirulina platensis (Dwijayanti, 2005).

Spirulina platensis merupakan alga hijau berfilamen yang sudah banyak digunakan sebagai sumber

pakan alami. S. platensis dapat

dimanfaatkan sebagai suplemen bahan pakan, makanan dan pengobatan. S.

platensis yang digunakan sebagai pakan

tambahan pada ikan hias yang dapat menambah pewarnaan ikan hias karena pigmen yang terkandung didalamnya. Hal ini didukung dengan kandungan beta-karoten yang dimiliki oleh jenis mikro alga ini (Suharyanto, 2011).

Ikan komet (Carrasius auratus) merupakan salah satu jenis ikan hias yang populer saat ini, keunggulan ikan komet adalah pada warna yang terdapat pada ikan tersebut yang bermacam-macam seperti putih, kuning, merah, atau perpaduan lain dari warna-warna tersebut. Hal ini membuat ikan komet memiliki nilai daya jual yang tinggi sehingga banyak orang yang berusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Ikan komet juga memiliki harga yang tetap stabil di pasaran dan permintaan pasar yang terus meningkat. Ikan komet

memiliki keistimewaan tersendiri yaitu dilihat dari keanekaragaman warna, jenis dan keindahan sirip-siripnya.

Warna ikan komet akan

menambah nilai seni dan akan

meningkatkan nilai jual. S. platensis merupakan pakan alami yang dapat meningkatkan kualitas warna dari ikan komet. Sejauh ini belum diketahui dosis yang dapat meningkatkan kualitas warna pada ikan komet. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Pemberian Nilai Konsentrasi

Tepung Spirulina platensis yang

Berbeda pada Pakan Terhadap

Peningkatan Warna Ikan komet

(Carrasius auratus)”.

Kegiatan penelitian ini

diharapkan dapat meningkatkan kualitas warna dari ikan komet yang juga akan menambah harga ikan tersebut serta nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan bagi pencinta ikan komet.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember

2014, di Pusat Informasi Balai

Budidaya Ikan Hias Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Kecamatan Medan Johor.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 12 unit akuarium ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm sebagai wadah pemeliharaan, aerator untuk menjaga kandungan oksigen dalam media, pH meter untuk melihat kadar asam dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui kandungan oksigen, termometer melihat suhu, timbangan digital untuk mengukur bobot ikan, selang sifon untuk membuang sisa metabolisme (menjaga kualitas air), serok untuk menangkap ikan, alat tulis, kamera digital untuk dokumentasi dan lain-lain.

(3)

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan komet : ukuran ± 6 cm dengan berat ± 8 gram, air bersih, tepung Spirulina platensis, pakan buatan berupa pelet ikan hias (Takari), progol untuk perekat S.

platensis pada pakan, dan lain-lain.

Rancangan percobaan yang

digunakan dalam penelitian adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Bagan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dapat dilihat pada Lampiran 1. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Perlakuan 1 : Pemberian tepung Spirulina platensis 1%

2. Perlakuan 2 : Pemberian tepung Spirulina platensis 3%

3. Perlakuan 3 : Pemberian tepung Spirulina platensis 5%

4. Kontrol : Tanpa pemberian tepung Spirulina platensis

Prosedur Penelitian

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan komet yang berukuran ± 6 cm dengan berat ± 8 gram (berasal dari induk yang sama, umur yang sama dan ukuran yang

sama). Sebelum ikan dimasukan

kedalam wadah uji, terlebih dahulu ikan diadaptasi selama dua hari. Selama adaptasi ikan uji diberi perlakukan sama seperti pemberian pakan pelet. Setelah diadaptasi ikan ditebar sebanyak 5 ekor per akuarium/media uji. Pengamatan perubahan warna hanya selama sebulan atau 30 hari.

Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan buatan pelet ikan hias dan dicampur dengan S.

platensis sesuai dengan perlakuan.

Pakan yang digunakan untuk kontrol

tidak mengandung S. platensis,

sedangkan perlakuan 1% mengandung 1 gram serbuk S. platensis dalam 100

gram pakan, 3 gram dalam 100 gram pakan pada perlakuan 3%, dan 5 gram dalam 100 gram pakan untuk perlakuan 5%.

Wadah yang digunakan adalah akuarium berjumlah 12 buah yang berukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm.

Akuarium dicuci menggunakan

detergen hingga bersih dan dikeringkan. Setelah itu, akuarium diisi dengan air sekitar 75% dari volumenya dan diberi aerator sebagai penyuplai oksigen.

Pengamatan Hasil

Pengukuran warna dilakukan

setiap 10 hari sekali dengan

menggunakan alat pengukur warna yang

dimodifikasi sendiri. Pengamatan

terhadap intensitas warna komet

menggunakan alat pengukur warna yang dimodifikasi sendiri dan diamati oleh 5 orang panelis yang tidak memiliki gangguan penglihatan.

Pengukuran panjang meliputi panjang total ikan dari ujung mulut sampai ujung ekor ikan. Pertumbuhan

panjang dihitung dengan rumus

Effendie (1979), yaitu: Lm = Lt – L0 Keterangan :

Lm : Pertumbuhan panjang mutlak ikan (cm)

Lt : Panjang ikan pada waktu ke-t (cm) L0 : Panjang ikan pada waktu ke-0 (cm)

Pengukuran bobot ikan

menggunakan timbangan digital.

Pertambahan bobot dihitung dengan rumus Effendie (1979), yaitu:

Wm = Wt – W0 Keterangan :

Wm : Pertambahan bobot mutlak ikan (g)

Wt : Bobot ikan pada waktu ke-t (g) W0 : Bobot ikan pada waktu ke-0 (g)

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Warna

Pengamatan warna ikan komet dilakukan setiap 10 hari. Dalam

melakukan penelitian ikan komet

mengalami perubahan warna dari

masing-masing perlakuan. Perlakuan yang diberikan yaitu K (0% dosis

Spirulina), P1 (dosis 1%), P2 (dosis 3%), P3 (dosis 5%). Perubahan warna ikan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (11,58), kemudian diikuti perlakuan P3 (10,30), perlakuan P1 (9,28) dan

perubahan warna terendah pada

perlakuan K (8,05). Data perubahan warna ikan komet dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perubahan Warna Ikan Komet

Pada Gambar diatas dapat dilihat

banyaknya dosis Spirulina tidak

menjadikan kecerahan warna pada ikan komet menjadi semakin baik. Nilai

dosis Spirulina yang optimal

meningkatkan nilai kecerahan warna pada ikan komet ternyata terletak pada perlakuan P2 yaitu menggunakan dosis

Spirulina 3%. Hasil pengamatan warna

dari masing-masing panelis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Warna Ikan Komet Selama Penelitian

Perlakuan Panelis Pengamatan (Hari Ke-)

1 10 20 30 K 1 7 7,66 8 8 2 7 7,66 7,66 8 3 7 7 7,33 7,66 4 7 7,33 8 8 5 7,33 8 8 8 P1 1 7 7,66 8,66 9,33 2 7,33 7,66 8 9 3 7 7,33 8,66 9,33 4 7 8 8,66 9 5 7 7,66 8,66 9,33 P2 1 7 8,66 10 12 2 7 8 10 11,33 3 7,33 8 9,66 11,33 4 7,33 7,66 8,66 10 5 7 8,33 10 12,33 P3 1 7 8,33 9 10 2 7 8 9,33 9,66 3 7 7,66 9,66 10 4 7 8,33 9,33 10,66 5 7,33 8 9,33 10,33 Keterangan : Nilai didapat melalui pengamatan dengan penyesuaian warna dengan alat modifikasi.

Dari hasil rata-rata nilai

pengamatan warna ikan komet oleh panelis pada Tabel diatas menunjukkan perubahan warna terjadi oleh karena pemberian Spirulina. Data hasil panelis menujukkan bahwa perubahan warna terbaik terdapat pada perlakuan P2 yaitu pemberian Spirulina sebanyak 3%. Ini terlihat dari perubahan warna hingga 4 tingkat nilai warna dari alat modifikasi, kemudian diikuti P3 sebanyak 5% dengan perubahan warna 3 tingkat, selanjutnya P1 sebanyak 1% dengan 2 tingkat. Pada perlakuan kontrol terdapat perubahan yang sangat kecil dari

perlakuan lainnya dengan rataan

dibawah 1 tingkat. Selama proses

penelitian berlangsung hasil

pengamatan menunjukkan terjadi

perubahan warna ikan pada masing-masing perlakuan. Perubahan warna

ikan yang tertinggi terjadi pada

perlakuan P2 (dosis 3%), kemudian diikuti perlakuan P3 (dosis 5%), P1 (dosis 1%) dan yang terendah K 0 2 4 6 8 10 12 14 H 10 H 20 H 30 K P1 P2 P3 P er u ba h an W ar n a Hari Pengamatan H 10 : Hari ke 10 H 20 : Hari ke 20 H 30 : Hari ke 30 K : Kontrol

P1 : Pakan Dosis Spirulina 1% P2 : Pakan Dosis Spirulina 3% P3 : Pakan Dosis Spirulina 5%

(5)

(kontrol). Pada pengamatan Simpson dkk, (1981), menyimpulkan timbulnya warna ikan secara alami disebabkan tersedianya karotenoid dari makanan.

Sehingga terjadinya perubahan warna ikan komet akibat dari penambahan tepung Spirulina pada pakan¸ karena

Spirulina mengandung karotenoid yang

dapat meningkatkan warna pada ikan. Warna ikan komet dari awal

penelitian memperlihatkan bahwa

perlakuan P2 memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan perlakuan P1 dan P3 pada warna ikan. Hal ini

membuktikan bahwa perlakuan P2

(dosis 3%) sudah mencukupi kebutuhan ikan komet akan karotenoid yang ada dalam Spirulina.

Selama penelitian berlangsung perubahan warna paling baik dan efektif meningkatkan pigmen cerah dalam

tubuh ikan komet adalah pada

pemberian dosis Spirulina pada

perlakuan P2, dengan nilai 11,58 dan paling rendah pada perlakuan K (kontrol) dengan nilai 8,05. Pada hari ke-10, rata-rata ikan uji mengalami perubahan ke arah yang lebih cerah dan meningkat pada hari ke-20. Sesuai dengan hasil pengamatan Fitriyati dkk, (2006), bahwa dengan mencampurkan

Spirulina ke dalam makanan ikan koi

selama 14 hari, akan terlihat adanya peningkatan warna. Demikian juga pada ikan komet, pada hari ke-10 sampai hari ke-14 mulai terjadi adanya perubahan warna, dikarenakan adanya peningkatan karotenoid dalam sel pigmen ikan komet.

Menurut Mara (2010),

terbentuknya warna dalam tubuh ikan dikarenakan karotenoid yang larut dalam lemak akan dicerna pada bagian usus oleh enzim lipase pankreatik dan garam empedu. Enzim lipase pankreatik akan menghidrolisis trigliserid menjadi monogliserid dan asam lemak. Garam empedu berfungsi sebagai pengemulsi

lemak sehingga terbentuk partikel lemak berukuran kecil yang disebut

micelle yang mengandung asam lemak,

monogliserid dan kolesterol. Karoteniod dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol kemudian diserap oleh dinding usus bersamaan dengan diserapnya asam lemak secara difusi pasif dan digabungkan dengan

micelle kemudian berkumpul membentuk gelembung lalu diserap melalui saluran limfatik. Selanjutnya

micelle bersama dengan retinol masuk

ke saluran darah dan ditransportasikan menuju ke hati, di hati retinol bergabung dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, karotenoid ditransfer ke protein lain, untuk diangkut ke sel-sel jaringan. Sehingga dengan demikian karotenoid dapat terserap dalam tubuh.

Ikan akan mengikat dan

mengubah pigmen-pigmen yang

diperoleh dari makanannya. Pergerakan butiran pigmen secara mengumpul atau tersebar di dalam sel pigmen warna, akibat dari rangsangan yang berbeda, seperti suhu, cahaya, dan lain-lain. Ini sesuai dengan pernyataan Evan (1993),

bahwa perubahan warna secara

fisiologis yaitu adalah perubahan warna

yang diakibatkan oleh aktivitas

pergerakan butiran pigmen atau

kromatofor.

Selama proses penelitian dapat dikatakan bahwa dengan penambahan tepung Spirulina pada pakan dapat meningkatkan warna pada ikan komet. Pernyataan ini sesuai dengan Indarti dkk, (2012), yang menyatakan bahwa kandungan karotenoid dalam tepung

Spirulina dapat meningkatkan jumlah

sel kromatofor pada ikan. Sel

kromatofor adalah sel pigmen memiliki

bentuk yang bulat dan terletak

menyebar di seluruh lapisan sel

(6)

yang tersebar di dalam sel

menyebabkan sel menyerap sinar

dengan sempurna sehingga terjadi

peningkatan warna sisik yang

menyebabkan warna sisik pada ikan menjadi lebih terang dan jelas.

Hasil analisis data menunjukkan

bahwa pemberian pakan dengan

penambahan tepung Spirulina yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan warna komet (p<0,01). Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P2 (dosis 3%) tepung Spirulina memberikan respon paling baik terhadap perubahan warna tubuh komet dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Menurut Satyani dkk, (1992) bahwa penambahan karoten

ke dalam pakan memiliki batas

maksimal artinya jika karoten

ditambahkan ke dalam pakan dalam jumlah berlebih, pada titik tertentu tidak akan memberikan perubahan warna yang lebih baik bahkan mungkin menurunkan nilai warna.

Pertumbuhan Panjang dan Bobot Ikan

Pada proses pertumbuhan, ikan komet juga mengalami perubahan yaitu bobot dan panjang. Pertumbuhan bobot terbaik ikan komet selama penelitian terdapat pada perlakuan P2 (7,26 g), kemudian diikuti perlakuan P3 (6,07 g), perlakuan P1 (5,78 g) dan bobot terendah ikan komet adalah perlakuan K (5,45 g). Data pertumbuhan bobot dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Data Pertumbuhan Bobot Ikan

Pertumbuhan bobot ikan komet terlihat pada Gambar 2 menunjukkan bahwa peningkatan bobot ikan komet

secara umum yaitu pada hari

pertengahan pengamatan. Peningkatan bobot tubuh dari 10 hari mulai meningkat kemudian dari rentang hari 20 sampai hari 30 mulai semakin terlihat peningkatan secara signifikan dari masing-masing perlakuan. Nilai peningkatan bobot ikan komet yang paling baik yaitu pada perlakuan P2 dengan dosis Spirulina 3% (7,26 g) kemudian diikuti perlakuan P3 (6,07 g), P1 (5,78 g), dan terakhir yaitu K (5,45 g).

Selama proses pemeliharaan, ikan komet juga mengalami perubahan ukuran panjang. Pertumbuhan panjang terbaik ikan komet selama penelitian terdapat pada perlakuan P2 dengan dosis

Spirulina 3% (7,65 cm), kemudian

diikuti perlakuan P3 dosis 5% (7,52 cm), perlakuan P1 1% (7,20 cm) serta perlakuan Kontrol tanpa pemberian

Spirulina (6,61 g). Data pertumbuhan

panjang dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 H 10 H 20 H30 K P1 P2 P3 B er at ( g ) H 10 : Hari ke 10 H 20 : Hari ke 20 H 30 : Hari ke 30 Hari Pengamatan K : Kontrol

P1 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 1% P2 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 3% P3 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 5%

(7)

Gambar 3. Data Pertumbuhan Panjang Ikan

Pada Gambar 3 terlihat

Pertumbuhan panjang ikan komet

menunjukkan bahwa peningkatan

panjang ikan komet secara umum cukup seimbang. Ini terlihat dari perbandingan

antara perlakuan yang mendapat

tambahan dosis Spirulina tidak berbeda jauh.

Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur selama melakukan penelitian adalah suhu, DO dan pH. Kondisi

kualitas air dijaga dalam batas

kelayakan untuk pemeliharaan ikan komet. Data kualitas air yang didapat selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Parameter Kualitas Air

Berdasarkan hasil penelitian,

diperoleh suhu air antara 26-28,2 oC, kandungan oksigen terlarut 6,1-7,8 mg/l dan pH air berkisar antara 6,9-7,6.

Kesimpulan

1. Tepung S. platensis yang

ditambahkan pada pakan dapat merubah warna dan mempengaruhi pertumbuhan ikan komet.

2. Tepung S. platensis yang

ditambahkan pada pakan dengan dosis 3% menghasilkan tingkat perubahan warna yang lebih baik dan lebih efektif dibandingkan dengan dosis 1% atau 5% pada ikan komet.

3. Tepung S. Platensis yang

ditambahkan pada pakan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang dan berat pada ikan komet.

Saran

1. Dalam meningkatkan kualitas warna pada ikan komet sebaiknya pakan dicampur dengan tepung S. platensis dengan dosis 3%.

2. Dalam menjaga kelangsungan hidup ikan komet perlunya pengontrolan kualitas air dan seluruh media yang

digunakan yang meliputi

pencegahan penyerangan hama penyakit dengan sterillisasi alat. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 H 10 H 20 H 30 K P1 P2 P3 P an ja n g ( cm) Hari Pengamatan H 10 : Hari ke 10 H 20 : Hari ke 20 H 30 : Hari ke 30 K : Kontrol

P1 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 1% P2 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 3% P3 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 5%

Parameter K P1 P2 P3 Daelami (2001) Suhu (0C) 26,5-27,8 26,9-27,4 26,2-28,3 26,2-28,2 25-32 DO (mg/L) 6,1-7,3 6,6-7,4 6,3-7,1 6,9-7,8 5,5-9,0 pH 6,9-7,6 6,8-7,2 7,1-7,5 6,8-7,4 >5

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Daelami. 2001. Usaha Pembenihan Ikan

Hias Air Tawar. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Dwijayanti, Y. 2005. Pengaruh

Penggunaan Tepung Alga

Spirulina dalam Pakan Buatan Terhadap Perubahan Warna Ikan

Botia (Botia Machracantus

Bleeker). Skripsi. Jurusan Perikanan Universitas Padjajaran.

Tidak Dipublikasi.

Effendie, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.

Evan, D. H. 1993. The Physiology of

Fishes. CCR Press. London.

Fitriyati, N., Carman, O., dan Utomo,

N.B.P. 2006. Pengaruh

Penambahan Spirulina platensis dengan Kadar Berbeda pada

Pakan Terhadap Tingkat

Intensitas Warna Merah pada Ikan Koi Kohaku (Cyprinus

carpio L.). Jurnal

Akuakultur Indonesia. 5(1) : 1-4.

Indarti, S., Muhaemin, M.., dan

Hudaidah, S., 2012. Modified

Toca Colour Finder (M-TCF)

dan Kromatofor sebagai Penduga Tingkat Kecerahan Warna Ikan

Komet (Carassius auratus

auratus) yang Diberi Pakan dengan Proporsi Tepung Kepala Udang (TKU) yang Berbeda.

Jurnal Rekayasa dan Teknologi

Budidaya Perairan. 1(1) : 9-16.

Mara, K. I. 2010. Pengaruh

Penambahan Tepung Kepala

Udang dalam Pakan Buatan

Terhadap Peningkatan Warna

Ikan Rainbow Merah (Glossolepis

incises). [Skripsi]. Universitas

Negeri Jakarta. Jakarta.

Satyani, D., Sumastri, S., dan

Komarudin, O. 1992. Peningkatan

Kualitas Warna Ikan Botia

dengan Asthaxantin dalam Pakan Buatan. Prosiding Seminar Hasil Perikanan Air Tawar 1992/1993.

Simpson, K. L., Katayama, T. and

Chichester, C.O. 1981.

Carotenoid in Fish Feed.

p:102-103. In: Carotenoid as

Colorants and Vitamin A Precursors. Academic Press. Publishers. New York - San Francisco.

Suharyanto. 2011. Spirullina platensis. http://databaseartikel.com/pendidi

kan/

201112977-Spirullina-sp-sebagai pakan alami.html.

i1 1 hal. (Diakses pada 25

Gambar

Gambar 1. Perubahan Warna Ikan  Komet
Gambar 2. Data Pertumbuhan Bobot  Ikan
Gambar 3. Data Pertumbuhan Panjang  Ikan

Referensi

Dokumen terkait

Kampung Malang adalah kampung yang unik dengan karakteristik yang khas yaitu adanya bangunan kuno yang berarsitektur jawa dan cina, adanya legenda atau cerita rakyat yang

Penggunaan bahasa Makean dalam lirik kesenian togal manika tentu akan semakin memperluas daerah penyebarannya seiring dengan perkembangan laju kesenian togal manika

Ber- dasarkan hasil pengamatan dan observasi enam aspek berpikir kritis (Fascione, 2015) di SMA Nahdatul Ulama (NU) Palembang di dapatkan data bahwa kemampuan berpikir

Sebagaimana halnya dengan penggantian waris yang diatur dalam pasal ^44 BW, maka dalam penggantian waris yang diatur dalam pasal 84&gt; BW tidak ada bedanya apakah saudara

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam: SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang model yang dipakai

De nature mungkin menjadi salah satu pilihan yang harus anda coba untuk mengobati penyakit yang anda derita tersebut ,karena kami telah terbukti banyak membantu para penderita

Atasan saya dapat melihat dan membaca peluang yang terjadi di pasar untuk mengembangkan MAJU SPORT dengan mengikuti trend dan model pada peralatan olah raga.

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa