Pengaruh Pemberian Nilai Konsentrasi Tepung Spirulina platensis yang Berbeda Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)
Effect of Spirulina platensis Concentration in Diet to Increase Color of Comet Fish (Carrassius auratus)
Wildan Panjaitan1)Eri Yusni2)dan Indra Lesmana2) 1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (E-mail : labuhanbatu65@yahoo.com) 2
Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Comet fish (Carassius auratus) is a kind of ornamental fish and very popular in the world. Comet fish has a distinctive feature that can be seen from the beautiful color, beutiful fins especially elongated tail fin, and makes the comet fish has a high selling value. The color should be upgraded and maintained its quality. Such efforts to increase color has be done by adding natural pigment resources into the feeds. Natural pigment resources can be obtained from Spirulina platensis, the Spirulina were give 1 %, 3 %, and 5 % for 30 days. The purpose of this research is to determine dosage of Spirulina platensis make it optimal to increase the color of Comet fish. This Research using Complete Random Design (CRD) with three treatment repetition and control. The results of 3% Spirulina was significant bright color, compared of 1% and 5% Spirulina were give. But for the growth and length of Comet fish has no significant diffrence. Keywords : Carassius auratus, Comet fish, Spirulina platensis, colour
PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan
Indonesia yaitu rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik yang menyebabkan
produksi nasional tidak dapat
menghasilkan kualitas yang mampu bersaing di pasar global. Permasalahan
yang sering ditemukan oleh
pembudidaya ikan hias adalah warna dan bentuk morfologi ikan hias kurang menarik.
Ikan hias memiliki ciri khas tersendiri. Apabila ikan konsumsi nilai atau harganya ditentukan dari bobot badan, kandungan nutrisi dan rasanya, maka nilai ikan hias ditentukan dari penampilannya. Daya tarik ikan hias
dapat diukur dari warna yang
cemerlang, bentuk dan kelengkapan fisik, perilaku, serta kondisi kesehatan
atau staminanya. Pemanfaatannya
sebagai hiasan dalam dekorasi akuarium
merupakan konsumsi seni bagi
penikmatnya. Warna yang cemerlang, bentuk yang cantik, badan yang mulus, lucu, sehat dan gerakan yang lemah lembut atau gesit merupakan sederet daya tarik ikan hias bagi penggemarnya (Lesmana, 2007).
Sebagian besar penggemar ikan hias percaya bahwa bentuk, warna, sifat dan gerak-gerik tubuh ikan hias ketika berenang di kolam atau dalam akuarium yang dekorasinya dan ditata dengan
bagus dapat menenteramkan hati,
menyembuhkan tekanan darah tinggi maupun stress (tekanan jiwa) yang
disebabkan karena berbagai hal atau masalah dalam kehidupan sehari-hari (Effendie, 1979).
Warna sebagai nilai estetika ikan
hias akan mempengaruhi nilai
ekonomisnya. Warna harus dapat
ditingkatkan dan dipertahankan
kualitasnya. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan adalah menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Saat ini sudah banyak dibuat zat warna sintetik yang dapat ditambahkan dalam pakan tetapi hasilnya tidak sebaik jika menggunakan sumber pigmen alami.
Pembudidaya lebih memilih
menggunakan sumber pigmen alami untuk meningkatkan warna ikan hias. Sumber pigmen alami dapat diperoleh dari Spirulina platensis (Dwijayanti, 2005).
Spirulina platensis merupakan alga hijau berfilamen yang sudah banyak digunakan sebagai sumber
pakan alami. S. platensis dapat
dimanfaatkan sebagai suplemen bahan pakan, makanan dan pengobatan. S.
platensis yang digunakan sebagai pakan
tambahan pada ikan hias yang dapat menambah pewarnaan ikan hias karena pigmen yang terkandung didalamnya. Hal ini didukung dengan kandungan beta-karoten yang dimiliki oleh jenis mikro alga ini (Suharyanto, 2011).
Ikan komet (Carrasius auratus) merupakan salah satu jenis ikan hias yang populer saat ini, keunggulan ikan komet adalah pada warna yang terdapat pada ikan tersebut yang bermacam-macam seperti putih, kuning, merah, atau perpaduan lain dari warna-warna tersebut. Hal ini membuat ikan komet memiliki nilai daya jual yang tinggi sehingga banyak orang yang berusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Ikan komet juga memiliki harga yang tetap stabil di pasaran dan permintaan pasar yang terus meningkat. Ikan komet
memiliki keistimewaan tersendiri yaitu dilihat dari keanekaragaman warna, jenis dan keindahan sirip-siripnya.
Warna ikan komet akan
menambah nilai seni dan akan
meningkatkan nilai jual. S. platensis merupakan pakan alami yang dapat meningkatkan kualitas warna dari ikan komet. Sejauh ini belum diketahui dosis yang dapat meningkatkan kualitas warna pada ikan komet. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Pemberian Nilai Konsentrasi
Tepung Spirulina platensis yang
Berbeda pada Pakan Terhadap
Peningkatan Warna Ikan komet
(Carrasius auratus)”.
Kegiatan penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas warna dari ikan komet yang juga akan menambah harga ikan tersebut serta nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan bagi pencinta ikan komet.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember
2014, di Pusat Informasi Balai
Budidaya Ikan Hias Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Kecamatan Medan Johor.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 12 unit akuarium ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm sebagai wadah pemeliharaan, aerator untuk menjaga kandungan oksigen dalam media, pH meter untuk melihat kadar asam dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui kandungan oksigen, termometer melihat suhu, timbangan digital untuk mengukur bobot ikan, selang sifon untuk membuang sisa metabolisme (menjaga kualitas air), serok untuk menangkap ikan, alat tulis, kamera digital untuk dokumentasi dan lain-lain.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan komet : ukuran ± 6 cm dengan berat ± 8 gram, air bersih, tepung Spirulina platensis, pakan buatan berupa pelet ikan hias (Takari), progol untuk perekat S.
platensis pada pakan, dan lain-lain.
Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Bagan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dapat dilihat pada Lampiran 1. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Perlakuan 1 : Pemberian tepung Spirulina platensis 1%
2. Perlakuan 2 : Pemberian tepung Spirulina platensis 3%
3. Perlakuan 3 : Pemberian tepung Spirulina platensis 5%
4. Kontrol : Tanpa pemberian tepung Spirulina platensis
Prosedur Penelitian
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan komet yang berukuran ± 6 cm dengan berat ± 8 gram (berasal dari induk yang sama, umur yang sama dan ukuran yang
sama). Sebelum ikan dimasukan
kedalam wadah uji, terlebih dahulu ikan diadaptasi selama dua hari. Selama adaptasi ikan uji diberi perlakukan sama seperti pemberian pakan pelet. Setelah diadaptasi ikan ditebar sebanyak 5 ekor per akuarium/media uji. Pengamatan perubahan warna hanya selama sebulan atau 30 hari.
Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan buatan pelet ikan hias dan dicampur dengan S.
platensis sesuai dengan perlakuan.
Pakan yang digunakan untuk kontrol
tidak mengandung S. platensis,
sedangkan perlakuan 1% mengandung 1 gram serbuk S. platensis dalam 100
gram pakan, 3 gram dalam 100 gram pakan pada perlakuan 3%, dan 5 gram dalam 100 gram pakan untuk perlakuan 5%.
Wadah yang digunakan adalah akuarium berjumlah 12 buah yang berukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm.
Akuarium dicuci menggunakan
detergen hingga bersih dan dikeringkan. Setelah itu, akuarium diisi dengan air sekitar 75% dari volumenya dan diberi aerator sebagai penyuplai oksigen.
Pengamatan Hasil
Pengukuran warna dilakukan
setiap 10 hari sekali dengan
menggunakan alat pengukur warna yang
dimodifikasi sendiri. Pengamatan
terhadap intensitas warna komet
menggunakan alat pengukur warna yang dimodifikasi sendiri dan diamati oleh 5 orang panelis yang tidak memiliki gangguan penglihatan.
Pengukuran panjang meliputi panjang total ikan dari ujung mulut sampai ujung ekor ikan. Pertumbuhan
panjang dihitung dengan rumus
Effendie (1979), yaitu: Lm = Lt – L0 Keterangan :
Lm : Pertumbuhan panjang mutlak ikan (cm)
Lt : Panjang ikan pada waktu ke-t (cm) L0 : Panjang ikan pada waktu ke-0 (cm)
Pengukuran bobot ikan
menggunakan timbangan digital.
Pertambahan bobot dihitung dengan rumus Effendie (1979), yaitu:
Wm = Wt – W0 Keterangan :
Wm : Pertambahan bobot mutlak ikan (g)
Wt : Bobot ikan pada waktu ke-t (g) W0 : Bobot ikan pada waktu ke-0 (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Warna
Pengamatan warna ikan komet dilakukan setiap 10 hari. Dalam
melakukan penelitian ikan komet
mengalami perubahan warna dari
masing-masing perlakuan. Perlakuan yang diberikan yaitu K (0% dosis
Spirulina), P1 (dosis 1%), P2 (dosis 3%), P3 (dosis 5%). Perubahan warna ikan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (11,58), kemudian diikuti perlakuan P3 (10,30), perlakuan P1 (9,28) dan
perubahan warna terendah pada
perlakuan K (8,05). Data perubahan warna ikan komet dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Perubahan Warna Ikan Komet
Pada Gambar diatas dapat dilihat
banyaknya dosis Spirulina tidak
menjadikan kecerahan warna pada ikan komet menjadi semakin baik. Nilai
dosis Spirulina yang optimal
meningkatkan nilai kecerahan warna pada ikan komet ternyata terletak pada perlakuan P2 yaitu menggunakan dosis
Spirulina 3%. Hasil pengamatan warna
dari masing-masing panelis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Warna Ikan Komet Selama Penelitian
Perlakuan Panelis Pengamatan (Hari Ke-)
1 10 20 30 K 1 7 7,66 8 8 2 7 7,66 7,66 8 3 7 7 7,33 7,66 4 7 7,33 8 8 5 7,33 8 8 8 P1 1 7 7,66 8,66 9,33 2 7,33 7,66 8 9 3 7 7,33 8,66 9,33 4 7 8 8,66 9 5 7 7,66 8,66 9,33 P2 1 7 8,66 10 12 2 7 8 10 11,33 3 7,33 8 9,66 11,33 4 7,33 7,66 8,66 10 5 7 8,33 10 12,33 P3 1 7 8,33 9 10 2 7 8 9,33 9,66 3 7 7,66 9,66 10 4 7 8,33 9,33 10,66 5 7,33 8 9,33 10,33 Keterangan : Nilai didapat melalui pengamatan dengan penyesuaian warna dengan alat modifikasi.
Dari hasil rata-rata nilai
pengamatan warna ikan komet oleh panelis pada Tabel diatas menunjukkan perubahan warna terjadi oleh karena pemberian Spirulina. Data hasil panelis menujukkan bahwa perubahan warna terbaik terdapat pada perlakuan P2 yaitu pemberian Spirulina sebanyak 3%. Ini terlihat dari perubahan warna hingga 4 tingkat nilai warna dari alat modifikasi, kemudian diikuti P3 sebanyak 5% dengan perubahan warna 3 tingkat, selanjutnya P1 sebanyak 1% dengan 2 tingkat. Pada perlakuan kontrol terdapat perubahan yang sangat kecil dari
perlakuan lainnya dengan rataan
dibawah 1 tingkat. Selama proses
penelitian berlangsung hasil
pengamatan menunjukkan terjadi
perubahan warna ikan pada masing-masing perlakuan. Perubahan warna
ikan yang tertinggi terjadi pada
perlakuan P2 (dosis 3%), kemudian diikuti perlakuan P3 (dosis 5%), P1 (dosis 1%) dan yang terendah K 0 2 4 6 8 10 12 14 H 10 H 20 H 30 K P1 P2 P3 P er u ba h an W ar n a Hari Pengamatan H 10 : Hari ke 10 H 20 : Hari ke 20 H 30 : Hari ke 30 K : Kontrol
P1 : Pakan Dosis Spirulina 1% P2 : Pakan Dosis Spirulina 3% P3 : Pakan Dosis Spirulina 5%
(kontrol). Pada pengamatan Simpson dkk, (1981), menyimpulkan timbulnya warna ikan secara alami disebabkan tersedianya karotenoid dari makanan.
Sehingga terjadinya perubahan warna ikan komet akibat dari penambahan tepung Spirulina pada pakan¸ karena
Spirulina mengandung karotenoid yang
dapat meningkatkan warna pada ikan. Warna ikan komet dari awal
penelitian memperlihatkan bahwa
perlakuan P2 memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan perlakuan P1 dan P3 pada warna ikan. Hal ini
membuktikan bahwa perlakuan P2
(dosis 3%) sudah mencukupi kebutuhan ikan komet akan karotenoid yang ada dalam Spirulina.
Selama penelitian berlangsung perubahan warna paling baik dan efektif meningkatkan pigmen cerah dalam
tubuh ikan komet adalah pada
pemberian dosis Spirulina pada
perlakuan P2, dengan nilai 11,58 dan paling rendah pada perlakuan K (kontrol) dengan nilai 8,05. Pada hari ke-10, rata-rata ikan uji mengalami perubahan ke arah yang lebih cerah dan meningkat pada hari ke-20. Sesuai dengan hasil pengamatan Fitriyati dkk, (2006), bahwa dengan mencampurkan
Spirulina ke dalam makanan ikan koi
selama 14 hari, akan terlihat adanya peningkatan warna. Demikian juga pada ikan komet, pada hari ke-10 sampai hari ke-14 mulai terjadi adanya perubahan warna, dikarenakan adanya peningkatan karotenoid dalam sel pigmen ikan komet.
Menurut Mara (2010),
terbentuknya warna dalam tubuh ikan dikarenakan karotenoid yang larut dalam lemak akan dicerna pada bagian usus oleh enzim lipase pankreatik dan garam empedu. Enzim lipase pankreatik akan menghidrolisis trigliserid menjadi monogliserid dan asam lemak. Garam empedu berfungsi sebagai pengemulsi
lemak sehingga terbentuk partikel lemak berukuran kecil yang disebut
micelle yang mengandung asam lemak,
monogliserid dan kolesterol. Karoteniod dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol kemudian diserap oleh dinding usus bersamaan dengan diserapnya asam lemak secara difusi pasif dan digabungkan dengan
micelle kemudian berkumpul membentuk gelembung lalu diserap melalui saluran limfatik. Selanjutnya
micelle bersama dengan retinol masuk
ke saluran darah dan ditransportasikan menuju ke hati, di hati retinol bergabung dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, karotenoid ditransfer ke protein lain, untuk diangkut ke sel-sel jaringan. Sehingga dengan demikian karotenoid dapat terserap dalam tubuh.
Ikan akan mengikat dan
mengubah pigmen-pigmen yang
diperoleh dari makanannya. Pergerakan butiran pigmen secara mengumpul atau tersebar di dalam sel pigmen warna, akibat dari rangsangan yang berbeda, seperti suhu, cahaya, dan lain-lain. Ini sesuai dengan pernyataan Evan (1993),
bahwa perubahan warna secara
fisiologis yaitu adalah perubahan warna
yang diakibatkan oleh aktivitas
pergerakan butiran pigmen atau
kromatofor.
Selama proses penelitian dapat dikatakan bahwa dengan penambahan tepung Spirulina pada pakan dapat meningkatkan warna pada ikan komet. Pernyataan ini sesuai dengan Indarti dkk, (2012), yang menyatakan bahwa kandungan karotenoid dalam tepung
Spirulina dapat meningkatkan jumlah
sel kromatofor pada ikan. Sel
kromatofor adalah sel pigmen memiliki
bentuk yang bulat dan terletak
menyebar di seluruh lapisan sel
yang tersebar di dalam sel
menyebabkan sel menyerap sinar
dengan sempurna sehingga terjadi
peningkatan warna sisik yang
menyebabkan warna sisik pada ikan menjadi lebih terang dan jelas.
Hasil analisis data menunjukkan
bahwa pemberian pakan dengan
penambahan tepung Spirulina yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan warna komet (p<0,01). Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P2 (dosis 3%) tepung Spirulina memberikan respon paling baik terhadap perubahan warna tubuh komet dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Menurut Satyani dkk, (1992) bahwa penambahan karoten
ke dalam pakan memiliki batas
maksimal artinya jika karoten
ditambahkan ke dalam pakan dalam jumlah berlebih, pada titik tertentu tidak akan memberikan perubahan warna yang lebih baik bahkan mungkin menurunkan nilai warna.
Pertumbuhan Panjang dan Bobot Ikan
Pada proses pertumbuhan, ikan komet juga mengalami perubahan yaitu bobot dan panjang. Pertumbuhan bobot terbaik ikan komet selama penelitian terdapat pada perlakuan P2 (7,26 g), kemudian diikuti perlakuan P3 (6,07 g), perlakuan P1 (5,78 g) dan bobot terendah ikan komet adalah perlakuan K (5,45 g). Data pertumbuhan bobot dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Data Pertumbuhan Bobot Ikan
Pertumbuhan bobot ikan komet terlihat pada Gambar 2 menunjukkan bahwa peningkatan bobot ikan komet
secara umum yaitu pada hari
pertengahan pengamatan. Peningkatan bobot tubuh dari 10 hari mulai meningkat kemudian dari rentang hari 20 sampai hari 30 mulai semakin terlihat peningkatan secara signifikan dari masing-masing perlakuan. Nilai peningkatan bobot ikan komet yang paling baik yaitu pada perlakuan P2 dengan dosis Spirulina 3% (7,26 g) kemudian diikuti perlakuan P3 (6,07 g), P1 (5,78 g), dan terakhir yaitu K (5,45 g).
Selama proses pemeliharaan, ikan komet juga mengalami perubahan ukuran panjang. Pertumbuhan panjang terbaik ikan komet selama penelitian terdapat pada perlakuan P2 dengan dosis
Spirulina 3% (7,65 cm), kemudian
diikuti perlakuan P3 dosis 5% (7,52 cm), perlakuan P1 1% (7,20 cm) serta perlakuan Kontrol tanpa pemberian
Spirulina (6,61 g). Data pertumbuhan
panjang dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 H 10 H 20 H30 K P1 P2 P3 B er at ( g ) H 10 : Hari ke 10 H 20 : Hari ke 20 H 30 : Hari ke 30 Hari Pengamatan K : Kontrol
P1 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 1% P2 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 3% P3 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 5%
Gambar 3. Data Pertumbuhan Panjang Ikan
Pada Gambar 3 terlihat
Pertumbuhan panjang ikan komet
menunjukkan bahwa peningkatan
panjang ikan komet secara umum cukup seimbang. Ini terlihat dari perbandingan
antara perlakuan yang mendapat
tambahan dosis Spirulina tidak berbeda jauh.
Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur selama melakukan penelitian adalah suhu, DO dan pH. Kondisi
kualitas air dijaga dalam batas
kelayakan untuk pemeliharaan ikan komet. Data kualitas air yang didapat selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Parameter Kualitas Air
Berdasarkan hasil penelitian,
diperoleh suhu air antara 26-28,2 oC, kandungan oksigen terlarut 6,1-7,8 mg/l dan pH air berkisar antara 6,9-7,6.
Kesimpulan
1. Tepung S. platensis yang
ditambahkan pada pakan dapat merubah warna dan mempengaruhi pertumbuhan ikan komet.
2. Tepung S. platensis yang
ditambahkan pada pakan dengan dosis 3% menghasilkan tingkat perubahan warna yang lebih baik dan lebih efektif dibandingkan dengan dosis 1% atau 5% pada ikan komet.
3. Tepung S. Platensis yang
ditambahkan pada pakan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang dan berat pada ikan komet.
Saran
1. Dalam meningkatkan kualitas warna pada ikan komet sebaiknya pakan dicampur dengan tepung S. platensis dengan dosis 3%.
2. Dalam menjaga kelangsungan hidup ikan komet perlunya pengontrolan kualitas air dan seluruh media yang
digunakan yang meliputi
pencegahan penyerangan hama penyakit dengan sterillisasi alat. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 H 10 H 20 H 30 K P1 P2 P3 P an ja n g ( cm) Hari Pengamatan H 10 : Hari ke 10 H 20 : Hari ke 20 H 30 : Hari ke 30 K : Kontrol
P1 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 1% P2 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 3% P3 : Pakan Dengan Dosis Spirulina 5%
Parameter K P1 P2 P3 Daelami (2001) Suhu (0C) 26,5-27,8 26,9-27,4 26,2-28,3 26,2-28,2 25-32 DO (mg/L) 6,1-7,3 6,6-7,4 6,3-7,1 6,9-7,8 5,5-9,0 pH 6,9-7,6 6,8-7,2 7,1-7,5 6,8-7,4 >5
DAFTAR PUSTAKA
Daelami. 2001. Usaha Pembenihan Ikan
Hias Air Tawar. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Dwijayanti, Y. 2005. Pengaruh
Penggunaan Tepung Alga
Spirulina dalam Pakan Buatan Terhadap Perubahan Warna Ikan
Botia (Botia Machracantus
Bleeker). Skripsi. Jurusan Perikanan Universitas Padjajaran.
Tidak Dipublikasi.
Effendie, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.
Evan, D. H. 1993. The Physiology of
Fishes. CCR Press. London.
Fitriyati, N., Carman, O., dan Utomo,
N.B.P. 2006. Pengaruh
Penambahan Spirulina platensis dengan Kadar Berbeda pada
Pakan Terhadap Tingkat
Intensitas Warna Merah pada Ikan Koi Kohaku (Cyprinus
carpio L.). Jurnal
Akuakultur Indonesia. 5(1) : 1-4.
Indarti, S., Muhaemin, M.., dan
Hudaidah, S., 2012. Modified
Toca Colour Finder (M-TCF)
dan Kromatofor sebagai Penduga Tingkat Kecerahan Warna Ikan
Komet (Carassius auratus
auratus) yang Diberi Pakan dengan Proporsi Tepung Kepala Udang (TKU) yang Berbeda.
Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan. 1(1) : 9-16.
Mara, K. I. 2010. Pengaruh
Penambahan Tepung Kepala
Udang dalam Pakan Buatan
Terhadap Peningkatan Warna
Ikan Rainbow Merah (Glossolepis
incises). [Skripsi]. Universitas
Negeri Jakarta. Jakarta.
Satyani, D., Sumastri, S., dan
Komarudin, O. 1992. Peningkatan
Kualitas Warna Ikan Botia
dengan Asthaxantin dalam Pakan Buatan. Prosiding Seminar Hasil Perikanan Air Tawar 1992/1993.
Simpson, K. L., Katayama, T. and
Chichester, C.O. 1981.
Carotenoid in Fish Feed.
p:102-103. In: Carotenoid as
Colorants and Vitamin A Precursors. Academic Press. Publishers. New York - San Francisco.
Suharyanto. 2011. Spirullina platensis. http://databaseartikel.com/pendidi
kan/
201112977-Spirullina-sp-sebagai pakan alami.html.
i1 1 hal. (Diakses pada 25