• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Tinjauan Pustaka

3. Kualitas Hidup

Persentase (%) 1. Buruk 16 80,0 2. Baik 4 20,0 Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.4, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 16 orang (80%) memiliki kualitas hidup berdasarkan keterbatasan peran karena masalah fisik yang buruk.

1.2.3 Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Nyeri Tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain nyeri tubuh pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Nyeri Tubuh (n=20)

Kualitas Hidup Frekuensi

(n) Persentase (%) Buruk 13 65,0 Baik 7 35,0 Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 13 orang (65%) memiliki kualitas hidup berdasarkan nyeri tubuh yang buruk.

1.2.4. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Kesehatan Secara Umum.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan secara umum pada tabel berikut ini

Tabel 5.6 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Kesehatan Secara Umum (n=20)

Kualitas Hidup Frekuensi

(n) Persentase (%) Buruk 18 90,0 Baik 2 10,0 Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.6, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 18 orang (90%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain kesehatan secara umum yang buruk.

1.2.5. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Energi/vitalitas

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain energi pada tabel berikut ini

Tabel 5.7 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Energi (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 3 15,0

373 3

Berdasarkan tabel 5.7, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 17 orang (85%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain energi yang baik.

1.2.6. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Fungsi Sosial.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain fungsi sosial pada tabel berikut ini

Tabel 5.8 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Fungsi Sosial (n=20)

Kualitas Hidup Frekuensi

(n) Persentase (%) Buruk 16 80,0 Baik 4 20,0 Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.8, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 16 orang (80%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain fungsi sosial yang buruk.

1.2.7. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Keterbatasan Peran karena Masalah Emosional.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah emosional pada tabel berikut ini

Tabel 5.9 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Keterbatasan Peran karena Masalah Emosional (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n) Persentase (%) 1. Buruk 15 75,0 2. Baik 5 25,0 Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.9, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 15 orang (75%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain keterbatsan peran karena masalah emosional yang buruk

1.2.8. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Kesehatan Mental.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan mental pada tabel berikut ini

Tabel 5.10 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Kesehatan Mental (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n) Persentase (%) 1. Buruk 0 - 2. Baik 20 100,0 Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 20 orang (100%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain kesehatan mental yang baik.

393 3

2. Pembahasan

Hasil penelitian ini disajikan dengan mengacu pada tujuan penelitian yaitu menggambarkan kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre.

2.1Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 12 pasien (60%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Almeida, dkk (2013) yang mendapatkan hasil bahwa pasien dengan luka kaki diabetes memiliki kualitas hidup yang rendah jika dilihat dari seluruh domain, dengan domain fungsi fisik, sosial, dan keterbatasan peran karena masalah emosional yang paling mempengaruhi. Zelenikova, dkk (2014) juga mengatakan bahwa luka kaki diabetik menyebabkan dampak yang negatif pada semua aspek kualitas hidup (Zelenikova, et al., 2014). Penurunan kualitas hidup pasien dengan luka diabetes disebabkan karena sifat penyakit yang kronik sehingga dapat berdampak pada pengobatan dan terapi yang dijalanim (Utami, et al., 2014).

Gilpin dan Lagan (2008) mengatakan bahwa berkurangnya mobilitas dan adaptasi dengan perubahan gaya hidup merupakan faktor utama menurunnya kualitas hidup pasien luka kaki diabetik. Luka kaki diabetik merupakan penyakit menahun yang kemungkinan besar mengalami gangguan dalam berbagai aspek kehidupan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup (Utami, et al., 2014).

2.2 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan aspek fungsi fisik Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari aspek fungsi fisik paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 16 pasien (80%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zelenikova, dkk (2014) yang mendapatkan hasil bahwa pasien dengan luka kaki diabetik memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dilihat dari domain fisik.

Luka kaki diabetik menyebabkan keterbatasan mobilitas pasien, sehingga meningkatkan ketergantungan pasien terhadap orang lain, hal ini juga dapat menyebabkan masalah dengan lingkungan sosial dan hubungan interpersonal sehingga menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien. (Vileikyte, 2005). 2.3 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan

peran karena masalah fisik

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain keterbatasan peran karena masalah fisik paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 16 pasien (80%). Pasien luka kaki diabetik yang menjadi responden dalam penelitian ini pada umumnya sudah tidak bekerja lagi, hal ini disebabkan karena luka kaki yang diderita maupun karena faktor usia.

Penelitian yang dilakukan oleh Walters dan Holloway (2013), yang dilakukan terhadap 66 orang responden menghasilkan bahwa 65,2 % pasien tidak lagi bekerja dan 21,2 % pasien mengganti jenis pekerjaan karena luka kaki diabetik yang pasien derita. Penelitian yang dilakukan oleh Utami, dkk (2014) mendapatkan hasil bahwa rasa gelisah dan kesakitan terkadang membuat pasien tidak bisa bekerja seperti biasanya dan mengahambat

413 3

aktivitas atau rutinitas sehari-hari. Luka kaki diabetik menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan bagi penderita, sehingga menyebabkan masalah dalam hal ekonomi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup (Nasirizibia, et al., 2015).

2.4 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain nyeri tubuh Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain nyeri tubuh paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 13 pasien (65%). Pasien mengatakan rasa nyeri ada pada malam hari pada saat ingin tidur, dan ketika berjalan, sehingga hal ini menggangu aktivitas pasien sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bradbury dan Price (2011) yang menyatakan bahwa rasa nyeri yang dirasakan pasien terjadi ketika ingin tidur, berpakaian, berdiri dan berjalan maupun berjalan jarak pendek.

Vileikyte (2005) mengatakan bahwa rasa nyeri dapat menyebabkan depresi pada pasien, yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup dilihat dari domain kesehatan mental.

2.5 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan secara umum

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain kesehatan secara umum paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 18 pasien (90%). Penelitian yang dilakukan oleh Almeida, dkk (2013) mengatakan bahwa luka kaki diabetik menyebabkan perubahan gaya hidup, perubahan pola tidur, dan penderitaan pada pasien. Kondisi ini mencegah pasien melakukan

aktivitas sehari-hari, rekreasi, maupun kegiatan dengan keluarga, hal ini menyebabkan persepsi pasien tentang kesehatan secara umum tidak baik. 2.6 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain vitalitas/

energi

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain vitalitas/energi paling banyak dalam kategori baik yaitu sebanyak 17 pasien (85%). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pasien masih semangat menjalani kehidupan walaupun dengan luka yang pasien derita, sehingga pasien masih rutin menjalani perawatan luka kakinya, Dukungan dari keluarga membuat pasien lebih semangat untuk segera sembuh dari penyakitnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Almeida (2013) yang mengatakan bahwa dukungan sosial dari keluarga, teman atau pasangan merupakan sumber daya dan energi bagi pasien.

2.7 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain fungsi sosial

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain fungsi sosial paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 16 pasien (80%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Vileikyte (2005), yang mengatakan bahwa keterbatasan mobilitas menyebabkan masalah dengan lingkungan sosial dan hubungan interpersonal. Berdasarkan hasil penelitian di Asri Woud Care Centre didapatkan bahwa kebanyakan pasien sudah tidak lagi mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya.

433 3

Pada umumnya pasien akan merasa rendah diri karena ketidakmampuan untuk tampil di lingkungan sosial dan menjalankan perannya dalam keluarga. Pasien menganggap dirinya sebagai beban dalam keluarga, dan pada akhirnya menyebabkan menurunnya kualitas hidup.

2.8Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah emosional

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain keterbatasan peran karena masalah emosional paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 15 pasien (75%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami, Karin, & Agrina (2014), peneliti mendapatkan hasil bahwa sebagian besar pasien mengatakan bahwa rasa gelisah dan kesakitan yang terkadang membuat pasien tidak dapat bekerja seperti biasanya dan menghambat aktivitas atau rutinitas sehari-hari.

Hasil penelitian Kusumadewi (2011) juga menyatakan bahwa selain fungsi fisik yang terganggu, perasaan cemas dan mudah tersinggung juga menimbulkan keterbatasan dalam aktivitas sosial yang mengakibatkan seseorang kurang sejahtera dan berdampak pada kualitas hidupnya.

2.9 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan mental

Kualitas hidup seluruh pasien luka kaki diabetik (100%) dilihat dari domain kesehatan mental dalam kategori baik. Hasil penelitian didapatkan bahwa kebanyakan pasien memiliki pasangan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Hal tersebut disebabkan karena pasien mendapatkan

dukungan dari pasangannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggina (2010), yang mendapatkan hasil bahwa dukungan pasangan merupakan segala perilaku dan sikap positif yang diberikan kepada individu yang sakit atau mengalami masalah kesehatan.

Vileikyte (2005) mengatakan bahwa tidak ada hubungan depresi dengan luka kaki diabetik, hal ini bisa disebabkan karena pasien yang menderita luka kaki diabetik menerima dukungan keluarga dan pengobatan yang cukup yang dapat mencegah terjadinya depresi. Berbeda dengan pendapat Marcelino & Carvalho (2005 dalam Almeida, et al., 2013) yang mengatakan bahwa pasien luka kaki diabetes merasa khawatir, frustasi, dan putus asa,yang disebabkan karena penyakit yang dideritanya dan komplikasi yang menyertainya. Pasien juga mungkin memiliki harga diri yang rendah, cemas, serta depresi. Gilpin & Lagan (2008) juga mengatakan bahwa sebagian besar pasien dengan luka kaki diabetes merasa depresi, frustasi, marah, dan merasa berasa bersalah akibat keterbatasan yang disebabkan oleh penyakit tersebut.

Hasil penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa pasien luka kaki diabetik harus dipantau gejala depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya dan diberikan penanganan yang sesuai jika diperlukan (Vileikyte, 2005).

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik secara keseluruhan berada dalam kategori buruk. Kualitas hidup berdasarkan domain fungsi fisik, keterbatasan peran karena masalah fisik, nyeri tubuh, kesehatan secara umum, fungsi sosial, dan keterbatasan peran karena masalah emosional berada dalam kategori buruk, tetapi pada domain energi/vitalitas dan domain kesehatan mental menunjukkan kualitas hidup baik. Keterbatasan fisik akibat dari luka kaki diabetik yang di derita menyebabkan pasien bergantung kepada keluarga maupun orang disekitar dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu dukungan dari keluarga dan orang di sekitar pasien dapat memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup pasien luka kaki diabetik.

2. Saran

2.1Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang kualitas hidup pasien luka kaki diabetik, sehingga dapat menambah pengetahuan,dan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap pasien yang menderita luka kaki diabetik

2.2Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki kualitas hidup dalam kategori buruk, maka diharapkan perawat dapat

memberikan asuhan keperawatan dan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

2.3Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti aspek-aspek lain yang mempengaruhi kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Diabetes Melitus (DM)

1.1Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia). Ketika seseorang memiliki diabetes, maka tubuh tidak dapat memproduksi insulin dengan cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif. Jika gula darah menumpuk dalam tubuh dan tidak terkontrol, dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kebutaan, amputasi tungkai dan kaki, dan kematian dini (CDC, 2014).

1.2 Kaki Diabetes

American College of Foot and Ankle Surgeons (2015) menyatakan bahwa orang dengan diabetes rentan untuk mengalami masalah pada kaki, sering kali terjadikarena dua komplikasi diabetes, yaitu : kerusakan saraf (neuropati) dan sirkulasi darah ke kaki yang buruk. Neuropati menyebabkan mati rasa di kaki, hilangnya kemampuan untuk merasakan rasa sakit dan ketidaknyamanan di kaki, sehingga penderita tidak merasakan adanya cedera atau iritasi di kaki. Sirkulasi darah yang buruk di kaki menyebabkan luka di kaki sulit untuk sembuh. Memiliki diabetes meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah

pada kaki. Selain itu, dengan diabetes, masalah kaki yang kecil dapat berubah menjadi komplikasi yang serius.

1.2.1 Gangguan pada kuku (kuku masuk ke dalam jaringan)

Kuku kaki yang tumbuh ke dalam kulit di sisi kuku Keadaan ini disebabkan oleh perawatan kuku yang tidak tepat, misalnya pemotongan kuku yang salah, dan kebiasaan mencungkil kuku. Hal ini sering terjadi tanpa disadari karena adanya neuropati. Jika tidak segera ditangani akan menyebabkan infeksi.

1.2.2 Hammer toes

Pemakaian sepatu yang terlalu sempit dapat menimbulkan luka pada jari- jari kaki, sehingga terjadi peradangan. Dengan adanya neuropati dan peradangan yang lain pada ibu jari kaki menyebabkan terjadinya perubahan bentuk jari kaki seperti martil (hammer toe).

1.2.3 Kulit kering dan pecah-pecah

Sirkulasi darah yang buruk dan neuropati dapat membuat kulit kaki kering. Hal ini mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi kulit kering dapat mengakibatkan kulit menjadi pecah-pecah yang mungkin dapat menjadi luka dan dapat menyebabkan infeksi.

1.2.4 Calluses atau kapalan

Penggunaan sepatu yang tidak sesuai dapat menyebabkan penekanan yang berulang-ulang pada daerah tertentu di kaki, dengan adanya kondisi neuropati pada penderita Diabetes Melitus hal tersebut

9

pengerasan pada kulit di kaki (calluses). Jika tidak segera ditangani dengan tepat, maka akan berlanjut menjadi kulit kering dan pecah – pecah, dan luka kaki yang disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah dan neuropati.

1.2.5 Charcot foot

Merupakan kelainan bentuk kaki yang kompleks. Charcot foot terjadi karena hilangnya sensasi pada kaki, tidak terdeteksinya tulang yang patah yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak pada kaki. Neuropati menyebabkan rasa sakit atau nyeri akibat fraktur terjadi tanpa disadari dan pasien terus berjalan, akhirnya menyebabkan deformitas. Pada kondisi yang berat dapat menyebabkan cacat, dan bahkan amputasi.

1.2.6 Luka kaki

Karena sirkulasi darah yang buruk dan neuropati pada kaki, luka atau lecet dapat dengan mudah berubah menajdi luka atau borok yang terinsfeksi dan sulit untuk sembuh. Jika tidak ditangani dengan tepat maka akan mengakibatkan amputasi pada kaki maupun kematian.

2. Luka Kaki Diabetik

2.1 Pengertian Luka Kaki Diabetik

Gitarja (2008) mengatakan bahwa luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka kaki diabetik merupakan luka yang terjadi pada pasien diabetes yang melibatkan gangguan pada saraf periferal dan autonomik (Maryunani, 2013). Frykberg (2002) menyatakan bahwa luka kaki diabetik

adalah luka atau lesi pada pasien DM yang dapat mengakibatkan ulserasi aktif dan merupakan penyebab utama amputasi kaki.

2.2 Etiologi Luka Kaki Diabetik

Menurut Wounds International (2013) kebanyakan pasien dengan luka kaki diabetik disebabkan oleh adanya peripheral neuropathy dan peripheral arterial disease (PAD)atau keduanya.

2.2.1 Peripheral Neuropathy (Kerusakan Saraf Perifer)

Peripheral Neuropathy menyebabkan luka kaki diabetik yang diakibatkan dari kerusakan saraf sensorik, motorik, dan otonomik. Pasien dengan kerusakan saraf sensori tidak menyadari adanya trauma pada kulit. Kehilangan sensasi menyebabkan pasien rentan mengalami trauma fisik, kimia, dan panas. Lecet, kemerahan, atau perdarahan pada kulit disebabkan oleh gerakan yang berlebihan atau alas kaki yang buruk, Jika hal ini terus berlanjut akan menyebabkan terjadinya luka kaki (Woo, Santos, dan Gamba, 2013). Pada pasien dengan kerusakan saraf motorik menyebabkan deformitas pada kaki, seperti hammer toes, dan kaki claw yang mengakibatkaan tekanan yang abnormal pada tonjolan tulang, hal ini menyebabkan rentan terjadinya luka pada kaki. Sedangkan pasien dengan kerusakan saraf otonomik biasanya terkait dengan kulit kering, yang dapat mengakibatkan terjadinya fissure, cracking, dan callus, yang jika terus berlanjut akan menjadi luka kaki.

11

2.2.2 Peripheral Arterial Disease (PAD)

Pasien dengan DM dua kali lebih mungkin untuk memiliki PAD daripada pasien yang tidak menderita DM. Peripheral Arterial Disease meningkatkan risiko terjadinya luka, infeksi dan amputasi sebagai akibat dari iskemik yang menyebabkan penurunan pasokan darah dan perfusi jaringan ke ekstremitas bawah. Perlu di ingat bahwa kerika terjadi penurunan aliran darah arteri, microangiopaty (disfungsi pembuluh darah kecil) berpengaruh pada penyembuhan luka yang buruk.

Luka kaki diabetik biasanya terjadi karena dua atau lebih faktor penyebab secara bersamaan. Unsur intrinsik seperti neuropati, PAD, dan deformitas pada kaki disertai dengan trauma ekternal seperti penggunaan alas kaki yang buruk, luka pada kaki seiring berjalannya waktu dapat menjadi luka kaki diabetik. Neuropati Sensori Perifer

2.3 Pengkajian Luka Kaki Diabetik

Registered Nurses’ Association of Ontario (2013) mengemukakan bahwa pengkajian luka kaki diabetik terdiri dari, mengukur panjang dan kedalam luka, jenis eksudat, bau, kulit disekitar luka, nyeri, dan klasifikasi / stadium luka.

2.3.1 Mengukur Panjang, Lebar dan kedalaman luka.

Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi apakah luka semakin membaik menuju hasil yang diinginkan. Mengukur kedalaman luka harus diiringi dengan pengukuran panjang dan lebar luka, untuk memberikan data kuantitatif untuk secara akurat menentukan penyembuhan luka.

Mengukur kedalaman luka dilakukan dengan lembut dengan memasukkan swab tongkat steril atau probe ke dalam luka.

2.3.2 Eksudat

Karakteristik eksudat pada luka memberikan informasi penting tentang status luka. RNAO merekomendasikan menggambarkan jenis eksudat diamati dari luka menggunakan terminologi umum sebagai berikut:

Tabel 2.1. Karakteristik eksudat pada luka kaki diabetik

Jenis Eksudat

Cairan kuning jernih tanpa darah, atau nanah

Serosa

Tipis, berair, merah pucat menjadi merah muda

Seroanguinosa

Berdarah, merah terang Sanguinous

Tebal, berawan, mustard kuning atau cokelat

Purulent / bernanah

2.3.3 Bau

Semua luka, terutama yang diobati dengan moisture retentive dressings, dapat memancarkan bau, dan penting untuk menilai karakteristik bau dari luka tersebut. Perubahan bau mungkin menunjukkan perubahan dalam keseimbangan bakteri. Luka yang infeksi sering mengeluarkan bau yang khas khas dan tidak menyenangkan. Luka nekrotik cenderung memiliki lebih banyak bau dari luka bersih. Luka

13

yang terinfeksi anaerob, gangren, cenderung menghasilkan bau tajam atau busuk yang berbeda.

2.3.4 Kulit disekitar Luka

Kondisi kulit disekitar luka memberikan informasi penting tentang status luka sehingga dapat memilih intervensi dan pengobatan pada luka. Hal-hal yan harus diperhatikan kerika mengkaji kulit disekita luka adalah : 1) Warna dan suhu kulit, kemerahan mungkin menunjukkan tekanan tak henti-hentinya atau peradangan berkepanjangan. Peningkatan suhu (eritema) di daerah luka juga dapat menunjukkan infeksi pada luka, 2) Pembentukan kalus, 3) Edema/pembengkakan yang dapat menunjukkan terjadinya infeksi.

2.3.5 Nyeri

Terjadinya nyeri pada luka adalah indikator kuat dari infeksi luka kronis. Nyeri yang terjadi sering digambarkan seperti rasa terbakar dan tertusuk, dan nyeri biasanya muncul ketika terjadi gerakan atau perubahan posisi kaki.

2.3.6 Klasifikasi / Stadium Luka kaki diabetik

Salah satu yang tertua dan mungkin klasifikasi yang paling terkenal adalah klasifikasi yang diusulkan oleh Wagner dan Meggitt pada tahun 1970-an. Klasifikasi ini dikenal sebagai "Wagner Classification" di Amerika Serikat dan menggunakan enam grade dalam menglasifikasikan luka kaki diabetik.

Stadium 0 : Tidak terdapat lesi. Kulit dalam keadaan baik, tetapi dengan bentuk tulang kaki yang menonjol (charcot arthropathies).

Stadium 1 : Luka superfisial (sebagian atau keseluruhan)

Stadium 2 : Lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang atau tendon (dengan goa)

Stadium 3 : Penetrasi daam, osteomyelitis, pyarhrosis, plantar abses atau infeksi

Stadium 4 : Gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari kaki, kulit sekitarnya selulitis, gangrene lembab / kering. Stadium 5 : Seluruh kaki dalam kondisi nekrotik dan gangrene. 2.4Patofisiologi Luka Kaki Diabetik

Terjadinya luka kaki diabetik diawali dengan adanya hiperglikemia pada

Dokumen terkait