• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.7. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah

4.7.1. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas SO2 di Udara DalamRumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas SO2 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,021) < 0,050, artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata ( ) = 5 % terdapat hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas SO2 di udara dalam rumah.

4.7.2. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas H2Sdi Udara DalamRumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas H2S di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,001) < 0,050, artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata ( ) = 5 % terdapat hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas H2Sdi udara dalam rumah.

54

4.7.3. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas NH3 di Udara DalamRumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas NH3 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,005) < 0,050, artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata ( ) = 5 % terdapat hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas NH3 di udara dalam rumah.

4.7.4. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas CH4 di Udara DalamRumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas CH4 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,017) < 0,050, artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata ( ) = 5 % terdapat hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas CH4 di udara dalam rumah.

55

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah 5.1.1. Konsentrasi Gas SO2 di Dalam Rumah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar SO2 di udara dalam rumah penduduk di sekitar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan yang terendah adalah 0,00 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,035 ppm dengan rata-rata 0,01387 ppm.

Kosentrasi SO2 dari hasil penelitian ini masih dibawah batas kosentrasi maksimal yang diperbolehkan. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan (Kualitas Udara) batas kosentrasi maksimal yang diperbolehkan untuk SO2 adalah 0,10 ppm. Hal ini disebabkan karena penghasil utama gas SO2 adalah sepertiganya dari hasil pembakaran bahan bakar dan sepertiganya lagi dari aktifitas gunung merapi sedangkan dari hasil pembusukan sampah hanya menghasilkan sedikit gas SO2.

Sulfur dioksida merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktip terhadap gas lain. Sebagian SO2 yang berada di atmosfer akan diubah menjadi SO3 dan selanjutnya menjadi H2SO4 oleh proses-proses fotolisis dan penguraian zat oleh cahaya (Sunu, 2001).

SO2 merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi penderita penyakit kronis sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Penderita sangat

56

sensitif terhadap kontak dengan SO2 meskipun dalam konsentrasi yang relatip rendah (Sunu, 2001).

5.1.2. Konsentrasi Gas H2S di Dalam Rumah

Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi gas H2S di dalam rumah terendah adalah 0,28 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,90 ppm dengan rata-rata 0,5023 ppm. Gas H2S yang terdeteksi dalam rumah penduduk berasal dari TPAS Terjun yang dihasilkan oleh pembusukan sampah.

Kosentrasi gas H2Sdari hasil penelitian ini menunjukkan konsentrasi polutan yang cukup tinggi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan (Kualitas Udara) konsentrasi gas H2S untuk lingkungan perumahan adalah tidak terdeteksi secara biologis.

Gas H2S pada kadar 0,05 ppm dapat dideteksi dari bau, dan pada kadar 0,1 ppm dapat menyebabkan iritasi dan kehilangan rasa sensoris. Jika terpajan gas H2S dengan kadar di atas 50 ppm, gejala secara bertahap akan naik, conjunctivitis yang nyeri, pusing, mual, batuk, radang tenggorokan dan edema paru. Pada kadar 500 ppm akan terjadi kehilangan kesadaran mendadak, dan meninggal dalam waktu 30-60 menit (Ditjen PPM&PL, 2001).

57

5.1.3. Konsentrasi gas NH3 di Dalam Rumah

Hasil penelitian menunjukkan kadar gas NH3 di dalam rumah terendah adalah 0,07 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 1,03 ppm dengan rata-rata 0,4623 ppm.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan (Kualitas Udara) konsentrasi gas NH3 untuk lingkungan perumahan adalah tidak terdeteksi secara biologis.

Amonia berasal dari produk manusia dan alami, merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang tajam. Amonia mudah larut dalam air berubah menjadi amonium (bukan gas dan tidak berbau). Amonia yang ada di lingkungan merupakan hasil pembusukan sampah (Ditjen PPM&PL, 2001).

Konsentrasi gas NH3 yang terdeteksi dalam rumah sekitar TPAS Terjun masih dalam batas yang belum membahayakan kesehatan. Menurut Ditjen PPM&PL, bau gas NH3 tercium dan menyebabkan gangguan kesehatan (seperti iritasi mata dan tenggorokan serta rangsangan batuk), bila kadarnya lebih dari 50 ppm di udara. Rendahnya konsentrasi gas NH3 yang ada dalam rumah disebabkan oleh sifat gas NH3 yang tidak stabil di udara dan kelarutannya yang tinggi dengan uap air akan membentuk amonium.

58

5.1.4. Konsentrasi gas CH4 di Dalam Rumah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar gas CH4 di dalam rumah terendah adalah 65 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 485 ppm dengan rata-rata 140,47 ppm.

Dari seluruh parameter gas di udara yang diteliti, maka gas yang paling dominan adalah gas metan (CH4), hal ini sesuai dengan Anonimous (2008) yang menyatakan bahwa metan (CH4) merupakan gas dominan selain karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses dekomposisi sampah di tempat pembuangan akhir.

Timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir

sampah berpotensi melepaskan gas metan yang dapat meningkatkan emisi gas rumah

kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Keberadaan dan

pergerakan metan sangat berbahaya pada TPA yang tidak dilengkapi dengan fasilitas

pengelolaan gas.

Menurut Sastrawijaya, 1991 sampah dapat dibuat biogas yang merupakan hasil penguraian sampah secara anaerob dengan bantuan bakteri pengurai. Biogas yang dihasilkan tidak murni terdiri dari metana (65%), karbon dioksida (30%), hydrogen sulfide (1%) dan sejumlah gas lain.

5.2. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Dokumen terkait