• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS UDARA DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2008

TESIS

Oleh

M E I R I N D A 067031008/MKLI

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS UDARA DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2008

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

M E I R I N D A 067031008/MKLI

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN KUALITAS UDARA DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Meirinda Nomor Pokok : 067031008

Program Magister : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS) (Ir. Indra Chahaya S, MSi) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(4)

Telah diuji pada :

Tanggal : 04 September 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS

Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya S, MSi

2. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, PhD

(5)

PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS UDARA DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2008

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Meirinda

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai, 18 Mei 1975

Agama : Islam

Alamat : Jalan Eka Rasmi Perumahan Villa Johor Blok B-9

Medan

Telp : 061- 30039072

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 020262 Binjai : 1981-1987

2. SMP Negeri 2 Binjai : 1987-1990

3. Sekolah Menengah Analis Kesehatan

Departemen Kesehatan RI. Medan : 1990-1993

4. D-3 PendidikanTeknologi Kimia Industri Medan : 1993-1996

5. Teknik Industri Universitas Medan Area : 2000-2002

6. Program Magister Manajemen Kesehatan

Lingkungan Industri Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara : 2006-2008

RIWAYAT PEKERJAAN

(7)

ABSTRAK

Tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) mempunyai fungsi yang sangat penting, namun dapat menimbulkan dampak menurunnya kualitas lingkungan disebabkan tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara baik di dalam rumah maupun di luar rumah yang berada disekitar TPAS serta menyebabkan terjadinya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Pembusukan sampah akan menghasilkan antara lain gas methane (CH4), gas hidrogen sulfida (H2S) yang bersifat racun bagi tubuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas udara dalam rumah di sekitar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Jenis penelitian adalah penelitian survai bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Uji statistik regresi linier dengan tingkat keyakinan ( ) 0,05 dilakukan untuk mengetahui hubungan kualitas kimiawi udara dalam rumah penduduk di sekitar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dengan jarak rumah dari TPAS dan kualitas fisik rumah. Jumlah responden sebanyak 30 KK dengan lokasi pengambilan sampel dilakukan pada rumah penduduk sekitar TPAS yang berjarak 0 m sebanyak 4 KK, 100 m sebanyak 6 KK, 200 m sebanyak 8 KK dan 300 m sebanyak 12 KK.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi gas SO2, H2S, NH3, dan CH4 dengan jarak rumah dari TPAS Terjun, masing-masing dengan nilai p= 0,001; 0,012; 0,000, dan 0,000. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas SO2 (p=0,021), H2S (p=0,001), NH3 (p=0,005) dan CH4 (p=0,017) di udara dalam rumah penduduk sekitar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Diharapkan pemerintah kota Medan memperbaiki sistim pengolahan sampah yang ada dengan metode dan teknik yang berwawasan lingkungan serta menanami jenis pepohonan seperti mahoni, angsana, beringin, dan lain-lain di sekitar TPAS terjun untuk menyerap polutan-polutan gas dari TPAS. Bagi masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi TPAS agar memperbaiki kualitas fisik rumahnya sehingga sirkulasi udara dalam rumah menjadi lancar.

(8)

ABSTRACT

Garbage dump sites has a very important function but it can bring an impact in the form of environmental quality degradation because the pile of garbage produces various pollutants which can pollute either indoor or outdoor air that the incident of Acute Respiratory Tract Infection. Garbage decomposing will produce methane gas (CH4), hydrogen sulfide gas (H2S), and ammonia gas (NH3) that can be a

toxin for human body.

The purpose of this study is to analyze the factors related to the Air Quality inside the House around the garbage dump site in Kelurahan Terjun, Medan Marelan Sub–district. This observational study with cross sectional design was conducted in the vicinity of the garbage dump site in Kelurahan Terjun, Medan Marelan Sub– district with the samples of 4 houses with distance of 0 (zero) meter, 6 houses with the distance of 100 meters, 8 houses with distance of 200 meters and 12 houses with the distance of 300 meters from the garbage dump site. The relationship between the chemical quality of air in the houses and distance of the houses from the garbage dump site and physical quality of the houses was statically examined by means of linear regression test.

The result of this study show that there is a relationship between the concentration of SO2 (p=0,001), H2S (p=0,012), NH3 (p=0,000) and CH4 (p=0,000)

gases and the distance of the houses from the Terjun garbage dump site. There is a relationship between the physical quality of the houses and the concentration of SO2

(p=0,021), H2S (p=0,001), NH3(p=0,005) and CH4 (p=0,005) gases found in the air

inside the residents house around the garbage dump site in Kelurahan Terjun , Medan Mareland Sub-district.

It is expected that the Municipal Government of Medan to improve the existing treatment system of garbage by using environmental-oriented methods and growing such trees as mahogany, angsena, banyan tree, etc around the garbage dump site to absorb the gas pollutants. In addition, the community who lived around the location of garbage, it is expected to improve the physical quality of their houses to make air circulation smoother.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Kesehatan pada Program Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Proses penulisan dapat terwujud berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. T. Chairun Nisa B, MSc, Direktur Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS, Ketua Program Studi Magister Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri, dan Ketua Komisi Pembimbing penulisan tesis. 3. Ir. Indra Chahaya S, MSi., selaku anggota Komisi Pembimbing penulisan tesis

yang selalu mendorong dan meluangkan waktu untuk membimbing, serta memberikan masukan bagi penulis.

(10)

5. Keluarga tercinta: Ibunda Hj. Djamilah, Suami Rinaldi, ST serta kedua buah hati M. Adithya Rinanda dan Fadhil Fadhlullah Rinanda yang selalu mendoakan dan menjadi motivasi bagi penulis.

6. Teman-teman MKLI 06 khususnya Alfattah Faisal M, Mahyudi selaku rekan sejawat yang telah banyak membantu penulis, Yanti Agustini, Butet B. Manurung, Marlinang dan Mustar.

7. Ibu Dra. Indah Anggraini, MSi., yang selalu memberikan support dan masukan bagi penulis.

8. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga hasil dari tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2008

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Meirinda

Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai, 18 Mei 1975

Agama : Islam

Alamat : Jalan Eka Rasmi Perumahan Villa Johor Blok B-9 Medan

Telp : 061- 30039072

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 020262 Binjai : 1981-1987 2. SMP Negeri 2 Binjai : 1987-1990 3. Sekolah Menengah Analis Kesehatan

Departemen Kesehatan RI. Medan : 1990-1993 4. D-3 PendidikanTeknologi Kimia Industri Medan : 1993-1996 5. Teknik Industri Universitas Medan Area : 2000-2002 6. Program Magister Manajemen Kesehatan

Lingkungan Industri Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara : 2006-2008

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ……… iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ………..… 1

1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Perumusan Masalah ……….. 4

1.3. Tujuan Penelitian ……….. 5

1.4. Hipotesis ……… 6

1.5. Manfaat Penelitian ……… 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 7

2.1. Perumahan dan Lingkungan ……….……… 7

2.2. Persyaratan Rumah Sehat ……….……… 8

2.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 15

2.4. Sampah Padat ………... 16

2.5. Karakteristik Sampah ………... 19

2.6. Pengolahan Sampah ………... 21

2.7. Tempat Pembuangan Akhir Sampah ………... 23

2.8. Pencemaran Udara ……… 26

2.9. Polusi Udara Dalam Ruang ……….. 31

2.10.Kerangka Konsep ……….. 34

BAB III. METODE PENELITIAN ……….. 35

(13)

3.2. Lokasi Penelitian ... 35

3.3. Waktu Penelitian ... 35

3.4. Populasi dan Sampel ... 36

3.5. Teknik Pengambilan Sampel ... 36

3.6. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.7. Variabel dan Definisi Operasional ... 40

3.8. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.9. Metode Analisa Data ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN ………... 45

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah... 45

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Rumah... 46

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah ... 47

4.4. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah... 48

4.5. Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ... 49

4.6. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah... 50

4.6.1. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas SO2 di Udara Dalam Rumah... 50

4.6.2. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas H2S di Udara Dalam Rumah... 51

4.6.3. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas NH3 di Udara Dalam Rumah... 51

(14)

4.7.1. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan

Konsentrasi gas SO2 di Udara Dalam Rumah... 53

4.7.2. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas H2Sdi Udara Dalam Rumah... 53

4.7.3. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas NH3 di Udara Dalam Rumah... 54

4.7.4. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas CH4 di Udara Dalam Rumah... 54

BAB V. PEMBAHASAN...………... 55

5.1. Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ... 55

5.2. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ... 58

5.3. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ... 62

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN……… 65

6.1. Kesimpulan ... 65

6.3. Saran ... 66

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Rumah yang Tidak Sehat... 10

2.2. Jenis-Jenis Pencemaran Udara ... 28

3.1. Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Proporsi ... 37

3.2. Tabel Definisi Operasional Penelitian ... 42

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008... 45

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008... 46

4.3. Kualitas Fisik Rumah Responden di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008... 47

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008... 48

4.5. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008... 49

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999

tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan (Kualitas Udara) ... 71

2. Data Hasil Penelitian ... 72

3. Gambar Lokasi Penelitian ... 76

4. Foto Udara Lokasi Penelitian ………... 77

5. Peta TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 78

6. Arah dan Kecepatan Angin Dominan Kecamatan Medan Marelan... 79

(18)
(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. (Notoatmodjo, 2005).

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, tempat kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya yang meliputi penyehatan air, udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, kebisingan, pengendalian vektor dan penyehatan lainnya.

(20)

2

pinggiran, termasuk masyarakat umum dan pemulung yang bermukim di sekitar lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS). Pemulung yang menjadikan TPAS sebagai sumber mata pencahariannya bahkan mendirikan rumahnya di atas timbunan sampah di lokasi TPAS. Kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat dan sulitnya mencari pekerjaan yang layak membuat para pemulung tetap bertahan tinggal di lokasi TPAS.

Tempat pembuangan akhir sampah mempunyai fungsi yang sangat penting, namun dapat menimbulkan dampak yaitu menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan karena tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Pemukiman yang ada di sekitar TPAS sangat beresiko bagi kesehatan penghuninya. Pembusukan sampah akan menghasilkan antara lain gas metan (CH4), gas amonia (NH3), dan gas hidrogen sulfida (H2S) yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun H2S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima; jadi, penumpukan sampah yang membusuk tidak dapat dibenarkan (Soemirat, 2004).

(21)

3

Tercemarnya udara di sekitar TPA sampah menyebabkan kesehatan lingkungan terganggu, termasuk kualitas udara dalam rumah yang berada disekitar TPA sampah terutama meningkatnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Hasil kajian dari Departemen Kesehatan pada tahun 2004/2005 menyatakan bahwa penyakit ISPA selalu berada di urutan pertama dari sepuluh besar penyakit di 80% kabupaten/kota pada 22 propinsi di Indonesia. Diketahui bahwa resiko terjadinya ISPA, Pneumonia dan penyakit gangguan saluran pernafasan lainnya disebabkan oleh buruknya kualitas udara di dalam rumah/gedung dan di luar rumah baik secara fisik, kimia maupun biologis.

Menurut penelitian Mardiani (2006) tentang Hubungan Kualitas Udara Ambien dan Vektor Terhadap Gangguan Keluhan Saluran Pernafasan dan Saluran Pencernaan di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah menunjukkan bahwa kadar gas H2S terdeteksi melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) pada radius 150 meter dari TPA, sedangkan kadar polutan udara yang lain belum melebihi NAB. Studi AMDAL terhadap TPA Bantar Gebang Bekasi tahun 1989 menyatakan bahwa timbulnya pencemaran udara akibat meningkatnya konsentrasi gas serta timbulnya bau, baik yang ditimbulkan pada tahap operasi penimbunan dan pemadatan sampah maupun setelah selesainya tahap operasi (Noriko, 2003).

(22)

4

meningkatkan pencemaran. Di sekitar lokasi TPAS Terjun banyak berdiri rumah, baik rumah penduduk maupun pemulung. Hal ini bertentangan dengan Keputusan Menkes RI No. 829 tahun 1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman, dimana salah satu persyaratan adalah tidak terletak pada daerah bekas Tempat Pembuangan Akhir Sampah.

Lokasi TPAS Terjun yang berada di sekitar perumahan penduduk sangat berpeluang menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, diantaranya pencemaran udara di luar maupun di dalam rumah. Timbunan sampah yang ada di TPAS Terjun menimbulkan bau yang tidak sedap. Data dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan menyatakan bahwa penyakit ISPA dengan jumlah kasus sebanyak 1.840 berada di urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di puskesmas selama bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2007. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh pencemaran yang berasal dari TPAS Terjun.

1.2. Perumusan Masalah

(23)

5

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan jarak rumah dan kualitas fisik rumah dengan kualitas udara dalam rumah di sekitar TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jarak rumah penduduk dengan TPAS di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

2. Untuk mengetahui kualitas fisik perumahan (ventilasi, luas lantai, jenis lantai, jenis dinding) di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

3. Untuk mengetahui kualitas fisik udara (suhu, kelembaban, pencahayaan) dalam rumah, dan kualitas kimiawi udara (SO2, H2S, NH3, dan CH4) dalam rumah di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

4. Untuk mengetahui hubungan jarak rumah dengan kualitas kimiawi udara dalam rumah di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

(24)

6

1.4. Hipotesis

1. Ada hubungan antara jarak rumah dengan kualitas kimiawi udara dalam rumah di sekitar TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

2. Ada hubungan antara kualitas fisik rumah dengan kualitas kimiawi udara dalam rumah di sekitar TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota dalam program pengelolaan sampah di TPA Terjun.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai kualitas udara pada pemukiman sekitar TPA Terjun.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perumahan dan Lingkungan

Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000).

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar selain makanan dan pakaian bagi penduduk. Permintaan unit rumah akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Di lain pihak, terbatasnya lahan untuk pemukiman dan penawaran perumahan hanya tertuju pada suatu golongan masyarakat tertentu. Hal ini merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan perumahannya dan secara tidak langsung berpengaruh pada tingginya harga rumah, sedangkan tingkat pendapatan penduduk relatip rendah. Dengan demikian, banyak rumah tangga menempati rumah yang kurang layak, baik dipandang dari segi kesehatan lingkungan maupun luas lantai perkapita (Ebenhaezer, 2000).

(26)

perumahan. Rumah yang layak sebaiknya mampu memenuhi syarat kesehatan penghuninya (Ebenhaezer, 2000).

Lingkungan perumahan memiliki berbagai variabel diantaranya: jenis dinding, lantai, sumber air, sumber penerangan, saluran pembuangan air, cara pembuangan sampah dan lain-lain. Variabel-variabel lingkungan perumahan tersebut harus memiliki kualitas standard yang didasarkan atas penilaian mutu material yang digunakan serta cara dan bentuk penggunaannya.

2.2. Persyaratan Rumah Sehat

Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU RI No. 4/1992).

(27)

sampah, sumber air bersih, lampu jalan, bebas banjir dan lain-lain. Standar arsitektur bangunan terutama untuk pemukiman umum pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan.

Rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara produktif. Konstruksi rumah dan lingkungannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sebagai sumber penularan berbagai penyakit, khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.

(28)

Tabel 2.1. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Rumah yang Tidak Sehat

Penyakit Masalah Lingkungan

yang relevan Strategi Pencegahan Infeksi saluran

pernapasan akut

Polusi udara dalam rumah & kepadatan

Peningkatan ventilasi.

Peningkatan dapur, alat masak.

Penyediaan listrik pada penduduk desa dan penduduk miskin kota.

Diarrhea

Sanitasi, penyediaan air dan hygiene / kebersihan

Peningkatan kualitas air.

Peningkatan kuantitas air dengan

meningkatkan keterjangkauan & jaminan suplai air.

Peningkatan sanitasi dan kebersihan (perilaku cuci tangan, memasak air, mencegah penggunaan sumber yang tidak aman).

Cacing Usus Sanitasi, penyediaan

air dan hygiene Sama dengan diarrhea Penyakit Masalah Lingkungan

yang relevan Strategi Pencegahan

Malaria Penyediaan air

Peningkatan manajemen air permukaan. Menghilangkan tempat berkembang biak nyamuk.

Mengurangi kunjungan ke tempat sarang nyamuk.

Menggunakan kelambu.

Demam Dengue

Penyediaan air dan pengumpul-an

sampah

Sama dengan malaria Penyakit Tropik (schistommiasis, trypanosomiasis dan filariasis) Sanitasi, pembuangan sampah, tempat berkembang biak

vektor sekitar rumah

Mengurangi kontak dengan air yang terinfeksi

Mengontrol populasi keong Filter air

TBC Kepadatan Peningkatan kualitas dan kuantitas rumah Penyakit saluran

napas kronis

Polusi udara dalam

(29)

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan tahun 1995 (Ditjen PPM dan PL, 2002) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang merupakan penyebab kematian terbanyak kedua dan tuberkulosis yang merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga erat kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan yang tidak sehat. Penyediaan air bersih dan dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor risiko terhadap penyakit diare (penyebab kematian urutan nomor empat) disamping penyakit kecacingan yang menyebabkan produktivitas kerja menurun.

Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, parameter rumah yang dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu: 1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar

tidur, jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, pencahayaan;

2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah; dan

(30)

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut :

1. Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya; b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

atau bekas tambang;

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;

b. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3;

c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;

d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari. e. Kebisingan dan getaran

(31)

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

1. Bahan bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat

membahayakan kesehatan, antara lain: debu total kurang dari 150 µg/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruangan

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan;

c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan; d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap. 3. Pencahayaan

(32)

4. Kualitas udara

a. Suhu udara nyaman antara 18 – 30 oC; b. Kelembaban udara 40 – 70 %;

c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam; d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni; e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam; f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3. g. Ventilasi

Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai. 6. Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah. 7. Penyediaan air

a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002. 8. Sarana penyimpanan makanan

Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman . 9. Pembuangan Limbah

(33)

b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.

10. Kepadatan hunian

Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

2.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan mempunyai luas area keseluruhan ± 16,05 Km2 dengan luas pemukiman ± 2,1 Km2, dengan deskripsi wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak, b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli, c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan, dan d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia.

(34)

TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan mulai beroperasi tahun 1991. Sampah-sampah yang ada dari TPS (Tempat Pembuangan Sementara) di kota Medan dan dari TPS sekitar TPAS Terjun dibuang setiap hari ke lokasi TPAS Terjun. Sistem yang digunakan untuk mengolah sampah di TPAS Terjun menggunakan sistem open dumping.

Di sekitar lokasi TPAS Terjun banyak berdiri rumah-rumah penduduk, sebagian telah ada sebelum TPAS Terjun dibuat dan banyak pula yang baru dibangun setelah TPAS ada. Lahan-lahan kosong di sekitar lokasi TPAS dan letaknya bersebelahan langsung dengan TPAS Terjun, sebelumnya merupakan areal persawahan dan rawa-rawa, tetapi saat ini sebagian telah berdiri rumah-rumah penduduk. Bahkan sebagai tanah timbunan untuk membangun rumah mereka digunakan dari timbunan sampah dengan bantuan mobil pengeruk yang sengaja di sewa oleh penduduk untuk meratakan sampah.

2.4. Sampah Padat

Sampah adalah sesuatu bahan/benda padat yang terjadi karena berhubungan dengan aktivitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 1986).

(35)

daya alam. Selain menghasilkan barang-barang yang akan di konsumsi, aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang sudah tidak dibutuhkan oleh manusia. Bahan buangan makin hari semakin bertambah banyak. Hal ini erat hubungannya dengan makin bertambahnya jumLah penduduk, dengan ketersediaan ruang hidup manusia yang relatip tetap (Chandra, B., 2007).

Penguraian sampah disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan gas metana yang bersifat racun bagi tubuh makhluk hidup. Sampah yang tidak dapat membusuk adalah sampah yang memiliki bahan dasar plastik, logam, gelas, karet. Untuk pemusnahannya dapat dilakukan pembakaran tetapi dapat menimbulkan dampak lingkungan karena menghasilkan zat kimia, debu dan abu yang berbahaya bagi makhluk hidup.

Proses dekomposisi zat organik yang terkandung di dalam sampah dapat berlangsung baik secara aerobik maupun anaerobik. Jika kadar oksigen cukup, maka penguraian akan berlangsung secara aerob, sehingga akan terbentuk gas-gas CO2, NH3, H2S, PO4 dan SO4. Jika kadar oksigen rendah, maka penguraian sampah akan berlangsung secara anaerob sehingga akan dihasilkan gas-gas NH3, CH4 (metan), H2S yang berbau tidak enak. (Suriawiria, 1986).

(36)

Gambar 1. Jika oksigen tidak tersedia, oksidasi anaerobik akan berlangsung yang akan memproduksi sel-sel baru dan produk akhir yang tidak stabil seperti asam-asam organik, alkohol, keton dan gas metan.

Oksidasi Aerobik

Sel-sel baru Zat organik + bakteri + O2

CO2, NH3, H2O

Oksidasi Anaerobik

Sel-sel baru Zat organik + bakteri

Alkohol dan asam + bakteri

[image:36.612.101.530.208.536.2]

Sel-sel baru CH4, H2S, CO2, NH3, H2O

Gambar 1. Model oksidasi Biologi (Tebbutt, 1982)

(37)

mensintesis sel-sel baru dan mengkonversikan sisanya menjadi gas metan, karbon dioksida dan hidrogen sulfida. Reaksi dalam oksida anaerobik jauh lebih lambat daripada oksidasi aerobik (Tebbutt, 1982).

Selain faktor oksigen, faktor lain yang mempengaruhi proses dekomposisi sampah adalah kelembaban dan suhu. Hal inilah yang mengakibatkan jika pada musim hujan proses dekomposisi akan meningkat sehingga diperlukan oksigen yang cukup besar. Jika kebutuhan oksigen tersebut tidak dapat terpenuhi, maka proses dekomposisi sampah akan berlangsung secara anaerob.

Sampah dapat dibuat biogas yang merupakan hasil penguraian sampah secara anaerob dengan bantuan bakteri pengurai. Biogas yang dihasilkan tidak murni terdiri dari metana (65%), karbon dioksida (30%), hydrogen sulfide (1%) dan sejumLah gas lain (Sastrawijaya, 1991).

Sampah yang ada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber, antara lain: pemukiman penduduk, tempat umum dan tempat perdagangan, sarana layanan masyarakat milik pemerintah, industri berat dan ringan, dan pertanian. (Chandra, B., 2007).

2.5. Karakteristik Sampah

(38)

1. Komposisi sampah, terbagi dalam dua golongan, yaitu:

Komposisi fisik sampah, adalah mencakup besarnya persentase dari komponen pembentuk sampah yang terdiri dari sampah organik yang bersifat mudah membusuk dan sampah anorganik (kertas, kayu, kaca, logam, plastik) Berdasarkan hasil survai di beberapa kota di Indonesia umumnya sekitar 70-80% sampah merupakan sampah organik. Komposisi kimia sampah, adalah besarnya persentase dari unsur/senyawa yang terkandung dalam sampah. Umumnya komposisi kimia sampah terdiri dari unsur carbon, nitrogen, hidrogen, sulfur dan phospor (CHONSP) serta unsur lainnya yang terdapat dalam protein, karbohidrat dan lemak.

2. Densitas (kepadatan) sampah, adalah besaran yang menyatakan berat sampah persatuan volume. Besarnya kepadatan sampah tiap kota berbeda tergantung dari keadaan sosial, ekonomi serta iklim kota tersebut. Terdapat kecenderungan bila produksi sampahnya tinggi (umumnya di negara industri), maka densitasnya lebih rendah. Kepadatan sampah rumah tangga di negara sedang berkembang menurut Sandra J. Cointreau, 1982 yang dikutip Masduki, 1991 berkisar antara 100 s/d 600 kg/m3, sedangkan kepadatan sampah kota Medan rata-rata sebesar 250 kg/m3.

(39)

kering sampah tersebut. Untuk negara berkembang besarnya berkisar antara 50-70%.

2.6. Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah merupakan proses antara sebelum dilakukan pembuangan sampah di TPA yang bersifat optional. Tujuan dilakukan pengolahan yang utama adalah untuk memanfaatkan TPA secara lebih optimal dengan melakukan pengurangan volume, pemanfaatan kembali (daur ulang) sampah, pemanfaatan energi dan pembuatan kompos. Teknik dan cara pengolahan sampah dapat dilakukan dengan beberapa metode (Sastrawijaya, 1991), yaitu:

1. Daur ulang (recycling)

Salah satu teknik pengolahan sampah untuk memanfaatkan kembali benda-benda yang masih mempunyai nilai ekonomis, seperti: kertas, plastik, karet, kaca/gelas, serta dapat pula mengurangi volume dan berat sampah sebelum pengolahan lebih lanjut atau dibuang ke TPA.

2. Pengomposan (Composting).

(40)

menggunakan proses aerobik, karena proses anaerobik berlangsung sangat lambat dan menimbulkan bau yang sangat berlebihan dan sulit untuk dikontrol. 3. Pemadatan (Balling)

Balling merupakan sistim pengolahan sampah secara pemadatan dengan menggunakan alat pemadat (compactor) yang dapat dilakukan di transfer station, ataupun di lokasi TPA. Sampah padat yang dihasilkan diangkut dan dibuang ke TPA dengan metode sanitary landfill. Pembuangan sampah yang sebelumnya dilakukan proses pemadatan akan meningkatkan kapasitas TPA karena pengurangan volume sampah serta mengurangi material tanah penutup. Proses balling memerlukan energi listrik yang besar, dan pemadatan akan sulit dilakukan bila kelembaban/kandungan air cukup tinggi sehingga rasio pemadatannya mejadi rendah.

4. Pembakaran (Incineration)

(41)

karakteristik sampah harus mempunyai nilai kalor minimum 800 kcal/kg, sehingga ekonomis karena tidak perlu menambah bahan bakar tambahan dan mengurangi tingkat pencemaran udara serta tidak menimbulkan bau.

2.7. Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Pembuangan akhir sampah adalah merupakan rangkaian/proses terakhir dalam sistem pengelolaan sampah pada suatu tempat yang dipersiapkan, aman, serta tidak mengganggu lingkungan. Sistem pembuangan akhir TPAS menurut Sastrawijaya (1991) adalah sebagai berikut:

1. Sistem open dumping (pembuangan terbuka)

Sistem open dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam pembuangan sampah. Sampah hanya dibuang/ditimbun di suatu tempat tanpa ada perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarang/tempat perkembangan vektor penyakit (lalat, tikus, kecoa), menyebarkan bau, mencemari udara, air permukaan dan air tanah, bahaya kebakaran dan menimbulkan asap tebal yang berkepanjangan.

Keuntungan menggunakan sistim ini antara lain:

a Investasi awal paling murah dibandingkan dengan sistem yang lain b Biaya operasi rendah

(42)

e Dapat menampung berbagai macam sampah tanpa harus disortir terlebih dahulu, kecuali sampah yang diklasifikasikan berbahaya atau beracun.

Kerugiannya antara lain:

a Potensi pencemarannya terhadap lingkungan tinggi, sehingga lokasinya harus berjauhan dari wilayah pemukiman kota

b Memerlukan lahan yang relatif luas. 2. Sistem Controlled landfill

Controlled landfill adalah sistem open dumping yang telah diperbaiki atau ditingkatkan dan peralihan teknik open dumping dan sanitary landfill. Pada sistem ini penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPAS penuh dengan timbunan sampah yang dipadatkan atau setelah mencapai tahap/periode tertentu. Penutupan dengan tanah ini tidak dilakukan setiap hari, tetapi dengan periode waktu yang lebiih panjang dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan adanya pencemaran, tetapi dengan biaya yang relatif masih rendah. 3. Sistem Sanitary Landfill

(43)

Secara operasional terdapat peraturan yang perlu dijadikan acuan yaitu Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman Departemen kesehatan No. 281 tahun 1989 tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Sampah yaitu :

1. Pengelolaan sampah yang baik dan memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang mendasar.

2. Masyarakat perlu dilindungi dari kemungkinan gangguan kesehatan akibat pengelolaan sampah sejak awal hingga tempat pembuangan akhir.

Dalam lampiran Keputusan Dirjen tersebut dijelaskan pula persyaratan kesehatan pengelolaan sampah untuk Pembuangan Akhir Sampah yang dinyatakan antara lain:

1. Lokasi untuk TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat, binatang pengerat, bagi pemukiman terdekat (minimal 3 KM).

b. Tidak merupakan pencemar bagi sumber air baku untuk minum dan jarak sedikitnya 200 meter dan perlu memperhatikan struktur geologi setempat. c. Tidak terletak pada daerah banjir.

d. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan airnya tinggi.

e. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan aspek estetika.

(44)

2. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembang biak dan tidak menimbulkan bau.

b. Memiliki drainase yang baik dan lancar.

c. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran.

d. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya, lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda.

e. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gril atau tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.

3. TPA yang sudah tidak digunakan: a. Tidak boleh untuk pemukiman.

b. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan sehari-hari

2.8. Pencemaran Udara

(45)

tanaman, pembakaran, atau sekumpulan massa manusia dalam ruangan terbatas yaitu karena proses pernafasan (Sunu, 2001).

Komposisi udara bersih dan kering menurut Sunu (2001) pada umumnya sebagai berikut:

1. Nitrogen (N2) = 78,09 % 2. Oksigen (O2) = 20,94 % 3. Argon (Ar) = 0,93 % 4. Karbon dioksida (CO2) = 0,032 %

Pencemaran udara didefinisikan sebagai dimasukkannya komponen lain kedalam udara baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Setiap substansi yang bukan merupakan bagian dari komposisi udara normal disebut sebagai polutan (Chandra. B. 2007).

(46)
[image:46.612.107.519.124.426.2]

Tabel 2.2. Jenis-jenis Pencemaran Udara

No. Pencemaran Udara Jenisnya

1. Menurut bentuk 1. Gas

2. Partikel

2. Menurut tempat 1. Ruangan (indoor)

2. Udara bebas (outdoor) 3. Gangguan kesehatan 1. Irritansia

2. Apiksia 3. Anestesia 4. Toksis

4. Susunan kimia 1. Anorganik

2. Organik

5. Menurut asalnya 1. Primer

2. Sekunder Sumber: Woodwell, 1973; Tollison, 1987; Ryadi, 1982; Sitepoe, Mangku, 1997

2.8.1. Polutan pencemaran udara 1. Sulfur dioksida (SO2)

Sulfur dioksida merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktif terhadap gas yang lain. Ciri lainnya adalah tidak berwarna, bau yang tajam, sangat mengiritasi, tidak terbakar dan tidak meledak. SO2 merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama bagi penderita penyakit kronis sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Penderita sangat sensitif bila kontak dengan SO2 meskipun dalam konsentrasi yang kecil (Sunu, 2001).

(47)

oleh cahaya, dan katalisis yaitu efek yang dihasilkan oleh sejumLah zat pada saat berlangsungnya reaksi kimia (Sunu, 2001).

2. Hidrogen sulfida (H2S)

Hidrogen sulfida adalah gas yang berbau telur busuk. Sekalipun gas ini bersifat iritan bagi paru-paru, tetapi ia digolongkan ke dalam asphyxiant karena efek utamanya adalah melumpuhkan pusat pernafasan, sehingga kematian disebabkan oleh terhentinya pernafasan. Hidrogen sulfida juga bersifat korosif terhadap metal dan menghitamkan berbagai material. H2S lebih berat daripada udara, sehingga sering terkumpul di udara pada lapisan bagian bawah dan biasanya ditemukan bersama-sama gas beracun lainnya seperti metan dan karbon dioksida (Soemirat, 2004).

H2Spada kadar 0.05 ppm dapat dideteksi dari bau, dan pada kadar 0,1 ppm mengakibatkan iritasi dan kehilangan rasa sensoris. Setelah mengalami pemajanan pada kadar di atas 50 ppm, gejala secara bertahap akan naik, conjunctivitis yang nyeri, pusing, anosmia, mual, batuk, radang tenggorokan dan edema paru. Pada kadar 500 ppm akan terjadi kehilangan kesadaran mendadak, depresi pernafasan dan akan meninggal dalam waktu 30-60 menit (Ditjen PPM&PL, 2001).

3. Ammonia (NH3)

(48)

Ammonia secara alami ada di lingkungan, maka kita terus menerus terpapar ammonia dalam dosis rendah di udara, tanah dan air. Kadar di udara sekitar 1-5 ppb. Sepanjang hari kadar ammonia bervariasi, juga sepanjang musimnya. Kadar tinggi di udara dapat terjadi setelah pemupukan yang dalam tanah bisa mencapai 3000 ppm, namun kadar cepat menurun dalam beberapa hari kemudian. (Ditjen PPM&PL, 2001).

Bila terpapar ammonia dalam kadar cukup tinggi dari normal, akan mengakibatkan batuk dan iritasi mata. Apabila kadar ammonia lebih tinggi lagi, misalnya ketumpahan ammonia pada kulit akan mengakibatkan efek serius pada kulit, mata, tenggorokan dan paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kebutaan permanen, penyakit paru dan dapat menyebabkan kematian (Ditjen PPM&PL, 2001).

4. Metan (CH4)

(49)

hidrokarbon gas yang lebih berat seperti etana, propana dan butana (Prameswari, 2007).

Metan (CH4) merupakan gas dominan selain karbon dioksida (CO2) yang

dihasilkan dari proses dekomposisi sampah di tempat pembuangan akhir. Keberadaan

dan pergerakan metan sangat berbahaya pada TPA yang tidak dilengkapi dengan

fasilitas pengelolaan gas. Pembuangan sampah terbuka di TPAS mengakibatkan sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik, dan proses itu menghasilkan gas metan yang mempunyai kekuatan merusak hingga 20-30 kali lebih besar daripada CO2 (Anonimous, 2008).

2.9. Polusi Udara Dalam Ruang

Polusi tidak hanya menyerang di udara terbuka. Di dalam ruangan pun terdeteksi rawan polusi udara. Bahkan, polusi dalam ruangan dinyatakan sebagai satu dari lima besar polusi yang berisiko mengancam kesehatan masyarakat modern. United State Environtal Protection Agency (US EPA), menemukan bahwa derajat polusi dalam ruangan, dua sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan polusi dalam luar ruangan.

(50)

udara dalam ruangan juga dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan penghuninya. Dengan demikian kualitas udara tidak bebas dalam ruangan sangat bervariasi. Apabila terdapat udara yang tidak bebas dalam ruangan, maka bahan pencemar udara dalam konsentrasi yang cukup memiliki kesempatan untuk memasuki tubuh penghuninya (Keman, 2005).

Sumber pencemaran udara dalam ruangan menurut penelitian The National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dirinci menjadi 5 sumber (Aditama, 1992) meliputi :

1. pencemaran akibat kegiatan penghuni dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan pembersih ruangan;

2. pencemaran dari luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor, cerobong asap dapur karena penempatan lokasi lubang ventilasi yang tidak tepat;

3. pencemaran dari bahan bangunan ruangan seperti formaldehide, lem, asbestos, fibreglass , dan bahan lainnya;

4. pencemaran mikroba meliputi bakteri, jamur, virus atau protozoa yang dapat diketemukan di saluran udara dan alat pendingin ruangan beserta seluruh sistemnya;

(51)

Bahan pencemar udara yang mungkin ada dalam ruangan dapat berupa gas CO, CO2, beberapa jenis bakteri, jamur, kotoran binatang, formaldehid dan berbagai bahan organik lainnya. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara meliputi organ sebagai berikut (Mukono, 2000) :

a. Iritasi selaput lendir: iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair

b. Iritasi hidung, bersin, gatal: Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering c. Gangguan neurotoksik: Sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung, sulit

berkonsentrasi

d. Gangguan paru dan pernafasan: Batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak nafas, rasa berat di dada

e. Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal f. Gangguan saluran cerna: Diare/mencret

(52)

2.10. Kerangka Konsep Penelitian

Jarak TPAS ke

perumahan

Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah

1. H2S 2. SO2 3. NH3

4. Metan (CH4)

Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah - Suhu

- Kelembaban - Tekanan udara Kualitas Fisik Perumahan

Kelurahan Terjun - Luas lantai perkapita - Jenis Lantai

[image:52.612.111.529.169.532.2]

- Jenis dinding - Ventilasi

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survai bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional yaitu pendekatan yang bersifat sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada perumahan penduduk yang ada di sekitar lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena di sekitar lokasi TPAS Terjun banyak berdiri rumah-rumah penduduk dan data yang diperoleh dari Puskesmas Kelurahan Terjun penyakit ISPA menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak.

3.3. Waktu Penelitian

(54)

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perumahan penduduk yang ada di sekitar lokasi TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Populasi berjumlah 320 KK yang tersebar pada jarak: 0 m, 100 m, 200 m, dan 300 m. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling, dimana populasi yang ada dibagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam dan dari setiap lapisan diambil sampel secara acak. Jumlah sampel dalam penelitian adalah lebih kurang sebanyak 30 KK, dimana jumlah sampel disesuaikan untuk masing-masing jarak.

Jumlah sampel dalam penelitian ini dengan populasi lebih kecil dari 10.000 (320 kk) ditentukan dari formula sebagai berikut:

N n =

1 + N (d2) Keterangan: N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan Maka jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 30 kk.

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

(55)

ditentukan jumlah titik sampel untuk masing-masing jarak berdasarkan populasi dengan formula sebagai berikut:

Proporsi = n x 100 % N

Jumlah sampel setiap jarak = Proposi x Total Sampel

[image:55.612.121.511.313.462.2]

Dengan formula di atas, maka diperoleh jumlah sampel setiap jarak adalah seperti pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Proporsi No. Jarak Rumah

dari TPAS

Populasi Proporsi Jumlah Sampel

1. 0 m 43 KK 13,44 % 4

2. 100 m 64 KK 20 |% 6

3. 200 m 85 KK 26,56 % 8

5. 300 m 128 KK 40 % 12

Total 320 KK 100 % 30 KK

(56)

3.6. Metode pengumpulan data 3.6.1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Data primer diperoleh dari hasil observasi melalui pengukuran langsung kualitas udara dalam rumah responden dan kualitas udara di TPAS Terjun.

2. Data sekunder diperoleh dari pencatatan data-data tentang penduduk dan TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dari Dinas Kebersihan Kota Medan, Puskesmas dan Kecamatan Medan Marelan.

3.6.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Data Suhu dan Kelembaban dalam rumah penduduk (ruang keluarga) diukur dengan alat Thermohygometer.

2. Data kadar SO2 dan NH3 di udara dalam rumah dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pengambilan contoh uji selama 1 jam (SNI 19-7119.7-2005)

a.1. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan contoh uji disiapkan, lalu larutan penyerap SO2 atau larutan penyerap NH3 dimasukkan sebanyak 10 mL ke masing-masing botol penyerap yang diatur agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung.

(57)

a.3. Kemudian pengambilan contoh uji dilukukan selama 1 jam, setelah itu pompa penghisap dimatikan.

a.4. Setelah pengambilan contoh uji, diamkan selama 20 menit untuk menghilangkan pengganggu. (Contoh uji dapat stabil selama 24 jam, jika disimpan pada suhu 5oC dan terhindar dari sinar matahari).

b. Pengujian kadar SO2 dalam contoh uji dengan metode Pararosanilin (SNI 19-7119.7-2005)

b.1. Larutan contoh uji dipindahkan ke dalam tabung uji 25 mL dan ditambahkan 5 mL air suling untuk membilas.

b.2. Sebanyak 1 mL larutan asam sulfamat 0,6 % ditambahkan ke dalam tabung uji dan ditunggu sampai 10 menit.

b.3. Kemudian sebanyak 2,0 mL larutan formaldehida 0,2 % dan sebanyak 5,0 mL larutan pararosanilin ditambahkan ke dalam tabung uji.

b.4. Air suling ditepatkan sampai tanda batas dengan volum sebanyak 25 mL, lalu homogenkan dan ditunggu sampai 30-60 menit.

b.5. Campuran larutan di atas diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm.

(58)

c. Pengujian kadar NH3 dalam contoh uji dengan metode Nessler (SNI 19-7119.1-2005).

c.1. Larutan contoh uji dipindahkan ke dalam tabung uji 25 mL.

c.2. Sebanyak 1 mL larutan Nessler ditambahkan ke dalam tabung uji, dan sisa contoh uji dimasukkan sampai tanda batas, lalu dihomogenkan dan didiamkan selama 10 menit.

c.3. Larutan contoh uji dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu diukur serapannya pada panjang gelombang 425 nm.

c.4. Untuk pengujian blanko, ulangi seperti langkah-langkah di atas dengan menggunakan sebanyak 10 mL larutan penyerap NH3.

3. Data kadar H2S dan CH4 di udara dalam rumah dilakukan dengan pengukuran langsung di titik sampling yang langsung terbaca menggunakan alat Gas Analyzer (IAQ 5001 Pro) yang dirata-ratakan untuk waktu pengukuran selama ± 1 jam.

3.7. Variabel dan Definisi Operasional 3.7.1. Variabel

1. Variabel pengaruh (independent variabel), adalah jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun dan kualitas fisik perumahan (ventilasi, luas lantai, jenis lantai dan jenis dinding).

(59)

3.7.2. Definisi Operasional

1. Tempat Pembuangan Akhir Sampah adalah proses terakhir dalam pengelolaan sampah, dimana sampah secara mekanis dibuang, ditumpuk, ditimbun, diratakan, dipadatkan, dan dibiarkan membusuk serta mengurai sendiri secara alami di TPA. Tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan di udara antara lain metan, hidrogen sulfida (H2S), amoniak (NH3), dan sulfit (SO2).

2. Kualitas fisik perumahan adalah kualitis fisik bangunan rumah meliputi; luas lantai, jenis lantai, ventilasi, dan dinding rumah.

2. Sulfur dioksida (SO2) adalah senyawa yang tidak mudah terbakar, tidak berwarna yang dapat berada di udara dalam bentuk gas atau terlarut dalam butiran air dan dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa mata, hidung, dan tenggorokan. 3. Metan (CH4) adalah merupakan gas dominan yang dihasilkan dari proses

dekomposisi sampah di tempat pembuangan akhir. Keberadaan dan pergerakan

metan sangat berbahaya pada TPA yang tidak dilengkapi dengan fasilitas

pengelolaan gas.

(60)
[image:60.612.113.530.214.656.2]

5. Amonia (NH3) adalah merupakan gas yang tidak berwarna dengan kadar 50 ppm memberikan bau yang menyengat. Dibentuk dari proses dekomposisi asam amino atau ikatan organik oleh bakteri.

Tabel 3.2. Tabel Definisi Operasional Penelitian

No. Variabel Definisi JumLah

Indikator Alat Ukur Kategori Skala Ukur Variabel Independent

1. Jarak Jarak antara TPAS

dengan perumahan penduduk sekitar berdasarkan arah angin dominan.

1. 0 m 2. 100 m 3. 200 m 4. 300 m

Meteran panjang

- Interval

2 Kualitas Fisik Rumah

Kualitas rumah yang ditentukan melalui 4 indikator yaitu: ventilasi, luas lantai perkapita, jenis laintai dan jenis dinding.

1. > 2 dari indicator terpenuhi 2. < 2 dari

indicator terpenuhi Observasi Memenuhi syarat. Tdk memenuhi syarat Ordinal

2. a. Ventilasi adalah jendela untuk

pertukaran udara dalam rumah.

1. 10 % luas lantai

2. < 10% luas lantai Observasi Memenuhi syarat. Tdk memenuhi syarat Ordinal

2.b. Jenis lantai Jenis lantai yang

dipakai di rumah.

1. Marmer/ke- ramik/teraso 2. Ubin/tegel 3. Semen 4. Kayu/papan 5. Bambu 6. Tanah Observasi 1-3 memenuhi syarat. 4-6 tdk memenuhi syarat Ordinal

2.c. Jenis dinding Jenis dinding yang

dipakai dalam rumah

1. Tembok 2. Kayu 3. Bambu 4. Lainnya Observasi 1 memenuhi syarat. 2-4 tdk meme-nuhi syarat.

Ordinal

2.d. Luas lantai perkapita

Luas lantai yang dihuni perkapita.

1. < 4 m2/orang

2. > 4 m2/orang

(61)

Variabel Dependent

No. Variabel Definisi JumLah

Indikator

Alat Ukur

Kategori Skala Ukur

1. H2S Pengukuran kadar

gas H2S dalam rumah penduduk sekitar TPAS Terjun. Pengukuran konsentrai gas dalam ppm/jam Carbon

Analyzer - Interval

2. SO2 Pengukuran kadar

gas SO2 dalam rumah penduduk sekitar TPAS Terjun. Pengukuran konsentrai gas dalam ppm/jam Spektro-fotometer, metode pararosan ilin

- Interval

3. NH3 Pengukuran kadar

gas NH3 dalam rumah penduduk sekitar TPAS Terjun

Pengukuran konsentrai gas dalam ppm/jam Spektro-fotometer, metode Nessler

- Interval

4. CH4 Pengukuran kadar

gas metan dalam rumah penduduk sekitar TPAS Terjun.

Pengukuran konsentrai gas dalam ppm/jam

Gas

Analyzer - Interval

3.8. Teknik Pengumpulan Data

Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dianalisis dengan proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Editing, data yang ada diolah, dirapikan, diseragamkan sehingga terlihat jelas sifat-sifat yang dimiliki data tersebut.

2. Tabulasi, data dikelompokkan sesuai dengan sifat yang dimiliki dan dipindahkan ke dalam semua tabel dan disesuaikan dengan tujuan lalu dianalisis.

3. Coding, untuk memudahkan entry data, setiap jawaban diberi kode dan skor. 4. Entry, data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program SPSS.

(62)

3.9. Metode Analisa Data 3.9.1. Univariat

Yaitu melakukan analisis pada seluruh variabel yaitu jarak, kualitas fisik perumahan (jenis dinding, jenis lantai, luas lantai dan ventilasi), kualitas udara dalam rumah (fisik dan kimiawi) untuk mendeskripsikan tiap variabel yang akan diteliti. 3.9.2. Bivariat

(63)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah

[image:63.612.111.525.333.522.2]

Hasil penelitian yang dilakukan di rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat diketahui distribusi responden berdasarkan jarak rumah dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah, yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008

No Jarak Rumah-TPA (meter) Jumlah %

1. 0 4 13,33

2. 100 6 20,00

3. 200 8 26,67

4. 300 12 40,00

Total 30 100,00

(64)

46

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Rumah

[image:64.612.109.536.306.472.2] [image:64.612.105.535.308.472.2]

Hasil penelitian yang dilakukan di rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat diketahui distribusi responden berdasarkan kualitas fisik rumah, yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan pada Tahun 2008

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi

Syarat Total No Karakteristik

Kualitas Fisik Rumah

N % n % n %

1. Jenis Dinding 14 46,67 16 53,33 30 100 2. Jenis Lantai 28 93,33 2 6,67 30 100 3. Luas lantai perkapita 6 20,00 24 80,00 30 100

4. Ventilasi 20 66,67 10 33,33 30 100

(65)

47

memiliki rumah dengan ventilasi tidak memenuhi syarat sebanyak 10 responden (33,33%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 20 responden (66,67%).

[image:65.612.111.528.335.465.2]

Dari ke empat karakteristik kualitas fisik rumah pada Tabel 4.2. di atas, maka dapat ditentukan kualitas fisik rumah secara keseluruhan dengan pembobotan nilai, sehingga diperoleh jumlah rumah yang memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi syarat pada Tabel berikut ini:

Tabel. 4.3. Kualitas Fisik Rumah Responden di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008

No Karakteristik Jumlah %

Kualitas Fisik Rumah

1. Tidak memenuhi syarat 17 56,67

2. Memenuhi syarat 13 43,33

Total 30 100,00

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa responden yang memiliki rumah dengan kualitas fisik rumah tidak memenuhi syarat sebanyak 17 responden (56,67%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 13 responden (43,33%).

(66)

48

[image:66.612.115.525.224.429.2]

diketahui distribusi responden berdasarkan kualitas fisik udara dalam rumah, yang dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan pada Tahun 2008

No Karakteristik Jumlah %

Suhu

1. Tidak memenuhi syarat 5 16,67

2. Memenuhi syarat 25 83,33

Total 30 100,00

Kelembaban

1. Tidak memenuhi syarat 7 23,33

2. Memenuhi syarat 23 76,67

Total 30 100,00

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa responden yang memiliki rumah dengan suhu dalam rumah tidak memenuhi syarat sebanyak 5 responden (16,67%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 25 responden (83,33%). Responden yang memiliki rumah dengan kelembaban dalam rumah tidak memenuhi syarat sebanyak 7 responden (23,33%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 23 responden (76,67%).

4.4. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara DalamRumah

(67)

49

diketahui hasil pengukuran kualitas fisik udara dalam rumah, yang dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan pada Tahun 2008

Hasil Pengukuran No Fisik Udara Parameter

Dalam Rumah

Jumlah

Responden Minimum Maksimum Rata-rata

1. Suhu 30 270C 330C 29,730C

2. Kelembaban 30 45% 76% 59,83%

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa suhu dalam rumah terendah adalah 270C, sedangkan suhu dalam rumah tertinggi adalah 330C dengan rata-rata 29,730C. Kelembaban dalam rumah terendah adalah 45%, sedangkan kelembaban dalam rumah tertinggi adalah 76% dengan rata-rata 62,17%.

4.5. Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi Udara DalamRumah

(68)
[image:68.612.114.526.201.356.2]

50

Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi Udara DalamRumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan pada Tahun 2008

Hasil Pengukuran No Kimiawi Udara Parameter

Dalam Rumah

Jumlah

Responden Minimum (ppm)

Maksimum (ppm)

Rata-rata (ppm)

1. SO2 30 0,000 0,035 0,01387

2. H2S 30 0,28 0,90 0,5023

3. NH3 30 0,07 1,03 0,4623

4 CH4 30 65 485 140,47

Tabel 4.6. menunjukkan bahwa kadar SO2 di udara dalam rumah terendah adalah 0,00 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,035 ppm dengan rata-rata 0,01387 ppm. Kadar H2S di udara dalam rumah terendah adalah 0,28 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,90 ppm dengan rata-rata 0,5023 ppm. Kadar NH3 di udara dalam rumah terendah adalah 0,07 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 1,03 ppm dengan rata-rata 0,4623 ppm. Kadar CH4 di udara dalam rumah terendah adalah 65 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 485 ppm dengan rata-rata 140,47 ppm.

4.6. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Kualitas Kimiawi Udara DalamRumah

4.6.1. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas SO2 di Udara DalamRumah

(69)

51

gas SO2 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,001) < 0,050, artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata ( ) = 5 % terdapat hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi gas SO2 di udara dalam rumah.

4.6.2. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas H2Sdi Udara DalamRumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi gas H2S di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,012) < 0,050, artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata ( ) = 5 % terdapat hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi gas H2S di udara dalam rumah.

4.6.3. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas NH3 di Udara DalamRumah

(70)

52

gas NH3 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,000) < 0,050, artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata ( ) = 5 % terdapat hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi gas NH3 di udara dalam rumah.

4.6.4. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas CH4 di Udara DalamRumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi gas CH4 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

(71)

53

4.7. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah

4.7.1. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas SO2 di Udara DalamRumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas SO2 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,021) < 0,050, artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata ( ) = 5 % terdapat hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas SO2 di udara dalam rumah.

4.7.2. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas H2Sdi Udara DalamRumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas H2S di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

(72)

54

4.7.3. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas NH3 di Udara DalamRumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas NH3 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,005) < 0,050, artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata ( ) = 5 % terdapat hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas NH3 di udara dalam rumah.

4.7.4. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas CH4 di Udara DalamRumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas CH4 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

(73)

55

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah 5.1.1. Konsentrasi Gas SO2 di Dalam Rumah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar SO2 di udara dalam rumah penduduk di sekitar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan yang terendah adalah 0,00 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,035 ppm dengan rata-rata 0,01387 ppm.

Kosentrasi SO2 dari hasil penelitian ini masih dibawah batas kosentrasi maksimal yang diperbolehkan. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan (Kualitas Udara) batas kosentrasi maksimal yang diperbolehkan untuk SO2 adalah 0,10 ppm. Hal ini disebabkan karena penghasil utama gas SO2 adalah sepertiganya dari hasil pembakaran bahan bakar dan sepertiganya lagi dari aktifitas gunung merapi sedangkan dari hasil pembusukan sampah hanya menghasilkan sedikit gas SO2.

Sulfur dioksida merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktip terhadap gas lain. Sebagian SO2 yang berada di atmosfer akan diubah

Gambar

Tabel 2.1. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Rumah yang Tidak Sehat
Gambar 1. Model oksidasi Biologi (Tebbutt, 1982)
Tabel 2.2. Jenis-jenis Pencemaran Udara
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Enita di RSUD Sragen dengan jumlah 60 responden didapatkan hasil bahwa sistem penghargaan

Menurut saya kinerja salesman Toko Besi Cahaya Baru saat ini belum cukup efektif dan efisien apabila dilihat dari aspek jarak tempuh ke setiap pelanggan bila dibandingkan

Azmi Hilman ,.Perancangan Dan Analisa Stamping Dies Untuk Pembuatan Produk Bracket Bumper Dengan Proses Press Multi Forging.. Jurusan Teknik Mesin

dilakukan dengan menggunakan software design expert yang mana data tersebut menunjukan pembatasan untuk optimasi parameter kondisi pemotongan dengan. nilai v, f, a,

[r]

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Penghubung Simpul Jaringan dibantu oleh Sekretariat Jaringan IGN yang secara fungsional dilakukan oleh salah satu

[r]

Dapatan kajian ini selaras dengan hasil kajian Baharuddin (2007) dalam kajian beliau mengenai pengimplimentasian PPR di seluruh Semenanjung Malaysia mendapati bahawa rakyat