• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pahat Karbida Berlapis PVD Ketika Memproduksi Shaft Thresser menggunakan Teknologi Pemesinan Keras Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Pahat Karbida Berlapis PVD Ketika Memproduksi Shaft Thresser menggunakan Teknologi Pemesinan Keras Chapter III V"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan 3.1.1 Benda Kerja

Benda kerja yang digunakan untuk penelitian ini adalah baja AISI 4340

yang telah dilakukan proses pengerasan (hardening process). Pengerasan dilakukan sampai bahan mencapai kekerasan 40-45 Hrc.

Gambar 3.1 Baja AISI 4340

3.1.2 Mata Pahat

Mata pahat yang digunakan untuk penelitian ini adalah pahat karbida PVD

berlapis. Pahat yang digunakan Taegutec dengan seri SNMG 120408 MT TT

8020.

(2)

Spesifikasi:

- S = Bentuk pahat segiempat

- N = Sudut 0°

- M = Toleransi

- G = Desain pahat

- Lebar pahat 12 mm

- Tebal pahat 4 mm

- Radius pojok 8 mm

3.2 Peralatan

3.2.1 Peralatan proses pembubutan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mesin bubut CNC

Mesin bubut yang digunakan dengan spesifikasi sebagai berikut:

Gambar 3.3. Mesin bubut CNC

Merk : GSK CNC 928TEa

Model :NX-L300

Serial :FE-NC-LTH-157

Daya :9.5 KVA

Voltase :380 V

(3)

Gambar 3.4 Set-Up Mesin

Keterangan:

1. Toolpost

2. Pahat dan tool holder

3. Center

4. Tailstock

5. Benda kerja

6. Chuck

2. Tool holder

Tool holder yang digunakan memiliki seri MSDNN 2020 K12

smempunyai spesifikasi M = pengunci ganda, S = Bentuk sisipan

segiempat, D = Sudut potong pahat 45°, N = Sudut pahat 0°, N = Arah

pahat netral, Tebal Holder (20x20) mm, K = Panjang holder 125 mm, Ukuran pahat sisipan 12 mm

Gambar 3.5 Tool Holder

1

2 3 4 6

(4)

3. Mikroskop dino-lite

Mikroskop digunakan untuk melihat keausan pada pahat yang diuji.

Adapun spesifikasinya yaitu:

- Resolusi = 1.3 MP (1280x1024)

- Perbesaran = 700 – 900 kali

- Koneksi = USB 2.0

- Ukuran = 10,5 cm(H)x3,2 cm(D)

- 8 lampu LED putih

- Automatic Magnification Reading (AMR) - Pengukuran perangkat lunak dan kalibrasi

-- Gambar 3.6 Mikroskop dyno-lite

Langkah- langkah penggunaan Mikroskop dyno-lite:

- Letakkan mikroskop dan penyangga pada meja ukur yang datar.

- Sambungkan pada computer dan kalibrasi mikroskop pada

perbesaran yang diinginkan

- Setelah kalibrasi atur naiknya dan turunnya mikroskop untuk

memfokuskan pahat

- Ukur tingkat keausan yang terjadi pada pahat

(5)

4. Stopwatch

Untuk mengukur waktu pemesinan

Gambar 3.7. Stopwatch

3.3 Metodologi Penelitian 3.3.1. Desain Eksperimen

Metode desain penelitian yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini

adalah metode eksperimental dengan menggunakan metode desain eksperimen

yang akan dijelaskan dibawah. Metode desain eksperimen yang digunakan pada

penelitian ini adalah metode eksperimental dengan perancangan data dari

toollife, sourface roughness, toolware dan di tambahkan dengan Productivity. Dalam hal ini, menggunakan metode metode faktorial (mn). Dalam hal ini “n”

adalah jumlah variabel bebas dan “m” adalah variasi magnitude dari kondisi pemotongan. Karena terdapat 3 variabel bebas yaitu: kecepatan potong (v), laju

pemakanan (f), dan kedalaman potong (a), maka metode faktorial tersebut dapat

ditulis 23 = 8, yaitu terdapat 8 kondisi pemotongan.

Kedelapan kondisi tersebut menempati pojok dari kubus percobaan

dengan tiga sisinya setaraf dengan sumbu v, f, dan a terlihat pada Gambar 3.7.

dan kedelapan kondisi pemotongan yang dipasangkan sebagai susunan

(6)

Gambar 3.8. Desain faktorial bentuk geometri

Tabel 3.1. Variasi Nilai Parameter Kondisi Pemotongan 23

Parameter Low High

v (m/min) 65 75

f (mm/rev) 0,1 0,15

(7)

Tabel 3.2. Susunan Data 8 Kondisi Pemotongan

No Run v

(m/min)

f (mm/rev)

a (mm)

1 H H H

2 H H L

3 H L H

4 H L L

5 L H H

6 L H L

7 L L H

8 L L L

Tabel 3.3. Susunan Data 8 Kondisi Pemotongan Aktual

No Run v (m/min) f (mm/rev) a (mm)

1 75 0,15 1,5

2 75 0,15 1

3 75 0,1 1,5

4 75 0,1 1

5 65 0,15 1,5

6 65 0,15 1

7 65 0,1 1,5

(8)

Setiap pengujian dilakukan sampai kriteria umur pahat tercapai. Dimana,

kriteria umur pahat ditentukan dari eksperimen 1 sampai 8. Setelah data

diperoleh, maka akan digunakan metode ekperimental untuk memperoleh waktu

pemotongan, kekasaran permukaan, suhu pemotongan dan juga umur pahat pada

saat melakukan data sesuai 8 kondisi pemotongan yang ada. Optimasi dilakukan

dengan perangkat lunak Design Expert.

a. v, paling tinggi paling baik

b. f, paling rendah paling baik

c. a, paling tinggi paling baik

d. Ra, paling rendah paling baik

(9)

Gambar 3.9. Diagram Alir Metodologi Penelitian

Mulai Survey

Lapangan

Identifikasi Masalah Tinjau Studi

Pustaka

Persiapan proses pembubutan:

 Pahat

 Benda Kerja

Survey mesin bubut CNC

Pabrikasi, set up dan jalankan

mesin CNC

Uji coba mesin CNC dengan

kondisi ekstrim tidak

Ya

Penetuan Kondisi Pemesinan v, f,

dan a

(10)

Gambar 3.10. Sambungan Diagram Alir Metodologi Penelitian

A

Proses Pembubutan

Pengumpulan data berupa:

 Waktu pembubutan

 VB

 Ra

 Suhu pemotongan

Mengamati dan mengukur kondisi mata pahat Menyusun data waktu

pembubutan dengan kondisi batas VB 0,2 – 0,22 mm dan

VB 0,3 mm

Melakukan analisis varians (ANOVA) pada semua data dengan menggunakan software

design expert

Menghasilkan hasil berupa persamaan, tabel, dan

grafik

Kesimpulan

(11)

3.3.2. Software design expert dan ANOVA

Design expert terlihat pada gambar 3.9 merupakan salah satu software

yang dirancang dan diprogram untuk membantu mendesain dan

menafsirkan percobaan dengan faktor atau variabel yang banyak. Software

ini juga menawarkan desain yang luas, termasuk rancangan variabel,

variabel sebagian, dan variabel dari perancangan campuran (composite design). Design Expert mampu menganalisa data – data dari hasil percobaan dengan mencari hubungan antara variabel bebas terhadap

variabel terikat (respon), serta mampu melakukan analisa regresi

sederhana ataupun berganda sehingga menghasilkan suatu persamaan

disertai hasil analisa varians (ANOVA).

Dalam penelitian menggunakan eksperimen, misalnya untuk melihat

ada atau tidak adanya perbedaan nyata mengenai efek tiga perlakuan

terhadap respon, analisisnya dilakukan menggunakan analisis varians

(ANOVA) berdasarkan model dan desain eksperimen yang cocok untuk permasalahannya.

Untuk penelitian ini, digunakan software design expert dengan penggunaan free trial selama 30 hari untuk menganalisa regresi serta varians dari hasil data eksperimen. Hasil data eksperimen terdapat

sebanyak 8 kali percobaan dengan variabel bebas terdiri atas 3 jenis yaitu,

kecepatan potong (v), pemakanan (f), dan kedalaman potong (a). serta

dengan menggunakan software ini akan di dapatkan hasil optimasi dari

umur pahat (tc), kekasaran permukaan (Ra), temperature dan VB, serta

VMR dan MRR.

(12)

BAB 4

HASIL DAN DISKUSI

4.1. Data Hasil Eksperimen

Pada penelitian ini dilakukan proses pembubutan dengan 8 kondisi

pemotongan sesuai dengan urutan Tabel 3.3 pada BAB 3, sehingga dihasilkan

data hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 4.1. Pengambilan data eksperimen

dilakukan setelah v,f,a ditentukan sebagaimana 8 kondisi pemotongan tersebut

pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Data Hasil Eksperimen

No v

Pada saat pahat akan memotong benda kerja, digunakan alat pengukur waktu

(stopwatch) untuk mencatat waktu pemotongan (tc) dari setiap kondisi

pemotongan yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui umur

pahat dan juga waktu produksi. Untuk umur pahat agar dapat diketahui ketahanan

pada waktu dan kondisi yang sedemikian. Sedangkan untuk waktu produksi,

untuk mengetahui waktu total dari proses pembubutan agar nantinya dapat

dihitung ongkos produksi dari suatu proses pembubutan yang mana yang efektif

dan mana yang tidak efektif atau mana yang hemat ongkos produksi dan cepat

dalam pengerjaannya.

(13)

4.2. Perhitungan MRR dan VMR

VMR (Volume Material Removal) adalah volume material yang terbuang dimana untuk mencari VMR dengan menggunakan rumus :

; cm3 Dimana : Z = kecepatan penghasil geram; cm3/min

tc = waktu pemotongan; min

Dengan menggunakan rumus diatas, sudah bisa didapatkan hasil yang

seperti pada Tabel 4.2 data hasil eksperimen MRR dan VMR.

Tabel 4.2 Data Hasil Eksperimen MRR dan VMR

(14)

4.3. Nilai maksimum VMR

Optimasi kondisi pemotongan ini dilakukan untuk mendapatkan harga

optimal dari parameter kondisi pemotongan untuk mengetahui banyaknya volume

yang benda kerja yang terbuang dalam pembuatan suatu benda dan juga untuk

mengetahui laju pembuangan geram dalam suatu proses pembubutan. Pada Tabel

4.2, optimasi VMR tertinggi adalah pada kolom no 6 yaitu dengan nilai v = 65

m/min ; f = 0,15 mm ; a = 1 mm ; MRR = 9,8 cm3/min ; dan VMR = 404,6 cm3.

4.4. Optimasi Serempak

Pada optimasi serempak parameter respon hasil penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui kondisi pemotongan yang terbaik terhadap umur pahat

(toollife), terhadap kekasaran permukaan (surface roughness), terhadap suhu pemotongan (cutting temperature), terhadap VMR (volume material removal) dan/atau MRR (material removal rate). Singkatnya optimasi kondisi pemotongan dilakukan terhadap semua variabel respon pada penelitian ini.

4.4.1. Optimasi Kondisi Pemotongan Terhadap Umur Pahat

Pada optimasi akhir ini, menurut (Pieter 2016) fungsi desirability optimasi

variabel bebas pada respon surface methodology telah dilakukan pada optimasi

respon. Manfaat dari optimasi respon surface adalah untuk membantu mencari

harga optimal dari parameter kondisi pemotongan untuk memberikan nilai tc yang

optimal selama melakukan proses pembubutan. Proses optimasi dilakukan dengan

menggunakan software design expert yang mana. Hasil optimasi yang dilakukan

menghasilkan v = 65,012 m/min ; f = 0,101 mm/rev ; a = 1,004 mm ; tc = 52,84

min.

4.4.2. Optimasi Kondisi Pemotongan Terhadap Kekasaran Permukaan

Pada optimasi akhir ini, menurut (Skein 2016) fungsi desirability optimasi variabel bebas pada respon surface methodology telah dilakukan pada optimasi respon. Manfaat dari optimasi respon surface adalah untuk membantu mencari harga optimal dari parameter kondisi pemotongan untuk memberikan nilai Ra dan

(15)

dilakukan dengan menggunakan software design expert yang mana data tersebut menunjukan pembatasan untuk optimasi parameter kondisi pemotongan dengan

nilai v, f, a, Ra in range dan nilai VB diambil minimize karena untuk mencapai umur pahat yang panjang dan nilai kekasaran permukaan yang baik. Hasil

optimasi yang dilakukan menghasilkan v = 74,958 m/min; f = 0,132 mm/rev; a =

1,001 mm; Ra entry point = 1,334 mm; Ra end point = 1,193 mm; VB = 0,223

mm.

4.4.3. Optimasi Kondisi Pemotongan Terhadap Suhu Pemotongan

Optimasi kondisi pemotongan ini menurut (Cuaca 2016) dilakukan untuk

mendapatkan harga optimal dari parameter kondisi pemotongan untuk

memberikan temperature dan keausan pahat yang optimal selama dilakukan

pembubutan. Proses optimasi dilakukan dengan software design expert yang mana

hasil optimasi yang dilakukan menghasilkan v = 74,945 ; f = 0,147 ; a = 1,008 ;

Temperatur = 220,572 ; Vb = 0,221.

4.4.4. Optimasi Kondisi Pemotongan Terhadap VMR dan MRR

Optimasi kondisi pemotongan ini dilakukan untuk mendapatkan harga

optimal dari parameter kondisi pemotongan untuk mengetahui banyaknya volume

yang benda kerja yang terbuang dalam pembuatan suatu benda dan juga untuk

mengetahui laju pembuangan geram dalam suatu proses pembubutan. Proses

optimasi dilakukan dengan software design expert yang mana hasil optimasi yang

dilakukan menghasilkan v = 66,23 m/min ; f = 0,102 mm ; a = 1,43 mm ; MRR =

9,76 cm3/min ; dan VMR = 318,63 cm3.

4.5. Produktivitas Pahat

4.5.1. Studi Kasus Implementasi

Pada studi kasus ini, digunakan software mastercam versi 2017 dimana untuk melakukan simulasi atas proses pembubutan shaft thresser sehingga dapat

diketahui proses pembubutan shaft thresser tersebut dengan menghubungkan ke

(16)

lebih efisien dalam pembuatannya baik secara waktu pembuatan dan juga besar

biaya yang di butuhkan dalam pembuatan shaft thresser tersebut.

Dengan menggunakan software mastercam juga bisa kita gunakan untuk

mengetahui kode NC program dalam pembuatan shaft thresser. Pada gambar 4.1

dapat dilihat model awal dari shaft thresser pembubutan mastercam model 3D

dengan ukuran diameter dari shaft tersebut adalah 200 mm dan juga memiliki

panjang yakni 7120 mm. langkah berikutnya yaitu di bubut sisi bagian depan

tersebut sehingga sesuai dengan gambar 2D dari shaft yang telah ditentukan

tersebut, terlihat pada gambar 4.2 dan juga NC program dari proses pembubutan

bagian depan shaft thresser yang dapat di lihat pada gambar 4.3.

Langkah – langkah pembuatan shaft thresser dengan menggunakan

software mastercam 17 :

1. Gambar terlebih dahulu model dari shaft thresser.

2. Setelah digambar maka di buat efek dari proses pembubutan

3. Diatur kecepatan spindle dan pengaturan cekam sesuai ukuran gambar.

4. Dibuat dalam model 3D.

5. Disimulasikan

6. Ulangi langkah 1 – 5 untuk simulasi pembubutan bagian belakang.

(17)

Gambar 4.2 Hasil Pembubutan Bagian Depan

Gambar 4.3 NC Program Pembubutan Bagian Depan

Setelah bagian depan dari shaft tersebut telah di bubut, maka shaft tersebut akan

di balik sehingga bagian belakang dari shaft tersebut dapat di bubut menjadi

sesuai dengan gambar 2D yang tersedia seperti pada gambar 4.4 dimana shaft

tersebut dibalik lalu di bubut dan juga pada gambar 4.5 dapat dilihat kode NC dari

(18)

Gambar 4.4 Hasil Pembubutan Bagian Belakang

(19)

4.5.2. Case 1

Dalam bagian permasalahan ini diambil data hasil dari VMR dengan nilai

tertinggi untuk kekasarannya dan juga untuk finishing digunakan nilai Ra yang

rendah yang diambil dari data Robert (2016). Seperti pada keterangan di bawah :

1. Roughness

Pada roughness ini diambil dari data tabel 4.2 dimana terdapat pada kolom

6 yaitu : VMR = 404,6 cm3 ; MRR = 9,8 cm3/min ; tc = 41,50 min ; Ra

awal = 2,32 mikron dan Ra akhir = 2,51 mikron.

2. Finishing

Pada finishing ini di ambil dari data Robert(2016) dengan nilai Ra

terendah yaitu : Ra awal = 1,337 mikron dan Ra akhir = 1,196 mikron.

4.5.3. Case 2

Dalam bagian permasalahan ini diambil dari data hasil VMR tertinggi untuk kekasarannya dan juga untuk bagian finishing digunakan nilai hasil

optimasi serempak yang diambil dari data hasil optimasi VMR dan MRR dengan

menggunakan software Design Expert dan juga dari hasil optimasi kekasaran permukaan Skein(2016), temperature Cuaca(2016), umur pahat Pieter(2016),

seperti keterangan di bawah ini :

1. Roughness

Pada roughness ini diambil dari data tabel 4.2 dimana terdapat pada kolom

6 yaitu : VMR = 404,6 cm3 ; MRR = 9,8 cm3/min ; tc = 41,50 min ; Ra

awal = 2,32 mikron dan Ra akhir = 2,51 mikron.

2. Finishing

Pada finishing ini diambil dari hasil optimasi serempak dengan

menggunakan software Design Expert yaitu : VB = 0,22 mm; tc = 1,65 min; Ra entry point = 1,342 mm; Ra end point = 1,228 mm; Temperatur =

(20)

4.5.4. Waktu Produksi

Waktu produksi yang dihasilkan dari Case 1 yaitu 62 jam 57 menit untuk roughness dan untuk finishing, waktu produksi yang di dapat adalah 4 jam 57 menit, sehingga total waktu untuk Case 1 adalah 67 jam 24 menit. sedangkan pada Case 2, untuk roughness waktu produksinya sama dengan Case 1 yaitu 62 jam57 menit sedangkan untuk finishing yaitu 5 jam 8 min, sehingga total waktu dari Case 2 adalah 68 jam 5 min. perhitungan waktu produksi ini dapat dilihat pada tabel 4.3.

Perhitungan Waktu Produksi Roughness Case 1 dan Case 2, yaitu :

Case 1 (Roughness)

Untuk dapat mencari waktu produksi

pada roughness case 1, diambil dari

nilai VMR tertinggi sehingga kita harus

mencari n (putaran spindle) terlebih

dahulu.

Setelah di dapat nilai n, maka di hitung

tc (waktu pemotongan sesungguhnya)

pada pembubutan bagian belakang

Shaft Thresser.

Untuk dapat mencari waktu produksi

pada roughness case 2, sama dengan

Setelah di dapat nilai n, maka di hitung

tc (waktu pemotongan sesungguhnya)

pada pembubutan bagian belakang

(21)
(22)

Sehingga jumlah keseluruhan waktu

pembubutan bagian belakang adalah

2479,99 menit (41,33 jam)

Untuk mencari tc (waktu pemotongan

sesungguhnya) pada pembubutan

bagian depan Shaft Thresser, digunakan nilai n yang sama yaitu 103 rpm

Sehingga jumlah keseluruhan waktu

pembubutan bagian belakang adalah

2479,99 menit (41,33 jam)

Untuk mencari tc (waktu pemotongan

sesungguhnya) pada pembubutan

(23)
(24)

Dari perhitungan diatas, jumlah waktu

produksi pembubutan bagian belakang

dan pembubutan bagian depan adalah

41,33 + 21,63 = 62,96 jam ( 62 jam 57 menit )

Setelah di dapat waktu produksi untuk

roughness, lama pengerjaan roughness

ini adalah waktu produksinya di bagi

dengan 8 dikarenakan pengerjaan per

hari nya adalah 8 jam, sehingga :

Lama pengerjaan = 8 Hari untuk

Dari perhitungan diatas, jumlah waktu

produksi pembubutan bagian belakang

dan pembubutan bagian depan adalah

41,33 + 21,63 = 62,96 jam ( 62 jam 57 menit )

Setelah di dapat waktu produksi untuk

roughness, lama pengerjaan roughness

ini adalah waktu produksinya di bagi

dengan 8 dikarenakan pengerjaan per

hari nya adalah 8 jam, sehingga :

(25)

Perhitungan untuk finishing pada Case 1 dan Case 2, yaitu :

Case 1 ( Finishing )

Untuk dapat mencari waktu produksi

pada finishing case 1, yaitu mencari n

(putaran spindle) dengan menggunakan

nilai v,f,a dari nilai Ra terendah dari

data Skein ( 2016 ).

Setelah di dapat nilai n, maka di hitung

tc (waktu pemotongan sesungguhnya).

*Perhitungan 1 yaitu perhitungan tc untuk pembubutan bagian depan

*Perhitungan 2 yaitu perhitungan tc untuk pembubutan bagian belakang

dengan nilai a = 1 mm, n = 119 rpm

dan = 3115 mm.

Case 2 ( Finishing )

Untuk dapat mencari waktu produksi

pada finishing case 2, nilai n di

dapatkan dengan v,f,a dari data hasil

optimasi Pieter ( 2016 ), Skein ( 2016 ),

Cuaca ( 2016 ).

Setelah di dapat nilai n, maka di hitung

tc (waktu pemotongan sesungguhnya).

*Perhitungan 1 yaitu perhitungan tc

untuk pembubutan bagian depan

*Perhitungan 2 yaitu perhitungan tc untuk pembubutan bagian belakang

dengan nilai a = 1 mm, n = 103 rpm

(26)

Nilai = 174,5 menit

Sehingga total waktu Finishing untuk

Case 1 yaitu :

Sehingga total waktu Finishing untuk

Case 1 yaitu :

107,11 + 201,61 = 308,72 menit ( 5 jam 8 menit )

Sehingga dari hasil waktu produksi pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 dapat di

simpulkan bahwa waktu produksi Case 1 lebih cepat dibandingkan Case 2

dikarenakan kecepatan pada spindel Case 1 lebih cepat yaitu 119 rpm dan pada

Case 2 yaitu 103 rpm untuk finishing. Sementara untuk Roughness sama

dikarenakan roughness pada Case 1 dan Case 2 memiliki nilai v,f,a yang sama

yang mana di ambil dari data VMR tertinggi.

4.5.5. Ongkos Produksi

Pada ongkos produksi ini, didapatkan dari pembelian benda kerja seperti bahan AISI 4340, dan pahat PVD yang mana dihitung berdasarkan waktu

produksi yang telah di dapat untuk mendapatkan brp banyak pahat yang dipakai

dalam proses pembubutan shaft thresser ini. Dimana rincian harga yaitu :

1. Harga Baja AISI 4340 adalah ± Rp. 15.000.000,-

2. Harga Pahat PVD adalah ± Rp.

160.000,-Dari harga diatas, pada Case 1, pahat yang di perlukan sebanyak 16 unit sehingga harga dari pahat tersebut adalah ±Rp. 2.560.000,- . Sehingga total biaya bahan Shaft Thresser adalah ±Rp 17.560.000,- Sedangkan pada Case 2, pahat yang di perlukan sebanyak 14 unit, sehingga harga pahat tersebut adalah

(27)

1. Case 1

Untuk mencari ongkos produksi pada roughness didapat dari tc (toollife) data penelitian Pieter(2016) yaitu nilai tc = 41 min/1 indeks pahat. Sehingga untuk

mencari jumlah pahat yang dibutuhkan yaitu:

Sedangkan untuk finishing digunakan tc = 11 min /1 indeks (Pieter 2016)

sehingga untuk jumlah pahatnya yaitu:

Total jumlah pahat untuk Roughness dan Finishing yaitu :

99 + 25 = 124 indeks ( 16 pahat)

Sehingga harga pahat yang didapat yaitu Rp 2.560.000,-

Total harga yang didapat dari Harga Baja AISI 4340 di tambah dengan

(28)

2. Case 2

Untuk mencari ongkos produksi pada roughness Case 2 sama dengan Case

1 yaitu dari tc (toollife) data penelitian Pieter(2016) yaitu nilai tc = 41 min/1 indeks pahat. Sehingga untuk mencari jumlah pahat yang dibutuhkan yaitu:

Sedangkan untuk finishing Case 2 digunakan nilai tc (toollife) hasil optimasi serempak yaitu 52,84 min/1 indeks (Pieter 2016), sehingga untuk jumlah pahatnya

yaitu:

Total jumlah pahat Case 2 untuk Roughness dan Finishing yaitu :

99 + 7 = 106 indeks ( 14 pahat)

Sehingga harga pahat yang didapat yaitu Rp 2.240.000,-

Total harga yang didapat dari Harga Baja AISI 4340 di tambah dengan

Harga pahat yang diperlukan yaitu : Rp 17.240.000,-

(29)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini waktu produksi dan ongkos produksi dalam

pembuatan Shaft Thresser, dapat disimpulkan bahwa :

1. Berikut ini Tabel perbandingan hasil survey dan hasil penelitian.

Tabel 5.1 Perbandingan Hasil Survey dan Hasil Penelitian

No Hasil Survey Hasil Penelitian

1 Menggunakan pahat HSS Menggunakan Pahat karbida PVD

berlapis

Menggunakan Tool Holder dengan

sudut 450

4 Lama pengerjaan adalah 12

hari dengan lama pengerjaan

perhari adalah 8 jam

Lama pengerjaan adalah 9 hari

dengan lama pengerjaan perhari

adalah 8 jam.

5 Jumlah pahat yang digunakan

bergantung pada keterampilan

dari operator dikarenakan

pahat yang digunakan di

gerinda (di asah)

Jumlah pahat yang digunakan

adalah 124 indeks ( 16 pahat)

(30)

2. Apabila konsumen ingin supaya shaft thresser di buat dalam waktu yang cepat, maka dipilih Case 1 dikarenakan waktu pembuatan shaft thresser tersebut adalah 62 jam 57 min, akan tetapi biayanya akan lebih mahal yakni sebesar Rp. 17.560.000,- hal itu karena kecepatan spindel dipercepat sehingga mengakibatkan umur pahat menjadi semakin pendek dan pahat

yang lebih banyak.

3. Apabila konsumen ingin agar biaya pembuatan shaft thresser ini dengan harga yang lebih murah, maka dipilih Case 2 dimana ongkos produksinya lebih murah yaitu sebesar Rp. 17.240.000,-. Akan tetapi waktu produksi nya lebih lama yaitu 68 jam 5 menit. Hal itu dikarenakan kecepatan spindel yang dipakai lebih rendah dibandingkan yang dipakai pada Case 1

sehingga umur pahat nya lebih panjang dan tidak menggunakan pahat

yang banyak.

5.2. Saran

Adapun saran yang penulis berikan untuk mempermudah penelitian, yaitu:

1. Saat survey, pastikan mesin tersebut berjalan dengan baik dan tidak ada

kerusakan pada mesin CNC yang akan kita gunakan.

2. Pelajari terlebih dahulu mesin CNC yang akan kita pakai supaya dapat

mempermudah dan mempercepat waktu kerja kita.

3. Agar peneliti yang lain mencoba simulasi shaft thresser dengan software

Gambar

Gambar 3.1 Baja AISI 4340
Gambar 3.3. Mesin bubut CNC
Gambar 3.4 Set-Up Mesin
Gambar 3.6 Mikroskop dyno-lite
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian disiplin menurut para ahli di atas, maka perilaku disiplin dalam penelitian ini adalah sikap atau tingkah laku mahasiswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan

JUDUL : SALAT MALAM ANTARKAN DYAH JADI CALON DOKTER. MEDIA : TRIBUN JOGJA TANGGAL : 22

Kualitas fisik daging menunjukkan bahwa nilai pH daging yang diberi substrat antibakterial Lactobacillus pentosus BS15 lebih rendah dibandingkan dengan

Berupa kuesioner data demografi yang mencakup data mengenai Usia Pasien, Jenis kelamin Pasien,Suku Pasien, Agama Pasien, Pendidikan Pasien, Pekerjaan Pasien,

JUDUL : INI MANFAAT BERPUASA UNTUK ANAK MEDIA : TRIBUN JOGJA. TANGGAL : 21

[r]

JUDUL : PUASA TAK PENGARUHI PRODUKSI ASI MEDIA : TRIBUN JOGJA. TANGGAL : 17

Bahan pakan yang diujikan pada penelitian ini adalah tepung kulit kopi, kulit kacang tanah, rumput lapang, daun turi, jerami padi dan jerami padi