HASIL DAN PEMBAHASAN
D. Kualitas gubal
Kualitas gubal merupakan parameter untuk mengetahui kelas mutu gubal yang terbentuk.Kualitas gubal yang terbentuk dipengaruhi warna dan aroma gubal.
1. Warna gubal
Perubahan warna merupakan salah salah indikasi terjadi infeksi pada gubal gaharu.Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa Fusarium sp. mampu menginfeksi sehingga terbentuk gubal gaharu.Kedalaman injeksi dan bagian batang mempengaruhi warna gubal yang terbentuk.Rahayu dan Situmorang (2006) bahwa perubahan warna dari putih menjadi coklat kehitaman merupakan gejala awal terbentuknya gubal gaharu.Putri et al. (2008) bahwa terbukti bahwa terjadi perubahan warna pada pohon yang diinjeksi, seperti warna coklat dan kuning. Gejala umum yang ditimbulkan akibat infeksi cendawan diantaranya terjadi perubahan warna pada daerah yang diinfeksi dan klorosis daun.
(a) (b) (c)
Gambar 3. Warna gubal gaharu yang terinfeksi pada kedalaman 3 cm pada batang (a) bagian bawah, (b) bagian tengah, dan (c) bagian atas
Kualitas warna dari gubal gaharu yang terbentuk belum dapat diketahui secara pasti, karena pengujiannya tidak bisa dilakukan hanya secara responden.Namun, dugaan sementara bahwa kualitas gubal gaharu yang terbentuk menurut parameter warna masih dibawah kualitas baik.
(a) (b) (c)
Gambar 4. Warna gubal gaharu yang terinfeksi pada kedalaman 5 cm pada batang (a) bagian bawah, (b) bagian tengah, dan (c) bagian atas
(a) (b) (c)
Gambar 5. Warna gubal gaharu yang terinfeksi pada kedalaman 7 cm pada batang (a) bagian bawah, (b) bagian tengah, dan (c) bagian atas
Perubahan warna gubal terjadi pada semua perlakuan dari putih menjadi coklat dan kehitaman.Perubahan warna tersebut terjadi akibat infeksi patogen dan reaksi yang dilakukan pohon yaitu dengan mengubah senyawa - senyawa metabolit sekunder.Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumadiwangsa dan Zulnely (1999) bahwa perubahan warna putih menjadi coklat kehitaman merupakan gejala awal
terbentuknya gubal gaharu.Rahayu dan Situmorang (2006) menyatakan gubal gaharu terdeposit pada jaringan kayu.
Tabel 5. Kualitas warna gubal gaharu
Kedalaman Injeksi Pembagian Batang Warna 3
Bawah Kecoklatan bergaris putih lebar Tengah Kecoklatan bergaris putih lebar Atas Kecoklatan bergaris putih lebar 5
Bawah Kecokelatan bergaris hitam tipis Tengah Kecokelatan bergaris putih lebar
Atas Kecokelatan bergaris hitam tipis 7
Bawah Kecokelatan bergaris hitam tipis
Tengah Putih kecokelatan
Atas Kecokelatan bergaris hitam tipis Inokulasi fungi menyebabkan terjadinya perubahan warna lebih gelap dibanding pelukaan.Selain itu, inokulasi fungi juga menyebabkan panjang dan dalam zona perubahan warna yang sangat berbeda nyata bila dibandingkan akibat pelukaan.Ng et al. (1997) dan Barden et al. (2000) menyatakan bahwainfeksi cendawan diduga menyebabkan peningkatan akumulasi senyawa terpenoid, sehingga warna menjadi lebih gelap dan lebih panjang. Perubahan warna masih digunakan sebagai indikator kayu gaharu akan menghasilkan senyawa gaharu. Semakin gelap warna yang dihasilkan, semakin tinggi tingkat gubal gaharu yang dihasilkan.
2. Aroma gubal yang terinfeksi
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kedalaman lubang mempengaruhi aroma dari gubal gaharu yang terbentuk.Pada Tabel 6 disajikan data aroma gubal gaharu yang terbentuk.Gubal gaharu yang terinfeksi masih belum menunjukkan kualitas yang baik dari faktor aroma.Bahkan pada kedalaman injeksi 5 cm dan 7 cm tidak menunjukkan adanya aroma. Proses produksi gaharu sangat ditentukan kuantitasnya oleh jumlah lubang yang di injeksi dan kualitanya tergantung lama
waktu sejak proses injeksi hingga panen. Semakin lama waktu panen, maka semakin banyak resin wangi sehingga meningkatkan kualitas gaharu.
Tabel 6. Aroma gubal gaharu
Kedalaman
Injeksi Pembagian Batang
Rata – rata dari
Pernyataan responden Aroma 3 cm
Bawah 2 Kurang kuat
Tengah 2 Kurang kuat
Atas 1 Tidak ada
5 cm
Bawah 1 Tidak ada
Tengah 1 Tidak ada
Atas 1 Tidak ada
7 cm
Bawah 1 Tidak ada
Tengah 1 Tidak ada
Atas 1 Tidak ada
1= tidak kuat, 2 = kurang kuat, 3 = agak kuat, 4 = kuat, 5 = sangat kuat
Dari 10 responden yang menguji aroma gubal gaharu menyatakan bahwa aroma yang terbentuk hamper sama. Aroma gubal gaharu hanya terdapat pada kedalaman lubang injeksi 3 cm pada batang bagian bawah dan tengah yaitu aroma yang kurang kuat.Tidak adanya aroma diduga akibat sedikitnya akumulasi gaharu terhadap pohon gaharu (rendahnya senyawa terpenoid).Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu dan Situmorang (2006) bahwa senyawa gaharu merupakan metabolit sekunder yang dibentuk dari metabolit primer.
Terjadinya perubahan peningkatan dan penurunan gejala pembentukan gaharu diduga karena metabolit sekunder yang berperan dalam pembentukan senyawa gaharu terus berubah-ubah di dalam pohon gaharu.Perubahan tersebut diduga berhubungan dengan aktivitas infeksi cendawan. Senyawa gaharu yang dihasilkan akan meningkat bersamaan dengan mulai terjadinya proses infeksi dan aroma wangi menurun dan hilang bersamaan dengan berhentinya proses infeksi cendawan dan juga disebabkan karena penguapan senyawa terpenoid (seskuiterpenoid). Hal ini sesuai dengan pernyataan wangi
Okudera dan Ito (2009) bahwa senyawa seskuiterpenoid merupakan senyawa yang mudah menguap dan diduga berpengaruh terhadap perubahan warna dan terbentuknya aroma. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Okudera dan Ito (2009) bahwa terjadi penurunan jumlah senyawa seskuiterpenoid yang dihasilkan Aquilaria sp. setelah beberapa minggu diberi perlakuan metil jasmonat, asam salisilat, atau ß-glucan, diduga hal tersebut terjadi karena senyawa seskuiterpenoid yang dihasilkan menguap ke udara. E. Reisolasi gubal gaharu
Reisolasi dilakukan membuktikan bahwa gejala yang muncul pada gubal gaharu adalah akibat infeksi dari inokulum yang diinjeksi.Dari hasil reisolasi diperoleh Fusarium sp. Sehingga membuktikan bahwa yang menginfeksi gubal gaharu adalah Fusarium sp. Mendgen dan Deising (1993) bahwafungi membentuk hifa infeksi setelah cendawan masuk ke dalam sel inang.Hifa infeksi merupakan perpanjangan hifa penetrasi.Pada beberapa cendawan setelah terbentuk hifa penetrasi terbentuk vesikel dan selanjutnya membentuk hifa infeksi. Terakhir cendawan akan menghasilkan haustorium agar dapat memanfaatkan nutrisi sel inang. Inokulasi adalah kontak awal patogen pada suatu tanaman yang mungkin terinfeksi.Agrios (1996) menyatakan bahwa inokulum adalah bagian dari patogen yang dapat memulai infeksi.Tidak semua inokulum mampu melakukan infeksi pada tanaman, hanya inokulum patogen berpotensi untuk menginfeksi tumbuhan.
(a) (b)
Gambar 6. Hifa Fusarium sp. (a) inokulum dan (b) hasil reisolasi
Inokulum yang diinjeksikan kedalam lubang injeksi mampu berkembang biak dengan baik. Dari gambar dapat dilihat bahwa hifa hasil reisolasi menunjukkan jumlah yang lebih banyak dibandingkan hifa inokulum.Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Lee dan Bostock (2006) dan Prins (2000) bahwa setelah proses infeksi, cendawan melakukan kolonisasi dengan berkembang atau memperbanyak diri, atau dua-duanya dalam jaringan tanaman.