• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Kualitas Pupuk Bokash

Kualitas pupuk merupakan salah satu faktor yang menentukan keefektifan penggunaan pupuk saat diaplikasikan ke tanaman. Kualitas pupuk mencakup kandungan hara makro dan mikro, kadar air, kandungan bahan organik, pH dan rasio C/N. Kualitas pupuk organik bokashi yang diujikan adalah hara makro yang mencakup kadar karbon organik, kadar nitrogen, rasio C/N, kadar fosfor dan kadar kalium.

4.3.1 Kadar karbon organik

Karbon organik merupakan salah satu komponen penting dalam proses metabolisme dan sintetis makhluk hidup. Unsur karbon dapat membentuk senyawa rantai karbon yang berperan dalam pembentukan senyawa organik. Pada tumbuhan, senyawa karbon organik berperan dalam pembentukan selulosa dan pembentukan jaringan-jaringan serat (Satya et al. 2010). Hasil analisis C-organik pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 menunjukkan kandungan C-organik pupuk P0, P1, P2, P3, dan P4

secara berurutan adalah 13,17%, 17,77%, 17,65%, 17,24% dan 16,21%. Hasil perhitungan kandungan C-organik pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan menunjukkan bahwa kandungan C-organik tertinggi terdapat pada pupuk P1 yaitu

sebesar 17,77%, sedangkan kandungan C-organik terkecil terdapat pada pupuk P0

yaitu sebesar 13.17%. Perbedaan kandungan C-organik pada setiap perlakuan disebabkan oleh perbedaan komposisi bahan baku yang ditambahkan pada pupuk. Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin besar komposisi tepung ikan yang digunakan dalam pembuatan pupuk, maka kandungan C-organik yang dihasilkan semakin kecil. Semakin besar komosisi tepung ikan yang digunakan, maka akan memperkecil komposisi bahan baku lain yang memiliki kandungan C-organik yang lebih besar dari tepung ikan. Perlakuan P0 memiliki selisih nilai C-organik

yang cukup jauh dengan perlakuan lainnya karena sumber karbon hanya terbatas dari tepung ikan yang memiliki nilai C-organik yang rendah, sedangkan perlakuan P1, P2, P3 dan P4 mendapat tambahan suplai karbon dari penambahan dedak padi

dan ampas kelapa yang memiliki kandungan C-organik yang lebih tinggi. Perlakuan P1 dengan komposisi tepung ikan yang digunakan paling kecil memiliki

kandungan C-organik yang paling tinggi karena kontribusi bahan baku lainnya lebih besar. Perbandingan komposisi bahan baku akan mempengaruhi kandungan unsur hara yang dihasilkan. Perbandingan komposisi bahan baku pupuk organik yang tepat serta penggunaan teknologi pengomposan yang baik akan menghasilkan pupuk yang memiiki kualitas yang baik dan mampu dimanfaatkan dengan mudah oleh tanaman (Suwahyono 2011).

Gambar 5 Kandungan C-organik pada pupuk organik bokashi P0 (100%

tepung ikan), P1 (30% tepung ikan), P2 (40% tepung ikan),

P3 (50% tepung ikan), dan P4 (60% tepung ikan)

Kandungan C-organik pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 tidak menunjukkan

perbedaan yang jauh, sedangkan komposisi yang digunakan berbeda. Hal ini disebabkan oleh aktivitas mikroba yang menggunakan karbon sebagai sumber energi selama proses pengomposan. Dalam kondisi anaerobik, karbon organik diubah menjadi karbondioksida, metana dan lain-lain (Jenie dan Rahayu 1993).

Berdasarkan hasil analisis, kualitas semua pupuk organik bokashi yang dihasilkan memiliki kandungan C-organik yang berkisar antara 13,17%-17,77%.

13,17 + 0,30 17,77 + 0,23 17,65 + 0,23 17,24 + 0,13 16,21 + 0,32 0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 12,00% 14,00% 16,00% 18,00% 20,00% P0 P1 P2 P3 P4 C -O rg a nik Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4

Berdasarkan nilai tersebut maka pupuk organik yang dihasilkan sudah memenuhi nilai kandungan C-organik menurut SNI pupuk organik 19-7030-2004 yaitu sebesar 9,80-32,00%.

4.3.2 Total nitrogen

Unsur nitrogen atau N merupakan unsur hara di dalam tanah yang sangat berperan bagi pertumbuhan tanaman. Hasil analisis total nitrogen pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Kandungan total nitrogen pada pupuk organik bokashi P0 (100%

tepung ikan, P1 (30% tepung ikan), P2 (40% tepung ikan),

P3 (50% tepung ikan), dan P4 (60% tepung ikan)

Hasil perhitungan kandungan total nitrogen pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan menunjukkan bahwa kandungan total nitrogen tertinggi terdapat pada pupuk P0 yaitu sebesar 7,80%, sedangkan kandungan total nitrogen terkecil

terdapat pada pupuk P1 yaitu sebesar 3.23%. Perbedaan kandungan total nitrogen

pada setiap perlakuan disebabkan oleh perbedaan komposisi tepung ikan yang diberikan. Perlakuan P0 memiliki kandungan total nitrogen yang paling tinggi

karena perlakuan P0 dibentuk dari 100% tepung ikan, sedangkan perlakuan P1, P2,

P3 dan P4 terdiri dari kombinasi tepung ikan, dedak padi dan ampas kelapa dengan

konsentrasi yang berbeda. Semakin besar proporsi tepung ikan yang ditambahkan, maka kandungan total nitrogen yang dihasilkan semakin besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Supadma dan Arthagama (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan unsur nitrogen bahan baku yang ditambahkan, tingkat

7,80 + 0,04 3,23 + 0,01 3,37 + 0,02 4,09 + 0,00 5,70 + 0,04 0,00% 1,00% 2,00% 3,00% 4,00% 5,00% 6,00% 7,00% 8,00% 9,00% P0 P1 P2 P3 P4 To ta l N Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4

dekomposisi akan semakin mudah sehingga akan menghasilkan nilai total nitrogen yang tinggi pada kompos yang dihasilkan. Unsur nitrogen sangat berperan dalam pembentukan senyawa protein dan klorofil. Kekurangan unsur nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan menyebabkan daun menjadi menguning (Yuliarti 2009).

Berdasarkan hasil analisis, kualitas semua pupuk organik bokashi yang dihasilkan memiliki kandungan total nitrogen yang berkisar antara 3,23%-7,80%. Berdasarkan nilai tersebut maka pupuk organik yang dihasilkan sudah memenuhi nilai kandungan total N menurut SNI pupuk organik 19-7030-2004 yaitu sebesar > 0,40%.

4.3.3 Rasio C/N

Nilai perbandingan C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Hasil perhitungan rasio C/N pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Nilai rasio C/N pada pupuk organik bokashi P0 (100% tepung

ikan), P1 (30% tepung ikan), P2 (40% tepung ikan),

P3 (50% tepung ikan), dan P4 (60% tepung ikan)

Gambar 7 menunjukkan nilai rasio C/N pupuk P0, P1, P2, P3, dan P4 secara

berurutan adalah 1,69, 5,50, 5,24, 4,22 dan 2,84. Nilai rasio C/N pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan menunjukkan bahwa nilai rasio C/N tertinggi

1,69 5,50 5,24 4,22 2,84 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 P0 P1 P2 P3 P4 Ra sio C/N Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4

terdapat pada pupuk P1 yaitu sebesar 5,50, sedangkan nilai rasio C/N terkecil

terdapat pada pupuk P0 yaitu sebesar 1,69. Secara umum, nilai rasio C/N yang

dihasilkan dari seluruh perlakuan tergolong kecil karena nilai rasio C/N yang dihasilkan < 10. Nilai rasio C/N yang dihasilkan seluruh perlakuan berkisar antara 1,69-5,50. Nilai tersebut belum memenuhi standar rasio C/N yang ditetapkan dalam SNI pupuk organik 19-7030-2004 yaitu sebesar 10 - 20.

. Nilai C/N merupakan perbandingan antara unsur karbon (C) dan unsur nitrogen (N). Pengomposan tergantung pada aktivitas mikroorganisme, sehingga dibutuhkan sumber karbon untuk menyediakan energi dan nitrogen sebagai zat pembangun sel mikroorganisme (Sembiring 2007). Nilai rasio C/N yang rendah dari setiap perlakuan disebabkan oleh penggunaan bahan baku yang memiliki kandungan nitrogen yang tinggi. Jika nilai rasio C/N terlalu rendah karena bahan baku yang kaya nitrogen, maka karbon akan menjadi nutrien pembatas atau aktivitas penyerapan hara akan dibatasi oleh kadar karbon (Graves et al. 2000). Selama proses pengomposan, terjadi penurunan nilai rasio C/N karena penggunaan karbon oleh mikroba pengurai sebagai sumber energi untuk mendekomposisi bahan organik. Jika rasio C/N terlalu rendah (kurang dari 30) kelebihan nitrogen (N) yang tidak dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang melaui volatisasi sebagai ammonia atau terdenitrifikasi (Ndegwa dan Thomson 2000). Gas ammonia yang terbentuk dapat menjadi racun bagi tanaman sehingga proses pelepasan ammonia diperlukan untuk mengurangi resiko kematian pada tanaman (Graves et al. 2000).

Nilai rasio C/N yang tidak sesuai standar dapat mengindikasikan bahwa proses pengomposan belum selesai atau pupuk belum matang sehingga diperlukan proses lanjutan atau penambahan waktu pengomposan. Nilai nitrogen yang masih tinggi pada pupuk menandakan protein belum terdegradasi sempurna menjadi kompleks amino. Mikrob akan memecah protein menjadi kompleks amino menggunakan enzim proteolitik lalu menggunakannya sebagai makanan untuk tumbuh dan bertahan hidup, sehingga mikrob akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendekomposisi bahan yang kaya protein dibandingkan dengan bahan yang memiliki kandungan protein lebih rendah (Graves et al. 2000).

4.3.4 Total kalium

Kalium merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman untuk menstimulasi pembentukan bunga, daun dan buah. Hasil analisis total kalium pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Kandungan total kalium pada pupuk organik bokashi P0 (100%

tepung ikan), P1 (30% tepung ikan), P2 (40% tepung ikan),

P3 (50% tepung ikan), dan P4 (60% tepung ikan)

Hasil perhitungan kandungan total kalium pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan menunjukkan bahwa kandungan total kalium tertinggi terdapat pada pupuk P1 yaitu sebesar 1,48%, sedangkan kandungan total kalium terkecil terdapat pada pupuk P0 yaitu sebesar 0,92%. Perbedaan kandungan total kalium pada setiap perlakuan disebabkan oleh perbedaan komposisi bahan baku yang ditambahkan pada pupuk. Perlakuan P0 memiliki kandungan total kalium yang

paling kecil dikarenakan suplai kalium hanya berasal dari tepung ikan yang memiliki kandungan kalium rendah, sedangkan perlakuan lainnya (P1, P2, P3, P4)

mendapat suplai kalium dari bahan baku lain (dedak padi dan ampas kelapa) yang memiliki kandungan kalium yang lebih besar dari tepung ikan. Tepung ikan sebagai bahan utama memiliki kandungan kalium yang relatif kecil yaitu 0,3% (dedak padi = 0,54%, ampas kelapa = 0,63%). Semakin besar proporsi tepung ikan dalam komposisi pupuk, maka akan memperkecil proporsi bahan baku lainnya sehingga kandungan kalium akan semakin kecil. Perbandingan komposisi bahan baku akan mempengaruhi kandungan unsur hara yang dihasilkan.

0,92 + 0,00 1,48 + 0,02 1,19 + 0,01 1,15 + 0,01 1,05 + 0,01 0,00% 0,20% 0,40% 0,60% 0,80% 1,00% 1,20% 1,40% 1,60% 1,80% P0 P1 P2 P3 P4 T o ta l K Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4

Perbandingan komposisi bahan baku pupuk organik yang tepat serta penggunaan teknologi pengomposan yang baik akan menghasilkan pupuk yang memiiki kualitas yang baik dan mampu dimanfaatkan dengan mudah oleh tanaman (Suwahyono 2011).

Kalium berfungsi dalam pembentukan protein dan karbohidrat bagi tanaman. Selain itu, unsur ini juga beperan penting dalam pembentukan antibodi tanaman untuk melawan penyakit. Ciri fisik tanaman yang kekurangan kalium yaitu daun tampak keriting dan mengkilap. Lama kelamaan, daun akan menguning di bagian pucuk dan pinggirnya, bagian antara jari-jari daun juga menguning, sedangkan jari-jari tetap hijau. Ciri fisik lain akibat kekurangan unsur ini adalah tangkai daun menjadi lemah, dan mudah terkulai serta biji keriput (Muhammad 2007). Tanaman menyerap kalium dalam bentuk ion K+. Kalium di dalam tanah ada dalam berbagai bentuk, yang potensi penyerapannya untuk setiap tanaman berbeda-beda. Ion-ion K+ di dalam air tanah dan ion-ion K+ yang di adsorpsi, dapat langsung diserap. Kalium pada tanaman berfungsi sebagai pembentuk dan pengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukan protein pada tanaman, mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan reaksi dalam sel terutama dari asam organik, menaikan pertumbuhan jaringan meristem, mengatur pergerakan stomata, memperkuat tegaknya batang tanaman sehingga tanaman tidak mudah roboh, mengaktifkan enzim, meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah, membuat biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat, meningkatkan kualitas buah karena bentuk, kadar, dan warna yang lebih baik, membuat tanaman menjadi lebih tahan hama dan penyakit, dan membantu perkembangan akar tanaman (Syakir dan Gusmaini 2012).

Berdasarkan hasil analisis, kualitas semua pupuk organik bokashi yang dihasilkan memiliki kandungan total kalium yang berkisar antara 0,92%-1,48%. Berdasarkan nilai tersebut maka pupuk organik yang dihasilkan sudah memenuhi nilai kandungan total kalium menurut SNI pupuk organik 19-7030-2004 yaitu sebesar > 0,10%.

4.3.5 Total Fosfor

Unsur fosfor merupakan zat yang penting, tetapi selalu berada dalam keadaan kurang di dalam tanah. Hasil analisis total fosfor pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Kandungan total fosfor pada pupuk organik bokashi P0 (100%

tepung ikan), P1 (30% tepung ikan), P2 (40% tepung ikan),

P3 (50% tepung ikan), dan P4 (60% tepung ikan)

Hasil perhitungan kandungan total fosfor pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan menunjukkan bahwa kandungan total fosfor tertinggi terdapat pada pupuk P0 yaitu sebesar 2,90%, sedangkan kandungan total fosfor terkecil

terdapat pada pupuk P1 yaitu sebesar 1,46%. Perbedaan kandungan total fosfor

pada setiap perlakuan disebabkan oleh perbedaan komposisi tepung ikan yang diberikan. Perlakuan P0 memiliki kandungan total fosfor yang paling tinggi karena

perlakuan P0 dibentuk dari 100% tepung ikan, sedangkan perlakuan P1, P2, P3 dan

P4 terdiri dari kombinasi tepung ikan, dedak padi dan ampas kelapa dengan

konsentrasi yang berbeda. Data total fosfor pada Gambar 9 menunjukkan bahwa semakin besar proporsi tepung ikan yang ditambahkan, maka kandungan total P yang dihasilkan semakin besar. Kandungan total fosfor memiliki korelasi dengan kandungan total nitrogen. Menurut Hidayati et al. (2008), semakin besar nitrogen yang dikandung maka multiplikasi mikroorganisme yang merombak fosfor akan meningkat, sehingga kandungan fosfor dalam bahan juga meningkat, demikian

2,90 + 0,02 1,46 + 0,06 2,10 + 0,08 2,33 + 0,01 2,38 + 0,15 0,00% 0,50% 1,00% 1,50% 2,00% 2,50% 3,00% 3,50% P0 P1 P2 P3 P4 T o ta l P Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4

juga kandungan fosfor dalam pupuk seiring dengan kandungan fosfor dalam bahan. Unsur fosfor sangat penting sebagai sumber energi. Oleh karena itu, kekurangan fosfor dapat menghambat pertumbuhan dan reaksi-reaksi metabolism tanaman. Sementara itu, kandungan fosfor pada tanaman membantu dalam pertumbuhan bunga, buah, dan biji, serta mempercepat pematangan buah (Subaedah 2007).

Berdasarkan hasil analisis, kualitas semua pupuk organik bokashi memiliki kandungan total fosfor antara 1,46% - 2,90%. Berdasarkan nilai tersebut maka pupuk organik yang dihasilkan sudah memenuhi nilai kandungan total fosfor menurut SNI pupuk organik 19-7030-2004 yaitu sebesar > 0,20%.

Dokumen terkait