• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Hasil Penelitian

2. Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Ekonomis

a. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut Kebijakan Perusahaan Di Pabrik Gula Gondang Baru Klaten

Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan setiap waktu (Assauri, 2004). Pengadaan bahan baku di PG Gondang Baru dimulai dari penebangan dan pengangkutan tebu. Tebang angkut merupakan kegiatan yang dilakukan PG Gondang Baru dalam rangka mengadakan bahan baku untuk proses produksi gula dari kebun ke pabrik. Dalam melaksanakan tebang angkut di setiap musim giling, PG Gondang Baru membuat rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) yang berisi

commit to user

rencana dan target tentang luasan dan kuantitas tebu yang akan di giling. Setelah mempunyai RKAP untuk masing-masing wilayah binaan selanjutnya pihak PG melakukan penyuluhan kepada petani untuk teknis budidaya tebu agar memperoleh hasil sesuai dengan target yang sudah direncanakan sebelumnya. Perbandingan rencana dengan realisasi luas areal panen PG Gondang Baru selama tahun 2009-2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Perbandingan Rencana Dengan Realisasi Luas Areal Tahun 2009-2011 Di PG. Gondang Baru Tahun Rencana Luas Areal (ha) Realisasi Luas Areal (ha) Selisih Luas

Areal (ha) Prosentase(%)

2009 2.561 1900,57 660,43 74,21

2010 1.629 1.622,00 7,00 99,57

2011 2.324 1.875,82 358,18 83,96

Jumlah 6.514 5.398,39 1.025,61 257,74

Rata-rata 2.171 1.799,46 341,87 85,91

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata luas areal pertanaman tebu dari tahun 2009-2011 seluas 2.171 hektar. Pada tahun 2010 nampak terjadi penurunan luas areal pertanaman tebu. Selisih terbesar terjadi pada tahun 2009 yakni seluas 660,43 hektar dari rencana yang telah ditetapkan seluas 2.561 hektar hanya dapat dicapai seluas 1900,57 hektar. Selisih terkecil antara rencana dan realisasi luas areal di PG Gondang Baru terjadi pada tahun 2010 yakni seluas 7 hektar dari rencana yang telah ditetapkan seluas 1.629 hektar dapat dicapai seluas 1.622 hektar karena pada tahun 2010 produktivitas tebu lebih tinggi dari tahun sebelum dan sesudahnya sehingga tebu yang dihasilkan lebih banyak.

Berkurangnya luas areal di PG Gondang Baru dikarenakan banyak petani yang keluar dari kemitraan dengan PG, PG tidak dapat memegang kendali terhadap petani yang tidak konsekuen dengan komitmen yang sudah disepakati dengan pihak PG. Biasanya petani menginginkan tebunya cepat digiling padahal saat itu sedang terjadi

commit to user

antrian dan mereka yang tidak sabar akan lebih memilih menggilingkan tebunya ke PG lain agar mereka lebih cepat mendapatkan hasil. Penyebab lainnya adalah petani kurang puas dengan pelayanan yang dilakukan oleh PG Gondang Baru, misalnya dalam pencairan pinjaman modal yang menurut mereka lambat.

Lahan yang di alihfungsikan untuk budidaya tanaman lain seperti padi juga merupakan faktor yang menyebabkan berkurangnya luas area di PG Gondang Baru. Pada umumnya petani di lahan sawah lebih senang menanam padi karena di samping tanaman tebu adalah “tanaman pabrik” yang tidak bisa dikonsumsi sendiri, sedangkan tanaman padi adalah “tanaman rakyat” sendiri, juga terbukti menanam padi pada umumnya lebih menguntungkan (Mubyarto dan Daryanti, 1999)

Kegiatan yang dilakukan dalam menunjang dalam kegiatan giling adalah tebang angkut, yaitu menebang dan memuat seluruh batang tebu produktif untuk secepatnya diangkut ke pabrik gula. Sasaran utama dari kegiatan tebnag angkut adalah kontinuitas pasok tebu harian sesuai kapasitas pabrik dengan kualitas tebu layak giling.

Tabel 11. Perbandingan Rencana Dengan Realisasi Tebang Angkut Tahun 2009-2011 Di PG. Gondang Baru

Tahun Rencana Tebang Angkut (Ku) Realisasi Tebang Angkut (Ku) Selisih Tebang Angkut (Ku) Prosentase(%) 2009 1.678.505 1.075.205 603.300 64,00 2010 1.108.401 1.055.088 53.313 95,19 2011 1.524.659 1.134.873 389.786 74,43 Jumlah 4.311.565 3.220.166 1.091.399 231 Rata-rata 1.437.188 1.088.389 363.799,70 77,00

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Menurut tabel 11 dapat diketahui selisih tebang angkut terbesar terjadi pada tahun 2009 yakni sebanyak 603.300 kuintal dari rencana yang telah ditetapkan sebanyak 1.678.505 kuintal hanya diperoleh 1.030.205 kuintal. Rata-rata rencana tebang per musim giling sebanyak

commit to user

1.437.188 kuintal. Hal ini dikarenakan luas areal yang berkurang seperti yang sudah dipaparkan di tabel 10. Sedangkan rata-rata realisasi kuantitas tebang angkut sebanyak 1.088.389 kuintal. Dari tahun ke tahun PG Gondang Baru melakukan penebangan yang tidak jauh berbeda.

Dalam penyediaan bahan baku setiap harinya PG Gondang Baru dituntut untuk mebuat jadwal tebang angkut per hari dari setiap kebun di wilayah binaannya agar tidak terjadi penumpukan maupun kekurangan bahan baku di pabrik. Sinder kebun masing-masing wilayah harus melaporkan perkembangan tanaman tebu di wilayah binaannya agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan perusahaan. Dari rencana tebang angkut yang telah ditetapkan dapat dibuat jadwal tebangan harian yang harus dilaksanakan per harinya. Dalam membuat jadwal jadwal tebangan harian biasanya PG Gondang Baru menggunakan cara membagi jumlah rencana tebang angkut dengan hari giling dengan asumsi bahwa masa produksi berlangsung selama 4 bulan. Untuk produksi harian, biasanya PG Gondang Baru mengambil 70% dari rencana tebang angkut, sedangkan yang 30%nya disisakan untuk diproses produksi hari berikutnya. Perhitungannya adalah sebagai berikut: hari 96 giling musim per angkut tebang Rencana hari per angkut Tebang =

Namun dari rencana yang telah dibuat tidak selalu berjalan sesuai dengan harapan. Hal ini bisa disebabkan karena jalan rusak, truk macet, tenaga penebang yang tak pasti kedatangannya, dan lain-lain.

Bila panen terjadi bersamaan biasanya daerah yang jauh dari PG Gondang Baru didahulukan untuk ditebang mengingat tebu yang sudah masak. Keputusan ini mengingat jika tebu tidak segera ditebang atau digiling dikhawatirkan akan semakin menurunkan rendemen karena perjalanan yang jauh dan memakan waktu lama. Untuk mengetahui

commit to user

jumlah tebang angkut dan produksi harian di PG Gondang Baru dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Jumlah Tebang Angkut Harian Dan Jumlah Produksi Harian Pada Tahun 2009-2011 di PG. Gondang Baru

Tahun 2009 2010 2011 Rata-rata Tebang Angkut/Musim Giling (ku) 1.678.505 1.108.401 1.524.659 1.437.188 Tebang Angkut/hari (ku) 18.244,62 12.047,84 14.520,56 14.937,67 Produksi Tebu/Hari (ku) 12.771,23 8.433,48 10.165,39 10.456, 70 Produksi Tebu /Hari Saat Kekurangan Bahan Baku (ku)

6.385,62 4.216,74 5.082,70 5.228,35

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Dari tabel tersebut dapat diketahui rata-rata tebang angkut disetiap musim giling di PG Gondang Baru sebanyak 1.437.188 kuintal. Upaya untuk memenuhi kuantitas tersebut adalah bekerjasama dengan petani binaan PG Gondang Baru. Dengan sistem kemitraan yang ada diharapkan kebutuhan tebu selama musim giling dapat terpenuhi atau setidaknya realisasi tebang angkut dapat mendekati rencana tebang angkut yang ditargetkan. Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa PG Gondang Baru belum mengoptimalkan penggunaan mesin yang ada. Kapasitas giling PG Gondang Baru adalah 13.500 kuintal per hari namun hanya digunakan rata-rata sebanyak 10.456,70 kuintal per hari atau dapat dikatakan penggilingan yang dilakukan belum maksimal. Keadaan kekurangan bahan baku (≤50%) biasanya terjadi di pagi hari antara jam 06.00-09.00 pagi karena saat itu tebu belum sampai di pabrik.

b. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut Metode EPQ 1) Keadaan Persediaan Bahan Baku Telah Pasti

Komponen yang digunakan untuk dapat menghitung jumlah produksi (Q) dan total biaya produksi yang (TC) ekonomis pada

commit to user

keadaan persediaan yang telah pasti meliputi tingkat persediaan tebu giling dalam kuintal (D), biaya persiapan produksi dalam rupiah (S), kuantitas tebang angkut dalam kuintal (P), dan biaya analisa dalam rupiah (H). Biaya persiapan produksi terdiri atas biaya tenaga di kebun dan biaya pengangkutan. Economical Production Quantity (EPQ) adalah jumlah penggunaan tebu yang ekonomis saat PG Gondang Baru menjalankan kegiatan produksinya selama musim giling sehingga diperoleh kuantitas produksi yang ekonomis.

Tabel 13. Penyediaan Bahan Baku Tebu Menurut EPQ Pada Tahun 2009-2011

Tahun D (Ku) S (Rp) P (Ku) H (Rp/Ku) Q/hari (Ku) 2009 12.711,23 219.450.000 18.244,62 3.500 13.339,63 2010 8.433,48 236.100.000 12.047,84 3.500 11.243,75 2011 10.165,40 267.360.000 14.520,56 3.800 12.606,40

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui jumlah produksi tebu tertinggi menurut perhitungan EPQ diperoleh pada tahun 2009, yaitu sebesar 13.339,63 kuintal per hari sedangkan jumlah produksi tebu terendah diperoleh pada tahun 2010, sebesar 11.243,75 kuintal. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa produksi tebu harian dipengaruhi oleh kuantitas tebang angkut harian pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Yamit (1996), Penentuan volume produksi yang optimal dengan Metode Economic Production Quantity (EPQ) adalah persediaan bahan baku dalam suatu perusahaan berkaitan dengan volume produksi.

2) Keadaan Kekurangan Bahan Baku

Keadaan kekurangan bahan baku merupakan suatu kondisi saat terjadi keminimuman bahan baku tebu yang akan diolah sehingga diperlukan suatu usaha untuk memperoleh bahan baku dari wilayah lain, dalam hal ini tempat lain tersebut adalah mendatangkan tebu

commit to user

dari luar wilayah binaan mereka seperti dari Kabupaten Sragen dan Grobogan. Menurut metode EPQ (Economical Production Quantity) setiap musim giling agar kegiatan produksi dapat terus berjalan maka PG harus mendapatkan tebu minimum perharinya seperti pada tabel berikut:

Tabel 14. Jumlah Minimum Produksi Dan Biaya Yang Dikeluarkan Per Hari Saat Terjadi Kekurangan Bahan Baku Tebu Pada Tahun 2009-2011

Tahun q (Ku) TC* (Rp)

2009 7.306,42 25.572.462

2010 6.158,45 21.554.591

2011 6.904,80 26.238.260

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011 Keterangan:

q : kuantitas produksi tebu yang ekonomis per hari saat terjadi kekurangan bahan baku

TC*: total biaya produksi tebu yang ekonomis per hari saat terjadi kekurangan bahan baku.

Setiap kali proses produksi pasti suatu perusahaan akan mengalami siklus terjadinya kekurangan bahan baku karena faktor ketidakpastian dari luar perusahaan, padahal proses produksi harus berjalan terus setiap hari. Jika proses berhenti dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi pabrik (Ahyari, 1992).

PG Gondang Baru juga mengalami keadaan kekurangan bahan baku tersebut, waktu dimana bahan baku menjadi berkurang dari biasanya. Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memperhitungkan jumlah persediaan minimum bahan baku tebu. Pada tabel 14 dapat diketahui bahwa setiap tahun jumlah bahan baku yang harus dikeluarkan oleh pabrik berbeda-beda. Jumlah minimum bahan baku tebu yang harus tersedia setiap musim giling dari tahun 2009-2011 secara berturut-turut adalah 7.306,42

commit to user

kuintal/hari, 6.158,45 kuintal/hari dan 6.904,80 kuital/hari. Selain memperhitungkan jumlah persediaan tebu minimum per hari, PG juga perlu mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan tebu tersebut (TC*) agar diproleh biaya yang seminimal mungkin. Total biaya produksi yang harus dikeluarkan per harinya jika terjadi kekurangan bahan baku tebu pada tahun 2009-2011 secara berturut-turut adalah sebesar Rp 25.572.462,00, Rp 21.554.591,00 dan Rp 26.238.260.

c. Analisis Selisih Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Berdasarkan Kebijakan Perusahaan Dan Metode EPQ

Perbandingan pengendalian persediaan bahan baku menurut kebijakan pabrik gula Gondang Baru dengan pengendalian persediaan menurut metode EPQ dilakukan untuk mengetahui apakah kuantitas produksi yang diselenggarakan per hari sudah ekonomis atau belum. Setelah itu diharapkan ke depannya akan terjadi perbaikan kinerja di PG Gondang Baru. Perbandingan antara kebijakan perusahaan dengan metode EPQ dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Jumlah Produksi Per Hari Yang Dilakukan PG Gondang Baru Dengan Perhitungan EPQ Pada Tahun 2009-2011

Tahun 2009 2010 2011

1. Produksi menurut kebijakan perusahaan (Ku)

12.771,23 8.433,48 10.165,39 Produksi menurut

perhitungan EPQ (Ku)

13.339,63 11.243,75 12.606,40

Selisih 568,40 2.810,27 2.441,01

2. Produksi Saat Bahan Baku Minimal menurut kebijakan Perusahaan(Ku)

6.385,62 4.216,74 5.082,70

Produksi Saat bahan Baku Minimal menurut EPQ(Ku)

7.306,42 6.158,45 6.904,80

Selisih 920,80 1.941,71 1.822,10

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011

Menurut tabel 15 dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan kuantitas produksi yang cukup besar antara jumlah produksi per hari menurut kebijakan perusahaan dengan jumlah produksi per hari saat keadaan

commit to user

bahan baku pasti berdasarkan perhitungan EPQ. Selisih tertinggi diperoleh pada tahun 2010 yaitu sebesar 2.810,27 kuintal per hari dimana diketahui bahwa pada tahun tersebut walaupun lahan yang didapat lebih kecil dari tahun sebelumnya tetapi tebu yang dihasilkan secara akumulatif lebih banyak dari tahun sebelumnya sehingga produksi yang dilakukan diharapkan lebih besar. Selisih terendah diperoleh pada tahun 2009 yaitu sebesar 568,40 kuintal per hari. Pada keadaan bahan baku yang minimal, produksi per hari menurut kebijakan perusahaan dengan perhitungan EPQ juga menunjukkan hal serupa yakni kuantitas produksi menurut metode EPQ lebih besar. Selisih terbesar terjadi pada tahun 2010 sebesar 1.941,71 kuintal dan selisih terkecil terjadi pada tahun 2009 sebesar 920,80 kuintal. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan bahwa PG Gondang Baru belum melakukan produksi yang ekonomis karena jumlah produksi yang dilakukan menurut kebijakan pabrik lebih kecil dari pada jumlah produksi menurut perhitungan EPQ (Economic Production Quantity).

Dokumen terkait