commit to user
i
DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN
SKRIPSI
Program Studi Agribisnis
Oleh:
YUANNIDA YOLANDA S
H0808161
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan/Program Studi Agribisnis
Oleh:
YUANNIDA YOLANDA S
H0808161
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Yuannida Yolanda S
H0808161
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal:
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS Emi Widiyanti, SP, M.Si Ir. Suprapto
NIP. 19570104 198003 2 001 NIP. 19780325 200112 2 001 NIP.19500612198003 2 001
Surakarta,
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
commit to user
iv
Alhamdulillahhirobil’alamin. Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT atas segala limpahan dan hidayah-Nya. Berkat petunjuk-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis.
3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi
Agribisnis.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS terimakasih atas segala bimbingan,
arahan, dan masukannya dalam dalam penyusunan skripsi sejak awal sampai
akhir penulisan.
5. Ibu Emi Widiyanti, SP, M.Si selaku pembimbing akademik sekaligus
pembimbing pendamping dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas
bimbingannya serta atas diskusi dalam berbagi pengalaman semoga menjadi
bekal hidup yang lebih baik dikemudian hari bagi penulis
6. Bapak Ir. Suprapto selaku dosen tamu, terima kasih atas segala masukan yang
ada walaupun hanya sebentar akan tetapi dapat memberikan tambahan
tersendiri bagi penulis.
7. Direktur PT. Perkebunan Nusantara IX yang telah memberikan ijin penelitian
di PG Gondang Baru Kabupaten Klaten.
8. Segenap staf dan karyawan PG Gondang Baru Klaten serta semua pihak yang
telah membantu penulis selama melakukan penelitian disana.
9. Orang Tua dan keluarga besarku terima kasih atas segala kasih sayang,
motivasi serta dorongan semangat yang tak henti-hentinya hingga dapat
commit to user
v dengan doa, bantuan dan kesabarannya.
11. Sahabat-sahabat penulis di Wisma Risky yang selalu membantu penulis dan
memberikan semangat dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas
kebersamaan yang telah terjalin selama ini baik di Wisma Riski maupun di
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
12. Saudara-saudara seperjuangan di Agribisnis ’08 terima kasih untuk kalian,
orang-orang dengan segudang ide dan semangat. Cita-cita itu akhirnya
terwujud, jangan pernah berhenti berharap dan tetap semangat.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis berharap adanya masukan berupa kritik dan saran guna perbaikan ini
selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 2012
commit to user
vi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
RINGKASAN ... xii
SUMMARY ... xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 6
II. LANDASAN TEORI ... 8
A. Penelitian Terdahulu ... 8
B. Tinjauan Pustaka ... 12
1. Pengertian Dan Peranan Persediaan ... 12
2. Jenis Persediaan ... 12
3. Fungsi Pengendalian Persediaan ... 14
4. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku ... 15
5. Safety Stock ... 16
6. Just In Time Production System ... 16
7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production Quantity) ... 17
8. Industri Gula... 17
9. Tebu ... 19
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 20
commit to user
vii
F. Pembatasan Masalah ... 24
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24
III.METODE PENELITIAN ... 27
A. Metode Dasar Penelitian ... 27
B. Metode Penentuan Obyek Penelitian ... 27
C. Jenis dan Sumber Data ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 28
E. Metode Analisis Data ... 29
1. Analisis Kuantitas Persediaan Bahan Baku ... 29
2. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku... 20
3. Analisis Penjadwalan Masa Tanam Dan Masa Panen... 32
IV.KONDISI UMUM PABRIK GULA GONDANG BARU ... 33
A. Sejarah Perusahaan ... 33
B. Lokasi Perusahaan... 34
C. Struktur Organisasi Perusahaan ... 37
D. Ketenagakerjaan ... 40
1. Tenaga Kerja ... 40
2. Penarikan Dan Pengupahan Tenaga Kerja ... 41
3. Hari Dan Jam Kerja ... 41
4. Kesejahteraan Karyawan ... 42
E. Proses Pengolahan Gula ... 43
1. Penyediaan Bahan Utama (Tebu) ... 43
2. Bahan Pembantu ... 44
3. Proses Pengolahan ... 45
4. Limbah Pabrik Gula... 55
F. Pemasaran Hasil Produksi ... 58
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Hasil Penelitian ... 59
1. Bahan Baku Tebu ... 59
2. Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Ekonomis ... 61
commit to user
viii
B. Pembahasan ... 77
1. Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Ekonomis ... 77
2. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Efisien ... 86
3. Penjadwalan Masa Tanam Dan Masa Panen Tanaman Tebu ... 89
VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 93
commit to user
ix
Nomor Judul Halaman
Tabel 1. Luas Area Tebu, Produksi tebu, Produktivitas Tebu, Rendemen, Kristal Gula, dan Produktivitas Kristal Gula di PG Gondang Baru ... 5
Tabel 2. Luas Areal Tebu Dan Produksi Gula Tahun 2011 Di Wilayah Kerja PG Gondang Baru ... 35
Tabel 3. Luas Areal Dan Produksi Tebu Kemitaan A (KmA) dan Kemitraan B (KmB) Di PG Gondang Baru Tahun 2009-2011. 44
Tabel 4. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Gilingan Di PG Gondang Baru .. 48
Tabel 5. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Pemurnian Di PG Gondang Baru... 50
Tabel 6. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Penguapan Di PG Gondang Baru... 51
Tabel 7. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Masakan Di PG Gondang Baru . 53
Tabel 8. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Putaran Di PG Gondang Baru.... 54
Tabel 9. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Penyelesaian Di PG Gondang Baru... 55
Tabel 10. Perbandingan Rencana Dengan Realisasi Luas Areal Tahun 2009-2011 Di PG. Gondang Baru... 62
Tabel 11. Perbandingan Rencana Dengan Realisasi Tebang Angkut Tahun 2009-2011 Di PG. Gondang Baru ... 63
Tabel 12. Jumlah Tebang Angkut Harian Dan Jumlah Produksi Harian Pada Tahun 2009-2011 di PG. Gondang Baru ... 65
Tabel 13. Penyediaan Bahan Baku Tebu Menurut EPQ Pada Tahun 2009-2011 ... 66
Tabel 14. Jumlah Minimum Produksi Dan Biaya Yang Dikeluarkan Per Hari Saat Terjadi Kekurangan Bahan Baku Tebu Pada Tahun 2009-2011 ... 67
commit to user
x
Tahun 2009-2011 ... 70
Tabel 17. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut EPQ Pada Tahun 2009-2011 ... 71
Tabel 18. Perbandingan Total Biaya Per Hari Yang Dikeluarkan PG Gondang Baru Dengan Perhitungan Dari EPQ Pada Tahun 2009-2011 ... 72
Tabel 19. Laporan Curah Hujan PG Gondang Baru... 73
Tabel 20. Rata-rata Curah Hujan/Bulan Di Kabupaten Klaten, Boyolali, Salatiga Dan Semarang Dari Tahun 2009-2011 ... 74
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 23
Gambar 2. Struktur Organisasi Pabrik Gula Gondang Baru Klaten ... 37
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 96
Lampiran 2. Biaya Pengadaan Bahan Baku di PG Gondang Baru Tahun 2009-2010 ... 97
Lampiran 3. Perhitungan EPQ ... 97
Lampiran 4. Data Curah Hujan PG Gondang Baru... 100
Lampiran 5. Rekapitulasi Data Curah Hujan Di 4 Kabupaten Binaan PG Gondang Baru ... 102
commit to user
xiii RINGKASAN
Yuannida Yolanda S. H0808161. 2012. “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Di Pabrik Gula Gondang Baru Kabupaten Klaten”. Skripsi dengan pembimbing Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS dan Emi Widiyanti, SP, M.Si. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Bahan baku memegang peranan penting dalam menunjang kelangsungan proses produksi. Kelangsungan proses produksi suatu perusahaan tidak akan terganggu apabila perusahaan mampu mengendalikan persediaan bahan baku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya jumlah persediaan bahan baku tebu yang ekonomis di PG Gondang Baru dalam setiap kali produksi, untuk mengetahui besarnya biaya persediaan persediaan bahan baku yang efisien dalam setiap kali produksi di PG Gondang Baru, dan untuk mengetahui penjadwalan bahan baku tebu di PG Gondang Baru agar intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi dapat merata selama musim giling. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitis. Metode pengambilan daerah penelitian secara purposive sampling yaitu di PG Gondang Baru Kabupaten Klaten. Data yang digunakan adalah data sekunder dari tahun 2009-2011. Metode analisis data yang digunakan adalah Economic Production Quantity (EPQ).
commit to user
xiv
Yuannida Yolanda S. H0808161. 2012. "Analysis of Sugar Cane Raw Material Inventory Control In Gomdang Baru Sugar Company Klaten Regency". Thesis with the supervisor Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS and Emi Widiyanti, SP, M.Si. Faculty of Agriculture, University of Surakarta of March.
Raw material plays an important role in supporting the sustainability of the production process.Continuity of the production process of a company will not be disturbed if the company is able to control the supply of raw materials. This research aims to know the number of amount raw material inventory of economic sugar cane in PG Gondang Baru in each production, to find out the cost of the efficient supply of raw material in each PG Gondang Baru production, and to know scheduling of raw material of sugar cane in PG Gondang Baru to intensities of raw material sugar cane for the production process can be eveniy distributed in the milling season. The basic method of this research is analytical descriptive. Retrieval method is purposive sampling of research area, namely in PG Gondang Baru Klaten District. The data used are secondary data from 2009 until 2011. Methode of data analysis used are the Economic Production Quantity (EPQ).
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tebu merupakan salah satu tanaman utama yang memiliki peranan
penting bagi industri gula nasional. Di Indonesia, tebu banyak dibudidayakan
di pulau Jawa dan Sumatra. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah
dipanen diperas dengan mesin pemeras di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau
air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi
gula pasir. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%,
ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Daun tebu yang
kering adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi.
Sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia, konsumsi gula pasir untuk
waktu-waktu mendatang akan meningkat. Peningkatan ini akan berjalan
seiring dengan meningkatnya jumlah dan kesejahteraan penduduk serta
meningkatnya jumlah industri yang menggunakan gula sebagai bahan baku
utama atau sebagai bahan pendampingnya, seperti pada industri roti. Selain
itu, peningkatan konsumsi gula perkapita juga meningkatkan peranan gula
dalam penentuan indeks harga konsumen yang berarti peranan harga gula
dalam perhitungan inflasi meningkat pula (Andreng P, dkk dalam Darsono,
2001).
Berdasarkan data dari road map swasembada gula nasional dari
kementerian pertanian RI, target swasembada gula nasional dapat dicapai
dengan memenuhi kebutuhan gula nasional pada tahun 2014 yang
diproyeksikan mencapai 5,7 juta ton. Sedangkan saat ini, kemampuan
produksi gula sampai dengan akhir giling tahun 2009 sebesar 2,624 juta ton
terdiri dari produksi Gula Kristal Putih (GKP) eks tebu 2,520 juta ton dan eks
raw sugar 0,104 juta ton. Disisi lain, jika ditambah dengan produksi Gula
Kristal Rafinasi (GKR) sebesar 1,900 juta ton untuk kebutuhan industri, maka
ketersediaan gula mencapai 4,524 juta ton. Oleh karena itu, untuk mencapai
target swasembada gula nasional 2014 maka diperlukan langkah-langkah
commit to user
2
Strategi pengembangan industri gula yang sangat bagus, lengkap dengan
visi, misi dan analisis SWOT telah disusun dalam Road Map Industri Gula
2009, tetapi dalam pelaksanaanya ternyata belum juga memperlihatkan hasil
yang signifikan. Beberapa hambatan mulai muncul seperti : kesulitan
pembebasan lahan, adanya penolakan masyarakat setempat terhadap
pembangunan pabrik gula baru, kurangnya koordinasi antara pusat dan daerah
dan lain-lain. Sebaiknya dalam program pembangunan pabrik gula baru
maupun dalam program revitalisasi pabrik-pabrik gula yang sudah berdiri,
perlu memperhatikan beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan,
seperti: kapasitas pabrik, ketersediaan bahan baku, faktor lingkungan dan
lain-lain (Kementan, 2011).
Pabrik gula Gondang Baru Klaten, merupakan salah satu pabrik gula
yang berada dibawah pengelolaan PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)
Jawa Tengah. PG Gondang Baru merupakan salah satu perusahaan yang
memproduksi gula pasir kristal dan produk sampingannya berupa tetes tebu
sehingga tidak bisa lepas dari masalah persediaan bahan baku. Masalah yang
biasa terjadi adalah keadaan kekurangan bahan baku untuk memenuhi
kapasitas giling. Pengadaan bahan baku di PG Gondang Baru berada di
bawah tanggung jawab bagian tanaman. Dalam menjalankan usahanya PG
Gondang Baru menawarkan jasa penggilingan kepada para petani.
Berdasarkan UU No.12 Tahun 1998 tentang pengembangan tebu rakyat,
maka sistem yang digunakan adalah bagi hasil. Dari hasil penggilingan tebu
tersebut kemudian diadakan sistem bagi hasil sebesar 66% untuk petani dan
34% untuk PG Gondang Baru.
Dalam kegiatan produksi, PG Gondang Baru Klaten memerlukan bahan
baku tebu dalam jumlah yang cukup agar proses produksi bisa optimal dan
dapat berjalan tanpa hambatan. Bahan baku tersebut diperoleh dari wilayah
kerja dan wilayah binaan PG Gondang Baru yaitu Kabupaten Klaten,
Boyolali, Salatiga, dan Semarang. Kebutuhan bahan baku tersebut sangat
penting dalam kelancaran proses produksi. Agar persediaan bahan baku tebu
commit to user
3
membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan biaya dalam
persediaan.
Bahan baku memegang peranan penting dalam menunjang kelangsungan
proses produksi, walaupun ada faktor-faktor lain yang penting tetapi
persediaan bahan baku akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan proses
produksi. Kekurangan bahan baku yang tersedia dapat berakibat terhentinya
proses produksi karena habisnya bahan untuk diproses. Akan tetapi terlalu
besarnya persediaan bahan baku dapat berakibat terlalu tingginya beban biaya
guna menyimpan dan memelihara bahan tersebut selama penyimpanan di
gudang. Keadaan terlalu banyaknya persediaan (over stock) ini ditinjau dari
segi finansial atau pembelanjaan merupakan hal yang tidak efektif disebabkan
karena terlalu besarnya barang modal yang menganggur dan tidak berputar
(Assauri, 2004). Di PG Gondang Baru sendiri keadaan kelebihan bahan baku
biasanya terjadi pada saat musim panen raya sehingga produksi tebu
melimpah. Dengan kapasitas produksi yang terbatas mengakibatkan kualitas
bahan baku menurun karena proses penyimpanan.
Meskipun ditinjau dari segi kelancaran proses keadaan over stock itu
dapat berarti positif akan tetapi ditinjau dari segi lain terutama dari segi biaya
dapat berakibat negatif dalam arti tingginya biaya yang harus ditanggung
(Reksohadiprodjo, 2000). Oleh karena itu, perusahaan harus dapat
mengendalikan masalah persediaan bahan baku ini dengan baik.
Kelangsungan proses produksi suatu perusahaan tidak akan terganggu
apabila perusahaan mampu mengendalikan persediaan bahan baku.
Pengendalian pada persediaan bahan baku akan berpengaruh pada biaya
persediaan dan akan berpengaruh pada keuntungan yang akan diterima oleh
perusahaan. Tujuan pengendalian bahan baku adalah berusaha menyediakan
bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi sehingga proses produksi
dapat berjalan lancar tidak terjadi kekurangan persediaan (out of stock) dan
diperoleh biaya persediaan minimal (Reksohadiprodjo, 2000).
Penjadwalan masa tanam dan masa panen tebu sangat diperlukan agar
commit to user
4
dapat terjaga agar rutinitas produksi tetap berjalan secara terus menerus.
Penjadwalan masa tanam dan masa panen dimaksudkan agar jumlah bahan
baku tebu dapat memenuhi kapasitas produksi. Penjadwalan pengadaan bahan
baku tebu di PG Gondang Baru berada dibawah tanggung jawab bagian
tanaman.
Tebu merupakan bahan baku utama yang dipergunakan dalam proses
produksi gula pasir. Jika bahan tersebut tidak dipindah maka proses produksi
tidak dapat menghasilkan produk akhir. Dengan demikian perlu adanya
persediaan bahan baku yang jumlahnya relatif cukup dalam waktu yang tepat
untuk mendukung kelancaran proses produksi agar perusahaan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Pengendalian persediaan bahan baku
menjadi modal yang mutlak harus ada dan harus dipenuhi.
B. Perumusan Masalah
Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila
jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menganggur
lebih besar (tertahan di persediaan), meningkatkan resiko kerusakan barang
dan biaya penyimpanan. Namun jika persediaan terlalu sedikit
mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stock out) karena
sering sekali bahan tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar
yang dibutuhkan yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya
keuntungan, bahkan hilangnya pelanggan.
PG Gondang Baru merupakan perusahaan yang memproduksi gula pasir
kristal. Gula pasir kristal diproduksi dengan bahan baku tebu. Tebu sendiri
merupakan produk pertanian yang jumlahnya cukup melimpah saat musim
giling tiba. Proses produksi di PG Gondang Baru bersifat musiman yakni
hanya pada musim giling selama empat bulan (Mei-Agustus) setiap tahunnya.
Tepatnya pada saat musim panen tebu. Tebu yang ditanam di PG Gondang
Baru rata-rata berumur antara 9-12 bulan. Tebu merupakan bahan baku yang
tidak dapat disimpan karena kualitasnya yang akan turun jika setelah 36 jam
tidak diolah. Penurunan kualitas ini ditandai dengan turunnya rendemen.
commit to user
5
sebagian besar milik petani menyebabkan luas area dan produksi tebu
berubah-ubah setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari data di PG Gondang Baru
selama tiga tahun terakhir.
Tabel 1. Luas Area Tebu, Produksi Tebu, Produktivitas Tebu, Rendemen, Kristal Gula Dan Produktivitas Kristal Gula Di PG Gondang Baru.
Tahun Luas (Ha) Produksi
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan dan kenaikan luas
areal tanam tebu dari tahun ke tahun. Kenaikan dan penurunan ini
dikarenakan setiap tahun ada petani yang keluar atau masuk menjadi mitra
PG Gondang Baru, sehingga mempengaruhi produksi tebu yang dihasilkan.
Maka dari itu, perlu adanya pengendalian persediannya agar tidak terjadi
kelebihan maupun kekurangan stok dalam produksi gula, sedangkan kenaikan
dan penurunan kristal gula yang dihasilkan tergantung pada rendemen tebu
itu sendiri.
Setiap musim giling antara bulan Mei sampai Agustus PG Gondang Baru
rata-rata melakukan penggilingan tebu sebanyak 1.200.000 kuintal.
Kekurangan bahan baku untuk memenuhi kapasitas produksi di musim giling
merupakan masalah yang terjadi di PG Gondang Baru. Keadaan kekurangan
bahan baku ini mengakibatkan tidak tercapainya target produksi. Tahun 2009
PG Gondang Baru mengalami masalah kurangnya pasokan tebu giling yang
mengakibatkan musim giling bulan Mei hingga Agustus terhenti selama 10
hari. Begitu juga yang terjadi pada tahun 2011, target produksi sebesar
1.524.659 kuintal hanya dapat tercapai sebesar 1.134.873 kuintal.
Keadaan kekurangan bahan baku seperti ini dikarenakan PG hanya dapat
mengelola sepenuhnya tebu sendiri, sedangkan tebu milik petani mitra, pihak
PG hanya dapat memberi pengarahan, sedangkan untuk tebang dan angkutnya
dikelola oleh petani sendiri. Oleh karena itu, pihak PG tidak dapat berbuat
commit to user
6
baku tersebut PG Gondang Baru menetapkan kebijakan untuk mendatangkan
tebu dari luar wilayah binaan mereka seperti dari Kabupaten Sragen, sehingga
PG harus mengeluarkan biaya tambahan dalam rangka mengadakan bahan
baku. Dari keadaan di atas, maka PG Gondang Baru perlu
mempertimbangkan jumlah dan frekuensi produksi yang ekonomis untuk
kegiatan produksi sehari-hari (EPQ) selama musim giling serta perlu adanya
penjadwalan penanaman dan penebangan tanaman tebu yang lebih efisien.
Dari uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa banyaknya jumlah persediaan bahan baku tebu yang ekonomis di
PG Gondang Baru dalam setiap kali produksi?
2. Berapa besar biaya persediaan bahan baku tebu yang efisien dalam setiap
kali produksi di PG Gondang Baru?
3. Bagaimana penjadwalan bahan baku tebu di PG Gondang Baru agar
intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi dapat merata selama
musim giling (4 bulan)?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui banyaknya jumlah persediaan bahan baku tebu yang
ekonomis di PG Gondang Baru dalam setiap kali produksi.
2. Untuk mengetahui besarnya biaya persediaan persediaan bahan baku yang
efisien dalam setiap kali produksi di PG Gondang Baru.
3. Untuk mengetahui penjadwalan bahan baku tebu di PG Gondang Baru
agar intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi dapat merata selama
musim giling.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi perusahaan yang bersangkutan, hasil penelitian ini dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan efisiensi penggunaan sumber dana dan sumber daya
yang dimiliki perusahaan untuk menentukan besarnya kuantitas produksi
yang ekonomis dengan biaya yang minimum.
2. Bagi pemerintah dan pengambil keputusan, hasil penelitian ini diharapkan
commit to user
7
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian
yang sejenis maupun penelitian selanjutnya.
4. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta, sekaligus bermanfaat untuk menambah
commit to user
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai tebu sudah pernah dilakukan oleh Mulyono (2006)
dengan judul “Analisis Usahatani Tebu Di Lahan Tegalan Kasus Di
Kabupaten Bondowoso”. Ada dua strata dalam kajian ini, yaitu usahatani di
kebun tebu baru dan usahatani di kebun tebu kepras/ratoon. Metode analisis
data dilakukan meliputi: (a) Tes Hipotesa untuk mengetahui adanya
perbedaan pendapatan antara usahatani kebun tebu baru dan kebun tebu
ratoon, (b) Analisis Titik Impas atau Break Even Point (BEP), dan (c)
Analisis Sensitivitas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
pendapatan bersih petani dari kebun tebu baru dapat mencapai Rp
4.507.584,00/ha/tahun dan dari kebun tebu ratoon dapat mencapai Rp
3.272.307,00/ha/tahun. Hasil analisis BEP pada kebun tebu baru adalah
sebesar 42.306 kg tebu/ha sedangkan pada kebun tebu ratoon adalah sebesar
34.775 kg tebu/ha. Hasil analisis BEP rendemen menunjukkan bahwa nilai
rendemen pada kebun tebu baru adalah 4,52%, sedangkan pada kebun tebu
ratoon adalah 4,05%. Sensitivitas produktivitas tebu menunjukkan nilai
return cost ratio (R/C) usahatani di kebun tebu baru meningkat sebesar
1,86%. Sedangkan di kebun tebu ratoon R/C sebesar 1,87%. Sensitivitas
rendemen tebu menunjukkan nilai R/C usahatani di kebun tebu baru akan
meningkat sebesar 13,04 %. Sedangkan di kebun tebu ratoon R/C akan
meningkat sebesar 14,37 %.
Penelitian yang dilakukan oleh Priyadi (2008) dengan judul “Peranan
Inovasi Kelembagaan Pabrik Gula Madukismo Terhadap Pelaksanaan
Usahatani Tebu Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Data yang
dianalisis merupakan data primer dan data sekunder. Metode penentuan
sampel yang digunakan adalah Stratified Random Sampling. Metode analisis
data dilakukan dengan menggunakan regresi logistik multinomial. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Peluang petani dalam menentukan adopsi
commit to user
bersama-sama dipengaruhi luas lahan tebu, biaya transaksi, rendemen,
pengalaman petani menjalankan usahatani tebu dan pendidikan petani.
Demikian halnya pengaruh variabel indepnden secara individu,
masing-masing variabel independen berpengaruh secara signifikan pada peluang
pilihan kelembagaan usahatani Tebu rakyat (TR) KSU (Kerjasama Usaha)
dibandingkan TR Mandiri. Hal berbeda pengaruh peluang pilihan petani
dalam menentukan kelembagaan usahatani TR Kemitraan dibandingkan TR
Mandiri, secara individu hanya variabel rendemen yang tidak berpengaruh
secara signifikan dalam mempengaruhi peluang pilihan petani dalam
menentukan kelembagaan usahatani TR Kemitraan dibandingkan TR
Mandiri. Berkaitan biaya transaksi, petani yang menjalankan usahatani tebu
TR Mandiri menanggung biaya transaksi per hektar lebih besar dibandingkan
dengan petani yang melakukan adopsi inovasi kelembagaan usahatani TR
KSU dan TR Kemitraan.
Penelitian mengenai tebu sudah pernah dilakukan oleh Fitriani, dkk
(2007) dengan judul penelitian “Analisis Skala Ekonomi Produksi Tebu Di
Propinsi Lampung”. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis fungsi produksi CES. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai elastisitas antara input modal dan tenaga kerja fungsi produksi CES
petani tebu mitra PT Gunung Madu menunjukkan nilai yang sedikit lebih
tinggi sebesar 0,74 dan 0,63. Nilai
s
1 pada selang 0< s
1<1, berarti inputsaling mensubstitusi. Nilai
s
2 sebesar 0,99 sama dengan nilai s
1 padapetani mitra PTPN VII juga berada pada selang yang sama, berarti kombinasi
input modal dan tenaga kerja terhadap lahan pada usahatani tebu dapat saling
mensubstitusi. Secara umum kondisi skala produksi tebu di Propinsi
Lampung berada pada skala kenaikan hasil yang menurun dan masih
menguntungkan secara ekonomi. Pembentukan modal dan penyerapan tenaga
kerja secara intensif melalui pemanfaatan lahan secara optimal menjadi kunci
pengembangan perkebunan tebu.
Penelitian mengenai analisis pengendalian persediaan bahan baku sudah
commit to user
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Dalam Pembuatan Gula Pasir Di
PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar”. Metode dasar yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perbandingan selisih antara kebijakan perusahaan dan perhitungan dari EPQ
dengan kapasitas tebang angkut perhari yang telah direncanakan selama masa
giling 5 tahun yaitu pada tahun 2002-2006 (dalam ton) 3200; 3000; 3300;
3350; dan 3300 adalah sebagai berikut 581,13; 632,52; 558,48; 733,35 dan
894,14 sehingga dapat memberikan penghematan biaya total sebesar Rp
4.853.000,00; Rp 3.200.610,00; Rp 4.956.977,00; Rp 5.662.907,00, dan Rp
5.205.214,00. Dalam hal pengaturan penjadwalan, perlu adanya pengamatan
terhadap curah hujan disetiap wilayah binaannya karena di PG Tasikmadu
sendiri tidak mempunyai stasiun cuaca di tiap-tiap daerah binaanya. Sehingga
dengan mengetahui curah hujan maka dapat disinkronkan masa tanam,
pertumbuhan dan juga masa panen tanaman tebu yang tepat nantinya.
Menurut penelitian Susanto dan Sarwadi (2004) dalam “Optimasi
Produksi Dan Pengendalian Bahan Baku Studi Kasus pada PT Joshua Indo
Export” diketahui bahwa Optimasi biaya produksi dan pengendalian bahan
baku di PT.Joshua Indo Export dapat di selesaikan dengan baik dengan model
inventory yang paling sederhana, yaitu model EOQ. Hal ini dapat diketahui
dari optimasi produksi diperoleh penghematan sebesar Rp 6.202.554,00 per
tahunnya untuk 15 jenis furniture. Untuk pengendalian bahan baku non
furniture diperoleh penghematan sebesar Rp 4.045.103,- per tahunnya untuk
10 jenis bahan baku non furniture.
Menurut penelitian Winoto (2008), “Analisis Efisiensi Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Teh Di PT. Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar”.
diketahui bahwa kebijaksanaan pengendalian persediaan persediaan bahan
baku di PT. Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar belum mencapai tingkat
efisiensi bila dibandingkan dengan kebijakan menggunakan metode EPQ .
Hal ini dapat diketahui dari kuantitas produksi per hari menurut perhitungan
dengan metode EPQ menunjukkan nilai yang lebih besar apabila
commit to user
Demikian pula dengan lebih besarnya total persediaan menurut kebijaksanaan
yang dilakukan perusahaan dibandingkan dengan menggunakan metode EPQ.
Menurut hasil perhitungan dengan metode EPQ diperoleh hasil total biaya
pada tahun 2004-2007 secara berturut-turut adalah Rp 4.013.251,00/hari, Rp
4.688.965,00/hari, Rp 4.697.421,00/hari dan Rp 4.615.640,00/hari.
Penelitian mengenai analisis pengendalian persediaan bahan baku
sudah pernah dilakukan oleh Tri (2009) dengan judul penelitian “Analisis
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Di Della Furniture Kabupaten
Sukoharjo”. Dari hasil penelitian yang menggunakan metode analisis
Economic Order Quantity (EOQ) diperoleh bahwa pembelian bahan baku
kayu menurut metode EOQ selama tahun 2006-2008sebesar 77,05 m3; 61,58
m3; dan 40,08 m3 lebih besar daripada kebijakan perusahaan dan kuantitas
pembelian kayu optimal untuk tahun 2009 sebesar 68,18 m3. Selama tahun
2006-2008 CV Della Furniture tidak menerapkan adanya persediaan
pengaman (safety stock), sedangkan persediaan pengaman untuk tahun 2009
menurut metode EOQ sebesar 12,14 m3. Selama tahun 2006-2008 CV Della
Furniture tidak menerapkan adanya titik pemesanan kembali (reorder point),
sedangkan titik pemesanan kembali untuk tahun 2009 menurut metode EOQ
sebesar 14 m3. Total biaya persediaan bahan baku selama tahun 2006-2008
menurut metode EOQ sebesar Rp 163.754,70; Rp 183.909,60 dan Rp
207.361,00 lebih kecil daripada kebijakan perusahaan dan total biaya
persediaan untuk tahun 2009 sebesar Rp 527.492,89.
Pemilihan penelitian terdahulu ini untuk dijadikan pertimbangan dalam
pemilihan cara menganalisisnya. Selain itu diharapkan juga bisa memberikan
relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan. Peneliti dapat menggunakan
faktor produksi ataupun metode yang sudah pernah digunakan pada penelitian
sebelumnya, sehingga dapat menekan kesalahan yang terjadi pada penelitian
commit to user
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian dan Peranan Persediaan
Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan yang disediakan dan
bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses
produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk
memenuhi permintaan dari pelanggan setiap waktu (Assauri, 2004).
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting
dalan operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat
terdiri dari: persediaan bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses,
barang jadi dan persediaan suku cadang. Pentingnya persediaan dalam
suatu perusahaan karena adanya unsur ketidakpastian permintaan, unsur
ketidakpastian dari supplier, dan adanya ketidakpastian tenggang waktu
pemesanan (Yamit, 1996)
Manajemen persediaan merupakan suatu cara mengendalikan
persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat yaitu dengan
biaya yang optimal. Manajemen persediaan yang baik merupakan salah
satu faktor keberhasilan suatu perusahaan untuk melayani kebutuhan
konsumen dalam menghasilkan suatu produk layanan yang berkualitas dan
tepat waktu. Permasalahan tidak tepatnya waktu kedatangan barang yang
telah dijadwalkan dapat membuat suatu kepanikan apabila stok persediaan
habis, sebaliknya kelebihan persediaan menimbulkan biaya tambahan
seperti biaya keamanan, biaya gudang, risiko penyusutan yang kerap kali
kurang diperhatikan pihak manajemen (Anonim, 2008)
2. Jenis persediaan
Persediaan dapat dikelompokkan dalam empat jenis, yaitu:
a. Fluctuation stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk
menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan
sebelumnya dan mengatasi bila terjadi kesalahan/penyimpangan dalam
prakiraan penjualan, waktu produksi, dan pengiriman barang.
b. Anticipation stock, merupakan persediaan untuk menghadapi
commit to user
tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mapu memenuhi
permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga
kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak
mengakibatkan terhentinya produksi.
c. Lot-size inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah
yang lebih besar dari pada kebutuhan pada saat itu. Persediaan
dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa
diskon) karena membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk
mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih
rendah.
d. Pipeline inventory, merupakan persediaan yang dalam proses
pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan
digunakan. misalnya barang yang dikirim dari pabrik menuju ke tempat
penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu
(Herjanto, 1991).
Sedangkan menurut Assauri (2004), persediaan yang terdapat dalam
perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara. Dilihat dari fungsinya
persediaan dapat dibedakan atas:
a. Batch Stock atau Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan
karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang
dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang dibutuhkan pada
saat itu.
b. Fluctuation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan konsumenyang tidak dapat diramalkan. Apabila
fluktuasi permintaan sangan besar, maka persediaan ini adibutuhkan
sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naikturunnya
permintaan tersebut.
c. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman
yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau
commit to user
3. Fungsi Pengendalian Persediaan
Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya
opersi pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang serta selanjutnya menyampaikannya pada
pelanggan atau konsumen. Persediaan yang diadakan mulai dari bahan
mentah sampai dengan antara lain berguna untuk dapat:
1) Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan-bahan atau
barang-barang yang dibutuhkan perusahaan.
2) Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan.
3) Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman
sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada di pasaran.
4) Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.
5) Mencapai penggunan mesin yang optimal.
6) Membuat produksi tidak perlu sesuai dengan penjualannya
(Assauri, 2004).
Fungsi sistem pengendalian persediaan berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Ada beberapa perusahaan yang
mempergunakan pengendalian persediaan terutama untuk penyesuaian
bagi produksi musiman. Pada yang lainnya seperti pedagang besar
makanan dan minuman, sistem ini merupakan pusat operasi. Namun pada
umumnya fungsi pengendalian persediaan yang terpenting adalah sebagai
berikut:
a) Menyediakan informasi bagi manajemen mengenai kualitas persediaan
b) Mempertahankan suatu tingkat persediaan yang ekonomis
c) Menyediakan persediaan dalam jumlah secukupnya untuk menjaga
jangan sampai produksi terhenti dalam hal penyuplai tidak dapat
menyerahkan barang tepat pada waktunya.
d) Mengalokasikan ruang penyimpanan untuk barang yang sedang
commit to user
e) Memungkinkan bagian penjualan beroperasi pada berbagai tingkat
melalui penyediaan persediaan barang jadi.
f) Mengkaitakan pemakaian bahan dengan tersedianya keuangan.
g) Merencanakan penyediaan bahan dengan kontrak jangka panjang
berdasarkan program produksi (Harding, 1978).
4. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku
Biaya bahan baku (Material cost) terdiri atas direct-material cost dan
indirect-material cost. Direct-Material Cost adalah sumua biaya bahan
yang secara fisik dapat diidentifikasi sebagai bagian dari produk jadi dan
biasanya merupakan bagian terbesar dari material pembentuk harga pokok
produksi. Misalnya saja gaji tenaga kerja yang secara praktis dapat
diidentifikasi dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk
jadi. Sedangkan Indirect-Manufacturing Expense meliputi semua biaya
produksi selain ongkos utama yang bersifat menunjang proses produksi
dan dibebankan terhadap pabrik (Nasution, 2006).
Unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan
menjadi 4 golongan, yakni:
a. Biaya pemesanan (ordering costs), merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau
bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat dan dikirim ke
penjual, sampai barang-barang/ bahan-bahan tersebut dikirim dan
diserahkan serta diinspeksi di gudang atau di daerah pengolahan
(process areas).
b. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying costs),
merupakan biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan adanya
pesediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan
perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan.
c. Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs), merupakan
biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil
commit to user
d. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated
costs), merupakan biaya-biaya yang terjadi karena adanya penambahan
atau pengurangan kapasitas (Assauri, 2004).
5. Safety Stock
Safety Stock (Persediaan Pengaman) adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan persediaan (stock out). Untuk mengatasi kekurangan
persediaan yang diakibatkan oleh keterlambatan kedatangan barang atau
kenaikan dalam pemakaian barang, atau kedua-duanya, diperlukan
sejumlah persediaan pengaman. Dengan adanya persediaan pengaman
tersebut diharapkan tidak akan terjadi kehabisan persediaan
(Anonim, 2008).
Pengadaan persediaan penyelamat oleh suatu perusahaan
dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena
terjadinya stock-out, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying
costs adalah seredah mungkin. Penentuan besarnya persediaan penyelamat
ditentukan oleh penggunaan bahan baku rata-rata dan faktor waktu.
Waktu tunggu (lead time) adalah lamanya waktu antara mulai
dilakukannya pemesanan (order) bahan-bahan sampai dengan kedatangan
bahan-bahan yang dipesan tersebut diterima di gudang persediaan.
Lamanya waktu tersebut tidaklah sama antara satu pesanan dengan
pesanan yang lain, tetapi bervariasi. Oleh karena itu, untuk suatu pesanan
yang dilakukan, lamanya waktu ini harus diperkirakan walaupun resiko
kesalahan masih tetap ada karena mungkin lebih besar atau kecil
(Assauri, 2004).
6. Just In Time Production System
Menurut Joko dalam Hastanto (2007) Just in Time Production System
(JIT) atau sering disebut dengan sistem produksi tepat waktu adalah cara
produksi yang menentukan jumlahnya hanya berdasarkan atas jumlah
barang yang benar-benar diperlukan, diproduksi pada setiap bagian secara
commit to user
Penerapan JIT menuntut adanya kualitas kerja yang tinggi dan beban
kerja yang seimbang (balance capacity) untuk menghindari terjadinya
penundaan (delay) maupun kekecewaan konsumen. Dengan demikian
yang dimaksud dengan JIT adalah usaha-usaha untuk meniadakan
pemborosan dalam segala bidang roduksi seperti uang, bahan baku, suku
cadang, waktu produksi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan dan
mengirimkan produk jadi tepat waktu untuk dijual (Yamit, 1996).
7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production
Quantity)
Model EOQ mempunyai tujuan untuk menentukan jumlah ekonomis
setiap kali pemesanan sehingga meminimasi biaya total persediaan.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model ini antara lain:
a. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan.
b. Kebutuhan setiap periode diketahui.
c. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously)
atau tingkat produksi (production rate) barang yang dipesan melimpah.
d. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat
digunakan.
e. Ttidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan
(shortage).
f. Tidak ada diskon untuk jumlah pembelian yang banyak
(Nasution, 2006).
Sering dijumpai bahwa perusahaan memproduksi sendiri item yang
akan digunakan dalam produksi, daripada menunggu untuk sejumlah
tertentu dari para supplier. Model Economic production Quantity (EPQ)
atau ukuran produksi ekonomis digunakan untuk menentukan kebijakan
persediaan optimum apabila perusahaan memproduksi sendiri item yang
akan digunakan (Yamit, 1996).
8. Industri Gula
Permintaan gula secara nasional diperkirakan akan terus meningkat
commit to user
pertumbuhan industri pengolahan makanan dan minuman. Sebagai negara
berpenduduk besar dengan pendapatan yang terus bertambah, maka
Indonesia amat potensial menjadi alah satu konsumen gula terbesar di
dunia (Sawit, dkk, 2004).
Gula memegang peranan penting dalam ekonomi pangan Indonesia.
Tidak mengherankan jika di masa lalu gula merupakan komoditas yang
sarat muatan politis dengan menempatkannya sebagai salah satu dari
sembilan bahan pokok masyarakat. Kebijakan untuk mengatur agribisnis
mulai dari budidaya tebu, produksi, pemasaran, dah harga dianggap perlu,
namun pengaturan semacam itu dapat menjadi penghambat dan ada yang
menilai suatu kerjasama. Perbedaan harga eceran dan harga yang diterima
petani tebu hanya dinikmati pedagang perantara, sehingga kesejahteraan
petani tidak terwujud. Kondisi tersebut didukung oleh situasi pergulaan
nasional dengan meningkatnya kebutuhan gula hampir 4,0% per tahun,
sementara produksi gula justru menurun sekitar 2,2% per tahun. Situasi ini
mengakibatkan peningkatan ekspor gula yang menjadi 32% dari produk
gula nasioanl (Soetriono, 2001).
Sejalan dengan pertumbuhan industri gula nasional, sektor perkebunan
tebu sebagai pendukung utama industri gula juga tumbuh. Perkebunan tebu
di Indonesia terus berkembang, hal ini ditunjukkan dengan luas area
perkebunan yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Sampai dengan
2009 luas lahan perkebunan tebu di Indonesia 473 ribu ha atau naik 2,9%
dibanding 460 ribu ha pada 2008. Peningkatan ini terjadi karena perluasan
areal di beberapa wilayah. Untuk tahun 2008 perluasan areal tidak hanya
di luar Jawa tetapi juga dilakukan di Jawa karena masih ada areal yang
bisa dikembangkan (Indonesian Commercial Newsletter, 2010).
Pada umumnya PG di Jawa beroperasi jauh di bawah kapasitas giling
(rata-rata hanya mampu mencapai sekitar 46%). Hal ini terutama
disebabkan karena sebagian besar PG kesulitan dalam memperoleh bahan
baku tebu. Bahan baku yeng terbatas itu diperebutkan oleh banyak PG.
commit to user
tebu karena di Pulau Jawa lahan sawah lebih diutamakan untuk menanam
padi, sedangkan tebu ditanam di lahan tegalan. Tegalan merupakan lahan
kering yang hanya mengandalkan hujan untuk mendapatkan air sehingga
produktivitas tebu pun akhirnya turun. Sebagian besar (53%) pabrik gula
di Jawa didominasi oleh PG dengan kapasitas giling kecil (<3.000
TCD/Ton Cane per Day), 44% berkapasitas giling antara 3.000–6.000
TCD dan hanya 3% yang berkapasitas giling >6.000 TCD (Sawit, 2004).
9. Tebu
Tebu (sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku
gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman
ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai
bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak
dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (LPT3, 2009).
Taksonomi tebu:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminalis
Familia : Gramineae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum Officinarum
(Anonim, 2011)
Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panasdan sedang
(tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu
antara 35° garis Lintang Selatan dan 39° garis Lintang Utara. Unsur-unsur
iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan,
sinar matahari, angin, suhu dan kelembaban udara. Sedangkan factor fisik
lainnya yang terpenting bagi pertumbuhan tebu adalah tanah.
a. Curah Hujan
Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka
commit to user
selama 5-6 bulan berurutan, 2 bulan transisi dengan curah hujan 125
mm per bulan, dan 4-5 bulan berurutan dengan curah hujan kurang dari
75 mm tiap bulannya.
b. Sinar Matahari
Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk
pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis yang
mengahasilkan gula.
c. Angin
Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi
pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di
sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik.
Kecepatan angin yang lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat, bisa
menyebabkan robohnya tanaman tebu yang sudah tinggi.
d. Suhu
Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 24°-30°C, beda
suhu musiman tidak lebih dari 6°, dan beda suhu siang dan malam hari
tidak lebih dari 10°C.
e. Kelembaban Udara
Kelembaban udara tidak begitu berpengaruh pada pertumbuhan tebu
asalkan kadar air yang tersedia dalam tanah cukup.
f. Tanah
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah dengan lapis
tebal, lempung baik yang berkapur maupun yang berpasir dan lempung
liat. pH yang sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5-7,0
(Mubyarto dan Daryanti, 1999).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Bahan baku merupakan salah satu faktor selain tenaga kerja yang sangat
menentukan keberhasilan jalannya proses produksi suatu perusahaan.
Apabila jumlah bahan baku tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan maka
akan menyebabkan ketidaklancaran proses produksi sehingga output yang
commit to user
salah satu upaya yang mutlak harus dilakukan oleh setiap perusahaan, baik itu
perusahaan yang bergerak di bidang pertanian maupun perusahaan
manufaktur. Hal ini dikarenakan bahan baku merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan keberhasilan jalannya proses produksi bagi suatu
perusahaan, begitu pula di PG Gondang Baru. Apabila bahan baku tidak
dikendalikan sesuai dengan kebutuhannya maka biaya produksi, terutama
biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan akan cenderung berlebihan,
hal tersebut menyangkut efisiensi suatu perusahaan.
Penelitian ini mengambil data selama 3 tahun terakhir, yaitu data
kuantitas tebang angkut dan kuantitas tebu giling pada tahun 2009 sampai
dengan tahun 2011. Selama 3 tahun tersebut diamati pengadaan produksi
bahan baku menurut kebijaksanaan perusahaan. Kebijakan tersebut meliputi
biaya pengadaan bahan baku, biaya mendatangkan tebu dari luar wilayah dan
pemakaian bahan baku tebu selama musim giling selama tiga tahun terakhir
dari tahun 2009 sampai 2011.
Setelah mengamati kebijakan pengadaan bahan baku yang dilakukan
perusahaan kemudian dihitung biaya persediaan yang berdasarkan pada
kebijakan perusahaan dan dilakukan analisis terhadap data pengadaan bahan
baku dan pemakaian bahan baku dengan analisis EPQ (Economic Production
Quantity). Dimana EPQ ini merupakan pengembangan dari metode EOQ
yang konsep dasarnya sama, yaitu untuk meminimumkan biaya penyimpanan,
meningkatkan produktivitas yang nantinya akan menghasilkan kuantitas dan
frekuensi pemesanan ekonomis berarti penghematan biaya persediaan. Hasil
analisis EPQ ini kemudian dibandingkan dengan kebijaksanaan persediaan
bahan baku yang selama ini diterapkan perusahaan. Apabila total biaya
persediaan tebu yang diperoleh dari analisis EPQ lebih besar dari total biaya
persediaan tebu yang diperoleh dari kebijaksanaan perusahaan maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan tersebut efisisen. Setelah itu dilakukan
penjadwalan masa tanam dan masa tebang agar intensitas produksi selalu
terjaga dan dapat dilakukan perbaikan terhadap kinerja PG Gondang Baru
commit to user
pengamatan terhadap data curah hujan selama lima tahun terakhir pada
wilayah binaan PG Gondang Baru agar benar-benar tahu bagaimana kondisi
iklim yang cocok untuk bertanam tanaman tebu.
Sesuai dengan uraian di atas maka kerangka berpikir pendekatan
commit to user
Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah Total biaya persediaan
menurut kebijakan perusahaan
Selisih kuantitas produksi bahan baku serta biaya persediaan yang
ekonomis
Efisiensi biaya produksi Melakukan pengaturan penjadwalan dengan metode just
in time production system
Total biaya persediaan yang harus dikeluarkan pada kuantitas
produksi yang ekonomis Analisis pengadaan
bahan baku menurut kebijakan perusahaan
Analisis pengadaan bahan baku yang ekonomis (EPQ) untuk proses produksi perusahaan
Bahan Baku Musiman
PG Gondang Baru (Keadaan Kekurangan Bahan Baku)
commit to user
D. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga besarnya jumlah persediaan yang diselenggarakan PG. Gondang
Baru belum ekonomis.
2. Diduga besarnya biaya persediaan yang diselenggarakan PG. Gondang
Baru belum mencapai tingkat efisiensi biaya persediaan.
3. Diduga belum adanya penjadwalan yang efisien dari masa tanam hingga
masa tebang tanaman tebu.
E. Asumsi
1. Bahan baku tersedia secara terus menerus dalam jumlah yang cukup dan
waktu yang tepat selama musim giling antara bulan Mei sampai Agustus.
2. Produksi sepanjang waktu adalah produksi selama musim giling.
3. Kuantitas persediaan dan biaya persediaan diperhitungkan per hari dan
dalam satu bulan terdapat 30 hari
F. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan selama PG Gondang Baru melakukan produksi
saat musim giling dan data yang digunakan terbatas selama tiga tahun
terakhir yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
2. Analisis data yang dilakukan terbatas pada kuantitas produksi bahan baku
dan biaya persediaan bahan baku di PG Gondang Baru Klaten
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Persediaan bahan baku tebu (raw material inventory) adalah persediaan
bahan baku yang berwujud tebu yang akan digunakan dalam proses
produksi diukur dalam satuan kuintal selama musim giling antara bulan
Mei-Agustus (Assauri, 2004).
2. Kebijakan perusahaan adalah kebijakan pengendalian persediaan bahan
baku tebu yang selama ini telah dilaksanakan oleh oleh PG Gondang Baru,
yaitu dari tahun 2009-2011. Kebijakan ini meliputi kuantitas produksi
bahan baku tebu, total biaya persediaan bahan baku, dan penjadwalan
commit to user
3. Persediaan pengaman bahan baku tebu (safety stock) adalah persediaan
tebu tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga
kemungkinan terjadinya kekurangan tebu selama proses produksi diukur
dalam satuan kuintal (Anonim, 2008).
4. Economical Production Quantity (EPQ) bahan baku tebu adalah jumlah
penggunaan tebu yang ekonomis saat PG Gondang Baru menjalankan
kegiatan produksinya sepanjang waktu sehingga diperoleh kuantitas
produksi yang ekonomis diukur dalam satuan kuintal. Pengertian
ekonomis di sini adalah dengan biaya yang seminimal mungkin diperoleh
hasil yang semaksimal mungkin (Gilarso, 2003).
5. Efisiensi adalah pengertian yang menggambarkan adanya perbandingan
hasil pengawasan persediaan tebu berdasarkan kebijaksanaan perusahaan
dan yang dilakukan dengan metode EPQ. Efisien jika total biaya
persediaan tebu yang diperoleh dari analisis EPQ lebih besar dari total
biaya persediaan tebu yang diperoleh dari kebijaksanaan perusahaan
(Maulana Agus dalam Kusrini, 2005).
6. Proses produksi merupakan kegiatan produksi dan penyediaan bahan baku
tebu yang diukur dalam satuan kuintal selama musim giling antara bulan
Mei-Agustus. Kegiatan produksi dimulai dari saat tebu ditanam sampai
tebu dipanen dan diangkut ke pabrik untuk proses pembuatan gula pasir
kristal.
7. Biaya persiapan produksi bahan baku tebu adalah biaya-biaya yang timbul
yang berhubungan dengan pengadaan bahan baku tebu tebu yang
dikeluarkan setiap bulan dan setiap hari meliputi biaya tenaga kerja
penebang dan pengangkutan yang diukur dalam satuan rupiah per kuintal
per hektar.
8. Total biaya persediaan bahan baku tebu adalah biaya-biaya yang timbul
yang berhubungan dengan pengadaan tebu yang dikeluarkan setiap bulan
dan setiap hari meliputi biaya tebang angkut dan biaya analisa selama satu
commit to user
9. Biaya kekurangan bahan baku tebu adalah biaya yang dikeluarkan
apabila terjadi kekurangan tebu dalam proses produksi berupa biaya
kompensasi angkutan diukur dalam satuan rupiah.
10. Biaya analisa yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengamatan
terhadap varietas tebu yang disetorkan oleh petani ke PG Gondang Baru
diukur dalam satuan rupiah.
11. Just in time production system adalah sistem produksi bahan baku tebu
tepat waktu yang merupakan salah satu pemecahan masalah yang
berkelanjutan. Metode ini dilakukan dengan melakukan penjadwalan
bahan baku tebu (Yamit, 1996).
12. Penjadwalan bahan baku tebu yaitu suatu cara untuk mengatur bahan
baku tebu dari masa tanam, tebang, dan giling agar kinerja perusahaan
dapat berjalan lancar.
13. Musim tanam tebu yaitu waktu (bulan yang tepat) dimana tanaman tebu
harus segera ditanam agar dapat dipanen tahun berikutnya antara bulan
Mei-Juli umur tebu adalah 9-11 bulan.
14. Musim tebang yaitu waktu (bulan yang tepat) dimana tanaman tebu telah
masak dan siap diolah di pabrik (bulan Mei).
15. Musim giling yaitu waktu dimana pabrik atau perusahaan telah siap
melakukan pengolahan tebu karena bahan baku tersebut telah tersedia
(bulan Mei-Agustus).
16. Curah hujan adalah rata-rata curah hujan per bulan selama lima tahun di
wilayah kerja PG Gondang Baru meliputi Kabupaten Klaten, Kabupaten
Boyolali, Kabupaten Salatiga dan Kabupaten Semarang diukur dalam
commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analitis. Maksudnya adalah bahwa metode tersebut memusatkan diri
pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual,
kemudian data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan
dianalisis (Surakhmad, 1994). Penelitian ini dilakukan di Pabrik Gula
Gondang Baru yang terletak di Kabupaten Klaten. Penelitian yang dilakukan
di PG Gondang Baru dilakukan dengan memusatkan perhatian pada
pengadaan bahan baku tebu sehingga diperoleh gambaran yang jelas untuk
kemudian dianalisis secara intensif dalam kurun waktu tiga tahun dari tahun
2009-2011.
B. Metode Penentuan Obyek Penelitian
Metode penentuan obyek dipilih secara purposive (sengaja) yang diambil
karena kesesuaian karakteristik yang dimiliki lokasi penelitian dengan kriteria
tertentu yang ditetapkan atau dikehendaki oleh peneliti sesuai dengan tujuan
penelitiannya (Mardikanto dan Irianto 2010).
Lokasi penelitian ini adalah PG Gondang Baru di Klaten yang dipilih
secara sengaja. Dipilihnya lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan tertentu
yaitu bahwa PG Gondang Baru merupakan salah satu pabrik gula yang masih
aktif dalam memproduksi gula pasir kristal. Dalam rangka memenuhi
kapasitas giling di PG Gondang baru adalah dengan melakukan peningkatan
teknik budidaya, sehingga sesuai dengan tujuan penelitian agar dalam
pengadaan bahan baku terdapat kebijakan pengendalian persediaan bahan
baku yang tepat untuk memperoleh kuantitas produksi bahan baku dan biaya
pengadaan bahan baku yang efisisen. Dasar lain dalam pemilihan lokasi
penelitian di PG Gondang Baru adalah belum diterapkan metode EPQ dalam
pengelolaan persediaan bahan baku. Model Economic production Quantity
(EPQ) digunakan untuk menentukan kebijakan persediaan optimum, sehingga
commit to user
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada
hubungannya dengan masalah penelitian, dalam hal ini data diperoleh dari PG
Gondang Baru dan instansi – instansi lain yang terkait. Sumber data sekunder
yang diperoleh dari referensi berupa buku, jurnal, makalah, serta data
pendukung penelitian baik yang diperoleh dari dokumen di PG Gondang Baru
maupun di instansi lain yang terkait. Data-data tersebut antara lain: rencana
tebang angkut tahun 2009-2011, realisasi tebang angkut tahun 2009-2011,
jumlah tebang angkut dan jumlah produksi harian tahun 2009-2011, biaya
produksi harian, dan laporan curah hujan dari wilayah kerja PG Gondang Baru
serta data curah hujan dari BMKG Provinsi Jawa Tengah.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengamatan
Pengamatan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yang diamati,
kemudian mencatat informasi yang diperoleh selama pengamatan.
2. Pencatatan
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pencatatan karena data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pencatatan
adalah menyalin data sekunder yang relevan dengan penelitian yang
diperoleh dari PG Gondang Baru dan BMKG Provinsi Jawa Tengah.
3. Wawancara
Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara
langsung dengan sumber-sumber informasi dari instansi maupun lembaga
yang terkait serta dari narasumber yang terkait dengan penelitian ini
dengan cara mengadakan tanya jawab dengan petugas instansi atau
lembaga serta sumber lain yang terkait dengan penelitian guna
memperoleh data pendukung dari data yang diperoleh dengan teknik
commit to user
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Kuantitas Persediaan Bahan Baku
a. Analisis Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kebijakan Perusahaan
Pengendalian kuantitas bahan baku menurut kebijakan perusahaan
dapat meliputi pengendalian jumlah frekuensi produksi bahan baku dan
pemesanan bahan baku yang dilakukan berdasarkan kebijakan
perusahaan dapat diketahui dari adanya informasi-informasi yang
diperoleh langsung dari perusahaan yang bersangkutan, yaitu PG
Gondang Baru.
b. Analisis Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EPQ (Economic
Production Quantity)
Untuk menganalisis jumlah persediaan yang ekonomis digunakan
metode EPQ (Economic Production Quantity) yang merupakan
pengembangan dari metode EOQ (Economic Order Quantity). Metode
ini cocok digunakan untuk perusahaan yang berproduksi sepanjang
waktu (selama musim giling) dan membutuhkan persediaan yang
terus-menerus (Yamit,1996). Pabrik Gula Gondang Baru merupakan salah
satu perusahaan yang berproduksi sepanjang waktu saat musim giling
tiba biasanya antara bulan Mei-Agustus. Analisis yang digunakan untuk
mencari kuantitas persediaan yang ekonomis (Q) untuk setiap kali
produksi.
1) Untuk keadaan persediaan bahan baku tebu yang telah pasti
a) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis
(Q)/bulan
Q = (Yamit, 1996)
b) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis harian
(Q harian)
commit to user
2) Untuk keadaan kemungkinan kekurangan bahan baku tebu
a) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis
(q)/bulan
q =
b) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis harian
(q harian)
q/hari = q/30
c. Analisis Selisih Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kebijakan
Perusahaan Dan Metode EPQ
Analisis ini merupakan analisis yang menggambarkan perbedaan
besarnya selisih produksi bahan baku tebu yang ekonomis (EPQ)
dengan produksi bahan baku tebu yang dilakukan dengan menggunakan
kebijakan perusahaan yang telah berjalan selama ini sehingga dapat
dibandingkan kuantitas persediaan bahan baku tebu. Kriterianya adalah
jika kuantitas persediaan bahan baku tebu yang diperoleh dari analisis
EPQ lebih kecil dari kuantitas persediaan bahan baku tebu yang
diperoleh dari kebijakaan perusahaan maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut sudah efisisen.
2. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku
a. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku Menurut Kebijakan Perusahaan
Biaya persediaan yang dikeluarkan menurut kebijakan perusahaan
dapat berupa biaya persediaan bahan baku yang diselenggarakan
berdasarkan kebijakan perusahaan yang dapat diketahui dari adanya
informasi-informasi yang diperoleh langsung dari perusahaan yang
bersangkutan, yaitu PG Gondang Baru.
b. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EPQ
(Economic Production Quantity)