• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEBU DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Program Studi Agribisnis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEBU DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Program Studi Agribisnis"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Program Studi Agribisnis

Oleh:

YUANNIDA YOLANDA S

H0808161

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Agribisnis

Oleh:

YUANNIDA YOLANDA S

H0808161

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

DI PABRIK GULA GONDANG BARU KABUPATEN KLATEN

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Yuannida Yolanda S

H0808161

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal:

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS Emi Widiyanti, SP, M.Si Ir. Suprapto

NIP. 19570104 198003 2 001 NIP. 19780325 200112 2 001 NIP.19500612198003 2 001

Surakarta,

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

(4)

commit to user

iv

Alhamdulillahhirobil’alamin. Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT atas segala limpahan dan hidayah-Nya. Berkat petunjuk-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis.

3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi

Agribisnis.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS terimakasih atas segala bimbingan,

arahan, dan masukannya dalam dalam penyusunan skripsi sejak awal sampai

akhir penulisan.

5. Ibu Emi Widiyanti, SP, M.Si selaku pembimbing akademik sekaligus

pembimbing pendamping dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas

bimbingannya serta atas diskusi dalam berbagi pengalaman semoga menjadi

bekal hidup yang lebih baik dikemudian hari bagi penulis

6. Bapak Ir. Suprapto selaku dosen tamu, terima kasih atas segala masukan yang

ada walaupun hanya sebentar akan tetapi dapat memberikan tambahan

tersendiri bagi penulis.

7. Direktur PT. Perkebunan Nusantara IX yang telah memberikan ijin penelitian

di PG Gondang Baru Kabupaten Klaten.

8. Segenap staf dan karyawan PG Gondang Baru Klaten serta semua pihak yang

telah membantu penulis selama melakukan penelitian disana.

9. Orang Tua dan keluarga besarku terima kasih atas segala kasih sayang,

motivasi serta dorongan semangat yang tak henti-hentinya hingga dapat

(5)

commit to user

v dengan doa, bantuan dan kesabarannya.

11. Sahabat-sahabat penulis di Wisma Risky yang selalu membantu penulis dan

memberikan semangat dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas

kebersamaan yang telah terjalin selama ini baik di Wisma Riski maupun di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

12. Saudara-saudara seperjuangan di Agribisnis ’08 terima kasih untuk kalian,

orang-orang dengan segudang ide dan semangat. Cita-cita itu akhirnya

terwujud, jangan pernah berhenti berharap dan tetap semangat.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis berharap adanya masukan berupa kritik dan saran guna perbaikan ini

selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 2012

(6)

commit to user

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

RINGKASAN ... xii

SUMMARY ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

II. LANDASAN TEORI ... 8

A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Pengertian Dan Peranan Persediaan ... 12

2. Jenis Persediaan ... 12

3. Fungsi Pengendalian Persediaan ... 14

4. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku ... 15

5. Safety Stock ... 16

6. Just In Time Production System ... 16

7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production Quantity) ... 17

8. Industri Gula... 17

9. Tebu ... 19

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 20

(7)

commit to user

vii

F. Pembatasan Masalah ... 24

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24

III.METODE PENELITIAN ... 27

A. Metode Dasar Penelitian ... 27

B. Metode Penentuan Obyek Penelitian ... 27

C. Jenis dan Sumber Data ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Metode Analisis Data ... 29

1. Analisis Kuantitas Persediaan Bahan Baku ... 29

2. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku... 20

3. Analisis Penjadwalan Masa Tanam Dan Masa Panen... 32

IV.KONDISI UMUM PABRIK GULA GONDANG BARU ... 33

A. Sejarah Perusahaan ... 33

B. Lokasi Perusahaan... 34

C. Struktur Organisasi Perusahaan ... 37

D. Ketenagakerjaan ... 40

1. Tenaga Kerja ... 40

2. Penarikan Dan Pengupahan Tenaga Kerja ... 41

3. Hari Dan Jam Kerja ... 41

4. Kesejahteraan Karyawan ... 42

E. Proses Pengolahan Gula ... 43

1. Penyediaan Bahan Utama (Tebu) ... 43

2. Bahan Pembantu ... 44

3. Proses Pengolahan ... 45

4. Limbah Pabrik Gula... 55

F. Pemasaran Hasil Produksi ... 58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

1. Bahan Baku Tebu ... 59

2. Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Ekonomis ... 61

(8)

commit to user

viii

B. Pembahasan ... 77

1. Kuantitas Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Ekonomis ... 77

2. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Yang Efisien ... 86

3. Penjadwalan Masa Tanam Dan Masa Panen Tanaman Tebu ... 89

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

(9)

commit to user

ix

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Luas Area Tebu, Produksi tebu, Produktivitas Tebu, Rendemen, Kristal Gula, dan Produktivitas Kristal Gula di PG Gondang Baru ... 5

Tabel 2. Luas Areal Tebu Dan Produksi Gula Tahun 2011 Di Wilayah Kerja PG Gondang Baru ... 35

Tabel 3. Luas Areal Dan Produksi Tebu Kemitaan A (KmA) dan Kemitraan B (KmB) Di PG Gondang Baru Tahun 2009-2011. 44

Tabel 4. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Gilingan Di PG Gondang Baru .. 48

Tabel 5. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Pemurnian Di PG Gondang Baru... 50

Tabel 6. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Penguapan Di PG Gondang Baru... 51

Tabel 7. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Masakan Di PG Gondang Baru . 53

Tabel 8. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Putaran Di PG Gondang Baru.... 54

Tabel 9. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Penyelesaian Di PG Gondang Baru... 55

Tabel 10. Perbandingan Rencana Dengan Realisasi Luas Areal Tahun 2009-2011 Di PG. Gondang Baru... 62

Tabel 11. Perbandingan Rencana Dengan Realisasi Tebang Angkut Tahun 2009-2011 Di PG. Gondang Baru ... 63

Tabel 12. Jumlah Tebang Angkut Harian Dan Jumlah Produksi Harian Pada Tahun 2009-2011 di PG. Gondang Baru ... 65

Tabel 13. Penyediaan Bahan Baku Tebu Menurut EPQ Pada Tahun 2009-2011 ... 66

Tabel 14. Jumlah Minimum Produksi Dan Biaya Yang Dikeluarkan Per Hari Saat Terjadi Kekurangan Bahan Baku Tebu Pada Tahun 2009-2011 ... 67

(10)

commit to user

x

Tahun 2009-2011 ... 70

Tabel 17. Biaya Persediaan Bahan Baku Tebu Menurut EPQ Pada Tahun 2009-2011 ... 71

Tabel 18. Perbandingan Total Biaya Per Hari Yang Dikeluarkan PG Gondang Baru Dengan Perhitungan Dari EPQ Pada Tahun 2009-2011 ... 72

Tabel 19. Laporan Curah Hujan PG Gondang Baru... 73

Tabel 20. Rata-rata Curah Hujan/Bulan Di Kabupaten Klaten, Boyolali, Salatiga Dan Semarang Dari Tahun 2009-2011 ... 74

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 23

Gambar 2. Struktur Organisasi Pabrik Gula Gondang Baru Klaten ... 37

(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 96

Lampiran 2. Biaya Pengadaan Bahan Baku di PG Gondang Baru Tahun 2009-2010 ... 97

Lampiran 3. Perhitungan EPQ ... 97

Lampiran 4. Data Curah Hujan PG Gondang Baru... 100

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Curah Hujan Di 4 Kabupaten Binaan PG Gondang Baru ... 102

(13)

commit to user

xiii RINGKASAN

Yuannida Yolanda S. H0808161. 2012. “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Di Pabrik Gula Gondang Baru Kabupaten Klaten”. Skripsi dengan pembimbing Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS dan Emi Widiyanti, SP, M.Si. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Bahan baku memegang peranan penting dalam menunjang kelangsungan proses produksi. Kelangsungan proses produksi suatu perusahaan tidak akan terganggu apabila perusahaan mampu mengendalikan persediaan bahan baku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya jumlah persediaan bahan baku tebu yang ekonomis di PG Gondang Baru dalam setiap kali produksi, untuk mengetahui besarnya biaya persediaan persediaan bahan baku yang efisien dalam setiap kali produksi di PG Gondang Baru, dan untuk mengetahui penjadwalan bahan baku tebu di PG Gondang Baru agar intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi dapat merata selama musim giling. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitis. Metode pengambilan daerah penelitian secara purposive sampling yaitu di PG Gondang Baru Kabupaten Klaten. Data yang digunakan adalah data sekunder dari tahun 2009-2011. Metode analisis data yang digunakan adalah Economic Production Quantity (EPQ).

(14)

commit to user

xiv

Yuannida Yolanda S. H0808161. 2012. "Analysis of Sugar Cane Raw Material Inventory Control In Gomdang Baru Sugar Company Klaten Regency". Thesis with the supervisor Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS and Emi Widiyanti, SP, M.Si. Faculty of Agriculture, University of Surakarta of March.

Raw material plays an important role in supporting the sustainability of the production process.Continuity of the production process of a company will not be disturbed if the company is able to control the supply of raw materials. This research aims to know the number of amount raw material inventory of economic sugar cane in PG Gondang Baru in each production, to find out the cost of the efficient supply of raw material in each PG Gondang Baru production, and to know scheduling of raw material of sugar cane in PG Gondang Baru to intensities of raw material sugar cane for the production process can be eveniy distributed in the milling season. The basic method of this research is analytical descriptive. Retrieval method is purposive sampling of research area, namely in PG Gondang Baru Klaten District. The data used are secondary data from 2009 until 2011. Methode of data analysis used are the Economic Production Quantity (EPQ).

(15)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tebu merupakan salah satu tanaman utama yang memiliki peranan

penting bagi industri gula nasional. Di Indonesia, tebu banyak dibudidayakan

di pulau Jawa dan Sumatra. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah

dipanen diperas dengan mesin pemeras di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau

air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi

gula pasir. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%,

ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Daun tebu yang

kering adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi.

Sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia, konsumsi gula pasir untuk

waktu-waktu mendatang akan meningkat. Peningkatan ini akan berjalan

seiring dengan meningkatnya jumlah dan kesejahteraan penduduk serta

meningkatnya jumlah industri yang menggunakan gula sebagai bahan baku

utama atau sebagai bahan pendampingnya, seperti pada industri roti. Selain

itu, peningkatan konsumsi gula perkapita juga meningkatkan peranan gula

dalam penentuan indeks harga konsumen yang berarti peranan harga gula

dalam perhitungan inflasi meningkat pula (Andreng P, dkk dalam Darsono,

2001).

Berdasarkan data dari road map swasembada gula nasional dari

kementerian pertanian RI, target swasembada gula nasional dapat dicapai

dengan memenuhi kebutuhan gula nasional pada tahun 2014 yang

diproyeksikan mencapai 5,7 juta ton. Sedangkan saat ini, kemampuan

produksi gula sampai dengan akhir giling tahun 2009 sebesar 2,624 juta ton

terdiri dari produksi Gula Kristal Putih (GKP) eks tebu 2,520 juta ton dan eks

raw sugar 0,104 juta ton. Disisi lain, jika ditambah dengan produksi Gula

Kristal Rafinasi (GKR) sebesar 1,900 juta ton untuk kebutuhan industri, maka

ketersediaan gula mencapai 4,524 juta ton. Oleh karena itu, untuk mencapai

target swasembada gula nasional 2014 maka diperlukan langkah-langkah

(16)

commit to user

2

Strategi pengembangan industri gula yang sangat bagus, lengkap dengan

visi, misi dan analisis SWOT telah disusun dalam Road Map Industri Gula

2009, tetapi dalam pelaksanaanya ternyata belum juga memperlihatkan hasil

yang signifikan. Beberapa hambatan mulai muncul seperti : kesulitan

pembebasan lahan, adanya penolakan masyarakat setempat terhadap

pembangunan pabrik gula baru, kurangnya koordinasi antara pusat dan daerah

dan lain-lain. Sebaiknya dalam program pembangunan pabrik gula baru

maupun dalam program revitalisasi pabrik-pabrik gula yang sudah berdiri,

perlu memperhatikan beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan,

seperti: kapasitas pabrik, ketersediaan bahan baku, faktor lingkungan dan

lain-lain (Kementan, 2011).

Pabrik gula Gondang Baru Klaten, merupakan salah satu pabrik gula

yang berada dibawah pengelolaan PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Jawa Tengah. PG Gondang Baru merupakan salah satu perusahaan yang

memproduksi gula pasir kristal dan produk sampingannya berupa tetes tebu

sehingga tidak bisa lepas dari masalah persediaan bahan baku. Masalah yang

biasa terjadi adalah keadaan kekurangan bahan baku untuk memenuhi

kapasitas giling. Pengadaan bahan baku di PG Gondang Baru berada di

bawah tanggung jawab bagian tanaman. Dalam menjalankan usahanya PG

Gondang Baru menawarkan jasa penggilingan kepada para petani.

Berdasarkan UU No.12 Tahun 1998 tentang pengembangan tebu rakyat,

maka sistem yang digunakan adalah bagi hasil. Dari hasil penggilingan tebu

tersebut kemudian diadakan sistem bagi hasil sebesar 66% untuk petani dan

34% untuk PG Gondang Baru.

Dalam kegiatan produksi, PG Gondang Baru Klaten memerlukan bahan

baku tebu dalam jumlah yang cukup agar proses produksi bisa optimal dan

dapat berjalan tanpa hambatan. Bahan baku tersebut diperoleh dari wilayah

kerja dan wilayah binaan PG Gondang Baru yaitu Kabupaten Klaten,

Boyolali, Salatiga, dan Semarang. Kebutuhan bahan baku tersebut sangat

penting dalam kelancaran proses produksi. Agar persediaan bahan baku tebu

(17)

commit to user

3

membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan biaya dalam

persediaan.

Bahan baku memegang peranan penting dalam menunjang kelangsungan

proses produksi, walaupun ada faktor-faktor lain yang penting tetapi

persediaan bahan baku akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan proses

produksi. Kekurangan bahan baku yang tersedia dapat berakibat terhentinya

proses produksi karena habisnya bahan untuk diproses. Akan tetapi terlalu

besarnya persediaan bahan baku dapat berakibat terlalu tingginya beban biaya

guna menyimpan dan memelihara bahan tersebut selama penyimpanan di

gudang. Keadaan terlalu banyaknya persediaan (over stock) ini ditinjau dari

segi finansial atau pembelanjaan merupakan hal yang tidak efektif disebabkan

karena terlalu besarnya barang modal yang menganggur dan tidak berputar

(Assauri, 2004). Di PG Gondang Baru sendiri keadaan kelebihan bahan baku

biasanya terjadi pada saat musim panen raya sehingga produksi tebu

melimpah. Dengan kapasitas produksi yang terbatas mengakibatkan kualitas

bahan baku menurun karena proses penyimpanan.

Meskipun ditinjau dari segi kelancaran proses keadaan over stock itu

dapat berarti positif akan tetapi ditinjau dari segi lain terutama dari segi biaya

dapat berakibat negatif dalam arti tingginya biaya yang harus ditanggung

(Reksohadiprodjo, 2000). Oleh karena itu, perusahaan harus dapat

mengendalikan masalah persediaan bahan baku ini dengan baik.

Kelangsungan proses produksi suatu perusahaan tidak akan terganggu

apabila perusahaan mampu mengendalikan persediaan bahan baku.

Pengendalian pada persediaan bahan baku akan berpengaruh pada biaya

persediaan dan akan berpengaruh pada keuntungan yang akan diterima oleh

perusahaan. Tujuan pengendalian bahan baku adalah berusaha menyediakan

bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi sehingga proses produksi

dapat berjalan lancar tidak terjadi kekurangan persediaan (out of stock) dan

diperoleh biaya persediaan minimal (Reksohadiprodjo, 2000).

Penjadwalan masa tanam dan masa panen tebu sangat diperlukan agar

(18)

commit to user

4

dapat terjaga agar rutinitas produksi tetap berjalan secara terus menerus.

Penjadwalan masa tanam dan masa panen dimaksudkan agar jumlah bahan

baku tebu dapat memenuhi kapasitas produksi. Penjadwalan pengadaan bahan

baku tebu di PG Gondang Baru berada dibawah tanggung jawab bagian

tanaman.

Tebu merupakan bahan baku utama yang dipergunakan dalam proses

produksi gula pasir. Jika bahan tersebut tidak dipindah maka proses produksi

tidak dapat menghasilkan produk akhir. Dengan demikian perlu adanya

persediaan bahan baku yang jumlahnya relatif cukup dalam waktu yang tepat

untuk mendukung kelancaran proses produksi agar perusahaan dapat

mencapai tujuan yang diharapkan. Pengendalian persediaan bahan baku

menjadi modal yang mutlak harus ada dan harus dipenuhi.

B. Perumusan Masalah

Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila

jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menganggur

lebih besar (tertahan di persediaan), meningkatkan resiko kerusakan barang

dan biaya penyimpanan. Namun jika persediaan terlalu sedikit

mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stock out) karena

sering sekali bahan tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar

yang dibutuhkan yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya

keuntungan, bahkan hilangnya pelanggan.

PG Gondang Baru merupakan perusahaan yang memproduksi gula pasir

kristal. Gula pasir kristal diproduksi dengan bahan baku tebu. Tebu sendiri

merupakan produk pertanian yang jumlahnya cukup melimpah saat musim

giling tiba. Proses produksi di PG Gondang Baru bersifat musiman yakni

hanya pada musim giling selama empat bulan (Mei-Agustus) setiap tahunnya.

Tepatnya pada saat musim panen tebu. Tebu yang ditanam di PG Gondang

Baru rata-rata berumur antara 9-12 bulan. Tebu merupakan bahan baku yang

tidak dapat disimpan karena kualitasnya yang akan turun jika setelah 36 jam

tidak diolah. Penurunan kualitas ini ditandai dengan turunnya rendemen.

(19)

commit to user

5

sebagian besar milik petani menyebabkan luas area dan produksi tebu

berubah-ubah setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari data di PG Gondang Baru

selama tiga tahun terakhir.

Tabel 1. Luas Area Tebu, Produksi Tebu, Produktivitas Tebu, Rendemen, Kristal Gula Dan Produktivitas Kristal Gula Di PG Gondang Baru.

Tahun Luas (Ha) Produksi

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan dan kenaikan luas

areal tanam tebu dari tahun ke tahun. Kenaikan dan penurunan ini

dikarenakan setiap tahun ada petani yang keluar atau masuk menjadi mitra

PG Gondang Baru, sehingga mempengaruhi produksi tebu yang dihasilkan.

Maka dari itu, perlu adanya pengendalian persediannya agar tidak terjadi

kelebihan maupun kekurangan stok dalam produksi gula, sedangkan kenaikan

dan penurunan kristal gula yang dihasilkan tergantung pada rendemen tebu

itu sendiri.

Setiap musim giling antara bulan Mei sampai Agustus PG Gondang Baru

rata-rata melakukan penggilingan tebu sebanyak 1.200.000 kuintal.

Kekurangan bahan baku untuk memenuhi kapasitas produksi di musim giling

merupakan masalah yang terjadi di PG Gondang Baru. Keadaan kekurangan

bahan baku ini mengakibatkan tidak tercapainya target produksi. Tahun 2009

PG Gondang Baru mengalami masalah kurangnya pasokan tebu giling yang

mengakibatkan musim giling bulan Mei hingga Agustus terhenti selama 10

hari. Begitu juga yang terjadi pada tahun 2011, target produksi sebesar

1.524.659 kuintal hanya dapat tercapai sebesar 1.134.873 kuintal.

Keadaan kekurangan bahan baku seperti ini dikarenakan PG hanya dapat

mengelola sepenuhnya tebu sendiri, sedangkan tebu milik petani mitra, pihak

PG hanya dapat memberi pengarahan, sedangkan untuk tebang dan angkutnya

dikelola oleh petani sendiri. Oleh karena itu, pihak PG tidak dapat berbuat

(20)

commit to user

6

baku tersebut PG Gondang Baru menetapkan kebijakan untuk mendatangkan

tebu dari luar wilayah binaan mereka seperti dari Kabupaten Sragen, sehingga

PG harus mengeluarkan biaya tambahan dalam rangka mengadakan bahan

baku. Dari keadaan di atas, maka PG Gondang Baru perlu

mempertimbangkan jumlah dan frekuensi produksi yang ekonomis untuk

kegiatan produksi sehari-hari (EPQ) selama musim giling serta perlu adanya

penjadwalan penanaman dan penebangan tanaman tebu yang lebih efisien.

Dari uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa banyaknya jumlah persediaan bahan baku tebu yang ekonomis di

PG Gondang Baru dalam setiap kali produksi?

2. Berapa besar biaya persediaan bahan baku tebu yang efisien dalam setiap

kali produksi di PG Gondang Baru?

3. Bagaimana penjadwalan bahan baku tebu di PG Gondang Baru agar

intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi dapat merata selama

musim giling (4 bulan)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui banyaknya jumlah persediaan bahan baku tebu yang

ekonomis di PG Gondang Baru dalam setiap kali produksi.

2. Untuk mengetahui besarnya biaya persediaan persediaan bahan baku yang

efisien dalam setiap kali produksi di PG Gondang Baru.

3. Untuk mengetahui penjadwalan bahan baku tebu di PG Gondang Baru

agar intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi dapat merata selama

musim giling.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi perusahaan yang bersangkutan, hasil penelitian ini dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

yang berkaitan dengan efisiensi penggunaan sumber dana dan sumber daya

yang dimiliki perusahaan untuk menentukan besarnya kuantitas produksi

yang ekonomis dengan biaya yang minimum.

2. Bagi pemerintah dan pengambil keputusan, hasil penelitian ini diharapkan

(21)

commit to user

7

3. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian

yang sejenis maupun penelitian selanjutnya.

4. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta, sekaligus bermanfaat untuk menambah

(22)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai tebu sudah pernah dilakukan oleh Mulyono (2006)

dengan judul “Analisis Usahatani Tebu Di Lahan Tegalan Kasus Di

Kabupaten Bondowoso”. Ada dua strata dalam kajian ini, yaitu usahatani di

kebun tebu baru dan usahatani di kebun tebu kepras/ratoon. Metode analisis

data dilakukan meliputi: (a) Tes Hipotesa untuk mengetahui adanya

perbedaan pendapatan antara usahatani kebun tebu baru dan kebun tebu

ratoon, (b) Analisis Titik Impas atau Break Even Point (BEP), dan (c)

Analisis Sensitivitas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata

pendapatan bersih petani dari kebun tebu baru dapat mencapai Rp

4.507.584,00/ha/tahun dan dari kebun tebu ratoon dapat mencapai Rp

3.272.307,00/ha/tahun. Hasil analisis BEP pada kebun tebu baru adalah

sebesar 42.306 kg tebu/ha sedangkan pada kebun tebu ratoon adalah sebesar

34.775 kg tebu/ha. Hasil analisis BEP rendemen menunjukkan bahwa nilai

rendemen pada kebun tebu baru adalah 4,52%, sedangkan pada kebun tebu

ratoon adalah 4,05%. Sensitivitas produktivitas tebu menunjukkan nilai

return cost ratio (R/C) usahatani di kebun tebu baru meningkat sebesar

1,86%. Sedangkan di kebun tebu ratoon R/C sebesar 1,87%. Sensitivitas

rendemen tebu menunjukkan nilai R/C usahatani di kebun tebu baru akan

meningkat sebesar 13,04 %. Sedangkan di kebun tebu ratoon R/C akan

meningkat sebesar 14,37 %.

Penelitian yang dilakukan oleh Priyadi (2008) dengan judul “Peranan

Inovasi Kelembagaan Pabrik Gula Madukismo Terhadap Pelaksanaan

Usahatani Tebu Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Data yang

dianalisis merupakan data primer dan data sekunder. Metode penentuan

sampel yang digunakan adalah Stratified Random Sampling. Metode analisis

data dilakukan dengan menggunakan regresi logistik multinomial. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Peluang petani dalam menentukan adopsi

(23)

commit to user

bersama-sama dipengaruhi luas lahan tebu, biaya transaksi, rendemen,

pengalaman petani menjalankan usahatani tebu dan pendidikan petani.

Demikian halnya pengaruh variabel indepnden secara individu,

masing-masing variabel independen berpengaruh secara signifikan pada peluang

pilihan kelembagaan usahatani Tebu rakyat (TR) KSU (Kerjasama Usaha)

dibandingkan TR Mandiri. Hal berbeda pengaruh peluang pilihan petani

dalam menentukan kelembagaan usahatani TR Kemitraan dibandingkan TR

Mandiri, secara individu hanya variabel rendemen yang tidak berpengaruh

secara signifikan dalam mempengaruhi peluang pilihan petani dalam

menentukan kelembagaan usahatani TR Kemitraan dibandingkan TR

Mandiri. Berkaitan biaya transaksi, petani yang menjalankan usahatani tebu

TR Mandiri menanggung biaya transaksi per hektar lebih besar dibandingkan

dengan petani yang melakukan adopsi inovasi kelembagaan usahatani TR

KSU dan TR Kemitraan.

Penelitian mengenai tebu sudah pernah dilakukan oleh Fitriani, dkk

(2007) dengan judul penelitian “Analisis Skala Ekonomi Produksi Tebu Di

Propinsi Lampung”. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis fungsi produksi CES. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

nilai elastisitas antara input modal dan tenaga kerja fungsi produksi CES

petani tebu mitra PT Gunung Madu menunjukkan nilai yang sedikit lebih

tinggi sebesar 0,74 dan 0,63. Nilai ฀

s

1 pada selang 0< ฀

s

1<1, berarti input

saling mensubstitusi. Nilai ฀

s

2 sebesar 0,99 sama dengan nilai ฀

s

1 pada

petani mitra PTPN VII juga berada pada selang yang sama, berarti kombinasi

input modal dan tenaga kerja terhadap lahan pada usahatani tebu dapat saling

mensubstitusi. Secara umum kondisi skala produksi tebu di Propinsi

Lampung berada pada skala kenaikan hasil yang menurun dan masih

menguntungkan secara ekonomi. Pembentukan modal dan penyerapan tenaga

kerja secara intensif melalui pemanfaatan lahan secara optimal menjadi kunci

pengembangan perkebunan tebu.

Penelitian mengenai analisis pengendalian persediaan bahan baku sudah

(24)

commit to user

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Dalam Pembuatan Gula Pasir Di

PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar”. Metode dasar yang digunakan

dalam penelitian ini adalah deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perbandingan selisih antara kebijakan perusahaan dan perhitungan dari EPQ

dengan kapasitas tebang angkut perhari yang telah direncanakan selama masa

giling 5 tahun yaitu pada tahun 2002-2006 (dalam ton) 3200; 3000; 3300;

3350; dan 3300 adalah sebagai berikut 581,13; 632,52; 558,48; 733,35 dan

894,14 sehingga dapat memberikan penghematan biaya total sebesar Rp

4.853.000,00; Rp 3.200.610,00; Rp 4.956.977,00; Rp 5.662.907,00, dan Rp

5.205.214,00. Dalam hal pengaturan penjadwalan, perlu adanya pengamatan

terhadap curah hujan disetiap wilayah binaannya karena di PG Tasikmadu

sendiri tidak mempunyai stasiun cuaca di tiap-tiap daerah binaanya. Sehingga

dengan mengetahui curah hujan maka dapat disinkronkan masa tanam,

pertumbuhan dan juga masa panen tanaman tebu yang tepat nantinya.

Menurut penelitian Susanto dan Sarwadi (2004) dalam “Optimasi

Produksi Dan Pengendalian Bahan Baku Studi Kasus pada PT Joshua Indo

Export” diketahui bahwa Optimasi biaya produksi dan pengendalian bahan

baku di PT.Joshua Indo Export dapat di selesaikan dengan baik dengan model

inventory yang paling sederhana, yaitu model EOQ. Hal ini dapat diketahui

dari optimasi produksi diperoleh penghematan sebesar Rp 6.202.554,00 per

tahunnya untuk 15 jenis furniture. Untuk pengendalian bahan baku non

furniture diperoleh penghematan sebesar Rp 4.045.103,- per tahunnya untuk

10 jenis bahan baku non furniture.

Menurut penelitian Winoto (2008), “Analisis Efisiensi Pengendalian

Persediaan Bahan Baku Teh Di PT. Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar”.

diketahui bahwa kebijaksanaan pengendalian persediaan persediaan bahan

baku di PT. Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar belum mencapai tingkat

efisiensi bila dibandingkan dengan kebijakan menggunakan metode EPQ .

Hal ini dapat diketahui dari kuantitas produksi per hari menurut perhitungan

dengan metode EPQ menunjukkan nilai yang lebih besar apabila

(25)

commit to user

Demikian pula dengan lebih besarnya total persediaan menurut kebijaksanaan

yang dilakukan perusahaan dibandingkan dengan menggunakan metode EPQ.

Menurut hasil perhitungan dengan metode EPQ diperoleh hasil total biaya

pada tahun 2004-2007 secara berturut-turut adalah Rp 4.013.251,00/hari, Rp

4.688.965,00/hari, Rp 4.697.421,00/hari dan Rp 4.615.640,00/hari.

Penelitian mengenai analisis pengendalian persediaan bahan baku

sudah pernah dilakukan oleh Tri (2009) dengan judul penelitian “Analisis

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Di Della Furniture Kabupaten

Sukoharjo”. Dari hasil penelitian yang menggunakan metode analisis

Economic Order Quantity (EOQ) diperoleh bahwa pembelian bahan baku

kayu menurut metode EOQ selama tahun 2006-2008sebesar 77,05 m3; 61,58

m3; dan 40,08 m3 lebih besar daripada kebijakan perusahaan dan kuantitas

pembelian kayu optimal untuk tahun 2009 sebesar 68,18 m3. Selama tahun

2006-2008 CV Della Furniture tidak menerapkan adanya persediaan

pengaman (safety stock), sedangkan persediaan pengaman untuk tahun 2009

menurut metode EOQ sebesar 12,14 m3. Selama tahun 2006-2008 CV Della

Furniture tidak menerapkan adanya titik pemesanan kembali (reorder point),

sedangkan titik pemesanan kembali untuk tahun 2009 menurut metode EOQ

sebesar 14 m3. Total biaya persediaan bahan baku selama tahun 2006-2008

menurut metode EOQ sebesar Rp 163.754,70; Rp 183.909,60 dan Rp

207.361,00 lebih kecil daripada kebijakan perusahaan dan total biaya

persediaan untuk tahun 2009 sebesar Rp 527.492,89.

Pemilihan penelitian terdahulu ini untuk dijadikan pertimbangan dalam

pemilihan cara menganalisisnya. Selain itu diharapkan juga bisa memberikan

relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan. Peneliti dapat menggunakan

faktor produksi ataupun metode yang sudah pernah digunakan pada penelitian

sebelumnya, sehingga dapat menekan kesalahan yang terjadi pada penelitian

(26)

commit to user

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian dan Peranan Persediaan

Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan yang disediakan dan

bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses

produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk

memenuhi permintaan dari pelanggan setiap waktu (Assauri, 2004).

Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting

dalan operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat

terdiri dari: persediaan bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses,

barang jadi dan persediaan suku cadang. Pentingnya persediaan dalam

suatu perusahaan karena adanya unsur ketidakpastian permintaan, unsur

ketidakpastian dari supplier, dan adanya ketidakpastian tenggang waktu

pemesanan (Yamit, 1996)

Manajemen persediaan merupakan suatu cara mengendalikan

persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat yaitu dengan

biaya yang optimal. Manajemen persediaan yang baik merupakan salah

satu faktor keberhasilan suatu perusahaan untuk melayani kebutuhan

konsumen dalam menghasilkan suatu produk layanan yang berkualitas dan

tepat waktu. Permasalahan tidak tepatnya waktu kedatangan barang yang

telah dijadwalkan dapat membuat suatu kepanikan apabila stok persediaan

habis, sebaliknya kelebihan persediaan menimbulkan biaya tambahan

seperti biaya keamanan, biaya gudang, risiko penyusutan yang kerap kali

kurang diperhatikan pihak manajemen (Anonim, 2008)

2. Jenis persediaan

Persediaan dapat dikelompokkan dalam empat jenis, yaitu:

a. Fluctuation stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk

menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan

sebelumnya dan mengatasi bila terjadi kesalahan/penyimpangan dalam

prakiraan penjualan, waktu produksi, dan pengiriman barang.

b. Anticipation stock, merupakan persediaan untuk menghadapi

(27)

commit to user

tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mapu memenuhi

permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga

kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak

mengakibatkan terhentinya produksi.

c. Lot-size inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah

yang lebih besar dari pada kebutuhan pada saat itu. Persediaan

dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa

diskon) karena membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk

mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih

rendah.

d. Pipeline inventory, merupakan persediaan yang dalam proses

pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan

digunakan. misalnya barang yang dikirim dari pabrik menuju ke tempat

penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu

(Herjanto, 1991).

Sedangkan menurut Assauri (2004), persediaan yang terdapat dalam

perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara. Dilihat dari fungsinya

persediaan dapat dibedakan atas:

a. Batch Stock atau Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan

karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang

dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang dibutuhkan pada

saat itu.

b. Fluctuation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan konsumenyang tidak dapat diramalkan. Apabila

fluktuasi permintaan sangan besar, maka persediaan ini adibutuhkan

sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naikturunnya

permintaan tersebut.

c. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman

yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau

(28)

commit to user

3. Fungsi Pengendalian Persediaan

Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya

opersi pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk

memproduksi barang-barang serta selanjutnya menyampaikannya pada

pelanggan atau konsumen. Persediaan yang diadakan mulai dari bahan

mentah sampai dengan antara lain berguna untuk dapat:

1) Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan-bahan atau

barang-barang yang dibutuhkan perusahaan.

2) Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga

harus dikembalikan.

3) Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman

sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada di pasaran.

4) Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.

5) Mencapai penggunan mesin yang optimal.

6) Membuat produksi tidak perlu sesuai dengan penjualannya

(Assauri, 2004).

Fungsi sistem pengendalian persediaan berbeda antara satu

perusahaan dengan perusahaan lainnya. Ada beberapa perusahaan yang

mempergunakan pengendalian persediaan terutama untuk penyesuaian

bagi produksi musiman. Pada yang lainnya seperti pedagang besar

makanan dan minuman, sistem ini merupakan pusat operasi. Namun pada

umumnya fungsi pengendalian persediaan yang terpenting adalah sebagai

berikut:

a) Menyediakan informasi bagi manajemen mengenai kualitas persediaan

b) Mempertahankan suatu tingkat persediaan yang ekonomis

c) Menyediakan persediaan dalam jumlah secukupnya untuk menjaga

jangan sampai produksi terhenti dalam hal penyuplai tidak dapat

menyerahkan barang tepat pada waktunya.

d) Mengalokasikan ruang penyimpanan untuk barang yang sedang

(29)

commit to user

e) Memungkinkan bagian penjualan beroperasi pada berbagai tingkat

melalui penyediaan persediaan barang jadi.

f) Mengkaitakan pemakaian bahan dengan tersedianya keuangan.

g) Merencanakan penyediaan bahan dengan kontrak jangka panjang

berdasarkan program produksi (Harding, 1978).

4. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku

Biaya bahan baku (Material cost) terdiri atas direct-material cost dan

indirect-material cost. Direct-Material Cost adalah sumua biaya bahan

yang secara fisik dapat diidentifikasi sebagai bagian dari produk jadi dan

biasanya merupakan bagian terbesar dari material pembentuk harga pokok

produksi. Misalnya saja gaji tenaga kerja yang secara praktis dapat

diidentifikasi dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk

jadi. Sedangkan Indirect-Manufacturing Expense meliputi semua biaya

produksi selain ongkos utama yang bersifat menunjang proses produksi

dan dibebankan terhadap pabrik (Nasution, 2006).

Unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan

menjadi 4 golongan, yakni:

a. Biaya pemesanan (ordering costs), merupakan biaya-biaya yang

dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau

bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat dan dikirim ke

penjual, sampai barang-barang/ bahan-bahan tersebut dikirim dan

diserahkan serta diinspeksi di gudang atau di daerah pengolahan

(process areas).

b. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying costs),

merupakan biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan adanya

pesediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan

perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan.

c. Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs), merupakan

biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil

(30)

commit to user

d. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated

costs), merupakan biaya-biaya yang terjadi karena adanya penambahan

atau pengurangan kapasitas (Assauri, 2004).

5. Safety Stock

Safety Stock (Persediaan Pengaman) adalah persediaan tambahan yang

diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya

kekurangan persediaan (stock out). Untuk mengatasi kekurangan

persediaan yang diakibatkan oleh keterlambatan kedatangan barang atau

kenaikan dalam pemakaian barang, atau kedua-duanya, diperlukan

sejumlah persediaan pengaman. Dengan adanya persediaan pengaman

tersebut diharapkan tidak akan terjadi kehabisan persediaan

(Anonim, 2008).

Pengadaan persediaan penyelamat oleh suatu perusahaan

dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena

terjadinya stock-out, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying

costs adalah seredah mungkin. Penentuan besarnya persediaan penyelamat

ditentukan oleh penggunaan bahan baku rata-rata dan faktor waktu.

Waktu tunggu (lead time) adalah lamanya waktu antara mulai

dilakukannya pemesanan (order) bahan-bahan sampai dengan kedatangan

bahan-bahan yang dipesan tersebut diterima di gudang persediaan.

Lamanya waktu tersebut tidaklah sama antara satu pesanan dengan

pesanan yang lain, tetapi bervariasi. Oleh karena itu, untuk suatu pesanan

yang dilakukan, lamanya waktu ini harus diperkirakan walaupun resiko

kesalahan masih tetap ada karena mungkin lebih besar atau kecil

(Assauri, 2004).

6. Just In Time Production System

Menurut Joko dalam Hastanto (2007) Just in Time Production System

(JIT) atau sering disebut dengan sistem produksi tepat waktu adalah cara

produksi yang menentukan jumlahnya hanya berdasarkan atas jumlah

barang yang benar-benar diperlukan, diproduksi pada setiap bagian secara

(31)

commit to user

Penerapan JIT menuntut adanya kualitas kerja yang tinggi dan beban

kerja yang seimbang (balance capacity) untuk menghindari terjadinya

penundaan (delay) maupun kekecewaan konsumen. Dengan demikian

yang dimaksud dengan JIT adalah usaha-usaha untuk meniadakan

pemborosan dalam segala bidang roduksi seperti uang, bahan baku, suku

cadang, waktu produksi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan dan

mengirimkan produk jadi tepat waktu untuk dijual (Yamit, 1996).

7. EOQ (Economic Order Quantity) dan EPQ (Economic production

Quantity)

Model EOQ mempunyai tujuan untuk menentukan jumlah ekonomis

setiap kali pemesanan sehingga meminimasi biaya total persediaan.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model ini antara lain:

a. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan.

b. Kebutuhan setiap periode diketahui.

c. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously)

atau tingkat produksi (production rate) barang yang dipesan melimpah.

d. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat

digunakan.

e. Ttidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan

(shortage).

f. Tidak ada diskon untuk jumlah pembelian yang banyak

(Nasution, 2006).

Sering dijumpai bahwa perusahaan memproduksi sendiri item yang

akan digunakan dalam produksi, daripada menunggu untuk sejumlah

tertentu dari para supplier. Model Economic production Quantity (EPQ)

atau ukuran produksi ekonomis digunakan untuk menentukan kebijakan

persediaan optimum apabila perusahaan memproduksi sendiri item yang

akan digunakan (Yamit, 1996).

8. Industri Gula

Permintaan gula secara nasional diperkirakan akan terus meningkat

(32)

commit to user

pertumbuhan industri pengolahan makanan dan minuman. Sebagai negara

berpenduduk besar dengan pendapatan yang terus bertambah, maka

Indonesia amat potensial menjadi alah satu konsumen gula terbesar di

dunia (Sawit, dkk, 2004).

Gula memegang peranan penting dalam ekonomi pangan Indonesia.

Tidak mengherankan jika di masa lalu gula merupakan komoditas yang

sarat muatan politis dengan menempatkannya sebagai salah satu dari

sembilan bahan pokok masyarakat. Kebijakan untuk mengatur agribisnis

mulai dari budidaya tebu, produksi, pemasaran, dah harga dianggap perlu,

namun pengaturan semacam itu dapat menjadi penghambat dan ada yang

menilai suatu kerjasama. Perbedaan harga eceran dan harga yang diterima

petani tebu hanya dinikmati pedagang perantara, sehingga kesejahteraan

petani tidak terwujud. Kondisi tersebut didukung oleh situasi pergulaan

nasional dengan meningkatnya kebutuhan gula hampir 4,0% per tahun,

sementara produksi gula justru menurun sekitar 2,2% per tahun. Situasi ini

mengakibatkan peningkatan ekspor gula yang menjadi 32% dari produk

gula nasioanl (Soetriono, 2001).

Sejalan dengan pertumbuhan industri gula nasional, sektor perkebunan

tebu sebagai pendukung utama industri gula juga tumbuh. Perkebunan tebu

di Indonesia terus berkembang, hal ini ditunjukkan dengan luas area

perkebunan yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Sampai dengan

2009 luas lahan perkebunan tebu di Indonesia 473 ribu ha atau naik 2,9%

dibanding 460 ribu ha pada 2008. Peningkatan ini terjadi karena perluasan

areal di beberapa wilayah. Untuk tahun 2008 perluasan areal tidak hanya

di luar Jawa tetapi juga dilakukan di Jawa karena masih ada areal yang

bisa dikembangkan (Indonesian Commercial Newsletter, 2010).

Pada umumnya PG di Jawa beroperasi jauh di bawah kapasitas giling

(rata-rata hanya mampu mencapai sekitar 46%). Hal ini terutama

disebabkan karena sebagian besar PG kesulitan dalam memperoleh bahan

baku tebu. Bahan baku yeng terbatas itu diperebutkan oleh banyak PG.

(33)

commit to user

tebu karena di Pulau Jawa lahan sawah lebih diutamakan untuk menanam

padi, sedangkan tebu ditanam di lahan tegalan. Tegalan merupakan lahan

kering yang hanya mengandalkan hujan untuk mendapatkan air sehingga

produktivitas tebu pun akhirnya turun. Sebagian besar (53%) pabrik gula

di Jawa didominasi oleh PG dengan kapasitas giling kecil (<3.000

TCD/Ton Cane per Day), 44% berkapasitas giling antara 3.000–6.000

TCD dan hanya 3% yang berkapasitas giling >6.000 TCD (Sawit, 2004).

9. Tebu

Tebu (sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku

gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman

ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai

bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak

dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (LPT3, 2009).

Taksonomi tebu:

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Graminalis

Familia : Gramineae

Genus : Saccharum

Spesies : Saccharum Officinarum

(Anonim, 2011)

Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panasdan sedang

(tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu

antara 35° garis Lintang Selatan dan 39° garis Lintang Utara. Unsur-unsur

iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan,

sinar matahari, angin, suhu dan kelembaban udara. Sedangkan factor fisik

lainnya yang terpenting bagi pertumbuhan tebu adalah tanah.

a. Curah Hujan

Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka

(34)

commit to user

selama 5-6 bulan berurutan, 2 bulan transisi dengan curah hujan 125

mm per bulan, dan 4-5 bulan berurutan dengan curah hujan kurang dari

75 mm tiap bulannya.

b. Sinar Matahari

Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk

pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis yang

mengahasilkan gula.

c. Angin

Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi

pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di

sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik.

Kecepatan angin yang lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat, bisa

menyebabkan robohnya tanaman tebu yang sudah tinggi.

d. Suhu

Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 24°-30°C, beda

suhu musiman tidak lebih dari 6°, dan beda suhu siang dan malam hari

tidak lebih dari 10°C.

e. Kelembaban Udara

Kelembaban udara tidak begitu berpengaruh pada pertumbuhan tebu

asalkan kadar air yang tersedia dalam tanah cukup.

f. Tanah

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah dengan lapis

tebal, lempung baik yang berkapur maupun yang berpasir dan lempung

liat. pH yang sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5-7,0

(Mubyarto dan Daryanti, 1999).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Bahan baku merupakan salah satu faktor selain tenaga kerja yang sangat

menentukan keberhasilan jalannya proses produksi suatu perusahaan.

Apabila jumlah bahan baku tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan maka

akan menyebabkan ketidaklancaran proses produksi sehingga output yang

(35)

commit to user

salah satu upaya yang mutlak harus dilakukan oleh setiap perusahaan, baik itu

perusahaan yang bergerak di bidang pertanian maupun perusahaan

manufaktur. Hal ini dikarenakan bahan baku merupakan salah satu faktor

yang sangat menentukan keberhasilan jalannya proses produksi bagi suatu

perusahaan, begitu pula di PG Gondang Baru. Apabila bahan baku tidak

dikendalikan sesuai dengan kebutuhannya maka biaya produksi, terutama

biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan akan cenderung berlebihan,

hal tersebut menyangkut efisiensi suatu perusahaan.

Penelitian ini mengambil data selama 3 tahun terakhir, yaitu data

kuantitas tebang angkut dan kuantitas tebu giling pada tahun 2009 sampai

dengan tahun 2011. Selama 3 tahun tersebut diamati pengadaan produksi

bahan baku menurut kebijaksanaan perusahaan. Kebijakan tersebut meliputi

biaya pengadaan bahan baku, biaya mendatangkan tebu dari luar wilayah dan

pemakaian bahan baku tebu selama musim giling selama tiga tahun terakhir

dari tahun 2009 sampai 2011.

Setelah mengamati kebijakan pengadaan bahan baku yang dilakukan

perusahaan kemudian dihitung biaya persediaan yang berdasarkan pada

kebijakan perusahaan dan dilakukan analisis terhadap data pengadaan bahan

baku dan pemakaian bahan baku dengan analisis EPQ (Economic Production

Quantity). Dimana EPQ ini merupakan pengembangan dari metode EOQ

yang konsep dasarnya sama, yaitu untuk meminimumkan biaya penyimpanan,

meningkatkan produktivitas yang nantinya akan menghasilkan kuantitas dan

frekuensi pemesanan ekonomis berarti penghematan biaya persediaan. Hasil

analisis EPQ ini kemudian dibandingkan dengan kebijaksanaan persediaan

bahan baku yang selama ini diterapkan perusahaan. Apabila total biaya

persediaan tebu yang diperoleh dari analisis EPQ lebih besar dari total biaya

persediaan tebu yang diperoleh dari kebijaksanaan perusahaan maka dapat

dikatakan bahwa perusahaan tersebut efisisen. Setelah itu dilakukan

penjadwalan masa tanam dan masa tebang agar intensitas produksi selalu

terjaga dan dapat dilakukan perbaikan terhadap kinerja PG Gondang Baru

(36)

commit to user

pengamatan terhadap data curah hujan selama lima tahun terakhir pada

wilayah binaan PG Gondang Baru agar benar-benar tahu bagaimana kondisi

iklim yang cocok untuk bertanam tanaman tebu.

Sesuai dengan uraian di atas maka kerangka berpikir pendekatan

(37)

commit to user

Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah Total biaya persediaan

menurut kebijakan perusahaan

Selisih kuantitas produksi bahan baku serta biaya persediaan yang

ekonomis

Efisiensi biaya produksi Melakukan pengaturan penjadwalan dengan metode just

in time production system

Total biaya persediaan yang harus dikeluarkan pada kuantitas

produksi yang ekonomis Analisis pengadaan

bahan baku menurut kebijakan perusahaan

Analisis pengadaan bahan baku yang ekonomis (EPQ) untuk proses produksi perusahaan

Bahan Baku Musiman

PG Gondang Baru (Keadaan Kekurangan Bahan Baku)

(38)

commit to user

D. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga besarnya jumlah persediaan yang diselenggarakan PG. Gondang

Baru belum ekonomis.

2. Diduga besarnya biaya persediaan yang diselenggarakan PG. Gondang

Baru belum mencapai tingkat efisiensi biaya persediaan.

3. Diduga belum adanya penjadwalan yang efisien dari masa tanam hingga

masa tebang tanaman tebu.

E. Asumsi

1. Bahan baku tersedia secara terus menerus dalam jumlah yang cukup dan

waktu yang tepat selama musim giling antara bulan Mei sampai Agustus.

2. Produksi sepanjang waktu adalah produksi selama musim giling.

3. Kuantitas persediaan dan biaya persediaan diperhitungkan per hari dan

dalam satu bulan terdapat 30 hari

F. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan selama PG Gondang Baru melakukan produksi

saat musim giling dan data yang digunakan terbatas selama tiga tahun

terakhir yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.

2. Analisis data yang dilakukan terbatas pada kuantitas produksi bahan baku

dan biaya persediaan bahan baku di PG Gondang Baru Klaten

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Persediaan bahan baku tebu (raw material inventory) adalah persediaan

bahan baku yang berwujud tebu yang akan digunakan dalam proses

produksi diukur dalam satuan kuintal selama musim giling antara bulan

Mei-Agustus (Assauri, 2004).

2. Kebijakan perusahaan adalah kebijakan pengendalian persediaan bahan

baku tebu yang selama ini telah dilaksanakan oleh oleh PG Gondang Baru,

yaitu dari tahun 2009-2011. Kebijakan ini meliputi kuantitas produksi

bahan baku tebu, total biaya persediaan bahan baku, dan penjadwalan

(39)

commit to user

3. Persediaan pengaman bahan baku tebu (safety stock) adalah persediaan

tebu tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga

kemungkinan terjadinya kekurangan tebu selama proses produksi diukur

dalam satuan kuintal (Anonim, 2008).

4. Economical Production Quantity (EPQ) bahan baku tebu adalah jumlah

penggunaan tebu yang ekonomis saat PG Gondang Baru menjalankan

kegiatan produksinya sepanjang waktu sehingga diperoleh kuantitas

produksi yang ekonomis diukur dalam satuan kuintal. Pengertian

ekonomis di sini adalah dengan biaya yang seminimal mungkin diperoleh

hasil yang semaksimal mungkin (Gilarso, 2003).

5. Efisiensi adalah pengertian yang menggambarkan adanya perbandingan

hasil pengawasan persediaan tebu berdasarkan kebijaksanaan perusahaan

dan yang dilakukan dengan metode EPQ. Efisien jika total biaya

persediaan tebu yang diperoleh dari analisis EPQ lebih besar dari total

biaya persediaan tebu yang diperoleh dari kebijaksanaan perusahaan

(Maulana Agus dalam Kusrini, 2005).

6. Proses produksi merupakan kegiatan produksi dan penyediaan bahan baku

tebu yang diukur dalam satuan kuintal selama musim giling antara bulan

Mei-Agustus. Kegiatan produksi dimulai dari saat tebu ditanam sampai

tebu dipanen dan diangkut ke pabrik untuk proses pembuatan gula pasir

kristal.

7. Biaya persiapan produksi bahan baku tebu adalah biaya-biaya yang timbul

yang berhubungan dengan pengadaan bahan baku tebu tebu yang

dikeluarkan setiap bulan dan setiap hari meliputi biaya tenaga kerja

penebang dan pengangkutan yang diukur dalam satuan rupiah per kuintal

per hektar.

8. Total biaya persediaan bahan baku tebu adalah biaya-biaya yang timbul

yang berhubungan dengan pengadaan tebu yang dikeluarkan setiap bulan

dan setiap hari meliputi biaya tebang angkut dan biaya analisa selama satu

(40)

commit to user

9. Biaya kekurangan bahan baku tebu adalah biaya yang dikeluarkan

apabila terjadi kekurangan tebu dalam proses produksi berupa biaya

kompensasi angkutan diukur dalam satuan rupiah.

10. Biaya analisa yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengamatan

terhadap varietas tebu yang disetorkan oleh petani ke PG Gondang Baru

diukur dalam satuan rupiah.

11. Just in time production system adalah sistem produksi bahan baku tebu

tepat waktu yang merupakan salah satu pemecahan masalah yang

berkelanjutan. Metode ini dilakukan dengan melakukan penjadwalan

bahan baku tebu (Yamit, 1996).

12. Penjadwalan bahan baku tebu yaitu suatu cara untuk mengatur bahan

baku tebu dari masa tanam, tebang, dan giling agar kinerja perusahaan

dapat berjalan lancar.

13. Musim tanam tebu yaitu waktu (bulan yang tepat) dimana tanaman tebu

harus segera ditanam agar dapat dipanen tahun berikutnya antara bulan

Mei-Juli umur tebu adalah 9-11 bulan.

14. Musim tebang yaitu waktu (bulan yang tepat) dimana tanaman tebu telah

masak dan siap diolah di pabrik (bulan Mei).

15. Musim giling yaitu waktu dimana pabrik atau perusahaan telah siap

melakukan pengolahan tebu karena bahan baku tersebut telah tersedia

(bulan Mei-Agustus).

16. Curah hujan adalah rata-rata curah hujan per bulan selama lima tahun di

wilayah kerja PG Gondang Baru meliputi Kabupaten Klaten, Kabupaten

Boyolali, Kabupaten Salatiga dan Kabupaten Semarang diukur dalam

(41)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analitis. Maksudnya adalah bahwa metode tersebut memusatkan diri

pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual,

kemudian data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

dianalisis (Surakhmad, 1994). Penelitian ini dilakukan di Pabrik Gula

Gondang Baru yang terletak di Kabupaten Klaten. Penelitian yang dilakukan

di PG Gondang Baru dilakukan dengan memusatkan perhatian pada

pengadaan bahan baku tebu sehingga diperoleh gambaran yang jelas untuk

kemudian dianalisis secara intensif dalam kurun waktu tiga tahun dari tahun

2009-2011.

B. Metode Penentuan Obyek Penelitian

Metode penentuan obyek dipilih secara purposive (sengaja) yang diambil

karena kesesuaian karakteristik yang dimiliki lokasi penelitian dengan kriteria

tertentu yang ditetapkan atau dikehendaki oleh peneliti sesuai dengan tujuan

penelitiannya (Mardikanto dan Irianto 2010).

Lokasi penelitian ini adalah PG Gondang Baru di Klaten yang dipilih

secara sengaja. Dipilihnya lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan tertentu

yaitu bahwa PG Gondang Baru merupakan salah satu pabrik gula yang masih

aktif dalam memproduksi gula pasir kristal. Dalam rangka memenuhi

kapasitas giling di PG Gondang baru adalah dengan melakukan peningkatan

teknik budidaya, sehingga sesuai dengan tujuan penelitian agar dalam

pengadaan bahan baku terdapat kebijakan pengendalian persediaan bahan

baku yang tepat untuk memperoleh kuantitas produksi bahan baku dan biaya

pengadaan bahan baku yang efisisen. Dasar lain dalam pemilihan lokasi

penelitian di PG Gondang Baru adalah belum diterapkan metode EPQ dalam

pengelolaan persediaan bahan baku. Model Economic production Quantity

(EPQ) digunakan untuk menentukan kebijakan persediaan optimum, sehingga

(42)

commit to user

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada

hubungannya dengan masalah penelitian, dalam hal ini data diperoleh dari PG

Gondang Baru dan instansi – instansi lain yang terkait. Sumber data sekunder

yang diperoleh dari referensi berupa buku, jurnal, makalah, serta data

pendukung penelitian baik yang diperoleh dari dokumen di PG Gondang Baru

maupun di instansi lain yang terkait. Data-data tersebut antara lain: rencana

tebang angkut tahun 2009-2011, realisasi tebang angkut tahun 2009-2011,

jumlah tebang angkut dan jumlah produksi harian tahun 2009-2011, biaya

produksi harian, dan laporan curah hujan dari wilayah kerja PG Gondang Baru

serta data curah hujan dari BMKG Provinsi Jawa Tengah.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengamatan

Pengamatan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yang diamati,

kemudian mencatat informasi yang diperoleh selama pengamatan.

2. Pencatatan

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pencatatan karena data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pencatatan

adalah menyalin data sekunder yang relevan dengan penelitian yang

diperoleh dari PG Gondang Baru dan BMKG Provinsi Jawa Tengah.

3. Wawancara

Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara

langsung dengan sumber-sumber informasi dari instansi maupun lembaga

yang terkait serta dari narasumber yang terkait dengan penelitian ini

dengan cara mengadakan tanya jawab dengan petugas instansi atau

lembaga serta sumber lain yang terkait dengan penelitian guna

memperoleh data pendukung dari data yang diperoleh dengan teknik

(43)

commit to user

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Kuantitas Persediaan Bahan Baku

a. Analisis Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kebijakan Perusahaan

Pengendalian kuantitas bahan baku menurut kebijakan perusahaan

dapat meliputi pengendalian jumlah frekuensi produksi bahan baku dan

pemesanan bahan baku yang dilakukan berdasarkan kebijakan

perusahaan dapat diketahui dari adanya informasi-informasi yang

diperoleh langsung dari perusahaan yang bersangkutan, yaitu PG

Gondang Baru.

b. Analisis Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EPQ (Economic

Production Quantity)

Untuk menganalisis jumlah persediaan yang ekonomis digunakan

metode EPQ (Economic Production Quantity) yang merupakan

pengembangan dari metode EOQ (Economic Order Quantity). Metode

ini cocok digunakan untuk perusahaan yang berproduksi sepanjang

waktu (selama musim giling) dan membutuhkan persediaan yang

terus-menerus (Yamit,1996). Pabrik Gula Gondang Baru merupakan salah

satu perusahaan yang berproduksi sepanjang waktu saat musim giling

tiba biasanya antara bulan Mei-Agustus. Analisis yang digunakan untuk

mencari kuantitas persediaan yang ekonomis (Q) untuk setiap kali

produksi.

1) Untuk keadaan persediaan bahan baku tebu yang telah pasti

a) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis

(Q)/bulan

Q = (Yamit, 1996)

b) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis harian

(Q harian)

(44)

commit to user

2) Untuk keadaan kemungkinan kekurangan bahan baku tebu

a) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis

(q)/bulan

q =

b) Perhitungan persediaan bahan baku tebu yang ekonomis harian

(q harian)

q/hari = q/30

c. Analisis Selisih Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kebijakan

Perusahaan Dan Metode EPQ

Analisis ini merupakan analisis yang menggambarkan perbedaan

besarnya selisih produksi bahan baku tebu yang ekonomis (EPQ)

dengan produksi bahan baku tebu yang dilakukan dengan menggunakan

kebijakan perusahaan yang telah berjalan selama ini sehingga dapat

dibandingkan kuantitas persediaan bahan baku tebu. Kriterianya adalah

jika kuantitas persediaan bahan baku tebu yang diperoleh dari analisis

EPQ lebih kecil dari kuantitas persediaan bahan baku tebu yang

diperoleh dari kebijakaan perusahaan maka dapat dikatakan bahwa

perusahaan tersebut sudah efisisen.

2. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku

a. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku Menurut Kebijakan Perusahaan

Biaya persediaan yang dikeluarkan menurut kebijakan perusahaan

dapat berupa biaya persediaan bahan baku yang diselenggarakan

berdasarkan kebijakan perusahaan yang dapat diketahui dari adanya

informasi-informasi yang diperoleh langsung dari perusahaan yang

bersangkutan, yaitu PG Gondang Baru.

b. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EPQ

(Economic Production Quantity)

Gambar

Tabel 16.
Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah ..........................
Tabel 1. Luas Area Tebu, Produksi Tebu, Produktivitas Tebu, Rendemen, Kristal Gula Dan Produktivitas Kristal Gula Di PG Gondang Baru
tabel berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

inap Jamkesmas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit.. yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti dengan

Selama tahap pertumbuhan dan pembentukan tulang serta guna mencapai PBM, pria membutuhkan lebih banyak kalsium daripada wanita selama 20 tahun pertama kehidupan mereka

Cara untuk mengolah pengetahuan yang baru dalam pemahaman murid secara keseluruhan, dan memberi kesempatan kepada pelajar untuk mengadaptasikannya dengan cara yang baru iaitu

Beberapa penelitian telah melakukan variasi variabel untuk memprediksi perubahan laba, antara lain penelitian dari Shigyt Demawan dan Amir (2011) yaitu menunjukkan

Referential integrity states that foreign key values must match a candidate key value of some tuple in the home relation or be wholly null. Apart from relational integrity,

Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa leksikon kelautan di Desa Pondok Batu dalam bahasa Pesisir Sibolga dibagi ke dalam empat kelompok leksikon , yaitu: (1) Leksikon

Strategi pengelolaan kawasan meliputi (a) mengoptimalkan potensi keanekaragaman hayati yang mencakup flora dan fauna baik pada hutan alam maupun hutan tanaman serta ekosistem

Penerapan hukum pidana materil terhadap tindak pidana pencemaran nama baik melalui tulisan sudah sesuai, perbuatan terdakwa telah terbukti secara sah memenuhi