• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

C. Alat Pengumpul Data

1. Kuesioner

2. Data Skor Penyesuaian Diri Siswi dan Tingkat Kesulitan

Penyesuaian Diri Keseluruhan ... 64

3. Penyesuaian Diri Para Siswi Berdasarkan Waktu Tinggal

Di Asrama dan Tingkat Kesulitan Penyesuaian Diri ... 68

4. Tabel Skor Gasal Genap Uji Coba Perhitungan Reliabilitas

dan Validitas Kuesioner ... 73

5. Tabel Skor Gasal Genap Penelitian Perhitungan Reliabilitas

dan Validitas Kuesioner ... 76

ABSTRAK

TINGKAT KESULITAN PENYESUAIAN DIRI PARA SISWI TERHADAP TATA TERTIB AKADEMIK DI ASRAMA PUTERI

SANTA MARIA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2004/2005

Deby Ifke Wonombong Universitas Sanata Dharma

2005

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesulitan penyesuaian diri para siswi asrama puteri Santa Maria Yogyakarta Tahun Ajaran 2004/2005 berdasarkan perbedaan lama dan baru tinggal di asrama.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner kesulitan penyesuaian diri siswi asrama Santa Maria, yang disusun oleh peneliti (Deby Ifke Wonombong), dan dibimbing oleh dosen pembimbing pertama adalah Pak Wens Tanlain. Kuesioner kesulitan penyesuaian diri para siswi asrama terdiri dari 51 item. Ada 6 bidang kesulitan penyesuaian diri siswi yaitu: (1) Kegiatan orientasi asrama, (2) Waktu atau jam belajar asrama, (3) Cara-cara belajar, (4) Bahan pelajaran, (5) Suasana belajar, (6) Tempat belajar. Ada pula tiga aspek kesulitan penyesuaian diri yang diperhatikan, yaitu aspek tahu terhadap kegiatan, aspek melakukan kegiatan, dan aspek suasana batin. Jumlah populasi penelitian sebanyak 142 siswi asrama yang terdiri dari tiga kelompok yaitu: (1) kelompok tahun pertama tinggal di asrama, (2) kelompok tahun kedua tinggal di asrama, (3) kelompok tahun ketiga tinggal di asrama.Tingkat kesulitan penyesuaian diri siswi asrama digolongkan menjadi dua kualifikasi yaitu tinggi dan rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Jumlah siswi tahun pertama ada 17 siswi (12%) yang mengalami tingkat kesulitan penyesuaian diri tinggi terhadap tata tertib akademik asrama. (2) Jumlah siswi tahun kedua ada 27 siswi (19 %) yang mengalami tingkat kesulitan penyesuaian diri tinggi terhadap tata tertib akademik asrama. (3) Jumlah siswi tahun ketiga ada 32 (22,5 %) yang mengalami tingkat kesulitan penyesuaian diri tinggi. (4) Jumlah penghuni asrama yang tinggi tingkat kesulitan penyesuaian diri terhadap tata tertib akademik lebih banyak daripada yang rendah tingkat kesulitan penyesuaian diri. Hasil uji hipotesis: (1) Para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun pertama yang mengalami tingkat kesulitan penyesuaian diri tinggi terhadap tata tertib akademik tidak lebih banyak daripada para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun kedua. (2) Para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun pertama yang mengalami tingkat kesulitan penyesuaian diri tinggi terhadap tata tertib akademik tidak lebih banyak daripada para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun ketiga. (3) Para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun kedua yang mengalami tingkat kesulitan penyesuaian diri tinggi

terhadap tata tertib akademik lebih banyak daripada para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun ketiga.

ABSTRACT

DIFFICULTY LEVEL OF STUDENTS’ ADJUSTMENT

TOWARD THE ACADEMIC RULES OF SANTA MARIA DORMITORY YOGYAKARTA OF THE ACADEMIC YEAR OF 2004/2005

Deby Ifke Wonombong Sanata Dharma University

2005

The objective of this research was to find out the difficulty level of students’ adjustment toward the academic rules of Santa Maria Dormitory Yogyakarta of the academic year of 2004/2005.

This research was a descriptive, which employed survey as the method. The instrument for data collection was questionnaire on the difficulty of students’ adjustment toward the academic rules ini Santa Maria Dormitory Yogyakarta. The questionnaire was arranged by the major sponsor. The consisted of 51 items which included six areas of adjustment, namely (1) dormitory orientation activities for new students, (2) schedule of studying time, (3) methods of studying, (4) materials of the lessons, (5) atmosphere of studying, (6) rooms or places for studying. Three aspects of difficulty level were investigated in this research, namely aspect of knowing the activities. The total number of the respondents were 142 students, who belonged to three different groups as follows (1) first year students, (2) second year students, and (3) third year students. The difficulty levels of students’ adjustment were categorized into two levels, namely high and low.

The research findings show that (1) there were 17 ( 12 %) of the first year students who experienced high difficulty level in adjusting themselves toward the academic rules of dormitory. (2) There were 27 (19 %) of the second year students who experienced high difficulty level in adjusting themselves toward the academic rules of dormitory. (3) There were 32 (22,5 %) of the third year students who experienced high difficulty level in adjusting themselves toward the academic rules of dormitory. (4) The numbers of students who experienced high difficulty level of adjustment were more than those who experienced low difficulty level. In testing the hypothesis, the researcher found out that (1) the difficulty levels of adjustment experienced by the first year students were not higher than the difficulty levels experienced by the second year students. (2) The difficulty levels of adjustment experienced by the first year students were not higher than the difficulty levels experienced by the third year students. (3) The difficulty levels of adjustment experienced by the second year students were not higher than the difficulty levels experienced by the third year students

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak remaja memiliki banyak masalah. Masalah anak remaja ada yang mengenai perubahan dalam dirinya sendiri, ada yang mengenai tugas-tugas dalam keluarga, dan tugas-tugas di sekolah. Perubahan tugas dalam keluarga yaitu pada masa kanak-kanak tidak perlu membantu ibu di dapur dan anak-anak biasanya bermain saja, tetapi pada masa remaja harus membantu ibu di dapur, mencuci, menyapu, mengepel, atau menjaga adik. Sedangkan tugas-tugas di sekolah juga terjadi perubahan, dulu PR adalah tugas pribadi namun memasuki masa remaja ada PR yang perlu dikerjakan bersama kelompok, perlu belajar bekerjasama. Selain perubahan tugas di sekolah dan di rumah, anak remaja juga mengalami perubahan hormonal dalam dirinya sendiri pada masa pubertas, sehingga tugas-tugas pada masa remaja lebih berat dari pada masa kanak-kanak.

Penyesuaian diri merupakan hal penting dalam kehidupan anak remaja khususnya para siswi SMA. Tugas para siswi di sekolah yaitu melakukan kegiatan pendidikan, baik yang dilakukan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Dalam menjalankan tugas-tugas pendidikan diperlukan alat bantu berupa peraturan-peraturan. Peraturan sekolah terbagi atas empat bidang meliputi bidang akademik, bidang administratif, bidang pemeliharaan dan perawatan diri siswi dan bidang kegiatan sekolah.

Sebagian besar dari siswi SMA Santa Maria tinggal di asrama karena mereka berasal dari luar kota Yogyakarta. Orang tua lebih percaya dan merasa aman bila anak mereka tinggal di asrama. Selama studi para siswi memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri melalui pendidikan di sekolah dan pendidikan di asrama. Penyesuaian diri siswi di asrama dimulai sejak siswi menjadi penghuni asrama.

Para siswi di asrama mungkin mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri, karena kehidupan di asrama lebih ketat dan tertib. Para siswi di asrama harus patuh pada semua peraturan dan kegiatan asrama selama mereka tinggal di asrama. Meskipun, tujuan tata tertib asrama adalah untuk mengatur seluruh kegiatan di asrama agar para penghuni asrama disiplin dalam menggunakan waktu dan teratur dalam menjalankan hidup bersama di asrama, namun dalam pelaksanaannya tentu ada siswi yang mengalami kesulitan. Kesulitan itu baik dialami siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun pertama, tahun kedua, dan tahun ketiga.

Peraturan-peraturan asrama, antara lain adanya jam bertamu, jam pesiar, keluar masuk asrama harus dengan alasan yang penting, jadwal piket, jam makan bersama, saat jam belajar tidak boleh berbicara dan tertawa keras karena akan mengganggu teman yang lain, dan masih banyak peraturan yang lain. Kegiatan-kegiatan asrama, antara lain kerjabakti, memelihara taman, Kegiatan-kegiatan kerohanian, piket harian dan kegiatan memelihara kesehatan serta kebersihan. Seluruh tata tertib dan kegiatan ini harus dijalankan oleh para siswi penghuni asrama.

Penyesuaian diri setiap siswi penghuni asrama bergantung pada kemampuan penyesuaian diri dan pengalaman-pengalaman hidup dalam lingkungan asrama itu serta pengalaman-pengalaman hidup asal siswi. Oleh karena itu timbul pertanyaan apakah para siswi yang lama tinggal di asrama mengalami kesulitan penyesuaian diri lebih kecil daripada mereka yang baru tinggal di asrama?

Para siswi perlu mendapat bantuan dalam penyesuaian diri dengan kehidupan asrama. Kegiatan bimbingan dan konseling dapat berfungsi dalam hal ini. Kegiatan bimbingan dan konseling harus didasarkan pada keadaan para siswi penghuni asrama. Berdasarkan ini, maka perlu dilakukan penelitian terhadap penghuni asrama, dan dipusatkan pada tingkat kesulitan penyesuaian diri terhadap tata tertib akademik di asrama.

Penelitian ini dilakukan pada siswi puteri yang tinggal di asrama Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2004/ 2005. Keadaan di asrama menuntut para siswi untuk mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama dan melatih diri agar dapat menyesuaikan diri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka ada tiga masalah penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan tingkat kesulitan penyesuaian diri para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun pertama dan para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun kedua terhadap tata tertib akademik di asrama?

2. Apakah ada perberbedaan tingkat kesulitan penyesuaian diri para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun pertama dan para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun ketiga terhadap tata tertib akademik di asrama? 3. Apakah ada perberbedaan tingkat kesulitan penyesuaian diri para siswi yang

tinggal di asrama memasuki tahun kedua dan para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun ketiga terhadap tata tertib akademik di asrama.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan memaparkan tingkat kesulitan penyesuaian diri para siswi terhadap tata tertib akademik di asrama Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2004/ 2005 berdasarkan perbedaan lama dan barunya tinggal di asrama.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan informasi yang dapat digunakan oleh pamong asrama Santa Maria Yogyakarta untuk mengembangkan layanan konseling individual atau kelompok di asrama.

E. Batasan Istilah dan Variabel 1. Batasan Istilah

a. Penyesuaian diri siswi adalah kemampuan siswi untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan kelompok supaya

tetap sehat atau baik. Tingkat penyesuaian diri ada dua, yaitu tingkat penyesuaian diri yang tinggi dan tingkat penyesuaian diri yang rendah. b. Asrama adalah sebuah pemondokan besar, yang menerima banyak siswi

dan dikelola oleh sebuah yayasan atau sekolah. Lokasi asrama dan sekolah biasanya saling berdekatan.

2. Variabel

a. Tingkat kesulitan penyesuaian diri siswi asrama terhadap tata tertib akademik adalah kegiatan dan perasaan tidak puas yang dialami siswi berhubungan dengan penggunaan peraturan tentang asrama, mengenai belajar, waktu belajar dan suasana belajar di asrama yang diukur dengan kuesioner tingkat kesulitan penyesuaian diri terhadap tata tertib akademik dan ditunjuk oleh skor yang diperoleh siswi. Ada dua kategori tingkat kesulitan penyesuaian diri siswi terhadap tata tertib akademik, yaitu tingkat kesulitan penyesuaian diri yang rendah dan tingkat kesulitan penyesuaian diri yang tinggi.

b. Lama tinggal di asrama yaitu rentang waktu siswi menetap di asrama, dalam lingkup waktu satuan waktu tahun. Ada tiga kategori: mereka yang memasuki tahun pertama; mereka yang memasuki tahun kedua dan mereka yang memasuki tahun ketiga.

F. Hipotesis Penelitian

1. Para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun pertama yang mengalami tingkat kesulitan penyesuaian diri tinggi terhadap tata tertib akademik lebih banyak daripada para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun kedua. 2. Para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun pertama yang mengalami

tingkat kesulitan penyesuaian diri tinggi terhadap tata tertib akademik lebih banyak daripada para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun ketiga. 3. Para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun kedua yang mengalami

tingkat kesulitan penyesuaian diri tinggi terhadap tata tertib akademik lebih banyak daripada para siswi yang tinggal di asrama memasuki tahun ketiga.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Siswi Remaja 1. Siswi SMA

Siswi SMA adalah remaja puteri yang bersekolah di jenjang pendidikan sekolah menengah. Usia siswi SMA adalah berkisar 13 tahun sampai 17 tahun atau 18 tahun. Siswi SMA kelas satu termasuk remaja awal karena mereka berada pada usia 13 tahun sampai 15 tahun, sedangkan siswi SMA kelas 2 dan 3 termasuk remaja tengah dan akhir karena usia mereka 16 sampai 18 tahun (Hurlock, 1998). Hal ini didukung oleh Gilmer, bahwa siswi SMA mengalami pembagian dalam usia remajanya yaitu pra remaja datang pada usia 10-11 tahun dan masa remaja awal antara usia 12- 16 tahun sedangkan masa remaja akhir antara 17-21 tahun (Dadang, 1995:2). Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswi SMA termasuk ke dalam tiga fase remaja yaitu siswi SMA kelas satu termasuk fase awal remaja usia sekitar 13-15 tahun, sedangkan siswi kelas dua SMA termasuk fase remaja usia antara 15-17 tahun dan kelas tiga termasuk fase akhir remaja yaitu usia 17-21 tahun.

Sekolah menengah mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk konsep-konsep para siswa tentang siapa dirinya dan akan menjadi apa mereka kelak ( Dadang, 1995:83 ). Hal ini tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Coleman pada tahun 1959, terhadap siswa sekolah

menengah sekitar 8000 siswa (pria dan wanita di Amerika). Ia menemukan, bahwa terdapat sikap masa bodoh bahkan negatif terhadap hal-hal yang bersifat akademis. Ada semacam budaya remaja yang berkembang di dalam masyarakat yaitu “kurang berminatnya remaja terhadap pendidikan dan mereka memusatkan perhatian mereka pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan sekolah, seperti kendaraan, berkencan, olahraga, dan musik populer” (Dadang, 1995:84).

2. Ciri-ciri Siswi SMA

Siswi SMA mempunyai ciri-ciri yang unik karena lingkungan perkembangan mereka. Perubahan-perubahan khusus yang tampak dalam diri remaja puteri secara umum diawali dengan perubahan fisik yaitu bertambahnya tinggi badan, berat badan, ukuran organ seks semakin matang, dan ciri-ciri seks sekunder mulai terlihat (Hurlock, 1998). Menurut Muss (1968) perubahan diri remaja yang terlihat secara fisik, yaitu a) sistem pencernaan berupa perut panjang, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-otot perut dan dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang; b) sistem peredaran darah berupa jantung tumbuh pesat, panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang; c) sistem pernapasan dengan kapasitas paru-paru menjadi bertambah; d) sistem endokrin dengan kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin

pada awal masa puber; e) jaringan tubuh yaitu jaringan selain tulang terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran matang khususnya bagi perkembangan jaringan otot. Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun (Sarlito, 1989).

Berikut perubahan sosial anak remaja yaitu mereka menjadi lebih senang melakukan aktifitas bersama kelompok, contoh: ke mall dan belanja bersama, nonton film, olahraga, belajar bersama; dan remaja mulai tertarik dengan lawan jenis seperti mengajak kencan, makan bersama, pergi dan pulang sekolah bersama (Hurlock, 1998).

Perubahan intelektual yaitu anak remaja ingin mencoba banyak hal yang belum diketahuinya, contoh: melakukan percobaan bahan-bahan kimia yang mereka pelajari di sekolah untuk menghasilkan sesuatu, belajar bongkar pasang kendaraan bermotor, belajar menggunakan internet, belajar mencari tambahan uang saku dengan membuat keterampilan-keterampilan tangan atau membuat kue lalu di jual (Hurlock, 1998).

Perubahan emosional juga terjadi pada anak remaja yaitu mereka lebih sering bertentangan dengan orang tua karena keinginan dan harapan mereka yang berbeda, contoh: mereka menjadi lebih sering gelisah karena kurang mampu mengontrol dan menguasai diri sendiri dari keinginan yang begitu banyak, contoh: anak remaja mulai tertarik dengan olahraga dan seni daripada pendidikan akademis, mereka selalu ingin berekreasi ke tempat-tempat yang jauh dan menyenangkan saja, dan remaja juga ingin punya pakaian dan

penampilan yang menarik sesuai dengan perkembangan trendi saat ini (Hurlock, 1998).

Perubahan psikologis juga terjadi pada diri remaja yaitu mereka menjadi individu yang berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatkan yang sama. Sebagai contoh: mau mengurus diri sendiri tanpa campur tangan orang tua, seperti menentukan jurusan sekolah, karier, teman kencan, anak remaja laki-laki mulai mencoba merokok, dan anak remaja puteri berpakaian dan berpenampilan menarik seperti wanita dewasa (Hurlock, 1998).

B. Tugas Perkembangan Siswi SMA

1. Tugas-tugas Perkembangan Remaja secara Umum

Tugas perkembangan remaja ada yang dilakukan di luar sekolah dan di sekolah. Secara rinci, Havigurst (1961) menjelaskan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya

1) Hakikat tugas. Tujuan tugas ini: (a) belajar melihat kenyataan, anak wanita sebagai wanita, dan anak pria sebagai pria; (b) berkembang menjadi orang dewasa di antara orang dewasa lainnya; (c) belajar bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama; dan (d) belajar memimpin orang lain tanpa mendominasinya.

2) Dasar biologis. (a) manusia terbagi ke dalam dua jenis kelamin (pria dan wanita); (b) kematangan seksual dicapai pada masa remaja, sehingga daya tarik seksual menjadi kekuatan yang dominan; (c) hubungan sosial di antara remaja dipengaruhi oleh kematangan fisik yang dicapainya.

3) Dasar psikologis. Pada akhir masa anak, anak-anak lebih cepat perkembangannya dan menaruh perhatian untuk bergaul dengan orang lain (kelompok sebaya). Mereka belajar berperilaku seperti orang dewasa, contoh: (a) mengorganisasikan kegiatan-kegiatan olahraga dan sosial, (b) memilih pemimpin, (c) menciptakan peraturan dalam kelompok, (d) belajar keterampilan-keterampilan orang dewasa seperti berkomunikasi dengan baik dan memimpin kelompok.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

1) Hakikat tugas. Remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria dan wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

2) Dasar biologis. Siklus pertumbuhan fisik remaja berbeda antara pria dan wanita. Wanita lebih lemah daripada pria, namun fisiknya menjadi daya tarik pria.

3) Dasar psikologis. Karena peranan pria dan wanita relatif berbeda dalam masyarakat, maka remaja pria harus menerima gagasan atau ide seorang pria dewasa dan remaja wanita menerima ide seorang wanita dewasa.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif 1) Hakikat tugas perkembangan. Tugas ini bertujuan agar remaja merasa

bangga, atau bersikap toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan memelihara fisiknya secara efektif, dan merasa puas dengan fisiknya tersebut.

2) Dasar biologis. Sikap pertumbuhan remaja melibatkan serangkaian perubahan endokrin dengan berkembangnya ciri-ciri seksual dan fisik orang dewasa. Pada usia 15 atau 16 tahun, bentuk tubuh remaja wanita sudah menyerupai tubuh wanita dewasa. Sedangkan remaja pria pada usia 18 tahun baru menyerupai tubuh pria dewasa.

3) Dasar psikologis. Perubahan internal fisik remaja tidak hanya paralel dengan perubahan eksternal ukuran fisik, namun juga dengan perubahan sikap dan daya tarik, minat atau perhatiannya. Contoh: remaja wanita yang mulai menstruasi, mulai tertarik dengan lawan jenis, mulai memperhatikan pakaian dan perhiasan; sedangkan yang belum menstruasi mereka lebih menyenangi kegiatan bermain dengan wanita-wanita yang masih muda.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab 1) Hakikat tugas. Tujuan dari tugas perkembangan ini adalah (a)

membebaskan diri dari sikap dan perilaku yang kekanak-kanakan atau bergantung pada orang tua, (b) mengembangkan afeksi (cinta kasih) kepada orang tua, tanpa bergantung padanya, dan (c) mengembangkan

sikap respek terhadap orang dewasa lainnya tanpa bergantung kepadanya.

2) Dasar biologis. Remaja sudah dapat mencapai tugas perkembangan ini, karena mereka telah memperoleh kematangan seksualnya. Bila tidak mendapatkan informasi dari keluarga, maka remaja mencarinya di luar keluarga. Melalui peristiwa ini remaja mampu membebaskan kebergantungan emosional kepada orang tua.

3) Dasar psikologis. Dalam masyarakat, baik remaja maupun orang tua merasa cemas, takut, dan bingung dalam mengatasi tugas ini. Orang tua mengalami sikap mendua, di satu sisi remaja ingin berkembang dan mandiri, namun di sisi lain orang tua masih merasa kuatir untuk melepasnya, karena melihat anaknya tidak tahu apa-apa dan kurang berpengalaman. Dalam situasi yang membingungkan ini, remaja sering memberontak apabila orang tuanya memaksakan pengaruh (otoritasnya) atau kehendaknya.

e. Mencapai kemandirian ekonomi

1) Hakikat tugas. Tujuan tugas perkembangan ini adalah agar remaja merasa mampu menciptakan suatu kehidupan (mata pencaharian). Tugas ini sangat penting (mendasar) bagi remaja pria, namun tidak begitu penting bagi remaja wanita.

2) Dasar biologis. Bagi tugas perkembangan ini, kekuatan dan keterampilan fisik yang matang sangat berguna.

3) Dasar psikologis. Berkembang menjadi dewasa merupakan keinginan para remaja. Ciri atau simbol perkembangan yang diinginkannya itu adalah kemampuan untuk menjadi orang dewasa yang memiliki pekerjaan yang layak.

f. Memilih dan mempersiapkan karier

1) Hakikat tugas perkembangan. Tujuan tugas ini adalah (a) memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan (b) mempersiapkan diri-memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki pekerjaan tersebut.

2) Dasar biologis. Pada usia 18 tahun, remaja sudah memiliki ukuran

Dokumen terkait