• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 1. Tanaman dan Biji Milk Thistle (Lee and Liu, 2003)

5. Kandungan kimia

Kandungan kimia utama Milk Thistle termasuk flavolignans (silymarin), tyramine, histamin, asam linoleat gamma, minyak esensial, lendir, dan prinsip pahit. Buah kering Milk Thistle mengandung kompleks flavonoid yang dikenal sebagai silymarin - konstituen bertanggung jawab atas manfaat kesehatan dari tanaman. Ekstrak utama Milk Thistle, silymarin (4% sampai 6% di buah matang), terdiri dari beberapa flavonolignans polifenol. Komponen utama (60%) adalah silybin (juga dikenal sebagai silibinin atau silybinin), dan juga yang paling aktif secara biologis; komponen lainnya termasuk silichristin (juga dikenal sebagai silychristin, silycristine atau silicristin), stimulan metabolik, dan silydianin (gambar 2.). Silymarin ditemukan dalam konsentrasi tertinggi dalam buah tanaman (Cheung, Gibbons, Johnson, dan Nicol, 2010).

1 2 3 Gambar 2. Struktur kandungan buah Milk thistle berturut-turut silibin

(1), silicristin (2), silidianin (3) (Tittel dan Wagner, 1978). Penelitian yang dilakukan oleh Lee and Liu (2003) juga menyatakan bahwa ditemukan Komponen utama dari silymarin adalah silybin A, B silybin, isosilybin A, B isosilybin, silychristin A, B dan silychristin silydianin (Gambar 3.). Enam senyawa pertama terdapat campuran sebagai molar yang sama sebagai diastereoisomer trans. Diastereomer ini memiliki spektrum 1H dan 13C NMR. Ditemukan juga beberapa senyawa kimia lainnya dari buah Milk thistle diantaranya adalah dehydrosilybin, desoxysilychristin, desoxysilydianin, silandrin, silybinome, silyhermin dan neosilymermin.

Gambar 3. Struktur komponen utama tanaman Milk thistle (Lee and Liu, 2003)

B. Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (Pearce, 2009).

Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan hidup secara umum, yaitu sebagai fungsi proteksi dimana kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis ataupun mekanik, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi. Kulit juga penting sebagai mekanisme pertahanan non spesifik yang bertindak sebagai penghalang terhadap invasi oleh mikroba, bahan kimia, agen fisik seperti trauma ringan maupun sinar ultraviolet (Ross and Wilson, 2001).

Adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Kulit juga berfungsi sebagai proteksi rangsangan kimia karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air. Kulit juga berperan dalam fungsi absorbsi, fungsi pengatur panas, fungsi eksresi, fungsi keratinasi, serta fungsi pembentukan vitamin D (Syaifuddin, 2006).

Pada orang dewasa luas permukaan kulit sekitar 1,5 sampai 2 m2. Kulit dilengkapi dengan kelenjar, rambut maupun kuku. Kulit memiliki dua lapisan utama yaitu lapisan epidermis dan lapisan dermis serta diantara kulit dan struktur yang mendasari kulit terdapat lapisan lemak subkutan (Ross and Wilson, 2001).

C.Inflamasi

Menurut Baratawidjaja dan Rengganis (2012), Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap kerusakan jaringan akibat berbagai rangsangan yang merugikan, baik rangsangan kimia maupun mekanis. ketika proses inflamasi berlangsung terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen-elemen darah, sel

darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi.

Pada proses inflamasi terjadi reaksi vaskular, sehingga cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia terkumpul pada tempat yang cedera untuk menetralkan dan menghilangkan agen-agen berbahaya serta untuk memperbaiki jaringan yang rusak (Pearce, 2009). Tanda-tanda inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler, dan migrasi leukosit ke daerah inflamasi.

Mekanisme inflamasi sangat dipengaruhi oleh senyawa dan mediator yang dihasilkan oleh asam arakidonat. Apabila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase kemudian diaktifkan untuk mengubah fosfolipid yang terdapat di membran sel tersebut menjadi asam arakidonat. Asam arakidonat dapat dimetabolisme dalam dua jalur yaitu jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase (Wilmana, 1995). Kerusakan sel inilah yang pada umunya dapat memicu proses terjadinya pembebasan asam arakidonat. Asam arakidonat ini merupakan suatu asam lemak 20-karbon yang merupakan prekursor dari prostaglandin.

Metabolit asam arakidonat yang disebut eikosanoid dapat dimetabolisme melalui beberapa jalur diantaranya yaitu :

a. Melalui asam lemak siklooksigenase (COX). Siklooksigenasi (COX) mempunyai 2 bentuk isoform yaitu COX-1 dan COX-2. Kedua enzim

inilah yang nantinya akan mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin dan tromboksan.

b. Melalui lipooksigenase, beberapa lipooksiganenase dapat bekerja pada asam arakidonat untuk membentuk 5-HPETE, 12-HPETE yang merupakan turunan peroksidasi tidak stabil yang dikonversi menjadi turunan hidroksilasi yang sesuai atau menjadi leukotrien atau lipoksin, tergantung pada jaringan (Mycek, Harvey, dan Champe, 2001).

Dalam jalur siklooksigenase akan dihasilkan prostaglandin D2 (PGD2), prostaglandin E2 (PGE2), prostaglandin F (PGF), prostasiklin (PGI2) dan tromboksan A2 (TXA2). Produk-produk yang dihasilkan tersebut berasal dari prostaglandin H2 (PGH2) yang dipengaruhi oleh kerja enzim yang spesifik. PGH2 sangat tidak stabil, merupakan prekursor hasil akhir biologi aktif jalur siklooksigenase. Beberapa enzim mempunyai distribusi jaringan tertentu. Misalnya trombosit mengandung enzim tromboksan sintetase sehingga produk utamanya adalah TXA2. TXA2 merupakan agen agregasi trombosit yang kuat dan vasokontriktor (Kumar, dkk., 2005).

Prostaglandin E2 (PGE2) merupakan hiperalgesik yang dapat menyebabkan kulit sensitif terhadap rangsangan yang menyakitkan. Prostagandin D2 (PGD2) merupakan trombosit utama dari jalur siklooksigenase pada sel mast, bersama dengan PGE2 dan PGF yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan meningkatakan permeabilitas venula postcapillary sehingga berpotensi terjadinya pembentukan edema. Siklooksigenas-1 (COX-1) diproduksi sebagai respon terhadap rangsangan inflamsi dan bersiffa konstitutif yang keberadaannya selalu

tetap dan tidak dipengaruhi oleh stimulus. Siklooksigenase-1 (COX-1) berperan normal dalam tubuh untuk menghasilkan prostaglandin yang dibutuhkan oleh tubu dan bertanggung jawab untuk memproduksi prostaglandin yang terlibat dalam peradangan serta menjaga fungsi homeostatis seperti keseimbangan cairan dan elektrolit di ginjal maupun sebagai sitoproteksi pada saluran cerna. Selain prostaglandin, COX-1 juga mengkatalis pembentukan tromboksan A2 (TXA2) yang dapat meningkatkan agregasi platelet dan menimbulkan vasokontriksi. Sebaliknya, COX-2 bersifat indusibel, dimana keberadaannya dipengaruhi oleh adanya stimulus. Siklooksigenase (COX-2) merangsang produkai prostaglandin (PGI2) yang terlibat dalam proses peradangan. Selain menghasilkan prostaglandin, COX-2 juga menghasilkan pembentukan prostasiklin yang dapat menurunkan agregasi platelet (Kumar, dkk., 2005). Peran asam arakhidonat dalam proses inflamasi dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Perubahan asam arakhidonat dan perannya dalam inflamasi, serta target aksi obat-obat antiinflamasi (Kumar, dkk., 2005)

D. Antiinflamasi (Obat)

Obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (AINS) umumnya mengacu pada obat yang menekan inflamasi seperti steroid, namun tanpa efek samping steroid. Berbeda dengan steroid yang bekerja untuk mencegah pembentukan asam arakhidonat pada membran sel, obat AINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien, yang diketahui ikut berperan dalam inflamasi (Wilmana, 1995).

Mekanisme penghambatan inflamasi dari golongan obat kortikosteroid yaitu dengan cara mengurangi aktivitas fosfolipase A2 dan meningkatkan lipooksigenase serta mengurangi terbentuknya leukotrin sehingga dapat mengurangi peradangan yang terjadi. Mekanisme penghambatan inflamasi dari

golongan obat NSAID yaitu dengan cara mengikat siklooksigenase (COX). Siklooksigenase (COX) berfungsi mengkonversi asam arakidonat menjadi prostaglandin, tromboksan, dan postasiklin yang akan merangsang timbulnya tanda-tanda inflamasi. Dengan dihambatnya COX tersebut oleh golongan obat NSAID maka dapat mengurangi bahkan menghilangkan tanda-tanda inflamasi (Priyanto, 2010).

E. Karagenin

Karagenin adalah suatu turunan dari polisakarida yang di dalam tubuh dekenali sebagai suatu benda asing yang dapat menginduksi terjadinya inflamasi melalui berbagai macam mekanisme. Pada jaringan ikat, fosfolipid membran sel mast akan dirangsang oleh karagenin untuk menghasilkan asam arakidonat yang dibantu dengan enzim fofolipase A2 yang nantinya akan menghasilkan berbagai macam mediator-mediator inflamasi dengan bantuan dari Reactive Oxygen Species (ROS) (Walidah, 2014).

Mekanisme dari induksi karagenin yang dapat menyebabkan inflamasi terhadap dua tahap yaitu pada tahap pertama terkait dengan pelepasan histamin, serotonin dan bradikinin. Mediator-mediator tersebut yang pertama kali terdeteksi pada fase awal. Tahap kedua disebabkan karena kelebihan produksi prostaglandin pada jaringan dan berhubungan juga dengan pelepasan bradikinin, protease dan enzim lisosomal (Singh, Kaurl, Singh and Kumar, 2014).

F. Biocream®

sediaan obat topikal merupakan sediaan obat yang mengandung dua komponen dasar, yaitu zat pembawa dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa merupakan bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa ini mudah untuk dioleskan, mudah debersihkan serta tidak mengiritasi. Salah satu bahan pembawa yang dapat digunakan misalnya biocream®. biocream® bersifat ambifilik berkhasiat sebagai W/O atau O/W (yahendri dan yenny, 2012).

Biocream merupakan system emulsi yang stabil dengan distribusi lemak dan air yang merata. Biocream® menggabungkan sifat-sifat emulsi minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak. Biocream dapat dicampur dengan air, zat-zat yang larut dalam air, lemak, maupun zat-zat yang larut dalam lemak, tanpa mengganggu stabilitasnya, sehingga sangat sesuai dengan kondisi fisiologis kulit dan tidak mengandung zat-zat alergen (Ikatan Apoteker Indonesia, 2012).

Dokumen terkait