• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya

dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewas sekitar 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital

serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks,

elastis, dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan

lokasi tubuh (Wasitaatmaja, 1997). Sebagai bagian tubuh paling luar, kulit

menjalankan fungsi perlindungan, yaitu melindungi tubuh dari berbagai

pengaruh buruk yang datang dari luar (Achroni, 2012).

Dengan peran yang begitu penting, sudah selayaknya kulit senantiasa

dijaga dan dipelihara kesehatannya. Bukan hanya kulit wajah atau bagian yang

terbuka, melainkan kulit diseluruh tubuh harus mendapatkan perhatian dan

perawatan yang optimal agar selalu sehat dan tampil indah. Memahami struktur

dan fungsi kulit dapat menjadi langkah awal dalam keseluruhan rangkaian

upaya untuk merawat dan menjaga kesehatan kulit (Achroni, 2012).

2.5.1 Struktur kulit

Menurut Achroni (2012), kulit terdiri atas dua lapisan yaitu epidermis

dan dermis.

1. Lapisan Epidermis merupakan lapisan kulit sebelah luar. Lapisan

epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu stratum corneum, stratum

a. Stratum korneum

Stratum korneum merupakan lapisan paling luar dipermukaan kulit

yang sel-selnya sudah mati (tidak memiliki pembuluh darah dan saraf).

Lapisan tanduk ini mudah terkelupas dan digantikan oleh sel-sel baru.

b. Stratum lucidum (lapisan jernih)

Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis,

jernih. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

c. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir

kasar, berinti mengkerut.

d. Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval. Setiap

sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

e. Stratum germinativum (lapisan basal)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Dilapisan ini juga terdapat sel-sel

melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin.

2. Lapisan Dermis merupakan lapisan kulit yang terletak dibawah lapisan

epidermis. Didalam lapisan dermis, terdapat pembuluh darah, jaringan

otot, kelenjar keringat, rambut, folikel rambut, kelenjar minyak, dan

serabut saraf. Dibawah lapisan dermis terdapat lapisan hipodermis atau

jaringan subkutis. Lapisan hipodermis terutama mengandung jaringan

adalah untuk penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat

penumpukan energi.

2.5.2 Jenis kulit

Menurut Wasitaatmaja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan

kulit terbagi atas tiga bagian:

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar

dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang

berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-

pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang

ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan.

2.5.3 Fungsi kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh. Berikut

ini adalah fungsi-fungsi dari kulit.

1. Fungsi perlindungan atau proteksi, yaitu kulit berfungsi melindungi

bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya

paparan bahan-bahan kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri dan

jamur yang dapat menyebabkan infeksi, serta kerusakan akibat gesekan,

2. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh.

3. Mengatur suhu tubuh.

4. Menyimpan kelebihan lemak.

5. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah

rasa, seperti panas, dingin, sakit dan beragam tekstur.

6. Tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari.

7. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial (Achroni,

2012).

2.6 Sinar Ultraviolet

Sinar ultraviolet (UV) adalah sinar tidak tampak yang merupakan

bagian energi yang berasal dari matahari. Ultraviolet merupakan salah satu

jenis radiasi sinar matahari. Sedangkan jenis radiasi lainnya adalah inframerah

(yang memberikan panas) dan cahaya yang terlihat. Panjang gelombang yang

dimiliki sinar ultraviolet akan mempengaruhi terhadap kerusakan kulit.

Semakin panjang gelombang sinar UV, semakin besar dampak kerusakan yang

ditimbulkannya pada kulit. Berdasarkan panjang gelombang, ada tiga jenis

radiasi ultraviolet, yaitu:

1. Sinar UV-A

Sinar UV-A dengan panjang gelombang 320 - 400 nm, adalah sinar

yang paling banyak mencapai bumi dengan perbandingan 100 kali UV-

B. segmen sinar ini akan masuk kedalam dermis sehingga

menyebabkan kerusakan jaringan dermis dan terjadinya reaksi

bumi. UV-A merupakan penyumbang utama kerusakan kulit dan

kerutan. UV-A menembus kulit lebih dalam dari UV-B dan bekerja

lebih efisien. Radiasi UV-A menembus sampai dermis dan merusak

serat-serat yang berada didalamnya. Kulit menjadi kehilangan

elastisitas dan berkerut. Sinar ini juga dapat menembus kaca

(Darmawan, 2013).

2. Sinar UV-B

Sinar UV-B dengan panjang gelombang 290 - 320 nm, merupakan sinar

matahari yang terkuat mencapai bumi. Kerusakan kulit yang

ditimbulkan berada dibawah epidermis berupa luka bakar, kelainan

prakanker dan keganasan lainnya. Jadi baik sinar UV-A maupun UV-B

sama-sama memiliki dampak negatif bagi kulit manusia jika terpapar

dalam waktu relatif lama (Bogadenta, 2012). Sinar UV-B tidak dapat

menembus kaca (Darmawan, 2013).

3. Sinar UV-C

Memiliki panjang gelombang paling panjang, yaitu sekitar 200 - 290

nm. Menurut Darmawan (2013), radiasi sinar ini menimbulkan bahaya

terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak. Namun, mayoritas

sinar ini diserap dilapisan ozon diatmosfer.

2.7 Skin Analyzer

Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan

kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang

seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental

dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien

(Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai system

terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi

lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam

dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada

Skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan

denangan menggunakan Skin analyzer, yaitu:

1. Moisture (Kadar air)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checker yang terdapat dalam Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan

tombol power dan diletakkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan

pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

2. Sebum (Kadar minyak)

Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil

checker yang terdapat dalam perangkat Skin analyzer Aramo. Caranya dengan

menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit.

Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam

3. Evenness (Kehalusan)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat Skin analyzer

pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal).

Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan

tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan

kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

4. Pore (Pori)

Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada

saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto

pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori

kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan

keluar pada layar komputer.

5. Spot (Noda)

Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan perangkat Skin

analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga

(Terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur

kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil

berupa angka dan penentu banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada

layar komputer.

6. Wrinkle (Keriput)

Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada

lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (Normal). Kamera

capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi

kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada pengukuran ini,

tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman keriput

juga dapat terdeteksi dengan alat Skin analyzer.

2.7.2 Parameter pengukuran

Hasil pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer dapat

dilihat kriterianya pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Pengukuran Parameter

Moisture (Kelembaban) Dehidrasi Normal Hidrasi

0-29 % 30-45 % 46-100 %

Evenness (Kehalusan) Halus Normal Kasar

0-31 32-51 52-100

Pore (Pori) Kecil Sedang Besar

0-19 20-29 40-100

Spot (Noda) Sedikit Sedang Banyak

0-19 20-39 40-100

Wrinkle (Keriput) Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah

0-19 20-52 53-100

Wrinkle’s depth (Kedalaman keriput)

Garis halus Kerutan

Dokumen terkait